Artikel Publikasi TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN

KESANTUNAN MENOLAK DALAM INTERAKSI DI KALANGAN MAHASISWA DI SURAKARTA

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Artikel Publikasi KESANTUNAN DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI NONFORMAL DI KALANGAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI SWASTA SE-RAYON SURAKARTA

REALISASI TINDAK KESANTUNAN KOMISIF DI KALANGAN MASYARAKAT PEDAGANG PASAR TRADISIONAL NASKAH PUBLIKASI

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengguna bahasa itu sendiri. saling memahami apa yang mereka bicarakan. Fenomena ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dan perguruan tinggi pasti terdapat tenaga kependidikan. Dalam tenaga

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA IKLAN KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA. Naskah Publikasi

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

PERGESERAN TINDAK KESANTUAN DIREKTIF MEMOHON DI KALANGAN ANAK SD BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA. Naskah Publikasi

REALISASI BENTUK TINDAK TUTUR DIREKTIF MENYURUH DAN MENASIHATI GURU-MURID DI KALANGAN ANDIK TK DI KECAMATAN SRAGEN WETAN. Naskah Publikasi Ilmiah

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN

Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Jurnal Ilmiah. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BENTUK DAN POSISI TINDAK PERSUASIF DALAM WACANA SPANDUK DI LINGKUNGAN PEMERINTAHAN KOTA SURAKARTA: KAJIAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

KESANTUNAN BERBAHASA GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMA NEGERI 2 LINTAU BUO

Persyaratan. Oleh: A FAKULTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

TINDAK TUTUR IMBAUAN DAN LARANGAN PADA WACANA PERSUASI DI TEMPAT-TEMPAT KOS DAERAH KAMPUS

PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli)

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

Artikel Publikasi KESANTUNAN DIREKTIF DALAM PELAYANAN MASYARAKAT UMUM: STUDI KASUS DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN POLSEK SERENGAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan

BENTUK DAN STRATEGI PENOLAKAN MELAKSANAKAN TUGAS-TUGAS PEMBELAJARAN DI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA DAN SMK SEKABUPATEN REMBANG

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

WUJUD KESANTUNAN BERBAHASA DALAM BUKU AJAR BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR TINGKAT RENDAH KARANGAN MUHAMMAD JARUKI

PELANGGARAN PRINSIP SOPAN SANTUN PADA DIALOG ACARA MATA NAJWA EPISODE MELIHAT KE TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA GURU DAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 2 SUNGAI PINYUH

REALISASI TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA TENAGA KEPENDIDIKAN FKIP TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

ABSTRACT: Kata kunci: kesantunan, tuturan, imperatif. maksim penghargaan, maksim kesederhanaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38).

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

ANALISIS KESANTUNAN BAHASA DALAM KONTEKS PEMBELAJARAN TEKS NEGOSIASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika syarat syarat tertentu

BAB III METODE PENELITIAN

REALISASI TINDAK TUTUR REPRESENTATIF DAN DIREKTIF GURU DAN ANAK DIDIK DI TK 02 JATIWARNO, KECAMATAN JATIPURO, KABUPATEN KARANGANNYAR NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA DI LINGKUNGAN TERMINAL SEKITAR WILAYAH BOJONEGORO DENGAN PRINSIP KESANTUNAN LEECH

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekitar, sosial budaya, dan juga pemakaian bahasa. Levinson

BAB I PENDAHULUAN. sedang mengalami perubahan menuju era globalisasi. Setiap perubahan

BENTUK SINONIMI KATA DALAM NOVEL KOLEKSI KASUS SHERLOCK HOLMES KARYA SIR ARTHUR CONAN DOYLE NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

Diajukan oleh: A JUNI, 2015

Lili Tansliova Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan USI

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran

Prinsip Kerjasama Dan Kesantunan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Pendekatan Saintifik

KESANTUNAN BERBAHASA MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAANGKATAN DENGAN KARYAWAN UNESA. Pembimbing Dra.

KAJIAN KESOPANAN DALAM TUTURAN TRANSAKSI PEMBIAYAAN DI PT BFI FINANCE TBK. CABANG SOLO NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh:

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial antara orang satu dengan yang lainnya. Dalam. komunikasi dibutuhkan alat komunikasi agar hubungan antarmanusia

ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA PADA KEGIATAN PEMBELAJARAN KELAS VIII E SMPN 2 KOTA BENGKULU TAHUN AJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

REALISASI PRINSIP KESOPANAN TUTURAN PENGAMEN PANTURA DAN PENGAMEN PASUNDAN

KESANTUNAN BERBAHASA PADA TUTURAN SISWA SMP

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588).

PRINSIP KERJA SAMA DAN KESANTUNAN TUTURAN PERAWAT DALAM MENGHADAPI PASIEN YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo

KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN

KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK

BAB I PENDAHULUAN. (Chaer, 2010: 22). Sehingga dalam bertutur tentu menggunakan bahasa dalam

PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNANLEECH DALAM DIALOG FILM MY STUPID BOSSKARYA UPI AVIANTODAN RELEVANSINYATERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan.

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Austin (dalam Nadar, 2009: 11) pada dasarnya pada saat seseorang

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat

KESANTUNAN BERTUTUR DI KALANGAN AWAK KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BOYOLALI: TINJAUAN PRAGMATIK

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI

KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN MASYARAKAT DESA SOMOPURO KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

ANALISIS ASPEK MAKNA TUJUAN PADA SLOGAN LALU LINTAS DI KOTA SURAKARTA : TINJAUAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. kuantitatif. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

PRINSIP KESANTUNAN DALAM TUTURAN PENUTUR PADA ACARA TALKSHOW INDONESIA LAWYERS CLUB; SUATU TINJAUAN PRAGMATIK.

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

TINDAK TUTUR ILOKUSI DIREKTIF PADA TUTURAN KHOTBAH SALAT JUMAT DI LINGKUNGAN MASJID KOTA SUKOHARJO

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sarana komunikasi, maka segala yang berkaitan dengan

SKRIPSI. Oleh Izza Maulida NIM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku yang relevan dengan kajian

ANALISIS KESANTUNAN IMPERATIF DALAM TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AT TAUBAH: KAJIAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

Transkripsi:

Artikel Publikasi TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diajukan oleh: YUSUF SETYA NUGROHO A310110055 PORGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA MEI, 2015

UNIYBRSITAS MUHAMMADIYAII SURAKARTA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jl. A. Yani Tromol Pos I - Pabelan, Kartasura Telp. (0271) 717417 Fax : 71 5 1448 Surakarta 57102 SURAT PERSETUJUAN ARTIKEL PUBLIKASI Yang bertanda tangan ini pembimbing/ skripsi/ tugas akhir: Nama : Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum NIP/NIIK :NIK. 196504281993031001 Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi/ tugas akhir dari mahasiswa: Nama NIM : Yusuf Setya Nugroho : A 310110055 Program Studi : Pendidikan Bahasa lndonesra Judul Skripsi : TINDAK KESANTTINAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN Naskah artikel tersebut layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian persetujuan tersebut dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya. Surakarta, 5 April2015 Pembimbing, <it\+^n\<. I Prof. Dr. Harun Joko Prayitno. M.Hum NIK. 1 9650 428t99303t001

TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN Yusuf Setya Nugroho A310110055 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta 57102 yusufsetya@ymail.com ABSTRAK Studi yang dilakukan ini bertujuan untuk memaparkan bentuk kesantunan berbahasa yang digunakan pembantu terhadap majikan. Suatu tuturan yang mengandung unsur kesantunan berbahasa menjadi objek utama dalam studi ini, serta teknik dan strategi kesantunan berbahasa yang digunakan pembantu. Jenis penelitian ini berupa penelitian deskriptif kualitatif. Objek dalam studi ini sudah jelas, yakni berupa tuturan pembantu dalam berkomunikasi dengan majikan. Kemudian data dalam studi ini berupa frase, klausa, dan kalimat dari tuturan pembantu. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa teknik sadap, rekam, dan catat. Teknik analisis data dalam penelitian ini berupa pada intralingual. Hasil studi yang telah dilakukan berupa, 1) studi ini menemukan 5 jenis maksim dari 6 maksim yang ada, yang tidak ditemukan berupa maksim simpati, 2) ditemukan sedikitnya 8 tenik dalam startegi kesantunan positif, serta 5 teknik dalam strategi kesantunan negatif, 3) sebagian besar tuturan pembantu menerapkan skala kesantunan milik Leech yakni skala untung rugi (cost-benefit scale) serta skala tersebut didominasi oleh penutur perempuan. Kata Kunci: kesantunan, teknik dan strategi, dan skala kesantunan 1

Pendahuluan Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi oleh penuturnya. Bahasa dipisahkan menjadi dua kelompok besar, yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Sebagaimana yang telah kita ketahui, manusia tidak semuanya memiliki tulisan yang sama (bahasa tulis). Demikian pula dalam bahasa lisan, manusia tidak memiliki suara tuturan yang sama. Akan tetapi afeksi-afeksi jiwa yang ditandai oleh kata-kata tuturan, baik tulis maupun lisan adalah sama bagi keduanya. Pemilihan bahasa oleh penutur lebih mengarahkan pada bahasa yang komunikatif. Melalui konteks situasi yang jelas suatu peristiwa komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Dalam hal ini, istilah tindak tutur muncul karena dalam pengucapan sesuatu, penutur tidak sematamata menyatakan tuturan, tetapi dapat mengandung maksud dan tujuan dibalik tuturan. Dewasa ini banyak pekerjaan atau profesi yang yang memerlukan keahlian dalam bertutur, misalnya guru, pengacara, hakim polisi, bahkan pembantu rumah tangga sekalipun. Tuturan sangat penting dilakukan untuk menyampikan informasi pada mitra tutur. Sering kali kita jumpai seorang pembantu rumah tangga yang bertutur kepada majikannya untuk sekadar bertanya ataupun menyampikan informasi yang didapat oleh pembantu rumah tangga tersebut. Tuturan pembantu rumah tangga sangat unik untuk diteliti, karena tuturan tersebut diujarkan bukan dalam konteks situasi formal atau resmi, namun menggunakan bahasa yang halus di luar keformalan. Selain itu, tuturan pembantu rumah tangga juga memiliki kadar kesantunan, karena penutur (pembantu rumah tangga) menghormati mitra tutur (majikannya), sehingga bahasa tutur yang digunakan pembantu rumah tangga kepada majikan tergolong santun dan sopan. Konteks situasi di luar keformalan tersebut menjadikan tuturan pembantu rumah tangga kepada majikan mengandung makna berupa kesopanan. Biasanya tuturan tersebut digunakan pada situasi saat menyatakan janji dan penawaran, misalnya berjanji, bersumpah, mengancam, dan menyatakan kesanggupan. Sementara itu, peristiwa tindak tutur yang dihasilkan dari tuturan tersebut berupa tindak tutur ilokusi berjenis komisif. Tindak tutur komisif merupakan tindak tutur 2

yang mengikat penutur untuk melaksanakan apa yang telah dituturkan. Penutur dituntut tulus atau suka rela dalam melaksanakan apa yang telah dituturkan. Untuk mengetahui seberapa tinggikah tindak kesantunan berbahasa yang digunakan oleh penutur (pembantu) terhadap mitra tutur (majikan) dapat menerapkan prinsip kesantunan milik Leech, menurut Leech (2011: 206) untuk menerapkan prinsip kesantunan diperlukan adanya maksim, maksim tersebut dibagi menjadi 6 jenis, yakni (1) maksim kearifan, (2) maksim kedermawanan, (3) maksim pujian, (4) maksim kerendahan hati, (5) maksim kesepakatan, (6) maksim simpati. Kesantunan merupakan hal yang harus diperhatikan dalam berutur kepada mitra tutur, untuk memberi kenyamanan dalam berkomunikasi, selain memberi rasa nyaman dalam berkomunikasi juga dapat menimbulkan rasa kewibawaan, atau rasa hormat terhadap mitra tutur. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Prayitno (2011: 26) menyatakan, bahwa kesantunan komunikasi merupakan strategi penutur untuk menjalin keterbukaan antara penutur-mitra tutur terhadap hal-hal yang dianggap tabu. Menurut Fraser dalam Chaer (2010: 47) kesantunan merupakan properti yang diasosiasikan dengan tuturan dan di dalam hal ini menurut pendapat si lawan tutur, bahwa si penutur tidak melampaui hak-haknya atau tidak mengingkari dalam memenuhi kewajibannya. Sedangkan penghormatan adalah bagian dari aktivitas yang berfungsi sebagai sarana simbolis untuk menyatakan penghargaan secara reguler. Jadi, seorang pejabat dikantornya, maka orang itu telah menunjukkan hormat kepada pejabat yang menjadi lawan tuturnya. Namun menurut Fraser meskipun berperilaku hormat belum tentu berperilaku santun, karena kesantunan adalah masalah lain. Penelitian Mawene dan Eti (2011) dalam jurnalnya yang berjudul Kesantunan Berbahasa Dalam Sistem Layanan Pesan Singkat: Analisis Wacana Interaksi Antara Mahasiswa Dan Dosen Universitas Cenderawasih, jika diperhatikan penelitian Mawene dan Eti tersebut memiliki persamaan dengan penelitian ini, yakni sama-sama meneliti tentang kesantunan berbahasa, namun yang membedakannya penelitian Mawene dan Eti tersebut objeknya berupa tuturan dalam pesan singkat 3

antara Dosen dan Mahasiswa, sedangkan penelitian ini tuturan dari Pembantu kepada majikan. Gusriani, Nuri, dkk (2012) dalam jurnalnya yang berjudul Kesantunan Berbahasa Guru Bahasa Indonesia dalam Proses Belajar Mengajar Di Sma Negeri 2 Lintau Buo, jika dibandingkan dengan penelitian ini terlihat perbedaannya terdapat pada objeknya saja, penelitian Gusriani tersebut memilih tuturan Guru bahasa Indonesia sebagai objeknya, sedangkan penelitian saya objeknya tuturan pembantu. Persamaan penelitian kami yakni berupa sama-sama meneliti tentang kesantunan berbahasa. Berdasarkan fenomena di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kesantunan berbahasa yang digunakan pembantu di Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen tersebut. Dengan menerapkan prinsip kesantunan milik Leech untuk menentukan penggunaan maksim yang digunakan oleh pembantu, dengan prinsip tersebut tuturan pembantu akan diketahui seberapa besar tingkat kesantunannya. Metode Penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan ini berupa penelitian kualitatif, menurut Darsinah, Dkk (2013: 11) Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berusaha mengungkapkan gejala yang dikaji secara menyeluruh dan sesuai dengan konteks melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen utama (instrumen kunci). Subjek penelitian ini berupa tuturan yang diucapkan oleh pembantu. Menurut Mahsun (2013: 19) objek penelitian merupakan suatu hal yang selalu ada dan selalu bersifat ganda, dengan kata lain objek penelitian bahasa selalu hadir dalam konteks yang yang jumlahnya lebih dari satu. Sedangkan dalam penelitian ini objeknya berupa bentuk kesantunan berbahasa yang ada pada tuturan pembantu ketika berkomunikasi dengan majikan. 4

Data penelitian ini berupa kata, frasa, dan kalimat dari tuturan pembantu dengan majikan di Kecamatan Gemolong. Sedangkan sumber data dalam penelitian ini berupa rekaman dari kegiatan berkomunikasi antara pembantu dengan majikan di Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen, yang kemudian rekaman tersebut ditranskripsikan dalam bentuk tulis. Dalam penelitian ini hanya akan menggunakan satu saja, yakni metode simak, dan beberapa teknik dalam metode tersebut, antara lain teknik sadap, teknik rekam, dan teknik catat. Sudaryanto (1993: 133) memberi batasan teknik sadap merupakan penyimakan atau metode simak yang dilakukan dengan penyadapan. Peneliti menggunakan kecerdikan untuk mengumpulkan data dengan cara menyadap pembicaraan seseorang atau beberapa orang ketika berkomunikasi. Analisis data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara merekam percakapan (komunikasi) pembantu dengan majikan secara sembunyi-sembunyi (sadap) kemudian rekaman tersebut ditranskripsikan dalam bentuk tulisan, yang bertujuan memudahkan dalam menganalisis, setelah itu tuturan pembantu akan dipilah untuk digunakan sebagai data (bahan) yang akan diteliti, setelah data terkumpul akan dianalisis sesuai rumusan masalah yang ada. Hasil dan Pembahasan A. Kesantunan Berbahasa pada Komunikasi Pembantu-Majikan Kesantunan berbahasa pada komunikasi pembantu-majikan ini jika perpedoman pada prinsip kesantunan milik Leech. Dari studi yang telah dilakukan, bahwasannya dalam tuturan pembantu terdapat beberapa ujaran yang mengandung maksim atau mengandung prinsip kesantunan milik Leech tersebut, diantaranya; 1. Penggunaan Maksim Kearifan atau Kebijaksanaan (Tact Maxim) Maksim kearifan merupakan maksim di mana penutur diharuskan untuk mengurangi kerugian bagi orang lain dan menambahkan keuntungan bagi orang lain, dari 45 data yang telah ada maksim kearifan ini hanya terdapat 5

pada 1 tuturan, yakni tedapat pada data 09. Untuk lebih jelasnya perhatikan pemaparan tuturan di bawah ini. (01) : DT-03 Eksplikatur : Inggih bu, boten nopo-nopo kula saget! Implikatur : Diduga MJ akan mengajak PM untuk ke suatu tempat. Konteks : Komunikasi yang terjadi antara PM dengan MJ, dimana MJ mengajak PM untuk pergi ke suatu tempat. Maksud TK : Menerima ajakan MJ Dari tuturan 01 di atas menunjukkan bahwa PM menerima ajakan MJ secara halus, bisa dilihat pada penggalan kalimat inggih bu, kalimat tersebut terlihat jika PM berusaha menambah keuntungan kepada MJ dan mengurangi kerugian bagi MJ dengan menerima ajakan sang MJ menggunakan kata-kata yang tidak merugikan MJ, sehingga tuturannya terlihat lebih sopan. 2. Penggunaan Maksim Kedermawanan (Generosity Maxim) Maksim kedermawanan merupakan maksim yang mengurangi keuntungan bagi penutur, dengan menambah pengorbanan bagi dirinya sendiri, dari 45 data yang ada terdapat 8 tuturan yang mengandung maksim kedermawanan, salah satunya terdapat pada data ke-41, lebih jelasnya perhatikan tabel pemaparan tuturan berikut. (02) : DT-41 Eksplikatur : Gih pak. Mengkih kula sirame, niki tak rampungne nyiram kacang riyin. Implikatur : Diduga MJ memberi perintah PM untuk menyiram tanaman. Konteks : Percakapan yang terjadi ketika MJ memberi perintah kepada PM, untuk menyiram tanaman yang diduga layu. Maksud TK : PM menerima perintah MJ, selain itu PM juga memberi pengorbanan kepada MJ untuk menyiram tanaman milik MJ 6

Dari tuturan 02 tersebut terlihat bahwa PM mendapat perintah dari MJ untuk menyiram tanaman yang dimiliki MJ, dan PM menerima perintah tersebut meskipun tidak langsung menjalankannya, bisa dibuktikan pada kalimat Gih pak. Mengkih kula sirame, kalimat tersebut terbukti jika PM memberi pengorbanan terhadap MJ yang telah memberi perintah. 3. Penggunaan Maksim Pujian/ Penghargaan (Approbation Maxim) Maksim pujian atau penghargaan merupakan maksim yang meminimalkan cacian pada orang lain, namun memaksimalkan pujian terhadap orang lain. Dari 45 data yang terkumpul hanya terdapat 2 tuturan yang mengandung maksim pujian tersebut, salah satunya terdapat pada tuturan data ke-02. Untuk lebih jelasnya perhatikan perhatikan pemaparannya di bawah ini. (03) : DT-02 Eksplikatur : Suwun bu. Wah masakane sampean enak gih bu Implikatur : Diduga PM merasakan/ menikmati masakan MJ. Konteks : Percakapan yang terjadi ketika PM merasakan makanan MJ yang dianggap PM rasanya enak. Maksud TK : PM memberi pujian terhadap MJ terkait masakan MJ yang enak. Dari tuturan 03 di atas terlihat bahwa PM mencoba untuk mengurangi cacian terhadap orang lain, namun PM menambah pujian terhadap orang lain, yakni terlihat pada tuturan wah masakane sampean enak gih bu. yang artinya wah masakan anda enak ya bu. Dari tuturan tersebut, terlihat bahwa PM memuji masakan MJ yang rasanya dianggap oleh PM enak. 4. Maksim Kerendahan Hati/ Kesederhanaan (Modesty Maxim) Maksim yang keempat ini merupakan maksim, dimana penutur diharuskan untuk meminimalkan pujian terhadap dirinya sendiri, dan menambahkan cacian pada dirinya sendiri. Dari 45 data yang terkumpul hanya terdapat 1 tuturan yang menunjukkan adanya maksim kerendahan hati, yakni pada tuturan data nomor 12. Untuk lebih jelasnya perhatikan pemaparannya di bawah ini. 7

(04) : DT-12 Eksplikatur : Owh kalo saya sih gak suka film luar. Gak mudeng non! Implikatur : Diduga PM tidak mengetahui film yang disukai oleh MJ Konteks : Percakapan tersebut terjadi ketika MJ mengatakan dirinya habis menonton film barat (luar). Maksud TK : PM menyatakan bahwa dirinya tidak tahu film barat (luar). Dari tuturan 04 tersebut menunjukkan adanya maksim kerendahan hati, karena PM mencoba untuk menambahkan cacian pada dirinya sendiri yakni terlihat pada kata gak mudeng non! yang menunjukkan PM terlihat mencaci dirinya sendiri, dan terlihat PM seperti orang yang awam akan sebuah hal. 5. Maksim Kesepakatan/ Permufakatan (Agreement Maxim) Agreement maxim atau yang disebut maksim kesepakatan merupakan maksim yang mengharuskan penutur selalu mengurangi ketidak sesuaian antara dirinya dengan orang lain, dan diharuskan untuk meningkatkan kesesuaian antara diri sendiri dengan orang lain. Dari 45 data yang ada, terdapat 7 tuturan yang mengandung maksim kesepakatan,salah satu tuturan yang mengandung maksim kesepakatan ini terdapat pada tuturan data ke-07. Lebih jelasnya perhatikan pemaparan berikut. (05) : DT-07 Eksplikatur : Kadose ngoten bu! Implikatur : Diduga MJ menanyakan kepada PM terkait suatu hal Konteks : Dialog tersebut terjadi ketika MJ menanyakan keadaan kompor gas miliknya kepada PM. Maksud TK : PM sependapat dengan apa yang diujarkan MJ Tuturan nomor 05 menunjukkan adanya maksim kesepakatan, yakni terlihat bahwa PM menyetujui apa yang ditanyakan oleh MJ mengenai kompor milik MJ yang rusak, dan PM setuju dengan apa yang diujarkan oleh MJ dengan mengatakan kadose ngoten bu! kalimat tersebut membuktikan 8

jika PM setuju dengan apa yang telah diujarkan MJ sebelumnya. maksim kesepakatan ini bisa berarti jika PM mencoba untuk menyenangkan hati MT. 6. Maksim Kesimpatisan (Sympath Maxim) Maksim yang terakhir ini merupakan maksim yang mengharuskan penutur untuk bisa mengurangi rasa antipati antara dirinya dengan orang lain, namun penutur harus mampu memaksimalkan rasa simpatinya terhadap orang lain. Dari 45 data yang terkumpul tidak ditemukan adanya tuturan yang menunjukkan adanya maksim kesimpatisan. B. Skala Kesantunan Berbahasa Untuk mengukur seberapa tinggikah peringkat kesantunan dalam sebuah tuturan, dapat dilakukan dengan 3 macam skala kesantunan seperti yang telah dikemukakan oleh Rahardi (66:2009) terdapat sedikitnya 3 macam skala yang dapat digunakan untuk mengukur sebuah kesantunan berbahasa, ke-3 skala tersebut adalah: (1) skala kesantunan menurut Leech, (2) skala kesantunan menurut Brown dan Levinson, dan (3) skala kesantunan menurut Robin Lakoff. 1. Skala Kesantunan Leech Sebagian besar tuturan pembantu didominasi oleh skala kesantunan untung rugi (cost-benefit scale) milik Leech ini, karena dari 45 tuturan yang ada, ditemukan 11 tuturan yang mengandung skala untung rugi ini. Salah satu contoh tuturan yang menerapkan skala untung rugi tersebut bisa diperhatikan pada tuturan berikut. (06) Owh gih pak. Mengkih kula urusane. Dari tuturan (06) di atas menunjukkan bahwa PN berusaha menekankan kerugian bagi dirinya sendiri, yakni berupa PN bersedia mengurusi urusan milik MT, dengan mengatakan mengkih kula urusane. Kalimat tersebut menunjukkan jika PM berupaya meningkatkan keuntungan sang MJ. dengan kata lain PM berusaha memberi keuntungan yang besar bagi MJ. 9

2. Skala kesantunan Brown dan Levinson Skala kesantunan milik Brown dan Levinson ini didasarkan atas status sosial antara MT dengan PM, yakni bisa dilihat dari segi umur, pangkat, serta kekuasaan. Jika dilihat dari segi parameter latar belakang sosiokultural tuturan yang terjadi sudah pasti dilakukan oleh kalangan bawah (pembantu) terhadap kalangan atas (majikan), jika dilihat dari segi ini sudah pasti tuturan tersebut santun secara keseluruhan. 3. Skala Kesantunan Robbin Lakoff Dari studi yang dilakukan ditemukan skala kesantunan Robbin Lakoff ini didominasi oleh skala formalitas (formality scale) dan skala ketidaktegasan (hesistancy scale). Sebagai contoh masing-masing tuturan perhatikan kalimat (07) dan (08) di bawah ini. (07) Inggih bu, boten nopo-nopo. Kula saget! (08) Nasi gorengnya pedes apa enggak non? Pada tuturan (07) yang artinya Iya bu, tidak papa. Saya bisa! di atas menunjukkan bahwa PN mencoba bertutur dengan tuturan yang santun dan tidak memaksakan dirinya sendiri, sehingga PM terlihat tidak angkuh dan tidak kaku. Tuturan (07) tersebut termasuk skala formalitas. Sedangkan pada kalimat (08) menerapkan opsi/ pilihan kepada MT, namun dari kalimat tersebut penutur hanya memberi 2 opsi saja, yakni pedas dan tidak pedas, dengan adanya 2 opsi tersebut bisa membantu MT untuk memilih salah satu dari 2 pilihan tersebut. Kalimat (08) termasuk dalam skala ketidak tegasan, karena memberi opsi dalam bertutur. 10

Simpulan Berdasarkan uraian yang telah ditulis penulis di atas, bahwa penulis melakukan studi tentang kesantunan berbahasa pada komunikasi pembantu-majikan di Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen. Dari 45 data yang mengandung kesantunan berbahasa, setiap kesantunan ditandai oleh penanda yang berbeda-beda namun juga ada beberapa penanda yang sama. Maka diperlukan sebuah prinsip untuk mengetahui kesantunan berbahasa yang ada dalam sebuah tuturan, prinsip yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan prinsip kesantunan Leech, dan ternyata sebagain besar tutran didominasi oleh maksim kedermawanan, dimana penutur berusaha mengurangi keuntungan bagi dirinya, dengan menambah pengorbanan bagi dirinya sendiri. Dari pemaparan prinsip kesantunan berbahasa milik Leech tersebut, hanya terdapat satu maksim yang tidak ditemukan keberadaannya dalam penelitian ini, yakni tuturan yang mengandung maksim simpati. Jika dilihat dari segi skala milik Leech tuturan pembantu lebih didominasi oleh tuturan dengan skala kesantunan untung rugi (cost-benefit scale) dimana penutur terlihat memaksimalkan kerugian pada dirinya sendiri. Jika dilihat dari skala milik Brown dan Levinson tuturan pembantu bisa dianggap santun, karena Brown dan Levinson menganggap kesantunan itu berdasarkan status sosial. Sedangkan jika dilihat dari sudut pandang Robbin Lakoff, tuturan pembantu tersebut didominasi oleh skala formalitas dan skala ketidaktegasan. 11

Daftar Pustaka Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta Darsinah, dkk. 2013. Pedoman Penulisan Skripsi: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta: BP-FKIP UMS. Gusriani, Nuri., Atmazaki, dan Ellya Ratna. 2012. Kesantunan Berbahasa Guru Bahasa Indonesia dalam Proses Belajar Mengajar Di Sma Negeri 2 Lintau Buo dalalm Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1 No. 1 September 2012; Seri B 87. Leech, Geoffery. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Trans. M.D.D. Oka. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 2011. Mahsun. 2013. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: Rajawali Pers. Mawene, Aleda dan Eti Setiawati. 2011. Kesantunan Berbahasa Dalam Sistem Layanan Pesan Singkat: Analisis Wacana Interaksi Antara Mahasiswa Dan Dosen Universitas Cenderawasih dalam Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011. Prayitno, Harun Joko. 2011. Kesantunan Sosiopragmatik: Studi Pemakaian Tindak Direktif di Kalangan Anak Didik SD Berbudaya Jawa. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Rahardi, Kunjana. 2009. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. 12