BAB I PENDAHULUAN A. DESKRIPSI SINGKAT B. KOMPETENSI UMUM C. KOMPETENSI KHUSUS

dokumen-dokumen yang mirip
2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyeles

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II. kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum. Perbuatannya yang anak-anak itu lakukan sering tidak disertai pertimbangan akan

Harkristuti Harkrisnowo Direktur Jenderal HAM Kementrian Hukum dan HAM RI

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BAPAS

BAB I PENDAHULUAN A. DESKRIPSI SINGKAT B. KOMPETENSI UMUM

Perbandingan Penghukuman Terhadap Anak dengan Minimal yang Disebut sebagai Anak

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN Jalan Veteran No. 11 Jakarta

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PERLAKUAN ANAK DI BALAI PEMASYARAKATAN (BAPAS) BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN REGISTER PERKARA ANAK DAN ANAK KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian Anak dalam Konsideran Undang-Undang Nomor 11 Tahun

PERAN KANWIL KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM JAWA TENGAH DALAM PEMENUHAN HAM ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM (ABH)

KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA (KPAI) OLEH : PUTU ELVINA Komisioner KPAI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Hj. D.S. DEWI, SH.MH Wakil Ketua PN Bale Bandung

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 31 TAHUN 1999 (31/1999) TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

BAB III SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK. sampai dengan tahap pembimbingan setelah menjalani pidana Undang-

BAB I PENDAHULUAN. proses evolusi kapasitas selaku insan manusia, tidak semestinya tumbuh sendiri

2016, No Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pem

2015, No Indonesia Tahun 1979 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3143); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Pe

UU 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

: MEDIASI PENAL DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tent

2018, No bersyarat bagi narapidana dan anak; c. bahwa Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 21 Tahun 2013 tentang Syarat dan Tata

BAB II PENGATURAN HUKUM TERKAIT DIVERSI DALAM PERMA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DIVERSI DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

PERANAN BALAI PEMASYARAKATAN (BAPAS) DALAM PROSES PERADILAN ANAK DI KOTA JAYAPURA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOmor 11 TAHUN 2012

PENANGANAN PERKARA ANAK PADA BAPAS JAKARTA-TIMUR. PUSANEV_BPHN. Oleh : Ida Rifdiah

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 73, Tambahan Lembaran N

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

: UPAYA PERLINDUNGAN ANAK BERHADAPAN HUKUM DALAM SISTEM PERADILAN ANAK FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK, LPKA, HAK-HAK ANAK DALAM LPKA DAN PROSES PEMBINAAN ANAK DALAM LPKA

TATA CARA PELAKSANAAN DIVERSI PADA TINGKAT PENYIDIKAN DI KEPOLISIAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tent

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

RUMAH DUTA REVOLUSI MENTAL KOTA SEMARANG. Diversi : Alternatif Proses Hukum Terhadap Anak Sebagai Pelaku

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan negara Indonesia yang ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2015 TENTANG

Al Adl, Volume VII Nomor 14, Juli-Desember 2015 ISSN UPAYA DIVERSI DALAM PROSES PERADILAN PIDANA ANAK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

PERSPEKTIF DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PIDANA ALTERNATIF

BAB I PENDAHULUAN. melanggarnya, sedangkan kejahatan adalah perbuatan dengan proses yang sama dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PENUTUP. dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Polresta Yogyakarta

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

HJ. DS. DEWI., S.H., MH Wakil Ketua Pengadilan Negeri Cibinong

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

PELAKSANAAN DIVERSI TERHADAP ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM DI TINGKAT PENYIDIKAN MENURUT UU NO 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia tahun, korban berusia 6 12 tahun sebanyak 757 kasus (26 %)

PEMENUHAN KEBUTUHAN HAK PENDIDIKAN FORMAL BAGI ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KOTA LAYAK ANAK DI SURAKARTA

-2- Anak secara terintegrasi, terpadu, dan holistik, perlu dilakukan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan yang dilakukan oleh Menteri dan Komisi. Oleh

Institute for Criminal Justice Reform

PENGADILAN ANAK Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tanggal 3 Januari 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENERAPAN SANKSI YANG BERKEADILAN TERHADAP ANAK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

Konsep Pemidanaan Anak Dalam RKUHP. Purnianti Departemen Kriminologi FISIP Universitas Indonesia

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN RESTORATIVE JUSTICE DI TINGKAT PENYIDIKAN DI TINJAU DARI UU

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Pedoman Standar Registrasi Balai Pemasyarakatan (BAPAS) A. Latar Belakang

SALINAN BABI Undang-Undang Nomor L l Tahun 2OL2 tentang Sistem. 1. Pasal 5 ayat (21 Undang-Undang Dasar Negara

BAB IV GAMBARAN UMUM BALAI PEMASYARAKATAN KELAS I SEMARANG

OLEH ANAK BERDASARKAN UNDANG UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Anak adalah bagian warga Negara yang harus dilindungi karena mereka

MEMBANGUN SISTEM HUKUM PIDANA ANAK DI INDONESIA. Dr. Nurini Aprilianda, SH.MHum PUSANEV_BPHN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bagi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran-pemikiran

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peranan Pembimbing Kemasyarakatan dalam Pengadilan Anak di Pematangsiantar. Abstrak

BAB III SINKRONISASI PERATURAN TENTANG DIVERSI TERHADAP ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM DI INDONESIA PADA TINGKAT PENYIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal baik fisik, mental maupun sosial, untuk. mewujudkannya diperlukan upaya perlindungan terhadap anak.

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia perlu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN JL. VETERAN NO. 11

TENTANG PENANGANAN ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 3 ayat (1), Bangsa

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

: TINJAUAN HUKUM DIVERSI PADA ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PELECEHAN SEKSUAL TERHADAP ANAK FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAKSI

PP 57/1999, KERJA SAMA PENYELENGGARAAN PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. DESKRIPSI SINGKAT Modul Penanganan ABH di Bapas merupakan bagian dari Modul Penyuluhan penanganan anak yang berhadapan dengan hukum terkait diversi dan keadilan restoratif bagi petugas pemasyarakatan. Dalam modul ini khusus menjelaskan proses penanganan anak di Bapas yang dibagi menjadi 5 (lima) bab yang mencakup pendahuluan, tahap pra-ajudikasi, ajudikasi, post ajudikasi dan penutup. B. KOMPETENSI UMUM Setelah mempelajari Modul Penanganan ABH di Bapas, Petugas Pemasyarakatan diharapkan mampu menyampaikan proses penanganan anak di Bapas sejak Tahap Pra ajudikasi, Ajudikasi hingga Post Ajudikasi. C. KOMPETENSI KHUSUS Setelah mempelajari Modul Penanganan ABH di Bapas, secara khusus Saudara akan memiliki kemampuan dalam: 1. Menyampaikan proses penanganan anak di Bapas pada tahap Pra ajudikasi. 99

2. Menyampaikan proses penanganan anak di Bapas pada tahap ajudikasi. 3. Menyampaikan proses penaganana anak di Bapas pada tahap post ajudikasi D. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN Berikut ini sistematika yang dapat mempermudah Saudara dalam memahami materi dalam modul ini yaitu: BAB I Pendahuluan Bab I berisikan Deskripsi Singkat, Kompetensi Umum, Kompetensi Khusus, Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan, Manfaat Mempelajari Modul dan Petunjuk Mempelajari Modul. BAB II Tahap Pra Ajudikasi Bab II ini membahas proses penangan Anak di Bapas pada tahap Pra Ajudikasi yang terdiri atas : Peran Pembimbing Kemasyarakatan pada tahap Pra Ajudikasi, Upaya Diversi dan Keadilan Restoratif pada tahap Pra Ajudikasi, Pendampingan, Pembimbingan dan Pengawasan Hasil Kesepakatan Diversi. BAB III Tahap Ajudikasi Pokok Bahasan Proses Penanganan Anak di Bapas pada tahap Ajudikasi: Pokok bahasan ini akan menjelaskan peran PK pada saat proses persidangan (Ajudiksi) dimulai hingga hakim memutuskan perkara anak. Peran PK secara rinci akan 100

dituangkan dalam sub pokok bahasan sebagai berikut: Peran Pembimbing Kemasyarakatan pada Tahap Ajudikasi, Upaya Keadilan Restoratif pada tahap Ajudikasi, dan Pendampingan di Persidangan, BAB IV Tahap Post Ajudikasi Bab IV ini akan membahas sub pokok bahasan yaitu : Proses Penanganan Anak di Bapas pada tahap Post Ajudikasi, Peran Pembimbing Kemasyarakatan pada tahap Post Ajudikasi, Upaya Keadilan Restoratif pada tahap Post Ajudikasi, Pendampingan, Pembimbingan dan Pengawasan hasil putusan pengadilan, BAB V Penutup Bab ini terdiri atas dua subbab, yaitu subbab Rangkuman dan Latihan Soal E. MANFAAT MEMPELAJARI MODUL Modul ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman PK terhadap tugas, fungsi, dan peran pembimbing kemasyarakatan. Modul ini digunakan sebagai pedoman pembimbing kemasyarakatan dalam melaksanakan tugas pembimbingan, pendampingan, dan pengawasan klien pemasyarakatan di lapangan. 101

F. PETUNJUK MEMPELAJARI MODUL Perhatikan dan ikuti beberapa petunjuk berikut. 1. Untuk mempelajari lebih lanjut tentang tugas dan fungsi Bapas khususnya pembimbing kemasyarakatan, dianjurkan untuk membaca referensi terkait, yaitu Peraturan Pemerintah RI No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan dan Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M.01-PK.04.10 Tahun 1998 tentang Tugas, Kewajiban, dan Syarat-Syarat bagi Pembimbing Kemasyarakatan sebagai dasar pemahaman, Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, U 2. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, dan Undang- Undang RI Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. 3. Baca dan pahamilah setiap bab secara bertahap dan berulang-ulang sehingga pada saat Saudara selesai mengerjakan evaluasi yang disajikan di bagian akhir modul ini, tingkat penguasaan yang Saudara peroleh mencapai minimal 80%. 4. Kerjakan setiap soal dalam latihan dan evaluasi dengan tertib dan sungguh-sungguh tanpa lebih dahulu melihat kunci jawabannya. 102

BAB II TAHAP PRA ADJUDIKASI A. PERAN PEMBIMBING KEMASYARAKATAN PADA TAHAP PRA AJUDIKASI Peran Bapas yang dilakukan oleh pembimbing kemasyarakatan (PK) pada tahan Pra ajudikasi terkait upayaupaya yang harus dilakukan dalam penanganan anak. Penanganan pada tahap pra ajudikasi dilakukan sejak anak ditangani oleh penyidik pada kantor kepolisian pada saat pemeriksaan, penyidikan yang kemudian dilimpahkan ke penuntut umum pada kejaksaan negeri hingga pelimpahan ke pengadilan negeri. Sebelum hakim melakukan pemeriksaan secara formal di ruang persidangan maka masih termasuk dalam tahapan pra ajudikasi. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang selanjutnya akan kita sebut UU SPPA, bahwa PK Bapas memiliki tugas..untuk..melakukan..penelitian..kemasyarakatan,penda mpingan,pembimbingan dan pengawasan. (Pasal 64) Penyidik sejak melakukan pemeriksaan terhadap anak sudah melibatkan PK. PK memiliki kewajiban dalam waktu 3 x 24 103

membuat laporan penelitian kemasyarakatan (Litmas). Penyidik bersama dengan PK, pekerja sosial, korban, pelaku, keluarga dan pihak-pihak terkait memiliki kewajiban melakukan upaya Diversi. Upaya diversi yang dilakukan mengacu pada ketentuan yang telah ditetapkan pada UU SPPA sebagaimana telah diterangkan pada modul sebelumnya dengan pendekatan penyelesaian bersifat keadilan restoratif. PK juga memiliki kewajiban untuk menentukan program pelayanan dan perawatan selama anak ditempatkan di LPAS dan melakukan monitoringan terhadap pelaksanaan program tersebut. (Kutip pasal). B. UPAYA DIVERSI DAN KEADILAN RESTORATIF PADA TAHAP PRA AJUDIKASI Adapun upaya Diversi dan Keadilan Restoratif pada tahap Pra Ajudikasi adalah sebagai berikut : 1. PK membuat laporan Litmas. 2. Mendampingi anak dan memastikan pemenuhan hak-hak anak terkait penahanan apakah dilakukan atau tidak dan bagaimana upaya non penahanan dilakukan. 3. Memastikan jika ditahan anak ditempatkan secara terpisah dari orang dewasa dan hak-haknya tetap 104

terpenuhi seperti makan, pakaian, dan pendampingan dari penasehat hukum. 4. Memastikan anak mendapat perlakuan yang baik selama masa penahanan. Mendapat kunjungan dari keluarga. 5. Mendapatkan akses pendidikan. 6. Menganalisa kasus dan kemungkinan penyelesaiannya. Jika berdasarkan syarat dan ketentuan dapat dilakukan upaya diversi maka PK: Merekomendasikan upaya diversi dengan pertimbangan dan analisa yang mendalam. Pertimbangan upaya diversi terus dilakukan pada setiap tingkat pemeriksaan. Misalnya pada saat tingkat penyidikan upaya diversi gagal, maka PK wajib memberikan pertimbangan upaya diversi pada tingkat penuntutan dengan menyampaikan laporan hasil upaya diversi sebelumnya. Sehingga kegagalan yang dilakukan tidak terulang dan dapat dicarikan alternative pilihan lainnya. Hal ini juga dilakukan pada saat pemeriksaan pada pengadilan. Sesuai dengan pasal 52 bahwa hakim juga wajib melakukan upaya diversi sebelum anak diajukan ke persidangan. Mencarikan beberapa alternatif bentuk saran penyelesaian dengan pendekatan keadilan restoratif 105

seperti anak dikembalikan ke orang tua, diserahkan ke lembaga, mengikuti kerja sosial atau alternatif lainnya sebagaimana di atur dalam UU SPPA bentuk-bentuk tindakan yang dapat diberikan kepada anak. Selanjutnya bersama penyidik mempersiapkan dan membantu memfasilitasi upaya pertemuan musyawarah atau yang lebih dikenal melalui mediasi. PK Bapas dalam mediasi memiliki peran sangat strategis karena: Memiliki akses lebih luas kepada penyidik, anak/keluarga, korban maupun masyarakat. Memiliki data dan informasi yang lebih banyak terkait anak. Maka dalam mediasi harus bersifat netral dalam menyampaikan hasil penelitiannya. Upaya mediasi dilakukan oleh orang yang netral dan dapat berikap adil. Mediator sebaiknya dilakukan oleh orang yang tidak menangani kasus tersebut boleh dari PK Bapas, penyidik, peksos, tokoh masyarakat atau pun lainnya. 106

PK pada kesempatan ini mendampingi anak dan mengawal proses mediasi hingga dihasilkan kesepakatan. C. PENDAMPINGAN, PEMBIMBINGAN DAN PENGAWASAN HASIL KESEPAKATAN DIVERSI Pada saat kesepakatan diversi telah dicapai pada saat tahap pra ajudikasi dan telah mendapat penetapan dari pengadilan, maka tugas PK adalah melakukan pendampingan, pembimbingan dan pengawasan terhadap anak. Pendampingan dan pembimbingan yang diberikan dalam bentuk: a) Memastikan anak dapat diterima keluarga, masyarakat atau dimana anak ditempatkan. b) Memastikan anak mendapatkan pemenuhan hak-haknya, c) Membantu mengatasi masalah-masalah yang dihadapi anak. d) Memberikan bimbingan kepribadian dan ketrampilan atau memfasilitasi akses layanan tersebut. e) Pengawasan yang dilakukan PK terkait bagaimana anak dan keluarga dapat memahami dan melaksanakan hasil kesepakatan yang telah dicapai pada saat musyawarah. 107

f) PK memberikan laporan hasil perkembangan pembimbingan dan pengawasannya kepada pejabat yang bertanggung jawab pada setiap tingkat pemerikasaan. (pasal 14) g) Setelah masa pembimbingan berakhir, PK membuat laporan pengakhiran pembimbingan namun jika pada saat proses pembimbingan terjadi pelanggaran dari hasil kesepakatan atau anak melakukan tindak pidana lagi, maka PK melaporkan hal tersebut dan kasus dapat dilanjutkan kembali (pasal 13). 108

BAB III TAHAP ADJUDIKASI A. PERAN PEMBIMBING KEMASYARAKATAN PADA TAHAP AJUDIKASI Peran PK saat persidangan yaitu mendampingi anak dengan memastikan apakah proses persidangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu: a) Hakim yang menangani adalah hakim anak dan dilakukan tunggal kecuali untuk kasus-kasus tertentu yang ancamannya diatas 7 tahun ( kutip pasal). b) PK juga memastikan ketentuan proses persidangan seperti tempat sidang, waktu, petugas dan aph tidak memakai seragam sebagaimana diatur pada pasal 22 dan juga memastikan hak-hak anak seperti didampingi oleh pengacara. c) Pada saat persidangan, PK menyampaikan dan membacakan hasil penelitian kemasyarakatan. d) Mendampingi saksi yang tidak bisa hadir melalui perekaman elektronik. e) Menyampaikan kepada hakim terkait hal-hal yang menguntungkan bagi anak. 109

f) Meminta surat putusan pengadilan (kutip pasal kewajiban hakim/pengadilan untuk menyampaikan putusan kepada PK). B. UPAYA RESTORATIVE JUSTICE PADA TAHAP AJUDIKASI Inti keadilan restoratif adalah penyelesaian perkara tindak pidana dengan melibatkan pelaku, korban, keluarga pelaku/korban, dan pihak lain yang terkait untuk bersama-sama mencari penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan kembali pada keadaan semula, dan bukan pembalasan. Hal ini tentunnya berlalu dalam setiap upaya penyelesaian perkara anak baik melalui diversi ataupun persidangan. Pada saat tahap persidangan (ajudikasi), peran hakim lebih dominan karena selaku pemimpin jalannya persidangan. Keberhasilan proses sidang anak terletak pada hakim yang memimpin jalannya sidang. Peran PK disini adalah memberikan rekomendasi kepada hakim terkait bagaimana putusan yang sebaiknya diberikan kepada anak. Rekomendasi yang PK berikan harus akurat, tepat dan realistis dengan mempertimbangan kepentingan anak, korban, keluarga dan masyarakat yang tentunya pemberian putusan tindakan adalah skala prioritas. Rekomendasi putusan yang diberikan kepada anak juga harus melihat efek pembelajaran bukan yang bersifat penjeraan. 110

Sumber : https://www.google.com/search?q=ana K+INDONESIA&source=lnms&tbm C. PENDAMPINGAN DI PERSIDANGAN Peran PK dalam persidangan selain memberikan rekomendasi terhadap putusan hakim juga yang paling penting adalah bagaimana melakukan pendampingan sesungguhnya kepada anak, yaitu: a) Mendampingi klien dalam proses diversi ditingkat pengadilan. b) Memberikan penguatan mental klien saat akan menghadapi persidangan. c) Memfasilitasi dalam pemenuhan hak klien: misalnya penasehat hukum. 111

BAB IV POST ADJUDIKASI A. PROSES PENANGANAN ANAK DI BAPAS PADA TAHAP POST AJUDIKASI Post ajudikasi dapat diartikan sebagai pasca putusan pengadilan. Peran PK pada tahap ini meliputi bagaimana penanganan anak yang diputus oleh pengadilan dijatuhi pidana maupun tindakan. Dalam UU SPPA jenis pidana diatur pada pasal 71 yaitu: 1) Pidana pokok bagi Anak terdiri atas: a. pidana peringatan; b. pidana dengan syarat: pembinaan di luar lembaga; pelayanan masyarakat; atau pengawasan. c. pelatihan kerja; d. pembinaan dalam lembaga; dan e. penjara. 2) Pidana tambahan terdiri atas: a. perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana; atau 112

b. pemenuhan kewajiban adat. 3) Apabila dalam hukum materiil diancam pidana kumulatif berupa penjara dan denda, pidana denda diganti dengan pelatihan kerja. Adapun jenis tindakan yang dapat dijatuhkan kepada anak diatur pada pasal 82 yaitu: 1) pengembalian kepada orang tua/wali; 2) penyerahan kepada seseorang; 3) perawatan di rumah sakit jiwa; 4) perawatan di LPKS; 5) kewajiban mengikuti pendidikan formal dan/atau pelatihan yang diadakan oleh pemerintah atau badan swasta 6) pencabutan surat izin mengemudi; dan/atau 7) perbaikan akibat tindak pidana. B. PERAN PEMBIMBING KEMASYARAKATAN PADA TAHAP POST AJUDIKASI Peran Pembimbing Kemasyarakatan pada tahap Post Ajudikasi yaitu : Terhadap jenis putusan apapun yang dijatuhkan oleh hakim, maka peran PK selalu melekat dengan 113

membuat Litmas, pendampingan, pembimbingan dan pengawasan. Litmas dilakukan oleh PK untuk menentukan program pelayanan dan pembinaan serta program yang akan diberikan kepada anak. Pendampingan, pembimbingan dan pengawasan kepada anak dilakukan oleh PK dengan melibatkan pekerja sosial, pemuka masyarakatan maupun lembaga-lembaga layanan lainnya. Peran-peran tersebut akan lebih jelas kita bahas pada sub pokok bahasan selanjutnya. C. UPAYA KEADILAN RESTORATIF PADA TAHAP POST AJUDIKASI Upaya Keadilan Restoratif pada tahap Post Ajudikasi adalah : Mengawasi anak terkait upaya pemulihan hubungan dengan keluarga, korban dan masyarakat pada saat melaksanakan putusan hakim berupa tindakan dikembalikan kepada orang tua. Mengupayakan pemulihan hubungan dengan keluarga, korban dan masyarakatan pada saat anak menjalani pidana penjara hingga menjelang reintegrasi. Membuat litmas untuk program-program reintegrasi. 114

D. PENDAMPINGAN, PEMBIMBINGAN DAN PENGAWASAN HASIL PUTUSAN PENGADILAN Pendampingan, Pembimbingan dan Pengawasan hasil putusan pengadilan adalah: Anak yang berdasarkan putusan pengadilan dikembalikan ke orang tua, diberikan putusan pidana bersyarat atau pengawasan dan yang sedang menjalani integrasi (Pembebasan bersyarat, cuti bersyarat dll) dicatat dalam registrasi Bapas sebagai klien pemasyarakatan. PK berkewajiban melakukan pendampingan, pembimbingan dan pengawasan kepada klien. Pendampingan dapat diartikan sebagai peran pembimbing kemasyarakatan untuk mendampingi klien dalam menghadapi permasalahan; klien yang dimaksud disini adalah klien pemasyarakatan serta anak berkonflik dengan hukum. Pembimbingan adalah pemberian tuntunan untuk meningkatkan kualitas ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, pelatihan keterampilan, profesional, serta kesehatan jasmani dan rohani klien pemasyarakatan. 115

Pengawasan adalah suatu kegiatan untuk memastikan kepatuhan dan ketaatan anak dalam menjalankan putusan maupun ketentuan dalam proses pembimbingan. Secara garis besar tugas PK meliputi: a. Memastikan klien mematuhi dan melaksanakan hasil putusan. b. Memastikan klien dapat kembali ke keluarga dan masyarakat. c. Memfasilitasi pemenuhan hak-hak klien. d. Mencarikan akses layanan. e. Mendampingi klien yang memiliki permasalahan tertentu sehingga membutuhkan penanganan khusus misalnya sekolah,pekerjaan, penyakit atau lainnya. f. Memfasilitasi klien yang membutuhkan bimbingan/penanganan dari instansi luar/ pihak ketiga. 116

BAB V PENUTUP A. RANGKUMAN 1. Peran Balai Pemasyarakatan melalui petugas Pembimbing Kemasyarakatan (PK) dalam penanganan anak dimulai sejak tahap praajudikasi, ajudikasi hingga postajudikasi. PK memiliki peran strategis dalam setiap tahapan tersebut dengan melakukan penelitian kemasyarakatan, pendampingan, pembimbingan dan pengawasan. 2. Tahap praajudikasi dimulai sejak anak ditangani penyidik pada tahap penyidikan, penuntutan di kejaksaan dan pelimpahan berkas di pengadilan sebelum sidang dilakukan. Pada tahap praajudikasi, anak wajib diupayakan diversi sesuai dengan syarat dan ketentuan dalam UU SPPA. Selama proses diversi berlangsung hingga menghasilkan putusannya, PK melakukan pendampingan, pembimbingan dan pengawasan terhadap anak. 3. Tahap ajudikasi yaitu saat anak diajukan ke persidangan di pengadilan. PK melakukan pendampingan pada saat sidang berlangsung. Anak dapat diberikan putusan hakim berupa tindakan atau pidana. 117

4. Tahap post ajudikasi yaitu sejak anak diputus oleh pengadilan hingga berakhirnya masa menjalani putusan baik berupa tindakan maupun pidana. Selama menjalani putusan baik di luar lembaga maupun didalam lembaga, PK wajib melakukan pendampingan, pembimbingan dan pengawasan. B. LATIHAN SOAL 1. Coba jelaskan, Bagaimana peran Bapas (PK) dalam penanganan anak? 2. Apa yang dimaksud dengan tahap pra ajudikasi, ajudikasi dan pos ajudikasi? 3. Jelaskan bagaimana peran PK : a. Upaya diversi b. Saat persidangan c. Perawatan dan pembinaan di LPAS atau di LPKA d. Pembinaan di Lembaga Sosial/Panti e. Anak dikembalikan ke orang tua f. Anak yang menjalani reintegrasi 118