SIKAP ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB C/C1 SHANTI YOGA KLATEN Retno Yuli Hastuti, Esri Rusminingsih, Riya Dewi Wulansari Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Klaten Email:retno_yl@yahoo.com ABSTRACT: Retardasi mental adalah keadaan dengan fungsi intelektual umum yang kurang (bertaraf subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak) individu yang berhubungan dengan terbatasnya kemampuan belajar maupun daya penyesuaian serta proses pendewasaan individu. Di Indonesia 1-3% penduduknya menderita retardasi mental, yang berarti dari 1000 penduduk diperkirakan 30 penduduk menderita retardasi mental. Perkembangan kemampuan sosialisasi anak retardasi mental sangat dipengaruhi oleh agen sosialnya, dapat juga dipengaruhi oleh sikap orang tua dalam mengasuh anak retardasi mental. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sikap orang tua dengan kemampuan sosialisasi anak retardasi mental di SLB C/C1 Shanti Yoga Klaten. Penelitian ini merupakan jenis penelitian non-eksperimental yang bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional, yaitu suatu bentuk penelitian dengan pengukuran variabel dependent dan independent dalam satu waktu secara bersamaan dan hasilnya bisa didapat saat itu juga. Tehnik pengambilan sampel menggunakan total populasi dengan jumlah responden sebanyak 56 pasangan orang tua dengan anak retardasi mental. Variabel sikap orang tua diukur menggunakan kuesioner yang berjumlah 26 item pernyataan, sedangkan variabel kemampuan sosialisasi diukur menggunakan kuesioner yang berjumlah 31 item pernyataan. Sikap orang tua baik dengan kemampuan sosialisasi tinggi yaitu 46 responden (82,1%), sikap orang tua cukup baik dengan kemampuan sosialisasi sedang sebanyak 2 responden (3,6%). Analisa data statistik menggunakan korelasi Product Moment, hasilnya menunjukkan hubungan antara sikap orang tua dengan kemampuan sosialisasi anak retardasi mental di SLB C/C1 Shanti Yoga Klaten dengan p = 0,000 (p < 0,01). Didapat nilai r hitung = 0,552 sedangkan nilai r tabel pada taraf signifikansi = 0,01 adalah 0,330, hal ini berarti bahwa r hitung > r tabel maka Ha diterima artinya ada hubungan yang sangat signifikan antara sikap orang tua dengan kemampuan sosialisasi. Kata Kunci : Sikap Orang Tua, Kemampuan Sosialisasi, Retardasi Mental.
A. PENDAHULUAN Anak merupakan generasi penerus suatu bangsa, bila anak-anak sehat maka bangsapun akan kuat dan sejahtera. Generasi penerus yang berkualitas merupakan harapan setiap orang tua, oleh karena itu kita semua berharap agar anak-anak dapat tumbuh dan berkembang secara sehat fisik, mental, dan sosial. Anak retardasi mental mengalami kesulitan dalam membina hidup sehari-hari yang berkaitan dengan mengurus diri, menolong diri, dan merawat diri serta maslah penyesuaian diri, yang meliputi kemampuan komunikasi dan sosialisasi yang berkaitan dengan masalah dalam hubungannya dengan kelompok maupun individu di sekitarnya. Retardasi mental bukan suatu penyakit, walaupun retardasi mental merupakan hasil dari proses patologik di dalam otak yang memberikan gambaran keterbatasan terhadap intelektual dan fungsi adaptif. Retardasi mental dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik lainnya (Depkes RI, 2007). World Health Organization (WHO, 2002) menyatakan terdapat 3% dari 48.100.548 orang di dunia yang mengalami retardasi mental, tetapi hanya sekitar 1-1,5% yang terdata. Penyandang retardasi mental ringan dan sedang di Indonesia yang bersekolah di SLB tahun 2004/2005, menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa tahun 2005 sebanyak 32.103 orang atau sekitar 55,88% dari seluruh penderita kecacatan, sedangkan penyandang retardasi mental ringan dan sedang di Jawa Tengah tidak dapat diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan lebih dari 1000 orang mengalami retardasi mental, khususnya yang sekolah di SLB C/C1 Shanti Yoga Klaten terdapat 130 anak retardasi mental. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui wawancara dengan kepala sekolah SLB C/C1 Shanti Yoga Klaten pada bulan Februari 2009, didapatkan data bahwa di SLB C/C1 Shanti Yoga Klaten terdapat jumlah anak dengan retardasi mental yang bersekolah di SLB C/C1 Shanti Yoga Klaten sebanyak 130 anak retardasi mental ringan-sedang dan didapatkan informasi bahwa di SLB C/C1 Shanti Yoga Klaten terdapat program edukasi, penyuluhan, bimbingan konseling dan terapi okupasi untuk membicarakan atau menangani masalah-masalah yang terjadi pada anak dengan melibatkan keluarga terutama orang tua. Peneliti juga melakukan interaksi dan mengamati perilaku anak retardasi mental di sekolah kurang lebih 15 menit, didapatkan respon anak dalam berinteraksi kurang baik, acuh pada orang di sekitar, dan komunikasi lancar walaupun sedikit berbicara. Anak cenderung menyendiri dan waktu luangnya lebih banyak digunakan untuk melakukan kegiatan yang membuat mereka senang.
Berdasarkan fenomena di atas, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara sikap orang tua dengan kemampuan sosialisasi anak retardasi mental untuk usia 8-18 tahun di SLB C/C1 Shanti Yoga Klaten. B. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis non-eksperimental yang bersifat kuantitatif. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Metode cross sectional untuk mengukur variabel independent yaitu sikap orang tua dan variabel dependent yaitu kemampuan sosialisasi karena peneliti akan melakukan pengukuran pada variabel independent yaitu sikap orang tua dan variabel dependent yaitu kemampuan sosialisasi dalam satu waktu seara bersamaan dan hasilnya bisa didapat saat itu juga. Populasi yang digunakan oleh peneliti adalah semua orang tua dan anak retardasi mental ringan yang bersekolah di SLB C/C1 Shanti Yoga Klaten untuk usia 8-18 tahun. Pengambilan sampel menggunakan metode total populasi yaitu keseluruhan anggota populasi digunakan sebagai subyek penelitian (Sugiyono, 2009). Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 56 pasangan orang tua dan anak retardasi mental. Analisa data dilakukan untuk mengetahui hubungan sikap orang tua dengan kemampuan sosialisasi anak retardasi mental yaitu dnegan menggunakan analisis koefisien korelasi. Menurut Sugiyono (2007) data yang dikorelasikan yang berbentuk data ordinal untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara kedua variabel menggunakan rumus korelasi Product Moment. C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. HASIL a. Sikap Orang Tua Berdasarkan hasil penelitian terhadap 56 pasang orang tua dan anak retardasi mental di SLB C/C1 Shanti Yoga Klaten, diperoleh data sikap orang tua yang baik, cukup baik, dan kurang baik dari kuesioner yang disebarkan, seperti tabel di bawah ini: Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Sikap Orang Tua di SLB C/C1 Shanti Yoga Klaten No. Sikap Orang Tua Frekuensi Prosentase 1. 2. 3. Baik Cukup Baik Kurang Baik 49 7 0 87,5 12,5 0 Jumlah 56 100
Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukkan bahwa sikap orang tua yang paling banyak adalah baik yaitu 49 (87,5%) responden, 7 (12,5%) responden mempunyai sikap cukup baik dan tidak ada responden yang mempunyai sikap kurang baik. b. Kemampuan Sosialisasi Anak Retardasi Mental Tabel 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Kemampuan Sosialisasi Anak Retardasi Mental di SLB C/C1 Shanti Yoga Klaten No. Sikap Orang Tua Frekuensi Prosentase 1. 2. 3. Tinggi Sedang Rendah 51 4 1 91,1 7,1 1,8 Jumlah 56 100 Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa kemampuan sosialisasi anak retardasi mental tinggi sebanyak 51 responden (91,1%), sedang sebanyak 4 responden (7,1%), dan rendah sebanyak 1 responden (1,8%). c. Cross Tabulation Sikap Orang Tua dengan Kemampuan Sosialisasi Tabel 3 Cross Tabulation Sikap Orang Tua dengan Kemampuan Sosialisasi Anak Retardasi Mental di SLB C/C1 Shanti Yoga Klaten No. 1. 2. 3. Sikap Orang Tua Baik Cukup Baik Kurang Baik Kemampuan Sosialisasi Tinggi Sedang Rendah (%) (%) (%) 46 (82,1) 2 (3,6) 1 (1,8) 5 (8,9) 2 (3,6) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0) Total (%) 49 (87,5) 7 (12,5) 0 (0) Jumlah 51 (91) 4 (7,2) 1 (1,8) 56 (100) P value Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa responden yang paling banyak adalah sikap orang tua baik dengan kemampuan sosialisasi tinggi yaitu 46 responden (82,1%), sikap orang tua baik dengan kemampuan sosialisasi sedang sebanyak 2 responden (3,6%), sikap orang tua baik dengan kemampuan sosialisasi rendah sebanyak 1 responden (1,8%). Sikap orang tua cukup baik dengan kemampuan sosialisasi tinggi sebanyak 5 responden (8,9%), sedangkan sikap orang tua cukup baik dengan kemampuan sosialisasi sedang sebanyak 2 responden (3,6%). R 0,000 0,552
2. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam bentuk tabel dan narasi pada bagian sebelumnya, selanjutnya peneliti membahas mengenai variabel-variabel yang diteliti. Dari 56 responden telah dikelompokkan menurut sikap orang tua dan kemampuan sosialisasi, yang sebelumnya telah diteliti karakteristik responden meliputi usia, pendidikan, pekerjaan, dan jenis kelamin dengan menggunakan rumus korelasi product moment pada penelitian ini didapatkan r hitung 0,552 dengan r tabel 0,330 dan nilai p value 0,000 pada taraf signifikansi p<0,01 maka Ha diterima artinya ada hubungan yang sangat signifikan antara sikap orang tua dengan kemampuan sosialisasi anak retardasi mental di SLB C/C1 Shanti Yoga Klaten. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara sikap orang tua dengan kemampuan sosialisasi anak retardasi mental. Karena sikap orang tua memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap kemampuan sosialisasi anak retardasi mental dibandingkan dengan orang lain. Berhasil atau tidaknya anak retardasi mental dalam meniti tugas perkembangannya tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga khususnya kedua orang tuanya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Aryani (2001) yang menyatakan bahwa orang tua yang menerima anaknya akan lebih memperhatikan perkembangan anak dan memberikan kesempatan serta sarana interaksi yang dapat membantu anak dalam mengembangkan kemasakan sosialnya. Penerimaan orang tua mempunyai sumbangan efektif terhadap kemasakan sosial anak tunagrahita (retardasi mental). Daradjat dalam Aryani (2001) juga menyatakan bahwa ibu yang menerima anaknya akan mengembangkan hubungan yang penuh kehangatan dengan anak dan membuat proses interaksi antara ibu dan anak berjalan dengan baik dan lancar sehingga ibu akan dapat memberikan rangsangan bagi aspek-aspek perkembangan anak ke arah yang lebih baik. Keluarga terutama orang tua yang bersikap baik akan memberikan kesempatan dan mendorong anaknya untuk mengembangkan kemampuannya untuk melakukan segala sesuatu dengan sendiri (mandiri), bukan dengan cara memberikan perlindungan yang berlebihan. Sebagaimana penelitian Lestari (1997) bahwa perlindungan yang berlebihan akan melumpuhkan kesiapan anak untuk berkembang. Suminar (2005) juga mengungkapkan pernyataan yang senada bahwa keterlambatan perkembangan sosial bukan karena faktor keterlambatan anak saja tetapi disebabkan oleh orang tua yang tidak memberikan kesempatan pada anak untuk mencobanya dan cenderung membantu untuk
pelaksanaan aktivitas anak tersebut. Menurut Soetjiningsih (1995) kesempatan dan stimulasi yang diberikan akan mempercepat pencapaian kemampuan anak dan sebagai penguat (reinforcement) kemampuan yang telah dicapainya. Ketergantungan yang berlebihan dan perlindungan yang berlebihan terhadap anak akan menyebabkan anak mengalami ketergantungan khususnya terhadap orang tua dan orang dewasa disekitarnya sehingga dapat membahayakan penyesuaian pribadi dan sosial anak. Ketergantungan yang berlebihan dapat membuat anak takut untuk mandiri (Depsos, 2004). Perkembangan anak yang kurang atau gagal meskipun ibu mempunyai tingkat pengetahuan baik kemungkinan bisa juga disebabkan karena kurangnya kesempatan untuk berlatih, adanya perlindungan yang berlebihan akan melumpuhkan kesiapan berkembangnya kemampuan anak (Hurlock, 1998). Faktor pola pengasuhan, pengaruh teman sebaya, penerimaan diri, dan lingkungan juga berpengaruh positif terhadap perilaku sosial anak usia sekolah dasar (Romana, 2005). Suminar (2005) menyatakan bahwa anak yang perkembangannya terhambat (untestable) tidak hanya disebabkan karena faktor orang tua, namun disebabkan oleh kondisi anak sendiri yang tidak perhatian (kurang mood). Tidak optimalnya pencapaian tugas perkembangan dapat disebabkan banyak hal, seperti kecerdasan anak terbatas, adanya gangguan perhatian dan hiperaktifitas, adanya gangguan dalam kemampuan bahasa. Hal ini dapat menimbulkan hambatan dalam hubungan sosial (Depsos, 2005). D. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan a. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif antara sikap orang tua dengan kemampuan sosialisasi anak retardasi mental di SLB C/C1 Shanti Yoga Klaten (nilai r hitung 0,552 dan p = 0,000), makin tinggi skor/makin baik sikap orang tua maka makin tinggi pula kemampuan sosialisasi anak retardasi mental. b. Sikap orang tua terbanyak adalah baik yaitu 49 responden (87,5%). c. Kemampuan sosialisasi terbanyak adalah tinggi yaitu 51 responden (91,1%). 2. Saran Berdasarkan simpulan di atas, maka saran yang dapat diberikan sebagai berikut: a. Bagi orang tua anak retardasi mental sangat penting untuk berusaha menerapkan sikap yang baik kepada anak supaya kemampuan
berinteraksi/bersosialisasi anak retardasi mental tinggi pada lingkungan sekitar. b. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kemampuan sosialisasi anak retardasi mental dikaitkan dengan usia, lama pendidikan, dan faktor-faktor lain yang berpengaruh. c. Agar SLB dapat memantau kemampuan sosialisasi anak retardasi mental perlu seringnya diadakan evaluasi anak yang melibatkan orang tua anak retardasi mental. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2006) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta. Ariyani, F. (2001) Hubungan Antara Penerimaan Ibu dengan Kemasakan Sosial Anaknya yang Menyandang Tunagrahita. Skripsi, Fakultas Psikologi UGM Yogyakarta: tidak dipublikasikan. Astute, M. (2000) Peningkatan Sosialisasi Anak melalui Pelatihan Permainan Tradisional. Skripsi, Fakultas Psikologi UGM Yogyakarta: tidak dipublikasikan. Azwar, S. (2007) Sikap Manusia. Teori dan Pengukurannya. Edisi Kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Boyd, M.A., Nihart, M.A. (1998) Psychiatric Nursing: Contemporary Practice. New York: Lippincott. Budhiman, M. (2008) Retardasi Mental [Internet]. Tersedia dalam: http:// media mediafarma.blogspot.com/2008/09/rm.html [Diakses: 12 Januari 2009]. Colman, A.M. (2001) A Dictionary of Psycology [Internet]. Available from: http://www.encyclopedia.com. Accessed: 16 Januari 2009. Departemen Kesehatan RI (2007) Retardasi Mental [Internet]. Tersedia dalam: http://www.juvenkus.com/2007/01/rg/retardasimental/pdf/htm [Diakses: 12 Januari 2009] Departemen Sosial RI (2005) Pedoman Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Cacat dalam Keluarga. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak. Departemen Sosial RI (2004) Pedoman Umum Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Cacat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Bina Pelayanan Sosial Anak. Direktorat Pendidikan Luar Biasa (2006) Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Pendidikan Inklusif [Internet]. Tersedia dalam: http:// www.ditplb.or.id. [Diakses: 15 Februai 2009].
Effendi, M. (2006) Pengantar Psikopedogogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara. Gerungan, W.A. (2000) Psikologi Sosial, Bandung: Refika. Ghosali, E. W. (2007) Retardasi Mental [Internet]. Cermin Dunia Kedokteran No. 29: 1983. Tersedia dalam: http:// www.portalkalbe/files/cdk/files/ 16/Retardasi Mental/pdf/htm. [Diakses: 12 Januari 2009]. Hidayati, A (1998) Televisi dan Perkembangan Sosial Anak, Pelajar. Yogyakarta. Hurlock, E.B. (1997) Perkembangan Anak, alih bahasa: Istiwidayanti. Edisi 6. Jakarta: Erlangga. Hurlock, E.B. (1998) Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, alih bahasa: Istiwidayanti. Edisi 5. Jakarta: Erlangga. Kaplan, H.I, Sadock, B.J. (1997) Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku/Psikiatri Klinis, alih bahasa: Widjaja Kusuma. Edisi 7 Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara. Lumbantobing, S.M. (2006) Anak dengan Mental Terbelakang. Jakarta: Balai penerbit Fakultas Kedokteran UI. Nelson (2000) Ilmu Kesehatan Anak, alih bahasa: Samik Wahab. Volume 1 Edisi 15. Jakarta: EGC. Notoadmodjo, S. (2002) Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta., (2005) Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.