BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG REMISI

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 174 TAHUN 1999 TENTANG REMISI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III REMISI BAGI TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM PP NO 99 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PP NO 32 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2012 TENTANG

2018, No bersyarat bagi narapidana dan anak; c. bahwa Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 21 Tahun 2013 tentang Syarat dan Tata

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG PENGURANGAN MASA PIDANA (REMISI) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN HUKUM PEMBERIAN REMISI TERHADAP NARAPIDANA PIDANA PENJARA SEUMUR HIDUP Dasar Hukum Pemberian Remisi di Indonesia.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pem

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak akan pernah sembuh. Berbagai fakta dan kenyataan yang diungkapkan oleh

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGAWASAN PEMBERIAN REMISI TERHADAP NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) KLAS IIA ABEPURA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2006 TENTANG

PEMBERIAN REMISI TERHADAP NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

MENTERI KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tamba

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

BAB III PROSES PENGAJUAN DAN PEMBERIAN REMISI TERHADAP NARAPIDANA PIDANA PENJARA SEUMUR HIDUP DAN KENDALANYA

ANALISIS HUKUM PEMBERIAN REMISI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA Oleh: M. Fahmi Al Amruzi

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-01.PK TAHUN 2010 TENTANG REMISI SUSULAN

DAFTAR TERDAKWA/TERPIDANA PERKARA KORUPSI DARI POLITISI ATAU KADER PARPOL YANG DIVONIS PENGADILAN PADA TAHUN

JURNAL PEMENUHAN HAK NARAPIDANA TINDAK PIDANA KORUPSI DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN WIROGUNAN UNTUK MENDAPATKAN PENGURANGAN MASA PIDANA (REMISI)

BAB III PEMBERIAN REMISI KEPADA PELAKU TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN SIDOARJO

2016, No tentang Grasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5150); 2. U

BAB II LEMBAGA PEMASYARAKATAN DAN REMISI. A. Sejarah Pemberian Remisi Kepada Narapidana

TINJAUAN YURIDIS PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT TERHADAP NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II A PALU IRFAN HABIBIE D ABSTRAK

Institute for Criminal Justice Reform

moratorium (penangguhan) pemberian remisi terhadap narapidana tindak pidana korupsi. Kata kunci: Remisi, Korupsi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembinaan merupakan aspek penting dalam sistem pemasyarakatan yaitu sebagai

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Fockema Andreae, kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai

KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.01-PK TAHUN 1999 TENTANG ASIMILASI, PEMBEBASAN BERSYARAT DAN CUTI MENJELANG BEBAS

NOMOR : M.HH-11.HM th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

PELAKSANAAN REMISI TERHADAP NARAPIDANA DI LEMBAGA PERMASYARAKATAN KELAS I SURABAYA DI PORONG

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga peraturan-peraturan hukum itu dapat berlangsung lurus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan narapidana untuk dapat membina, merawat, dan memanusiakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara yang sangat menentang tindak

BAB V PENUTUP. dijabarkan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan :

BAB I PENDAHULUAN. Hukum diciptakan oleh manusia mempunyai tujuan untuk menciptakan

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

MENTERI TENAGA KERJA R.I.

BAB IV. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Remisi Kepada Pelaku Tindak Pidana. Korupsi

PEMBINAAN BAGI TERPIDANA MATI. SUWARSO Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016

BAB III PENUTUP. 1. Pasal 1 Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-Undangan Republik

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PELAKSANAAN PEMBERIAN REMISI TERHADAP NARAPIDANA KORUPSI DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II A YOGYAKARTA

2011, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lemba

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 54/PUU-XV/2017 Remisi bagi Narapidana Korupsi

BAB II KAJIAN TEORITIS. Terhadap pengertian pidana, ternyata tidak semua sarjana

BAB III PENUTUP. disimpulkan dalam penelitian ini bahwa dengan dikeluarkannya Peraturan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TENTANG PENGETATAN PEMBERIAN REMISI BAGI TERPIDANA KORUPSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :M.01-PK TAHUN 1999 TENTANG ASIMILASI, PEMBEBASAN BERSYARAT DAN CUTI MENJELANG BEBAS

BAB III REMISI DALAM KEPPRES RI NO 174 TAHUN maupun yang sudah tercantum dalam peraturan perundang-undangan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Hidup tenteram, damai, tertib serta berkeadilan merupakan dambaan setiap

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2002 TENTANG GRASI

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pembinaan pemasyarakatan di Indonesia secara umum telah

PERSPEKTIF DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PIDANA ALTERNATIF

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2002 TENTANG GRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Asimilasi. Pembebasan Bersyarat.

2016, No Pembangunan tentang Pedoman Penganugerahan Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Badan P

BAB III REMISI BAGI TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM KEPPRES RI NO 174 TAHUN A. Ketentuan tentang Remisi menurut Keppres RI No 174 Tahun 1999

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2002 TENTANG GRASI

1 dari 8 26/09/ :15

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERIKETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2002 TENTANG GRASI

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, tetapi dapat juga

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

JURNAL. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum. Oleh : NOVAN RAKHMAD P NIM.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tujuan Pidana

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. 1 Hal ini berarti setiap

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Institute for Criminal Justice Reform

BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT PEMBERIAN REMISI. A. Sulit mendapatkan Justice Collaborator (JC)

BAB III PENUTUP. a. Kesimpulan. Berdasarkan Pembahasan maka dapat penulis simpulkan bahwa :

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.908, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Pemberian Premi. Tata Cara.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ingin meningkatkan pencapaian di berbagai sektor. Peningkatan

BAB III PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT MENURUT PERMEN. No.M.2.Pk Th 2007

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

BAB III HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Sragen

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN JL. VETERAN NO. 11

elr 24 Sotnuqri f,ole NPM EIALAMA}.{ PERNYATAAN ORISINALITAS Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, Tanda Tangan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.04/2011 TENTANG PEMBERIAN PREMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.Menurut Pasal 1 Ayat 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG REMISI 1.1. Pengertian Remisi dan Dasar Hukum Remisi Pengertian remisi diartikan sebagai berikut: Remisi menurut kamus hukum adalah pengampunan hukuman yang diberikan kepada seseorang yang dijatuhi pidana. 1 Disamping itu Andi Hamzah berpendapat remisi adalah sebagai pembebasan hukuman untuk seluruhnya atau sebagian dari seumur hidup menjadi hukuman terbatas yang diberikan setiap tanggal 17 agustus. Remisi dalam sistem pemasyarakatan diartikan sebagai potongan hukuman bagi warga binaan setelah memenuhi persyaratan tertentu yang telah ditetapkan. Remisi ini biasanya diberikan bertepatan dengan hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia yakni pada setiap tanggal 17 agustus. 2 Pada pemerintahan belanda dahulu, remisi ini merupakan suatu anugerah. Dalam sistem pemasyarakatan remisi ini merupakan mata rantai dari suatu proses pemasyarakatan yang merupakan hak setiap warga binaan. Hak ini dapat diperoleh apabila warga binaan tersebut berkelakuan baik selain itu telah memenuhi persyaratan yang dilandaskan kepada lamanya hukuman yang dijalani. Mengenai dasar hukum yang mana ada dalam hal pemberian remisi dapat dilihat dari ketentuan sebagai berikut : 1. Keputusan Presiden No. 174 tahun 1999; 1 Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, h. 402 2 Direktorat Jendral Pemasyarakatan Departemen Hukum dan Ham R.I.,2009 Cetak Biru Pembaharuan Pelaksanaan Sistem Pemasyarakatan, h.136.

2. Peraturan Pemerintah No. 99 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. Ad. 1. Keppres RI No. 174 tahun 1999 Pada tanggal 23 Desember 1999 Presiden KH.Abdul Rahman Wahid mengeluarkan ketentuan baru tentang remisi melalui Keppres RI No. 174 Tahun 1999 tentang remisi. Perbedaan ketentuan tentang Keppres No. 69 Tahun 1999 dengan Keppres No 174 Tahun 1999 terletak pada ketentuan kewenangan mengenai perubahan pidana seumur hidup menjadi pidana sementara yang keputusannya ada ditangan Presiden bukan lagi di Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia. 3 Hal-hal yang diatur dalam keputusan presiden ini yaitu : 1) Perhitungan lamanya menjalani masa pidana sebagai dasar untuk menetapkan besarnya pemberian remisi, baik remisi umum, remisi khusus, ataupun remisi tambahan, kepada setiap narapidana yang telah memenuhi persyaratan. 2) Narapidana, anak pidana dan residivis dalam keputusan presiden ini diperbolehkan untuk mendapatkan remisi dengan catatan bahwa mereka telah memenuhi persyaratan untuk mendapatkan remisi, seperti yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa ada sedikit keringanan yang diberikan oleh negara, yaitu dengan diperbolehkannya seorang residivis untuk mendapatkan remisi setelah memenuhi ketentuanketentuan yang berlaku. Hal ini berarti bahwa negara benar-benar memberi perhatian yang 3 Keppres RI No. 174 Tahun 1999 Tentang Remisi

serius kepada orang-orang yang telah gagal mengimplementasikan makna dari pembinaan yang telah diberikan sebelumnya. berikut : Adapun penjelasan mengenai Keputusan Presiden RI No. 174 Tahun 1999 adalah sebagai 1) Remisi Khusus (Pasal 2 huruf b) Remisi Khusus, yang diberikan pada hari besar keagamaan yang dianut oleh Narapidana dan Anak Pidana yang bersangkutan, dengan ketentuan jika suatu agama mempunyai lebih dari satu hari besar keagamaan dalam setahun, maka yang dipilih adalah hari besar yang paling dimuliakan oleh penganut agama yang bersangkutan yaitu : 4 a) Bagi narapidana yang menganut agama Islam diberikan pada hari Raya Idul Fitri b) Bagai narapidana yang menganut agama Kristen /Khatolik diberikan pada tanggal 25 Desember ( Natal). c) Bagi Agama Hindu pada saat perayaan Nyepi d) Bagi penganut agama Budha pada hari Waisak. 2) Besarnya remisi khusus sesuai Pasal 5 ayat (1) dan (2) berdasarkan Keppres No. 174 tahun 1999 tersebut adalah sebagai berikut : a) (1) 15 hari untuk narapidana yang menjalani pidana 6 bulan sampai 12 bulan (2) 1 bulan untuk narapidana yang menjalani 12 bulan atau lebih b) (1) Tahun pertama besarnya dimaksud ayat 1 4 P.A.F.Lamintang dan Theo Lamintang, Hukum Penitensier Indonesia, Sinar Grafika, hal. 185

(2) Tahun kedua dan ketiga masing-masing diberikan 1 bulan (3) Pada tahun keempat dan kelima diberikan 1 bulan 15 hari (4) Pada tahun keenam dan seterusnya 2 bulan tiap tahun 3) Besarnya remisi tambahan yakni Pasal 6 huruf (a) dan (b) adalah : a) ½ dari remisi khusus untuk yang berjasa pada negara b) 1/3 dari remisi khusus untuk yang membantu negara. Perhitungan untuk memperoleh remisi dihitung sejak masa penahanan. 3. Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-undangan No.M.09.HN.02-01 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Keputusan Presiden No.174 Tahun 1999 tentang Remisi Proses pengesahahan Keputusan Menteri ini dikeluarkan pada masa kepemimpinan Menteri Yusril Izha Mahendra, yang ditetapkan pada tanggal 23 Desember 1999. 5 Lahirnya Keputusan Menteri dipertimbangkan dalam rangka melaksanakan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 174 Tahun 1999 tentang Remisi perlu ditetapkan Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-undangan tentang Pelaksanaan Keputusan Presiden Republik Indonesia. Pengaturan Pemberian Remisi diatur dalam beberapa Pasal antara lain: a. Pasal 2 1) Dalam hal pemberian Remisi Menteri dapat mendelegasikan pelaksanaannya kepada Kepala Kantor Wilayah. 5 Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-undangan No.M.09.HN.02-01 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Keputusan Presiden No.174 Tahun 1999 tentang Remisi

2) Penetapan pemberian Remisi seperti dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan dengan Keputusan Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri. 3) Segera setelah mengeluarkan penetapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Kepala Kantor Wilayah wajib menyampaikan laporan tentang penetapan pengurangan masa pidana tersebut kepada menteri Hukum dan Ham, dan Direktur Jenderal Pemasyarakatan b. Pasal 5 Remisi diusulkan oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan, Kepala Rumah Tahanan Negara atau Kepala Cabang Rumah Tahanan Negara kepada Kepala Kantor Wilayah. c. Pasal 7 1) Dalam hal pemberian Remisi Khusus, wajib dilakukan pendataan tentang agama yang dianut oleh Narapidana dan Anak Pidana yang bersangkutan. 2) Jika selama menjalani pidana Narapidana dan Anak Pidana pindah agama, maka remisi diberikan kepada Narapidana atau Anak Pidana yang bersangkutan menurut agama yang dianut pada saat dilakukan pendataan pertama kali. d. Pasal 8 ayat (5) dan (6) 5) Pengusulan Remisi Khusus sebagian dilaksanakan dengan menggunakan Formulir RK I. 6) Pengusulan Remisi Khusus seluruhnya dilaksanakan dengan menggunakan Formulir RK II Ad. 2. PP No. 99 Tahun 2012

Dalam Peraturan Pemerintah No. 99 Tahun 2012 diatur ketentuan mengenai syarat dan tata cara pelaksanaan hak warga binaan pemasyarakatan. Mengenai syarat dan tata cara pemberian remisi diatur dalam Pasal 34 PP No. 99 Tahun 2012. Ketentuan Pasal 34 mengatur Setiap Narapidana dan anak pidana berhak mendapatkan remisi yang dapat diberikan kepada narapidana dan anak pidana yang telah memenuhi syarat: a. berkelakuan baik, dan; b. telah menjalani masa pidana lebih dari 6 (enam) bulan. Untuk persyaratan berkelakuan baik dibuktikan dengan : a. tidak sedang menjalani hukuman disiplin dalam kurun waktu 6 (enam) bulan terakhir, terhitung sebelum tanggal pemberian remisi; dan b. dalam mengikuti program pembinaan yang diselenggarakan oleh LAPAS dengan predikat baik. Ketentuan remisi juga diatur dalam Pasal 34A yang mengatur : Pemberian remisi bagi narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme, narkotika dan prekursor narkotika, psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan Negara, kejahatan terhadap Hak Asasi Manusia yang berat, serta kejahatan Transnasional terorganisasi lainnya, selain harus memenuhi persyaratan sebagai mana dimaksud dalam Pasal 34 juga harus memenuhi persyaratan : a. bersedia bekerjasama dengan penegak hukum untuk membantu membongkar perkara tindak pidana yang dilakukannya; b. telah membayar lunas denda dan uang pengganti sesuai dengan putusan pengadilan untuk narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana korupsi; dan

c. telah mengikuti program deradikalisasi yang diselenggarakan oleh LAPAS dan/atau Badan Nasional Penanggulangan terorisme, serta menyatakan ikrar; 1. kesetiaan kepada Negara kesatuan Republik Indonesia secara tertulis bagi Narapidana Warga Negara Indonesia, atau 2. tidak akan mengulangi perbuatan tindak pidana terorisme secara tertulis bagi Narapidana Warga Negara Asing. Terhadap narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika, Psikotropika sebagaimana dimaksud diatas hanya berlaku terhadap narapidana yang dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun. Kesediaan bekerjasama sebagaimana dimaksud harus dinyatakan secara tertulis dan ditetapkan oleh instansi penegak hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ketentuan Pasal 34B mengatur : Remisi untuk narapidana diberikan setelah mendapat pertimbangan tertulis dari Menteri dan/atau lembaga terkait. pertimbangan tertulis tersebut disampaikan oleh Menteri dan/atau lembaga terkait dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) hari kerja sejak diterimanya pertimbangan dari Menteri. Untuk keputusan pemberian remisi ditetapkan dengan keputusan Menteri. Dalam ketentuan Pasal 34C diatur : Menteri dapat memberikan Remisi kepada anak pidana dan Narapidana yang selain Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana seperti yang dimaksud dalam pasal 34A. Narapidana yang sebagaimana dimaksud adalah terdiri dari narapidana yang: a. dipidana dengan masa pidana paling lama 1 (satu) tahun ;

b. berusia diatas 70 (tujuh puluh) tahun ; atau c. menderita sakit berkepanjangan. Menteri dalam memberikan Remisi mempertimbangkan kepentingan umum,keamanan dan rasa keadilan masyarakat. 1.2. Jenis Jenis Remisi Dalam Sistem Pemasyarakatan, bagi mereka yang menjalani masa tahanan akan diberikan hak-hak yang tercantum dalam undang- undang No.12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Pasal 14 ayat (1). Salah satu hak yang dimiliki oleh narapidana tersebut adalah remisi. Negara berhak memperbaiki setiap pelanggar hukum yang melakukan suatu tindak pidana melalui sesuatu pembinaan. Agar pembinaan dapat berjalan dengan baik maka salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia melalui Direktorat Pemasyarakatan dengan cara pemberian remisi kepada Narapidana yang dinyatakan telah memenuhi syarat-syarat yang di atur dalam perundang-undangan. Pemberian remisi di Negara Republik Indonesia sudah sejak Negara Indonesia mendapat kemerdekaan dari tangan penjajah, sehingga Hak Asasi Manusia dapat tetap diberikan walaupun dia masih berstatus sebagai narapidana.pemberian remisi menurut Undang-undang No.12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan merupakan hak bagi setiap Narapidana. Dalam sejarah Republik Indonesia pemerintah telah 5 (lima) kali mengeluarkan keputusan tentang ini dan ini menunjukkan adanya perkembangan politik dalam penyelenggaraan hukum yang menyangkut perlakuan kepada narapidana di Indonesia. 6 6 Pipin Syarifin, Hukum Pidana Di Indonesia, Pustaka Setia, Bandung, 2000, h. 48.

Terdapat beberapa jenis remisi pada Sistem Pemasyarakatan yang berlaku di Indonesia antara lain : a. Remisi Umum yaitu Pengurangan masa pidana yang diberikan kepada narapidana dan anak pidana pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus. b. Remisi Khusus yaitu Pengurangan masa pidana yang diberikan kepada narapidana dan anak pidana pada hari besar keagamaan yang dianut oleh yang bersangkutan dan dilaksanakan sebanyak-banyaknya 1 (satu) kali dalam setahun bagi masing-masing agama. c. Remisi Tambahan yaitu Pengurangan masa pidana yang diberikan kepada narapidana dan anak pidana yang berbuat jasa kepada negara, melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi negara atau kemanusiaan atau melakukan perbuatan yang membantu kegiatan lembaga pemasyarakatan. d. Remisi Dasawarsa yaitu pengurangan menjalani masa pidana yang diberikan kepada narapidana setiap 10 (sepuluh) tahun peringatan HUT Kemerdekaan RI. 7 Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagai payung sistem Pemasyarakatan Indonesia yang menyelenggarakan sistem pemasyarakatan dan berwenang untuk memberikan remisi.kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia berwenang memberikan Remisi. Pemberian remisi didelegasikan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia kepada Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Hukum dan Hak asasi Manusia. Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia wajib menyampaikan laporan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Direktur Jenderal Pemasyarakatan 7 Ibid, h. 48

(Pasal 2 Kepmen Kumdang No.M.09.HN.02.01 Th.1999). Sejak akhir tahun 1999 Indonesia mengenal remisi khusus yakni remisi yang diberikan kepada narapidana pada hari raya yang paling diagungkan sesuai dengan agama yang dianut oleh pemeluknya. 1.3. Syarat Pemberian Remisi Prosedur Pemberian Remisi dilaksanakan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 174 tahun 1999 tentang Remisi dan Peraturan Pemerintah No 99 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas PP No 32 tahun 1999 tentang syarat dan tata cara pelaksanaan Hak warga binaan. dalam keputusan Presiden No. 174 1999 tentang pemberian Remisi kepada warga binaan yang terdiri atas: remisi umum,remisi khusus, dan remisi tambahan, sebagai berikut : 8 a). Remisi Umum Remisi umum diberikan kepada warga binaan yang dinilai berkelakuan baik dan telah menjalani pidana lebih dari enam bulan di Lembaga Pemasyarakatan. Hak warga binaan ini diberikan setiap hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus dan besarnya remisi umum yang diberikan tergantung lamanya warga binaan dalam menjalani masa pidananya. Adapun perhitungan pemberian remisi umum dilaksanakan sebagai berikut: 1) Pada tahun pertama diberikan remisi, yakni: 8 Pipin Syarifin, op.cit. h. 78.

a. 1 (satu) bulan bagi warga binaan yang telah menjalani pidananya selama enam (enam) bulan sampai 12 (dua belas) bulan. b. 2 (dua) bulan bagi warga binaan yang telah menjalani hukuman 12 (dua belas) bulan atau lebih. 2) Pada tahun kedua diberikan remisi 3 (tiga) bulan. 3) Pada tahun ketiga diberikan remisi 4 (empat) bulan. 4) Pada tahun keempat dan kelima masing-masing diberikan remisi 5 (lima) bulan. 5) Pada tahun keenam dan seterusnya diberikan remisi 6 (enam) bulan setiap tahun. b) Remisi Khusus Remisi Khusus diberikan kepada warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan bertepatan dengan hari besar keagamaan yang dianut oleh warga binaan yang bersangkutan. Dengan ketentuan bahwa bila dalam satu tahun ada lebih dari satu hari besar keagamaan, maka yang dipilih adalah hari besar keagamaan yang paling dimuliakan oleh penganut agama yang bersangkutan. Remisi khusus merupakan penghargaan terhadap agama, yang menunjukan walaupun berada di Lembaga Pemasyarakatan warga bianaan dapat merasakan keberkahan dan kegembiraan dikala hari besar keagamaan yang bersangkutan dirayakan. Adapun perhitungan Remisi Khusus sebagai berikut : 1) Pada tahun pertama diberikan remisi, yakni: a. 15 (lima belas) hari bagi warga binaan Pemasyarakatan yang telah menjalani masa pidananya selama 6 (enam) sampai 12 (dua belas) bulan.

b. 1 (satu) bulan bagi warga binaan pemasyarakatan yang telah menjalani masa pidananya selama 12 (dua belas) bulan atau lebih. 2) Pada tahun kedua dan ketiga diberikan remisi 1 (satu) bulan atau lebih. 3) Pada tahun keempat dan kelima diberikan remisi 1 (satu) bulan 15 (lima belas) hari. 4) Pada tahun keenam dan seterusnya diberikan remisi 2 (dua) bulan setiap tahun. Perhitungan lamanya masa menjalankan pidana sebagai dasar menetapkan besarnya remisi khusus dihitung sejak tanggal penahanan sampai dengan hari besar keagamaan warga binaan di Lembaan Pemasyarakatan. Apabila selama menjalani pidana, warga binaan pindah agama, maka remisi diberikan kepada warga binaan yang bersangkutan menurut agama yang dianut pada saat dilakukan pendataan pertama kali. Jadi, pelaksanaan pemberian Remisi Khusus dilaksanakan pada: a. Setiap hari Raya Idul Fitri bagi Narapidana dan Anak Pidana yang beragama Islam. b. Setiap Hari Natal bagi Narapidana dan Anak pidana yang beragama Kristen. c. Setiap Hari Raya Nyepi bagi Narapidana dan Anak Pidana yang beragama Hindu. d. Setiap Hari Raya Waisak bagi Narapidana dan Anak Pidana yang beragama Budha. c) Remisi Tambahan Remisi tambahan diberikan kepada warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan selama menjalani pidana, berbuat jasa kepada negara, melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi negara atau kemanusiaan atau melakukan perbuatan yang membantu kegiatan pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan. 9 9 Ibid.hal.49

Yang dimaksud dengan berbuat jasa kepada negara adalah perbuatan yang menghasilkan karya dan memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berguna untuk pembangunan kemanusiaan. Sedangkan perbuatan yang bermanfaat bagi negara dan kemanusiaan misalnya ikut serta dalam menanggulangi bencana alam dan menjadi donor organ tubuh atau donor darah. Lalu yang dimaksud dengan melakukan perbuatan yang membantu Lembaga Pemasyarakatan adalah pekerjaan yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan yang diangkat sebagai pemuka kerja oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan. Adapun perhitungan Remisi tambahan sebagai berikut: 1) ½ (satu per dua) dari remisi umum yang diperoleh pada tahun yang bersangkutan (warga binaan Pemasyarakatan) berbuat jasa kepada negara atau melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi negara atau kemanusiaaan. 2) 1/3 (satu per tiga) dari remisi umum yang diperoleh pada tahun yang bersangkutan (warga binaan Pemasyarakatan) melakukan perbuatan yang dapat membantu kegiatan pembinaan di lembaga pemasarakatan sebagai pemuka. Yang perlu diperhatikan dalam pemberian Remisi ini adalah warga binaan yang tidak diberikan Remisi, dikarenakan: 1) Dipidana kurang dari 6 (enam) bulan. 2) Dikenakan hukuman disiplin dan didaftar pada buku pelanggaran tata tertib Lembaga Pemasyarakatan dalam kurun waktu yang diperhitungkan pada pemberian Remisi. 3) Sedang menjalani cuti menjelang bebas. 4) Dijatuhi pidana kurungan sebagai pengganti denda.

Dalam hal warga binaan pemasyarakatan tidak mendapatkan remisi dalam tahun tertentu, maka apabila yang bersangkutan mendapatkan remisi ditahun yang akan datang, jumlah pemberian remisi yang didasarkan pada remisi yang terakhir diperolehnya. Warga binaan yang menjalani pidananya paling lama seumur hidup, bila berkelakuan baik dan telah menjalani masa pidanya paling sedikit 5 (lima) tahun berturut-turut dapat diubah pidananya menjadi pidana sementara dengan lama sisa menjalankan pidananya 15 (lima belas) tahun. Perubahan ini diusulkan oleh warga binaan melalui Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kepada Presiden melalui Menteri Hukum dan HAM, apabila permohonan tersebut dikabulkan maka warga binaan Pemasyarakatan tersebut berhak mendapatkan remisi sebagaimana di atur dalam pasal 9 dan 10 Keputusan Presiden Nomor 174 tahun 1999 tentang Remisi. Remisi juga diberikan kepada warga binaan Pemasyarakatan yang mengejukan grasi dan kepada warga binaan Pemasyarakatan yang berkewarganegaraan asing.