HUBUNGAN KANDUNGAN NATRIUM CHLORIDA (NaCl) DAN MAGNESIUM (Mg) DARI GARAM RAKYAT DI PULAU MADURA

dokumen-dokumen yang mirip
PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3


STUDI KANDUNGAN NaCl DI DALAM AIR BAKU DAN GARAM YANG DIHASILKAN SERTA PRODUKTIVITAS LAHAN GARAM MENGGUNAKAN MEDIA MEJA GARAM YANG BERBEDA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)

Penentuan Kesadahan Dalam Air

Analisis Mutu Garam Tradisional di Desa Siduwonge Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan juga termasuk produk yang tidak memiliki subtitusi (Suhelmi et al.,

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

BAHAN DAN ALAT-ALAT Bahan Serbuk Natrium khlorida mumi (NaCI), serbuk Kalium kromat (K 2 CrO4 ), serbuk Perak nitrat (AgNO 3), Air suling dan contoh m

BAB III METODE PENELITIAN


BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph


BAB III METODE PERCOBAAN. dilakukan di Laboratorium PDAM Tirtanadi Deli Tua yang berada di Jalan

PENGUJIAN AMDK. Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM

1. Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Perikanan 2. Tenaga Pengajar di jurusan Teknologi Hasil Perikanan Universitas Negeri Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

Pupuk dolomit SNI

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen

PEMBUATAN REAGEN KIMIA

III. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENENTUAN KADAR KLORIDA DALAM MgCl 2 DENGAN ANALISIS GRAVIMETRI

SNI Standar Nasional Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI

Metodologi Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi

Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2015 di Laboratorium

PENENTUAN KADAR ION KLORIDA DENGAN METODE. ARGENTOMETRI (metode mohr)

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

RANGKUMAN STUDI PENINGKATAN MUTU GARAM DENGAN PENCUCIAN

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1.1 Hasil Pengamatan Analisa Analisa Protein dengan Metode Kjeldahl Tabel 6. Hasil Pengamatan Analisa Protein

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Air dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4. secara turbidimetri

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung selama bulan Oktober sampai Desember 2013.

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

Pupuk super fosfat tunggal

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret Mei Sampel Salvinia

Penetapan Kadar Garam Dapur (NaCl) dalam Bahan Pangan

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan

Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si

Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB 3 BAHAN DAN METODE

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

SNI Standar Nasional Indonesia. Kecap kedelai. Badan Standardisasi Nasional ICS

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel. Mata air yang terletak di Gunung Sitember. Tempat penampungan air minum sebelum dialirkan ke masyarakat

BAB III METODE PENELITIAN

Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri

PERBANDINGAN PENGGUNAAN NAOH-NAH DENGAN NAOH-NA 2 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT IMPURITIES PADA PEMURNIAN GARAM DAPUR

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

Bab III Metodologi Penelitian

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3

m. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian^Bldiiaksanakan pada tanggal 2-28 April 2008 yang bertempat di

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR. Percobaan 3 INDIKATOR DAN LARUTAN

Pemurnian Garam Lokal Untuk Konsumsi Industri Syafruddin dan Munawar ABSTRAK

Rekristalisasi Garam Rakyat Untuk Meningkatkan Kualitas

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO)

Transkripsi:

HUBUNGAN KANDUNGAN NATRIUM CHLORIDA (NaCl) DAN MAGNESIUM (Mg) DARI GARAM RAKYAT DI PULAU MADURA Muhammad Zainuri 1, Khoirul Anam 2, Aliffia Putri Susanti 2 1 Dosen Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas Trunojoyo Madura 2 Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas Trunojoyo Madura E-mail: zainborn@rocketmail.com ABSTRACT Kandungan Mg (magnesium) pada garam dapat menjadi penyebab kualitas garam dianggap rendah oleh pembeli. Pada komposisi kandungan mineral di dalam butiran garam kandungan Mg merupakan salah satu unsur yang dapat menurunkan kadar NaCl dari garam. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kandungan Natrium Chlorida (NaCl) dan Magnesium (Mg) dari garam yang dihasilkan di Pulau Madura serta hubungan antara kandungan NaCl dan Mg. Garam yang dijadikan contoh adalah garam yang dihasilkan oleh petani yang tradisional menggunakan tanah pada meja kristalisasinya maupun geomembran di beberapa daerah di Pulau Madura, yaitu Tlangoh dan Lobuk (Kabupaten Bangkalan); Ragung dan Camplong (Kabupaten Sampang); Tlanakan, Bunder (Kabupaten Pamekasan); serta Gapura Barat dan Kalianget Barat (Kabupaten Sumenep). Hasil penelitian menunjukkan bahwa, beberapa lokasi pembuatan garam rakyat sudah memenuhi kriteria Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3556-2000) untuk garam konsumsi, yaitu kandungan NaCl minimal 94,7%, yaitu lokasi Gapura Barat (Kabupaten Sumenep) dan Tolbuk (Kabupaten Bangkalan) yang dihasilkan dengan menggunakan meja kristalisasi tanah; lokasi Tolbuk dan Tlangoh (Kabupaten Bangkalan) yang dihasilkan dengan menggunakan meja kristalisasi geomembran. Secara keseluruhan kandungan magnesium pada garam yang dihasilkan oleh meja kristalisasi berupa tanah berkisar antara 0,1268 mg/l 0,3184 mg/l, sedangkan yang dihasilkan oleh meja kristalisasi berupa geomembran berkisar antara 0,1446 mg/l 0,4053 mg/l. Garam yang dihasilkan oleh masyarakat di Pulau Madura menunjukkaan, bahwa semakin tinggi konsentrasi Natrium Chlorida (NaCl), maka kandungan magnesium (Mg) di dalam garam akan semakin rendah. Kata Kunci: Geomembran, Natrium Chlorida, Magnesium PENDAHULUAN Madura dikenal dengan Pulau Garam mengingat kontribusi yang paling besar terhadap stok garam nasional diantara daerah lain yang dihasilkan oleh masyarakat Madura. Meskipun demikian, sejak era 80-an masyarakat petani garam sampai saat ini masih belum menikmati hasil dari upaya mereka tersebut. Beberapa kendala yang terus terjadi dari waktu ke waktu adalah rendahnya harga garam. Meskipun kondisi tersebut berlangsung sampai saat ini, mengingat membuat garam merupakan salah satu budaya masyarakat, maka mereka tidak pernah ingin berhenti untuk terus membuat garam. Pada konteks pemasaran, salah satu indikator yang dipersyaratkan oleh pembeli adalah kandungan NaCl, meskipun pada kenyataannya, petani garam tidak pernah mendapatkan kepastian tentang kandungan NaCl dari garam yang dihasilkannya pada saat terjadi transaksi jual-beli. Pembeli tidak pernah menguji kandungan NaCl dari garam yang dibeli dari petani garam sehingga petani garam selalu dirugikan hanya karena penetapan sepihak dari pembeli. Kualitas garam konsumsi menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah minimal mengandung NaCl sebesar 94,7 % yang masuk kedalam kisaran kualitas baik (Pusriswilnon 2006). Kandungan Mg (magnesium) pada garam dapat menjadi penyebab kualitas garam dianggap rendah oleh pembeli. Pada komposisi kandungan mineral di dalam butiran garam kandungan Mg merupakan salah satu unsur yang dapat menurunkan kadar NaCl dari garam. Pada satu sisi, pada dasarnya keberadaan Mg tersebut sebenarnya dibutuhkan oleh tubuh manusia dan hal tersebut dapat dibuktikan dengan ada beberapa pembeli (user) yang mensyaratkan kandungan konsentrasi tertentu untuk unsur Mg, pada sisi yang lain keberadaan Mg menjadi pengotor pada kualitas garam. Menurut ahli gizi, kita membutuhkan sekitar 400 450 mg magnesium per hari. Sementara magnesium dari konsumsi kita sehari-hari paling banyak hanya memenuhi sekitar 200 mg/hari. Di Jepang dan Eropa, magnesium telah lama dikonsumsi sehari-hari. Kedua negara tersebut telah membuat peraturan kandungan magnesium dalam air minum dalam kemasan (AMDK), yaitu sekitar 25 mg per liter Anonim (20?)(internet). Siapa yang tidak mengenal pulau Madura, pulau penghasil garam terbesar di... peran magnesium bagi tubuh manusia, melimpahnya sumber magnesium di... Sari Magnesium. Diakses 30 Mei 2016. 167

Peran magnesium sangat vital dalam memperbaiki pembuluh darah. Perlu diingat bahwa semakin tua pembuluh darah maka diameternya akan sempit dan kinerjanya semakin menurun. Salah satu penyebab sakit jantung koroner (PJK) dan stroke adalah kekurangan magnesium yang berkepanjangan dalam tubuh manusia Jadi, garam merupakan sumber kebutuhan bagi tubuh manusia. Hal ini dikarenakan garam banyak mengandung senyawa yang dibutuhkan oleh tubuh. Pusriswilnon (2006) menjelaskan bahwa garam alami mengandung senyawa magnesium klorida, magnesium sulfat, magnesium bromida, dan senyawa runut lainnya. Sulistyaningsih et al. (2010) menjelaskan bahwa garam adalah suatu kumpulan senyawa kimia dengan bagian terbesar terdiri dari natrium klorida (NaCl) dengan pengotor terdiri dari kalsium sulfat (gips) - CaSO4, Magnesium sulfat (MgSO4), Magnesium klorida (MgCl2). Mempertimbangkan alasan seperti di atas, maka perlu diketahui, bagaimana hubungan antara kandungan NaCl dan Mg pada garam yang dihasilkan oleh petani garam di Pulau Madura. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kandungan NaCl dan Magnesium dari garam yang dihasilkan di Pulau Madura serta hubungan antara kandungan NaCl dan Mg MATERI DAN METODE Metode pengambilan sampel, yaitu mengambil contoh garam yang dihasilkan oleh petani garam di beberapa daerah di Pulau Madura, yaitu Tlangoh dan Lobuk (Kabupaten Bangkalan); Ragung dan Camplong (Kabupaten Sampang); Tlanakan, Bunder (Kabupaten Pamekasan); serta Gapura Barat dan Kalianget Barat (Kabupaten Sumenep). Garam yang dijadikan contoh adalah garam yang dihasilkan oleh petani yang tradisional menggunakan tanah pada meja kristalisasinya maupun geomembran. Semua sampel dianalisa di Laboratorium Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura untuk kandungan NaCl dan di Laboratorium Lingkungan Institut 10 Nopember Surabaya untuk kandungan Mg. Adapun prosedur pengujian kandungan Natrium Klorida (NaCl) berdasarkan SNI 01-3556 tahun 2000 yaitu sebagai berikut : Timbang garam 50 gr/ garam murni Tambahkan aquades 200 ml dalam labu ukur 500 ml Saring sampel garam yang telah dilarutkan dengan kertas saring Tambahkan 1 ml K2CrO4 Pipet 2 ml sampel dalam erlenmeyer 250 ml Tampung air saringan dan kertas saring di cuci dengan dengan aquades (1 x semprot) kemudian encerkan sampai tera Tambahkan 5 tetes metil red 1 : 100 (1 gram metil red : 50 ml alkohol 70 % : 50 ml aquades) Cek ph 6,5 7,0 Tambahkan HNO3 apabila asam (1 : 1) dan tambahkan MgO/NaHCO3 apabila basa (1 : 1) Titrasi menggunakan AgNO3 tidak lebih dari 48 ml sampai terbentuk warna merah bata Encerkan 50 ml dengan aquades Perhitungan untuk mengetahui kadar NaCl dengan menggunakan persamaan berikut : V x N x fp x 58,5 Kadar NaCL = x 100 % W Gambar 1. Prosedur analisa NaCl Keterangan : V : volume AgNO3 yang diperlukan pada titrasi (ml) N : normalitas AgNO3 (N) Fp : faktor pengencer W : bobot contoh uji (mg) Pembuatan Larutan pereaksi seperti : AgNO3, K2CrO4, dan Metil Red 1. Proses pembuatan larutan AgNO3 0,1 N 168

Menimbang 17 gram AgNO3 dilarutkan dalam 1000 ml air suling. 2. Pembuatan K2CrO4 50% Menimbang 5 gram K 2 CrO4, kemudian dilarutkan dalam 100 ml air suling, lalu homogenkan. 3. Pembuatan metil red Menimbang bubuk metil red 1 gram, kemudian dilarutkan dalam 50 ml alkohol 70%, kocok hingga homogen tambahkan aquades 50 ml kocok hingga homogen. Untuk analisa kandungan megnesium dilakukan berdasarkan SNI 06-6989-55 sebagai berikut: Menimbang 50g garam Tambahkan aquades 200 ml dan masukkan ke dlm labu ukur 500 ml Saring sampel garam yang dilarutkan dg kertas saring Persiapan contoh uji Masukkan 100 ml contoh uji ke gelas piala, kemudian tambahkan 2 ml asam klorida lalu panaskan sampai kering kemudian tambahkan 1 ml larutan klorida Pembuatan larutan baku magnesium 100 mg/l Pipet 10 ml larutan standar magnesium 1000 ml/l dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan tambahkan larutan pengencer hingga tanda tera dan homogenkan Pembuatan larutan baku magnesium 10 mg/l Pipet 50 ml larutan standar magnesium 1000 ml/l dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan tambahkan larutan pengencer hingga tanda tera dan homogenkan Tampung air saringan di enlenmeyer 250 ml sebanyak 100 ml Kadar magnesium (mg/l) = C x Fp dimana : C = kadar hasil pengukuran Fp = faktor pengenceran Mengukur larutan kerja magnesium pada panjang gelombang 285,2nm menggunakan AAS Pembuatan larutan kerja magnesium Pipet 1,0 ml,2,0ml, 3,0ml, dan 4,0ml larutan baku magnesium 10 ml/l masingmasing ke labu ukur 100ml kemudian tambahkan larutan pengencer sampai tanda tera dan homogenkan Data dianalisa dengan metode deskriptif kuantitatif, yaitu dengan menyajikan data dalam bentuk grafik dan gambar serta membahasnya secara terperinci. Untuk mengetahui hubungan antara kandungan NaCl dan Mg, data dianalisa dengan menggunakan Regresi Linier Y = a + bx, dimana Y menggambarkan kandungan magnesium (Mg); X menggambarkan kandungan Natrium chlrorida (NaCl); serta a adalah konstanta, dan b adalah faktor pengali dari X. Kandungan Natrium Chlorida (NaCl) HASIL DAN PEMBAHASAN Seperti telah diketahui, bahwa penentu utama rasa asin dari garam adalah konsentrasi NaCl yang terkandung di dalam butiran garam. Mengingat bahan baku utama dalam pembuatan garam yang 169

Kandungan Mg (mg/l) Kandungan NaCl (%) Prosiding Seminar Nasional Kelautan 2016 dilakukan oleh petani garam di Madura yang menggunakan sistem solar evaporation adalah air laut di sekitar tambak garam, maka sangat memungkinkan bahwa garam yang dihasilkan akan mempunyai kandungan NaCl yang berbeda. Air laut di setiap lokasi mempunyai salinitas yang berbeda mengingat banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya adalah perbedaan intensitas cahaya matahari, suhu, kelembaban, curah hujan, kontribusi air tawar dari darat dan lain-lain. Di bawah ini disajikan grafik hasil anlisa kandungan NaCl pada garam yang dihasilkan di beberapa lokasi pengambilan sampel (Anam, 2015). Pada Gambar 3 berikut ini dapat dijelaskan, bahwa beberapa lokasi pembuatan garam rakyat sudah memenuhi kriteria Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3556-2000) untuk garam konsumsi, yaitu kandungan NaCl minimal 94,7%, yaitu lokasi Gapura Barat (Kabupaten Sumenep) dan Tolbuk (Kabupaten Bangkalan) yang dihasilkan dengan menggunakan meja kristalisasi tanah; lokasi Tolbuk dan Tlangoh (Kabupaten Bangkalan) yang dihasilkan dengan menggunakan meja kristalisasi geomembran. Jadi masih banyak lokasi yang perlu ditingkatkan kualitas garamnya agar dapat memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) tersebut. Hasil ini pula menujukkan, bahwa 5 (lima) lokasi dari 8 (delapan) lokasi sampling, garam yang dihasilkan dengan menggunakan meja kristalisasi geomembran lebih tinggi dibandingkan dengan garam yang dihasilkan oleh meja kristalisasi menggunakan tanah, yaitu lokasi Bunder dan Tlanakan (Kabupaten Pamekasan); Camplong dan Ragung (Kabupaten Sampang); dan Tlangoh (Kabupaten Bangkalan). Namun demikian, faktor kondisi tanah dan air baku serta kontribusi lingkungan di sekitar tambak garam dan cuaca tidak dapat diabaikan dalam menghasilkan kualitas garam dengan kadar garam tertentu. Hal ini terlihat, bahwa 3 (tiga) lokasi sampling yang menggunakan meja kristalisasi tanah, yaitu Gapura Barat dan Kalianget Barat (Kabupaten Sumenep) serta Tolbuk (kabupaten Bangkalan kandungan NaCl garam yang dihasilkan ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan NaCl dari garam yang dihasilkan dengan menggunakan meja kristalisasi geomembran. Selain itu, lepas air tua (LAT) yang berbeda memungkinkan menentukan terhadap kandungan NaCl pada garam yang dihasilkan. SNI 01-3556-2000 (94,7%) Tanah Geomembran Gambar 3. Kandungan NaCl Garam Yang Dihasilkan Dari Meja Kristalisasi Geomembran Dan Tanah Kandungan Magnesium (Mg) Tanah Geomembran Gambar 4. Kandungan Mg Garam Yang Dihasilkan Dari Meja Kristalisasi Geomembran Dan Tanah 170

Kandungan Magnesium (Mg)(mg/l) Prosiding Seminar Nasional Kelautan 2016 Pada Gambar 4 menunjukkan, bahwa kandungan magnesium (Mg) dari garam yang dihasilkan oleh petani garam di Madura bervariasi antara satu daerah dengan daerah lainnya. Perbedaan hasil tersebut disebabkan oleh alasan yang sama dengan kandungan NaCl garam, yaitu faktor cuaca, air baku dan kontribusi lingkungan di sekitar tambak garam. Selain itu, pada hasil tersebut juga terlihat, bahwa 5 (lima) dari 8 (delapan) lokasi sampling menunjukkan kandungan Mg dari garam yang dihasilkan oleh meja kristalisasi jenis tanah, yaitu lokasi Bunder dan Tlanakan (Kabupaten Pamekasan); Ragung (Kabupaten Sampang; serta Tolbuk dan Tlangoh (Kabupaten Bangkalan) lebih tinggi dibandingkan kandungan Mg dari garam yang dihasilkan meja kristalisasi jenis geomembran. Secara keseluruhan kandungan magnesium pada garam yang dihasilkan oleh meja kristalisasi berupa tanah berkisar antara 0,1268 mg/l 0,3184 mg/l, sedangkan yang dihasilkan oleh meja kristalisasi berupa geomembran berkisar antara 0,1446 mg/l 0,4053 mg/l. Untuk kandungan magnesium tidak dipersyaratkan dalam Standar Nasional Indonesia untuk garam, namun demikian manfaat magnesium bagi tubuh manusia hendaknya menjadi pertimbangan. Dalam sehari tubuh kita butuh antara 360-420 mg. Jumlah itu, ternyata tidak bisa terpenuhi seluruhnya. Kalaupun kita makan buah-buahan dan sayur-sayuran paling banyak hanya terpenuhi antara 250-280 mg per hari (Anomin, 2007. Sari Laut. https://nigarin.wordpress.com/category/info-kesehatan. Diakses tanggal 30 Mei 2016). Sari laut atau di Jepang dikenal dengan sebutan nigarin ternyata sudah lama dikonsumsi sebagai sumber magnesium. Nigarin mengandung magnesium 240 mg dalam setiap 60 tetes. Hasil penelitian dari Institut Penelitian Nigarin, selain untuk menyehatkan jantung, nigarin dikonsumsi untuk pembentukan tulang dan gigi. Di Selandia Baru, pemerintahnya menganjurkan anak usia 3 13 tahun untuk mengkonsumsi nigarin karena kandungan magnesiumnya yang tinggi. Beberapa kebutuhan industri farmasi ternyata membutuhkan zat yang mengandung unsur Mg tinggi yang ternyata mudah diperoleh dari proses pembuatan garam. Hubungan NaCl dan Mg y = -0.013x + 1.4572 R² = 0.1939 Kandungan Natrium Khlorida (NaCl)(%) Gambar 5. Hubungan Kandungan Mg dan NaCl Dari Garam Gambar 5 dapat dilihat bagaimana hubungan antara NaCl dan Mg pada garam yang dihasilkan. Pada grafil linear sederhana dihasilkan formulasi Y = - 0,013 X + 1,457; dimana Y = kandungan magnesium dan X = kandungan NaCl. Formulasi yang dihasilkan tersebut menerangkan, bahwa semakin tinggi kandungan NaCl garam yang dihasilkan, maka ada kecenderungan kandungan Mg di dalamnya mengalami penurunan. Jadi hubungan kedua unsur tersebut menghasilkan hubungan yang negatif. Analisa terhadap kandungan NaCl dan Mg pada garam dapat menentukan keterkaitan kedua unsur tersebut mengingat keduanya terkandung baik di dalam air baku maupun pada garam yang dihasilkan. Keberadaan NaCl menentukan keberadaan Mg dalam garam dan sebaliknya. Seperti dijelaskan, bahwa upaya meningkatkan kadar NaCl sebagai bagian dari indikator kualitas garam konsumsi yang baik berarti menurunkan kadar pengotor yaitu salah satunya unsur Mg. Hal ini sudah nampak dari hasil analisa terhadap garam yang dihasilkan oleh petani garam di Madura (Gambar 5). 171

Berdasarkan pada formulasi hasil tersebut (Gambar 5), jika ingin diupayakan hasil garam rakyat di Madura memenuhi Standar Nasional Garam (SNI) untuk kandungan NaCl adalah 98 99 %, maka kandungan Mg diupayakan minimal adalah 0,183 mg/l. KESIMPULAN DAN SARAN Hasil analisa terhadap garam yang dihasilkan oleh masyarakat di Pulau Madura menunjukkaan, bahwa semakin tinggi konsentrasi Natrium Chlorida (NaCl), maka kandungan magnesium (Mg) di dalam garam akan semakin rendah. Harapan untuk penelitian selanjutnya adalah adanya analisa kandungan tanah lahan garam. Selain itu, perlu perbanyakan data pengambilan sampel maupun lokasi pengambilannya sehingga hasil yang diperoleh akan memberikan gambaran yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Anam, K. (2015). Kandungan NaCl Pada Air Baku Dan Garam Yang Dihasilkan Di Pulau Madura. (Skripsi). Universitas Trunojoyo Madura. Bangkalan Anonim (2007). Sari Air Laut. https://nigarin.wordpress.com/category/info-kesehatan Pusriswilnon (2006). Buku Panduan Pengembangan Usaha Terpadu Garam dan Artemia. Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumber Daya Non Hayati. Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Sulistiyaningsih, Sugiyono, Sedyawati (2010). Pemurnian Garam Dapur Melalui Metode Kristalisasi Air Tua Dengan Bahan Pengikat Pengotor Na2C2O4-NaHCO3 dan Na2C2O4-Na2CO3. Jurnal Kimia, 1(8), 26-33. Sembiring, N. (2008). Siapa Yang Tidak Mengenal Pulau Madura, Pulau Penghasil Garam Terbesar. https://m.facebiok.com/notes/sari 172