ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN DI DIVISI GROCERY PT. HERO SUPERMARKET Tbk. CABANG HERO SOLO SQUARE

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT

BAB 2 LANDASAN TEORI

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

Persediaan adalah barang yang sudah dimiliki oleh perusahaan tetapi belum digunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Having inventory is cost company money and not having inventory is cost company money (

Pengelolaan Persediaan

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Manajemen Persediaan

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ. Hanna Lestari, M.Eng

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT)

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER QUANTITY PROBABILISTIC MODEL

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai.

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MODEL PERSEDIAAN SINGLE-ITEM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN TINGKAT KADALUWARSA DAN PENGEMBALIAN PRODUK

MANAJEMEN PERSEDIAAN ILHAM SUGIRI HAMZAH KARIM AMRULLAH ARIE TINO YULISTYO

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif

kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi

OPTIMASI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PT. SIANTAR TOP TBK ABSTRAK

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) EOQ. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT. SANTOSA AGRINDO. Ira Mutiara 1, Moh. Mukhsin 2

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat di indonesia, pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

Sistem Pengendalian Persediaan Dengan Permintaan Dan Pasokan Tidak Pasti (Studi Kasus Pada PT.XYZ)

Manajemen Persediaan. Penentuan Jumlah Persediaan (Stochastics Model) Hesti Maheswari SE., M.Si. Manajemen. Modul ke: 05Fakultas Ekonomi & Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. bahan baku sangat besar sehingga tidak mungkin suatu perusahaan akan dapat

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113

Bab 2 LANDASAN TEORI

Persediaan. by R.A.H

USULAN PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN UNTUK MEMINIMASI BIAYA TOTAL PERSEDIAAN MENGGUNAKAN METODE OPTIONAL REPLENISHMENT PADA PT SANTOMIC MITRA BERSAMA

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. produksi per bulan mencapai 200 pcs untuk semua jenis produk.

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O

USULAN PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA ZUPPA ICE CREAM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KNOWN PRICE INCREASES

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang di dunia industri persaingan antar perusahaan

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Ngadiluwih, Kediri. UD. Pilar Jaya adalah perusahaan yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENENTUAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KEDELAI YANG OPTIMAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE STOCKHASTIC PADA PT. LOMBOK GANDARIA

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam menunjang operasi (kegiatan) dari perusahaan

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, mendorong setiap perusahaan untuk mempunyai manajemen yang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan usahanya, perusahaan sebagai suatu organisasi

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh :

BAB II LANDASAN TEORI

Prosiding Manajemen ISSN:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Pengendalian Manajemen ( Management Control System ) adalah 1

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

INVESTASI DALAM PERSEDIAAN

Transkripsi:

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN DI DIVISI GROCERY PT. HERO SUPERMARKET Tbk. CABANG HERO SOLO SQUARE MIFTAKHUL ARFAH HADIANI Program Studi Teknik Industri Universitas Suryadarma Jakarta ABSTRAK PT. Hero Supermarket Tbk Cabang Hero Solo Square adalah perusahaan retail yang menyediakan kebutuhan sehari-hari dan menjual kurang lebih 900 macam produk, yang terbagi menjadi 2 macam, yaitu fresh item dan grocery. PT.Hero Supermarket Tbk Cabang Hero Solo Square bekerjasama dengan lebih dari 68 perusahaan sebagai supplier extern untuk memenuhi permintaan konsumen. Pada kondisi real, perusahaan sering mengalami overstock untuk produk-produk yang hampir expired maupun rusak. Stock out juga kadang terjadi sehingga kebutuhan konsumen ada yang tidak terpenuhi. Beberapa supplier tidak mau menerima retur dari produk yang telah dibeli dan jika produk-produk tersebut hampir expired maupun rusak akan digolongkan dalam produk broken stock. Hal ini mampu menurunkan keuntungan (profit) yang diperoleh perusahaan. Dalam penelitian ini dilakukan analisis pengendalian persediaan menggunakan model Economic Order Quantity (EOQ), Reorder Point (ROP) dan perbandingan biaya pesan antara hasil perhitungan metode EOQ dengan metode yang diterapkan perusahaan saat ini. Dengan penerapan metode EOQ besarnya biaya pemesanan yaitu Rp. 201.563,92. Sedangkan dengan metode yang diterapkan perusahaan, besarnya biaya pemesanan yaitu Rp. 472.650. Selisih dari kedua biaya tersebut adalah Rp. 271.086,08. Dari selisih tersebut diperoleh nilai penghematan sebesar 57,35 % Kata Kunci : persediaan, retail, EOQ, ROP PENDAHULUAN Persediaan adalah suatu elemen yang penting dalam operasional badan usaha. Tanpa adanya persediaan badan usaha akan dihadapkan pada risiko tidak dapat memenuhi kebutuhan para langganan sehingga mengakibatkan target pelayanan terhadap pelanggan tidak terpenuhi (Gaspersz, 2004). Pengendalian persediaan memiliki arti yang sangat penting karena merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pelayanan perusahaan retail. Pengendalian persediaan di PT. Hero Supermarket Tbk dipusatkan di bagian grocery store room. Produk yang harus disediakan oleh PT. Hero Supermarket sekitar 900 jenis terdiri dari fresh item dan grocery serta dipesan dari 68 supplier. Keputusan yang menyangkut berapa banyak dan kapan harus melakukan pemesanan merupakan hal yang khusus dalam masalah persediaan, terlebih lagi bila kebutuhan persediaan terdiri dari beberapa jenis produk, dengan pemasok yang berbeda serta anggaran yang terbatas (Fogarty, 1991). Pada kondisi real, perusahaan mengalami fluktuasi persediaan yang cukup tinggi. Pada saat diperkirakan permintaan naik, perusahaan akan menimbun produk dalam jumlah banyak, sehingga besar kemungkinan untuk terjadi overstock jika permintaan sebenarnya lebih rendah dari perkiraan. Sebaliknya, pada saat perusahaan memperkirakan permintaan akan sedikit, perusahaan belum menerapkan sistem safety stock sehingga tidak bisa memenuhi permintaan konsumen yang tiba-tiba meningkat melebihi persediaan yang ada atau sering disebut dengan istilah stock out. Ada beberapa supplier yang tidak mau menerima retur dari produk yang telah dibeli. Jika produk-produk tersebut hampir expired maupun rusak akan digolongkan dalam produk broken stock. Hal ini mampu menurunkan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Salah satu visi dari PT Hero Supermarket Tbk. adalah Untuk 26

mendapatkan profit yang tinggi, maka kepuasan pelanggan harus diutamakan agar pelanggan menikmati pelayanan berbelanja di Hero. Sehubungan dengan visi dan misi tersebut, maka PT Hero Supermarket menghindari terjadinya stock out. Hal ini berkaitan dengann service level yang harus dipenuhi oleh pihak perusahaan dalam melakukan pelayanan kepada konsumen. Pada tahun 2007 terjadi stock out yang cukup signifikann dalam menurunkan profit PT Hero Supermarket Tbk. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1. 40% 20% 10% 20 0% 30% 30% 40% 30% 20% 30% 40% 20% 40% 30% 0% Gambar 1. Persentase stock out semua produk di PT Hero Supermarket Tbk Cabang Hero Solo Square tahun 2007 (PT. Hero Supermarket Tbk Cabang Hero Solo Square) Pada akhir bulan Januari 2007, terdapat 10 % dari total kurang lebih 1200 produk atau sama dengan kurang lebih 120 produk yang ada di PT Hero Supermarket Tbk. yang mengalami stock out. Sedangkan pada bulan Desember 2007 terjadi peningkatan persentase jumlah stock out sebesar 20 % dibandingkann pada bulan Januari 2010 menjadi 30% %. Kekurangan atau tidak tersedianya suatu item yang diperlukan oleh konsumen dapat berakibat lost sale dan mengurangi profit PT. Hero Supermarket Tbk Cabang Hero Solo Square. Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dirumuskan permasalahan yaitu bagaimana merencanakan pengendalian persediaan dengan menggunakan analisis EOQ dan ROP untuk mengurangi jumlah over stock dan stock out? Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah merencanakan pengendalian persediaan dengan menggunakan analisis EOQ dan ROP untuk mengurangi jumlah over stock dan stock out. Manfaat yang ingin diperoleh dengan adanya penelitian ini adalah memberikan masukan kepada perusahaan dalam merencanakan pengendalian persediaan. Pada penelitian ini, batasan permasalahan yang digunakan adalah : a. Penelitian dilakukan pada divisi grocery di PT. Hero Supermarket Tbk Cabang Hero Solo Square. b. Data yang digunakan dalam laporan kerja praktek ini merupakan data pada bulan Juni dan Juli 2007. c. Pembahasan hanya dibatasi pada dikembalikan ke supplier. Pada penelitian ini, asumsi-asumsi yang digunakan antara lain : a. Tingkat permintaan diketahui, bersifat konstan dan deterministik. b. Leadtime, yaitu waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan, diketahui dan bersifat konstan. c. Tidak diperbolehkan adanya shortage d. Ukuran pemesanan kontinyu dengan tingkat pemesanan tak terhingga. e. Biaya produk bersifat independent. f. Diskon berdasarkan besarnya pemesanan diperhitungkan. produk tidak 27

METODE Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, dan untuk suku cadang bagi mesin. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam proses, barang jadi, ataupun suku cadang. Tidak ada perusahaan yang beroperasi tanpa persediaan, meskipun sebenarnya persediaan hanyalah suatu sumber dana yang menganggur, karena sebelum persediaan digunakan berarti dana yang terikat di dalamnya tidak dapat digunakan untuk keperluan yang lain (Herjanto,1999). Menurut Herjanto (1999), sistem pengendalian persediaan adalah mekanisme mengenai bagaimana mengelola masukan-masukan yang sehubungan dengan persediaan menjadi output, di mana untuk itu diperlukan umpan balik agar output memenuhi standar tertentu. Persediaan secara umum dapat diartikan sebagai stok bahan atau material sebagai pembentuk organisasi persediaan yang termasuk ke dalam interaksi bahan, produk-produk setengah jadi, orang-orang, mesin-mesin dan ketersediaan gudang. Pengertian persediaan menurut Gaspersz (2004), adalah : Penyimpanan dari barang dan stok, termasuk bahan baku (raw material), work-in-process (WIP), produk akhir (finished products), dan supplies. Tersine (1994) mendefinisikan persediaan sebagai : Material yang menganggur atau belum selesai yang berada pada keadaan menunggu penjualan, penggunaan, atau perpindahan pada waktu yang akan datang. Dari beberapa definisi sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa persediaan merupakan suatu barang atau bahan baik itu bahan mentah, bahan setengah jadi atau barang jadi yang dengan sengaja disimpan sebagai persediaan guna mengantisipasi permintaan pada waktu yang akan datang sehingga dapat menunjang kelancaran proses produksi dan memberikan keuntungan perusahaan. Pengadaan persediaan tersebut bertujuan agar perusahaan mempunyai kemampuan yang tinggi terhadap kebutuhan pelanggan dengan adanya jaminan tersedianya barang yang diperlukan, mengurangi resiko kehilangan pembeli keterlambatan kedatangan barang atau bahan baku yang diperlukan perusahaan, mempertahankan kestabilan dan kelancaran arus produksi, mencapai penggunaan mesin yang optimal, mendapatkan keuntungan yang ekonomis jika produksi atau pembelian dilakukan dalam jumlah besar dan memelihara hubungan yang baik dengan supplier dan terjaminnya kontinuitas supply. Pada dasarnya persediaan dimaksudkan untuk mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk membuat barang produksi yang selanjutnya disampaikan kepada konsumen. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persediaan Menurut Gaspersz (2004), persoalan persediaan dapat diklarifikasi dalam banyak cara, namun beberapa karakteristik yang pada umumnya berpengaruh pada suatu sistem: a. Permintaan (demand). Pengetahuan untuk mengetahui kebutuhan di masa yang akan datang dapat dibagi dalam tiga kelas : 1) Permintaan bahan baku yang akan datang diketahui dengan pasti, disebut sebagai persoalan persediaan dengan kepastian (Inventory Problem Under Certainty). 2) Permintaan bahan baku untuk waktu yang akan datang tidak dapat diketahui dengan pasti, disebut persoalan dengan resiko (Inventory Problem Under Risk). 3) Permintaan bahan baku untuk waktu yang akan datang tidak dapat diketahui dengan pasti baik jumlahnya maupun kemungkinannya disebut dengan persoalan persediaan dengan ketidakpastian (Inventory Problem Under Uncertainty). b. Pengisian Kembali Persediaan (Replenishment). Pengisian kembali persediaan pada umumnya bisa dikendalikan oleh pengambil keputusan, pola pengisian kembali 28

persediaan yang seketika pada umumnya terjadi apabila berhubungan dengan pembelianpembelian atau pemesanan kepada pihak diluar organisasi yang bersangkutan. Sedangkan pola uniform dan batch biasanya terjadi bila pengisian kembali persediaan diusahakan dari dalam organisasi itu sendiri c. Waktu Ancang-Ancang (Lead Time). Waktu ancang-ancang atau lead time adalah lamanya waktu antara keputusan untuk mengisi persediaan diambil, sampai saat persediaan siap untuk melayani permintaan. Waktu ancang ini biasanya konstan, bisa variabel dan dapat pula distribusi kemungkinan tertentu. d. Pembatas. Pembatas (constraint) adalah pernyataan yang membatasi di dalam sistem persediaan, seperti misalnya pembatas yang berhubungan dengan ruangan, modal, tingkat pelayanan, tenaga kerja dan lain sebagainya e. Ongkos-Ongkos Persediaan. Ada tiga macam biaya atau ongkos yang berhubungan dengan sistem persediaan yaitu ongkos penyimpanan (holding cost), biaya kekurangan persediaan (shortage cost) dan ongkos pemesanan (procurement cost). Model Sistem Persediaan Tersine (1994) berpendapat bahwa, pada sistem persediaan, ketidakpastian yang tidak dapat dihindarkan dapat berasal dari : a. Pemakai (user) yang berupa fluktuasi kebutuhan yang dicerminkan oleh variansi atau standar deviasi permintaan. b. Pemasok (supplier) yang berupa waktu pengiriman barang yang dicerminkan oleh waktu ancangancang. Dihadapkan pada sistem probabilistik tersebut maka dalam persediaan diperlukan adanya cadangan pengaman. Dengan demikian persoalan kebijakan persediaan dalam sistem persediaan probabilistik meliputi hal berikut : a. Menentukan besarnya ukuran pemesanan. b. Menentukan saat pemesanan dimulai. c. Menentukan besarnya cadangan pengaman. Untuk menentukan kebijakan persediaan ini dikenal dua metode dasar yaitu metode Q dan metode P yang merupakan dasar penurunan metode pengendalian yang lain. Asumsi yang dikembangkan dalam pembahasan kedua model ini adalah : Permintaan barang yang bersifat probabilistik dengan distribusi permintaan diketahui. a. Waktu ancang-ancang (lead time) konstan. b. Harga barang yang dipesan konstan tidak tergantung pada ukuran pemesanan. c. Biaya pengadaan tetap untuk setiap kali pemesanan. d. Biaya simpan per unit per tahun tetap tidak tergantung besarnya barang yang disimpan. Ditinjau dari segi biaya, adanya fenomena probabilistik ini menyebabkan tambahan elemen biaya kekurangan persediaan dan biaya simpan cadangan pengaman perlu diperhitungkan dalam perhitungan biaya total persediaan selain biaya pengadaan. Pada sistem ini, baik permintaan maupun waktu ancang-ancang (lead time) bersifat probabilistik. Berdasarkan permintaan dan lead time yang demikian itu, maka sistem ini dapat dibedakan menjadi tiga macam: a. Sistem persediaan probabilistik dengan permintaan yang berubah tetapi lead time tetap. b. Sistem persediaan probabilistik dengan permintaan tetap tetapi lead time berubah-ubah. c. Sistem persediaan probabilistik dengan permintaan dan lead time yang berubah-ubah. Karena sifat probabilistik dari permintaan dan lead time tersebut, maka tidak dapat diramalkan secara tepat jumlah unit yang harus disediakan selama lead time. Untuk menjamin agar permintaan selama lead time dapat dipenuhi, diperlukan sejumlah unit persediaan tertentu yang lazim disebut safety stock. 29

Safety stock dimaksudkan sebagai persediaan cadangan yang digunakan untuk terpenuhinya permintaan selama lead time yang melebihi jumlah yang diharapkan. Model probabilistik dapat dilihat pada Gambar 2. ROP Q S S L Cycle I Cycle II L waktu Gambar 2. Sistem Persediaan Probabilistik. Dari Gambar 2 dapat diketahui, bahwa lead time tidak tetap begitu pula permintaan selama lead time (L). Pada cycle I permintaan (D) lebih besar dari jumlah unit yang diharapkan, sehingga hal ini mengurangi safety stock. Makin besar safety stock makin menjamin pelayanan sebab resiko kekurangan persediaan menjadi semakin kecil. Akan tetapi dengan meningkatnya jumlah safety stock akan memperbesar modal yang terikat dalam persediaan, begitu pula halnya dengan ongkos persediaan atau ongkos penyimpanan. Menentukan besarnya persediaan dengan sistem persediaan probabilistik ini dapat dilakukan dengan cara sedemikian rupa sehingga safety stock berada pada tingkat yang dapat memberikan suatu keseimbangan yang tepat antara ongkos kekurangan persediaan dan ongkos safety stock. Menurut Tersine (1994) dalam Betty (2007), terdapat dua pendekatan dalam menentukan besarnya persediaan dengan sistem persediaan probabilistik, yaitu pendekatan dalam menentukan jumlah persediaan dan waktu pemesanan. Klasifikasi dari kedua pendekatan ini bisa dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Klasifikasi Pendekatan Sistem Persediaan Probabilistik (Tersine,1994) Reorder Point Model Menurut Gaspersz (2004), pada dasarnya metode ROP (sinonim : order point, trigger level, statistical order point) merupakan suatu teknik pengisian kembali inventori apabila total stock on-hand plus on-order jatuh atau berada di bawah titik pemesanan kembali (reorder point =ROP). ROP merupakan metode inventori yang menempatkan suatu pesanan untuk lot 30

tertentu apabila kuantitas on-hand berkurang sampai tingkat yang ditentukan terlebih dahulu yang dikenal sebagai titik pemesanan kembali (ROP). ROP dihitung berdasarkan formula : ROP = DLT +SS Di mana : ROP = titik pemesanan kembali (Reorder Point) DLT = Permintaan selama waktu tunggu SS = Stok pengaman (safety stock) Asumsi yang digunakan untuk model ini antara lain: a. Pengisian kembali dilakukan seketika. b. Lead time deterministik. Pada suatu sistem persediaan, pola dari permintaan akan selalu berubah dan tidak tidak beraturan, seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Dalam Gambar 4 dijelaskan tiga siklus dari sistem persediaan. Pada siklus pertama, permintaan selama lead time sangat tinggi sehingga menyebabkan terjadinya stock out. Pada siklus kedua, permintaan selama lead time kurang dari yang diperkirakan dan terjadi pengisian kembali sebelum jumlah safety stock dicapai. Pada siklus ketiga, permintaan selama lead time lebih tinggi yang diperkirakan, tetapi safety stock mampu mencukupi permintaan tersebut. (Tersine, 1994) Gambar 4. Model Persediaan ROP (Tersine, 1994) Persediaan Pengamanan (Safety Stock) Model persediaan tradisional diasumsikan baik permintaan maupun tenggang waktu pengiriman pasok adalah tetap. Namun dalam permintaan dan tenggang waktu yang berubah-ubah sehingga beresiko dan dapat dirugikan. Hal ini dapat diatasi dengan menyimpan persediaan dalam jumlah yang besar, yang disebut persediaan penyangga (safety stock). Makin besar persediaan ini maka semakin besar resiko dalam bentuk dana yang terikat dalam persediaan, kemungkinan kerusakan barang dan kemungkinan penambahan biaya lainnya. Dalam hal ini harus diupayakan untuk memperkecil resiko kehabisan persediaan. Walaupun resiko persediaan dapat diperkecil dengan memperkecil persediaan penyangga, resiko yang berhubungan dengan buruknya pelayanan persediaan menjadi meningkat, termasuk biaya-biaya pemesanan tertunda (back order), kehilangan penjualan, gangguan pada produksi, dan seterusnya. Cadangan pengaman akan menjadi besar dalam hal: 1) Ongkos kekurangan persediaan yang mahal. 2) Tingkat pelayanan yang diinginkan tinggi. 3) Variasi kebutuhan yang menjadi besar. 4) Variasi waktu ancang-ancang yang dimiliki besar. Besarnya safety stock adalah SS = Z LT ( d) Dimana Z : Service level yang diinginkan LT : Lead time σd : Standar deviasi dari tingkat kebutuhan Hubungan antara safety stock dan service level ditunjukkan pada Gambar 5. Gambar 5 menunjukkan bahwa semakin tinggi service level maka semakin tinggi pula jumlah safety stock dan biaya persediaan. 31

Gambar 5. Hubungan antara Safety Stock dan Service Level ( Tersine, 1994) Safety Stock bisa ditentukan dari minimasi biaya penyimpanan dan biaya stock out jika diketahui, atau berdasarkan service level yang telah ditetapkan manajemen. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan yaitu data sekunder yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi dan dikumpulkan oleh pihak PT Hero Supermarket Tbk Cabang Hero Solo Square. Data-data tersebut diperoleh dari bagian Divisi Grocery PT Hero Supermarket Tbk Cabang Hero Solo Square. Data sekunder yang dikumpulkan berupa : a. Data umum perusahaan b. Data perusahaan supplier yang tidak menerima Credit Note c. Data produk-produk dari perusahaan supplier yang tidak menerima Credit Note d. Data penjualan 50 produk dari perusahaan supplier yang tidak menerima Credit Note periode Juni dan Juli 2007 e. Data pemesanan 50 produk dari perusahaan supplier yang tidak menerima Credit Note periode Juni dan Juli 2007 f. Data biaya persediaan (biaya pesan dan biaya simpan) g. Data lain-lain yang menunjang penelitian ini. Pengolahan Data Pada tahap ini, data-data yang telah diperoleh pada tahap pengumpulan data, kemudian dilakukan pengolahan terhadap data-data tersebut. Langkah-langkah penelitian bisa dilihat pada Gambar 6. 32

Gambar 6. Metodologi Penelitian Perhitungan Economic Order Quantity (EOQ), Safety Stock (SS), Reorder Point (ROP), dan maximum inventory. Langkah-langkah yang ditempuh dalam perhitungan Economic Order Quantity (EOQ), Safety Stock (SS), Reorder Point (ROP), dan maximum inventory yaitu : a. Economic Order Quantity (EOQ) 1) Mengetahui data permintaan dikembalikan ke supplier periode Juli 2007. 2) Mengetahui biaya simpan tiap item dikembalikan ke supplier. 3) Mengetahui biaya pesan tiap item produk yang tidak bisa dikembalikan ke supplier untuk satu kali pemesanan 4) Melakukan perhitungan Economic Order Quantity (EOQ) untuk masingmasing produk yang tidak bisa dikembalikan ke supplier. b. Safety Stock (SS) 1) Mengetahui permintaan mingguan dikembalikan ke supplier periode Juli 2007. 2) Mencari nilai deviasi standar dari permintaan mingguan produkproduk yang tidak bisa dikembalikan ke supplier 3) Mengetahui prosentase tingkat pelayanan perusahaan 4) Mencari nilai Z dari table distribusi normal (policy factor) 5) Melakukan perhitungan Safety Stock (SS) untuk masing-masing produk yang tidak bisa dikembalikan ke supplier. c. Reorder Point (ROP). 1) Mengetahui jumlah hari kerja dalam periode Juli 2007. 2) Mengetahui permintaan harian dikembalikan ke supplier periode Juli 2007. 3) Mengetahui lead time 4) Mengetahui nilai safety stock (SS) dikembalikan ke supplier periode Juli 2007. 5) Melakukan perhitungan Reorder Point (ROP) untuk masing-masing produk yang tidak bisa dikembalikan ke supplier periode Juli 2007 d. Maximum Inventory 1) Mengetahui nilai Economic Order Quantity(EOQ) produk-produk yang 33

tidak bisa dikembalikan ke supplier periode Juli 2007. 2) Mengetahui nilai Safety Stock (SS) dikembalikan ke supplier periode Juli 2007. 3) Melakukan perhitungan Maximum Inventory untuk masing-masing produk yang tidak bisa dikembalikan ke supplier periode Juli 2007. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis dalam penelitian ini terdiri dari analisis perhitungan Economic Order Quantity (EOQ), Reorder Point (ROP) dan perbandingan biaya pesan antara hasil perhitungan EOQ dengan metode yang diterapkan perusahaan saat ini. a. Analisis Economic Order Quantity (EOQ) Untuk dapat melaksanakan pengadaan produk dalam perusahaan, harus diadakan pemesanan terlebih dahulu. Dalam pelaksanaan pemesanan ini persoalan yang mungkin akan dihadapi perusahaan adalah menentukan berapa jumlah pemesanan yang paling optimal, sebelumnya manajemen perusahaan akan memperhitungkan baiya-biaya persediaan yang harus dikeluarkan dalam pemesanan tersebut. Kuantitas pemesanan yang optimal (Economic Order Quantity) adalah merupakan suatu jumlah pemesanan produk yang akan dapat mencapai biaya persediaan yang paling minimal. Dengan adanya kuantitas optimal ini diharapkan biaya-biaya persediaan yang timbul akan dapat ditekan serendah-rendahnya sehingga efisiensi persediaan produk dalam perusahaan dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya. Berdasarkan perhitungan pada pengolahan data diperoleh contoh hasil sebagai berikut : 1) Jumlah optimal setiap kali pemesanan Frestea Fruity Markisa 200 ml adalah 18 botol (1 botol = 1 item ) 2) Jumlah optimal setiap kali pemesanan Coca-cola Can 330 ml adalah 27 kaleng. 3) Jumlah optimal setiap kali pemesanan Coca-cola Diet LKL 330 ml adalah 10 kaleng. 4) Jumlah optimal setiap kali pemesanan Fanta Orange Pet 1.5 L adalah 8 botol. 5) Jumlah optimal setiap kali pemesanan Frestea Fruity Apel 200 ml adalah 17 botol. b. Analisis Reorder Point (ROP) Untuk mengatasi ketidak-pastian produk dari supplier harus dicari titik pemesanan kembali yang paling optimal (reorder point = ROP). Namun sebelumnya harus dicari terlebih dahulu waktu tunggu (lead time) yang tepat untuk produk tersebut. Adapun yang dimaksud reorder point adalah saat atau titik dimana harus diadakan pemesanan lagi sedemikian rupa sehingga penerimaan atau kedatangan produk yang dipesan itu tepat pada waktu dimana persediaan di atas safety stock sama dengan nol. Sedangkan lead time adalah jangka waktu sejak dilakukannya pemesanan sampai saat datangnya produk yang dipesan. Besar Reorder Point (ROP) berbanding lurus dengan besar demand dan leadtime. Jadi semakin besar demand dan leadtime maka semakin besar pula nilai Reorder Point (ROP). Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penentuan reorder point adalah: a. Penggunaan produk selama tenggang waktu mendapatkan produk yaitu waktu yang meliputi dimulainya usaha-usaha untuk memesan produk tersebut diterima dan ditempatkan dalam gudang. b. Besarnya safety stock yaitu jumlah persediaan pengaman yang harus ada untuk menjamin kelangsungan proses bisnis. Berdasarkan perhitungan pada pengolahan data diperoleh contoh hasil sebagai berikut : 34

1) Jika stock produk Frestea Fruity Markisa 200 ml telah mencapai jumlah 3 botol maka perlu diadakan pemesanan kembali. 2) Jika stock produk Coca-cola Can 330 ml telah mencapai jumlah 15 kaleng maka perlu diadakan pemesanan kembali. 3) Jika stock produk Coca-cola Diet LKL 330 ml telah mencapai jumlah 2 kaleng maka perlu diadakan pemesanan kembali. 4) Jika stock produk Fanta Orange Pet 1.5 L telah mencapai jumlah 3 botol maka perlu diadakan pemesanan kembali. 5) Jika stock produk Frestea Fruity Apel 200 ml telah mencapai jumlah 3 botol maka perlu diadakan pemesanan kembali. c. Analisis Perbandingan Hasil Penelitian dengan Kondisi di Perusahaan. Setelah dilakukan perhi-tungan pada pengolahan data, maka diperoleh penghematan biaya pemesanan produkproduk yang tidak bisa dikembalikan ke supplier. Perbandingan biaya pesan metode EOQ dengan metode yang saat ini diterapkan perusahaan adalah : Dengan EOQ= Rp. 201.563,92 Dengan metode perusahaan = Rp. 472.650,00 Selisih = Rp. 472.650,00 - Rp. 201.563,92 = Rp. 271.086,08 Nilai pengurangan =(Rp.271.086,08/Rp.472.650,00) x100% = 57,35450744 % Dengan penerapan metode EOQ besarnya biaya pemesanan yaitu Rp. 201.563,92. Sedangkan dengan metode yang diterapkan perusahaan besarnya biaya pemesanan yaitu Rp. 472.650. Selisih dari kedua biaya tersebut yaitu Rp. 271.086,08. Dari selisih tersebut diperoleh nilai penghematan sebesar 57,35 %. KESIMPULAN Penelitian pengendalian perse-diaan di PT Hero Supermarket Tbk Cabang Hero Solo Square dapat menyimpulkan bahwa dengan menggunakan analisis model Economic Order Quantity (EOQ) dan Re- Order Point (ROP), diperoleh nilai penghematan sebesar 57,35 % dibandingkan dengan metode penghitungan yang saat ini berjalan di perusahaan, sehingga bisa digunakan sebagai masukan untuk pengendalian persediaan dan mengurangi terjadinya over stock dan stock out. DAFTAR PUSTAKA Fogarty, D.W. et al. (1991). Production & Inventory Mangement. South Western Publishing Co. Gaspersz, Vincent. (2004). Production Planning and Inventory Control. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Herjanto, Eddy. (2003). Manajemen Produksi dan Operasi. PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Tersine, R.J. (1994). Principles of Inventory and Materials Management. Fourth Edition. Prentice-Hall. Inc., New Jersey. Yuliastuti, Beti. (2007). Skripsi. Pengendalian Persediaan Obat Gawat Darurat di Sub Gudang Obat Instalasi Farmasi RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 35