HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KOMUNIKASI KELOMPOK DENGAN RESOLUSI KONFLIK PADA SISWA SLTA S K R I P S I

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyenangkan dan muncul dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat kesulitan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. budaya di negara kita sehingga menimbulkan keresahan di masyarakat. Menurut Kartini Kartono (2010: 21) pada umumnya bentuk perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. indah itu adalah masa remaja, karena pada saat remaja manusia banyak

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk berpikir, kemampuan afektif merupakan respon syaraf simpatetik atau

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perbaikan perilaku emosional. Kematangan emosi merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

INDONESIA. Disusun Oleh : Mardhiana Setyaningrum Kelas D PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KREATIVITAS PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEPRIBADIAN TANGGUH PADA SISWA KORBAN KEKERASAN TEMAN SEBAYA

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

PERILAKU SEKSUAL WABAL DI TINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK TENTANG SEKSUALITAS S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang remaja. Istilah remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar

Bagi sebagian orang yang baru berangkat dewasa bahkan yang sudah. melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup

HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DENGAN PERILAKU KENAKALAN REMAJA SISWA KELAS VII SMPN 2 PAGERWOJO TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

DINAMIKA PSIKOLOGIS PERILAKU MEMBUNUH (Study Kasus pada Seorang Pelaku Pembunuhan)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja sedang mencari-cari figur panutan, namun figur itu tidak ada didekatnya.

PERBEDAAN TINGKAT AGRESIVITAS PADA REMAJA YANG BERMAIN GAME ONLINE JENIS AGRESIF DAN NON AGRESIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

RASA BERSALAH PADA REMAJA NAKAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. penuh dengan kenangan yang tidak mungkin akan terlupakan. Menurut. dari masa anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada berbagai kalangan, baik orang dewasa, remaja maupun anak-anak.

HUBUNGAN ANTARA SIKAP PENYELESAIAN MASALAH DAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN SOMATISASI PADA WANITA KARIR

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak hal baru yang belum pernah dilakukan saat masa kanak-kanak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja adalah tahap umur berikutnya setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

FAJAR DWI ATMOKO F

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan peralihan transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

PENDAHULUAN. disebut sebagai periode pubertas, pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada. terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. Kenakalan remaja adalah perilaku jahat secara social pada anak-anak dan

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Menurut World Health Organization (WHO (2010) remaja

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berjalannya waktu, dengan perubahan teknologi dan perubahan pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. individu lainnya maka akan terjadi persaingan. Apabila dua individu atau

BAB 1 PENDAHULUAN. anak, bahkan mungkin lebih, yang menghabiskan waktu produktif di jalanan.

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan mental adalah keadaan dimana seseorang mampu menyadari

BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan-perubahan yang dramatis. Perubahan-perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KOMUNIKASI KELOMPOK DENGAN RESOLUSI KONFLIK PADA SISWA SLTA S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Disusun oleh: SALNI ANGGRAENI F 100 050 127 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah periode perubahan dimana terjadi perubahan tubuh, pola perilaku, dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial, serta merupakan masa pencarian identitas untuk mengangkat diri sendiri sebagai individu. Perubahan perubahan tersebut bagi remaja kadang kadang merupakan situasi yang tidak menyenangkan dan sering menimbulkan masalah. Permasalahan permasalahan tersebut menuntut suatu penyelesaian agar tidak menjadi beban yang dapat mengganggu perkembangan selanjutnya (Hurlock, 1997). Daradjat (2000) mengemukakan bahwa konflik yang dihadapi oleh remaja adalah 1) konflik yang menyangkut pertumbuhan jasmani, 2) konflik hubungan dengan orang tua disebabkan karena kurangnya pengertian orang tua terhadap pertumbuhan yang dihadapi anak, 3) koflik agama, 4) konflik masa depan, 5) konflik sosial dimana pada masa ini perhatian remaja terhadap kedudukannya dalam masyarakat sangat besar, remaja ingin selalu diterima oleh kawan kawannya. Keadaan yang tidak menyenangkan bagi remaja memerlukan suatu penyelesaian masalah atau yang biasa dikenal dengan resolusi konflik. Menurut Chaplin (2001) penyelesaian masalah adalah proses yang tercakup dalam usaha menemukan urutan yang benar dari alternatif alternatif jawaban mengarah pada

satu sasaran atau kearah resolusi yang ideal. Remaja yang sedang menghadapi konflik, idealnya membutuhkan suatu perencanaan dan pengelolaan tugas dengan baik, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, sehingga dapat memecahkan konflik dengan mudah dan cepat. Konflik sosial, akademik, dan psikologis merupakan konflik yang sering muncul dan menyita perhatian yang besar bagi remaja. Contoh nyata sering terjadi maraknya perkelahian antar pelajar, yang disebabkan karena adanya konflik yang sepele, remaja melakukan bunuh diri karena terjadi konflik dengan pacar, teman atau orang orang disekitarnya, remaja mengalami stres karena prestasinya berkurang, kemudian lari ke narkoba dan minuman keras, pergaulan seks bebas serta masih banyak kasus lain yang melibatkan masa remaja (Suparmi, 2006). Akhir akhir ini sering terjadi kasus perilaku remaja yang sulit dikendalikan. Di Semarang juga terjebak dalam masalah seperti perkelahian, pemerasan, hamil diluar nikah, siswa yang membawa senjata tajam dan siswa yang sering membolos sekolah, akhirnya harus dikeluarkan dari sekolah karena sudah dianggap menganggu proses belajar mengajar di sekolah (Karim, 2007). Sebagaimana fenomena tawuran yang terjadi di kota kota besar. Di Palembang pada tanggal 23 September 2008 terjadi tawuran antar pelajar yang melibatkan setidaknya lebih dari tiga sekolah, diantaranya SMK PGRI 2, SMK Gajah Mada Kertapati, SMK 4. Di Subang pada tanggal 26 Januari 2006 terjadi tawuran antar pelajar SMK YPK Purwakarta dan SMK Sukamadi. Di Makasar

pada tanggal 19 September 2006 terjadi tawuran antar pelajar SMA 5 dan SMA 3 (tawuran pelajar.com). Contoh lain, Irfan Efendi, warga Situbondo, Jawa Timur, mencoba menghabisi nyawanya dengan cara menengak racun ikan atau potas. Beruntung Irfan masih berstatus pelajar ini diselamatkan kedua orangtuanya. Susiani, ibu korban, menyatakan bahwa Irfan nekat mencoba bunuh diri karena saki hati setelah mendapat teguran lantaran sering bolos sekolah. Puji Rahayu, salah satu guru korban, menyatakan perbuatan Irfan tersebut karena terkait masalah ekonomi keluarga. Di Makasar lagi, 5 anggota geng beberapa sekolah menengah atas yang terdiri dari 3 orang perempuan dan 2 orang laki laki ditangkap polisi, karena kelima pelajar tersebut menganiaya dan merampas uang pada salah seorang temannya (Tim Buser, 2008). Resolusi konflik oleh remaja saling berbeda satu dengan yang lain dan antara pria dan wanita. Pria kebanyakan lebih mampu dalam resolusi konflik daripada wanita, karena pria dituntut untuk tidak tergantung pada orang lain tetapi harus bertahan. Pria lebih menggunakan rasio sehingga dalam resolusi konflik dibutuhkan ketenangan dan rasionalitas dalam menghadapi konflik, sedangkan wanita dalam resolusi konflik senderung menggunakan perasaannya dalam menghadapi konflik yang terjadi pada dirinya (Dagun, 1992). Namun kenyataannya dalam menghadapi konflik yang begitu kompleks ada sebagian remaja dapat mengatasinya, namun ada pula sebagian remaja yang mengalami kegagalan dalam mengatasinya.

Perkelahian atau yang sering disebut tawuran, juga terjadi diantara pelajar, bahkan bukan hanya antar pelajar SMA tetapi juga sudah melanda sampai ke kampus kampus. Misalnya, Di Makasar, mahasiswa Fakultas Tekhnik dan mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Makasar, terlibat tawuran pada hari Rabu (09/09/2009), dalam baku hantam ini dua mahasiswa terluka dan satu mahasiswa tertembak senjata rakitan (Taruna,2009). Sedangkan di Bengkulu Selatan hari Selasa (23/06/2009) 6 siswa SMA dan 1 Mahasiswa ditahan di Mapolres BS karena terliat perkelahian dan pengeroyokan (Radar Selatan, 2009). Data di Jakarta (Bimmas Polri Metro Jaya) tahun 2002 tercatat 157 kasus perkelahian pelajar. Tahun 2004 meningkat menjadi 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar, tahun 2005 terdapat 194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 warga masyarakat. Tahun 2007 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota polri, dan pada tahun 2008 korban meninggal meningkat menjadi 37 orang (Tambunan, 2007). Hasil data penelitian yang dilakukan oleh Centra Remaja Mitra Jakarta menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kasus kejahatan yang melibatkan remaja di Indonesia. Pada tahun 2003 tedapat 4012 kasus, tahun 2004 terdapat 5078 kasus dan pada tahun 2005 telah mencapai 6923 kasus. Perbandingan tahun 2003 dan tahun 2004 menunjukkan bahwa kasus kejahatan remaja meningkat sekitar 36,8%. Kenyataan dilapangan juga menunjukkan dari 15.000 kasus narkoba selam 2 tahun terakhir 46% diantaranya dilakukan oleh remaja. Hasil data yang ada menunjukkan 96,2% kejahatan sering dilakukan oleh remaja laki laki (Fakhruddin, 2008).

Kenyataan yang terjadi diatas menunjukkan bahwa remaja Indonesia memiliki tingkat kejahatan yang cukup tinggi dan kemampuan dalam resolusi konflik yang dimiliki terutama remaja, masih sangat rendah. Ini dilihat dari kasus kejahatan yang dilakukan remaja yang tiap tahun meningkat sekitar 20% - 30 % pertahun (Fakhruddin, 2008). Salah satu hal yang dapat memicu timbulnya konflik remaja dengan orang tua, teman sebaya, dan guru adalah faktor komunikasi, dengan komunikasi yang baik berbagai masalah dapat diatasi lebih baik. Komunikasi yang dilakukan oleh remaja dengan orang tua, teman sebaya, dan guru terjadi agar hubungan diantara mereka dapat terjalin dengan baik sehingga tidak terjadi penyimpangan dan tindakan tindakan yang tidak diinginkan. Sebagaimana dikatakan Montagu (Pujiatni dan Purwati, 2001), seorang individu harus belajar menjadi manusia melalui komunikasi, dengan melakukan interaksi secara perlahan lahan kepribadian individu terbentuk. Melalui komunikasi individu bisa menemukan dirinya, mengembangkan konsep diri, dan menetapkan hubungan individu dengan dunia sekitarnya. Hubungan dengan individu lain akan menentukan kualitas seorang individu. Apabila gagasan atau pesan dari satu individu tidak dapat dipahami, menimbulkan kejengkelan individu lain, dan tidak berhasil mengatasi masalah yang pelik karena individu lain menentang atau tidak mau membantu individu tersebut, serta komunikasi individu tersebut selalu gagal untuk mendorong individu lain bertindak, maka dapat dikatakan bahwa komunikasi yang dilakukan individu tersebut tidak efektif.

Sebagaimana kasus yang dialami oleh Ihfan Khairul Fazri, siswa yang duduk di kelas 2 SMP PGRI Setu, bunuh diri karena ditegur guru bolos sekolah selama 2 minggu sehingga guru tersebut melaporkan perbuatan itu kepada orang tua Ihfan. Sebelumnya Ihfan sempat membicarakan kematian kepada ibunya, pada saat mereka menanam pohon durian di samping rumahnya (Willis, 2005). Dari kasus tersebut dapat diketahui bahwa remaja tersebut mengalami permasalahan dengan dua sumber yaitu orang tua dan gurunya. Orang tua remaja tersebut mempunyai sifat permisif yang mengacuhkan anaknya, sedangkan gurunya kurang terampil dalam berkomunikasi dengan anak didiknya sehingga tidak dapat menanamkan solusi pemecahan konflik sekolah dengan baik. Bunuh diri remaja tersebut merupakan salah bentuk resolusi konflik yang dilakukan karena tekanan tekanan yang dialaminya. Contoh lain yang terjadi di Bengkulu Selatan yaitu di daerah Ulu Manna, dua orang pelajar SLTP 24 BS pada Sabtu sore (20/06/2009) jam 16.00 melakukan perusakan kaca jendela sekolah sebagai luapan kekesalan mereka karena mereka tidak naik kelas. Kaca dilempar dengan menggunakan potongan kayu dan batu (Radar Selatan, 2009). Setiap konflik membutuhkan solusi dalam rangka untuk penyelesaian masalah. Konflik menurut Jamil (2007) adalah hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki atau mereka yang menganggap memiliki tujuan yang bertentangan. Konflik merupakan bagian dari keberadaan seseorang baik bersifat mikro dan interpersonal hingga ke level kelompok, organisasi, komunitas, dan bangsa. Konflik muncul akibat ketidakseimbangan

pada hubungan kemanusiaan, meliputi hubungan sosial, hubungan ekonomi maupun hubungan kekuasaan. Konflik yang dialami itu mempunyai dua sisi yaitu sisi positif dan sisi negatif. Sisi positif adalah menumbuhkan inisiatif, kreativitas, dan kompromi yang dapat menciptakan peluang untuk kemajuan. Sisi negatif konflik adalah menimbulkan ketidakharmonisan dan kekerasan yang dapat merugikan semua pihak yang terlibat konflik. Setiap konflik membutuhkan solusi dalam rangka untuk melakukan resolusi konflik. Salah satu resolusi dalam konflik adalah dengan melakukan komunikasi yang efektif baik komunikasi interpersonal maupun komunikasi kelompok. Namun kenyataannya komunikasi yang terjadi terutama pada siswa SLTA masih rendah. Hal ini merupakan salah satu penyebab banyaknya terjadi tawuran diantara pelajar bahkan terjadi juga di mahasiswa. Berdasarkan uraian diatas muncul sebuah pertanyaan dari peneliti yaitu apakah ada hubungan antara keterampilan komunikasi interpersonal dan komunikasi kelompok dengan resolusi konflik. Berdasarkan pertanyaan tersebut, peneliti mengangkat judul HUBUNGAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KOMUNIKASI KELOMPOK DENGAN RESOLUSI KONFLIK PADA SISWA SLTA

B. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dalam penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara keterampilan komunikasi interpersonal dan komunikasi kelompok dengan resolusi konflik pada siswa SLTA. 2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara keterampilan komunikasi interpersonal dengan resolusi konflik pada siswa SLTA. 3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara komunikasi kelompok dengan resolusi konflik pada siswa SLTA. C. MANFAAT PENELITIAN Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil pelaksanaan ini adalah sebagai berikut: 1. Secara teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu psikologi, terutama psikologi komunikasi dan psikologi perdamaian mengenai keterampilan komunikasi interpersonal dan komunikasi kelompok dalam resolusi konflik pada remaja terutama siswa SLTA. 2. Secara praktis a. Bagi orang tua Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan mengenai keterampilan komunikasi yang efektif dengan anak agar anak dapat melakukan resolusi konflik dengan baik.

b. Bagi pendidik Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang hubungan keterampilan komunikasi interpersonal dan komunikasi kelompok dengan resolusi konflik, sehingga dalam usaha mendidik siswa di sekolah dapat ditingkatkan agar siswa SLTA mampu melakukan resolusi konflik dengan baik. c. Bagi subjek, memberikan masukan mengenai keterkaitan antara keterampilan komunikasi interpersonal dan komunikasi kelompok dengan resolusi konflik, sehingga diharapkan mampu membentuk komunikasi yang efektif dan menerapkannya sebagai upaya dalam melakukan resolusi konflik dengan baik.