BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengatasi stres kerja yang dihadapinya. Berdasarkan hasil penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. dan gawat darurat (Undang - Undang No 44 tahun 2009). Rumah sakit didirikan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. penyakit disamping penyembuhan dan pemulihan. segenap lapisan masyrakat. Sasaran dari program tersebut yakni tersedianya

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan program pembangunan kesehatan di Indonesia didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat. keperawatan sebagai tuntunan utama. Peran perawat professional dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, yang

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan di Rumah sakit yang diberikan kepada pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. kronis sehingga dalam laporan pemerintah Amerika Serikat, Stres kerja dijuluki

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan kelangsungan hidup seseorang. Perubuhan-perubahan yang terjadi. diberbagai bidang termasuk bidang kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. berkeringat, palpitasi, kekakuan pada dada dan gangguan lambung ringan. bervariasi setiap individu (Kaplan dan Sadock, 2000).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemberian pelayanan kesehatan menjadi prioritas utama bagi banyak

BAB I PENDAHULUAN. pengelola, pendidik, dan peneliti (Asmadi, 2008). Perawat sebagai pelaksana layanan keperawatan (care provider) harus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. stress yang mungkin ia sudah tidak mampu mengatasinya (Keliat, 1998). Sebagai

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

BAB I PENDAHULUAN. pekerja yaitu perawat. Perencanaan tenaga keperawatan merupakan fungsi organik

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar spesialistik dan

keluarga. Disamping itu perawat juga dituntut untuk mencurahkan segala pengetahuan, pikiran dan perasaannya kepada pasien selama 24 jam serta

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Sebuah Rumah Sakit akan memberikan pelayanan optimal jika didukung

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan perawatan pasien yaitu penanganan emergency, tidak. Penanganan pada pelayanan tersebut dilaksanakan oleh petugas

BAB I PENDAHULUAN. terdapat kasus dengan berbagai tingkat kegawatan yang harus segera mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan program pembangunan. Salah satu program pemerintah dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengertian antara pemberi informasi dengan penerima informasi. mendapatkan pengetahuan (Taylor, 1993 dalam Uripni, dkk. 2003).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Di era industrialisasi seperti sekarang ini, Rumah Sakit menjadi institusi

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. (Sumber: diakses pada 25/04/2014 pukul WIB)

BAB I PENDAHULUAN. keperwatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-pisiko-sosio-spritual komprehensif

BAB I PENDAHULUAN. yang memilki peran dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Rumah sakit di

BAB I PENDAHULUAN. bangsal rawat inap. Pekerjaan seorang perawat tidak terlepas dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang setiap hariberhubungan dengan pasien. Rumah

BAB I PENDAHULUAN. menambah tingginya biaya perawatan dan angka kesakitan pasien (Anonim, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan dokter yang mampu ini tidak akan memberikan hasil yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan baik dalam lingkup nasional maupun global.hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), HAI s (Healthcare

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumberdaya, baik modal

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN ADAPTASI PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penentu citra institusi pelayanan. akan terlihat dari asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.

BAB 1 PENDAHULUAN. bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan mempunyai fungsi dan tugas

BAB 1 : PENDAHULUAN (1, 2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. advokat klien, edukator, koordinator, kolaborator, peneliti/pembaharu

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

BAB 1 PENDAHULUAN. Kualitas jasa pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting yang perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan rumah sakit memberikan pelayanan berkualitas sesuai kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Sejak pertama kali berdirinya suatu negara, pemerintah dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. bagi perkembangan suatu rumah sakit. Penampilan fisik termasuk bangunan,

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan di Indonesia saat ini masih dalam suatu proses. perawat Indonesia harus mampu memberikan asuhan keperawatan secara

55 LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

Sistem yang digunakan di RSUD Simo Boyolali berbeda antara dokter spesialis, dokter umum dan perawat. Untuk insentif dokter spesialis berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penunjang. Menurut Para Ahli Rumah sakit adalah suatu organisasi tenaga medis

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang melayani kesehatan masyarakat serta di dukung oleh instansi dan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan rawat inap merupakan kegiatan yang dilakukan di ruang rawat inap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi target yang ditetapkan,hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRESS KERJA PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Bandung. Rumah sakit X merupakan rumah sakit swasta yang cukup terkenal di

BAB I PENDAHULUAN. seseorang terhadap pelayanan kesehatan. (Notoatmodjo,1993).

BAB I. padat pakar dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu jaringan pelayanan kesehatan yang penting,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Banyaknya minat untuk menjadi seorang dokter berpengaruh di dunia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan yang lambat proses pelayananya. kepada pelanggan maka semakin besar pula waktu kerja yang harus disediakan

INTISARI. Kata Kunci : Kondisi Kerja, Beban Kerja, Tingkat Stres perawat.

BAB I PENDAHULUAN. Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jawab dalam memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat sesuai

BAB I PENDAHULUAN. penduduk agar dapat terwujudnya derajat kesehatan yang optimal. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban tenaga keperawatan profesional (Depkes RI, 2005).

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka.

PENILAIAN KINERJA PELAYANAN PERAWAT PASIEN RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan administrasi. Rumah sakit dengan peralatan yang canggih dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu RS Umum dan RS Khusus (jiwa, mata, paru-paru, jantung, kanker, tulang, dsb)

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang merata merupakan aspek penting yang harus

MAKALAH MANAJEMEN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat (Permenkes No. 147 tahun 2010).

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri, lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksudkan dalam pembukaan UUD 1945 melalui pembangunan nasional yang berkesinambungan berdasarkan pancasila dan UUD 1945 disebutkan Dalam undang-undang No.23 tahun 1992. Derajat kesehatan besar artinya bagi pembangunan Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia (Kartika, 2009). Berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XII/1992 menyebutkan bahwa rumah sakit adalah tempat yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar spesialistik dan subspesialistik, serta memberikan pelayanan yang bermutu dan terjangkau masyarakat, dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Djododibroto (dalam Supardi, 2007) sebagai salah satu jaringan pelayanan kesehatan yang penting, rumah sakit merupakan salah satu industri jasa yang tidak cukup bekerja disiang hari saja tetapi harus 24 jam, karena setiap saat orang sakit membutuhkan pelayanan. Bentuk pelayanan ini bersifat sosio ekonomi yaitu suatu usaha yang walau bersifat sosial namun diusahakan agar bisa mendapatkan surplus keuntungan dengan cara pengelolaan yang profesional dengan memperhatikan prinsip ekonomi.

Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan tempat yang menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan. Pelayanan rumah sakit berbentuk pelayanan jasa dengan berbagai jumlah dan jenis pelayanan. Berbagai pelayanan yang diberikan menjadikan rumah sakit mempunyai peran yang sangat strategis dalam memberikan dan menciptakan pelayanan yang berkualitas karena memiliki sumber daya yang potensial untuk dikembangkan, pelayanan yang diselenggarakan di rumah sakit mencakup pelayanan medik, penunjang medik, rehabilitasi medik, dan pelayanan keperawatan (Rizani, 2006). Perawat merupakan bagian terpenting untuk meningkatkan pelayanan di rumah sakit. Tenaga perawat diperlukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan untuk masyarakat. Kinerja perawat yang dibutuhkan yaitu kinerja perawat yang profesional demi memajukan kualitas rumah sakit tersebut. Sejak diakuinya keperawatan sebagai profesi dan ditingkatkannya pendidikan tinggi keperawatan dari SPK ke D III dan S1, berlakunya undangundang No. 23 tahun 1992, dan Permenkes No. 647/2000, proses registrasi dan legalitasi keperawatan. Nursalman (dalam Supardi, 2007) sebagai bentuk pengakuan adanya kewenangan dalam melaksanakan praktek keperawatan profesional. Langkah awal yang perlu ditempuh adalah penataan pendidikan keperawatan dan memberikan kesempatan kepada perawat untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi sehingga diharapkan pada akhirnya semua tenaga perawat yang ada di rumah sakit sudah memenuhi kriteria untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

Depkes RI pelaksanaan klasifikasi pasien ruang rawat inap merupakan salah satu upaya peningkatan kualitas pelayanan keperawatan yang diberlakukannya melalui SK Menkes No. 436/Menkes/SK/VI/1993 tentang Standar pelayanan di rumah sakit dan standar asuhan keperawatan yang diperlukan melalui SK Dirjen Yanmed No 00.03.2.6.7637 tahun 1993 yaitu pedoman studi dokumentasi asuhan keperawatan, angket pelayanan yang diberikan oleh perawat dan pedoman observasi pelaksanaan tindakan keperawatan (Supardi, 2007). Perawat menjadi prioritas utama untuk memajukan pelayanan kesehatan di Indonesia khususnya di Gorontalo ini. Sangat di perlukan perawat-perawat yang handal untuk bekerja di instasi rumah sakit, salah satu pelayanan di rumah sakit yaitu pelayanan di ruangan intensif. Di ruang intensif diperlukan tenaga medis baik dokter maupun perawat yang jumlahnya cukup besar, karena menangani pasien dengan kondisi kritis. Salah satu syarat untuk dapat menunjang pelaksanaan praktek keperawatan secara profesional adalah dengan memperhatikan lingkungan kerja perawat. Lingkungan kerja yang berkualitas tinggi sangat bermanfaat bagi perawat dan dapat meningkatkan kualitas perawatan klien. Komponen dari lingkungan kerja perawat ini meliputi komponen kepemimpinan dan budaya, kendali terhadap praktek, kendali terhadap beban kerja, dan sumbersumber yang adekuat bagi terlaksananya pelayanan keperawatan yang berkualitas.

Perawat intensif merupakan perawat yang handal dan sudah terlatih kemampuannya. Perawat intensif kapasitas kerja cukup besar karena harus mempertanggung jawabkan pasien yang mengalami kondisi terminal atau mendekati kematiaan. Oleh karena itu sangat dibutuhkan perawat yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang lebih baik dalam menangani pasien di ruangan intensif dan minimal memiliki sertifikat BTCLS ( Basic Training Cardia Life Support). Perawat intensif rawan terhadap munculnya stres, hal ini di karenakan tuntutan-tuntutan pekerjaan yang lebih. Beban kerja yang dilakukan perawat intensif berupa fisik maupun mental. Misalnya fisik yaitu memandikan pasien sampai menggantikan baju, mengatur tempat tidur, memberikan makan dan minum, selalu mengobservasi kondisi pasien baik cairan, monitor, TTV, dll sedangkan mental yaitu perawat mampu bertanggung jawab terhadap pasien sampai sembuh dan menangani setiap ada komplen dari pihak keluarga pasien. Menurut penelitian Hudak (dalam Andreas dkk, 2009) mengemukakakan yakni terhadap faktor-faktor penyebab stres kerja pada perawat ICU telah di lakukan di luar negeri oleh beberapa peneliti, yaitu antara lain oleh Anderson (1989), Hart (1989 ), Rosenthal (1989), dan Oehler (1991). Hasil dari penelitian tersebut, mereka menyimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab stres kerja pada perawat ICU adalah konflik interpersonal dengan perawat, memberi perawatan pada pasien, isu-isu mengenai administrator dan menejer keperawatan, kurangnya dukungan dari administrator dan manejemen keperawatan, pola komunikasi, pemantau dan perencanaan staf, politik

interdisiplin pada tingkat manejer keperawatan dan dokter, penghargaan (termasuk gaji dan promosi, dan kesempatan untuk memperoleh pendidikan), penyedian dukungan dari departemen lain di luar bidang keperawatan, serta isu etika yang berhubungan dengan pasien-pasien menjelang kematian. Pada penelitian yang dilakukan Frasser (dalam Muthmainah, 2012) telah lama diketahui bahwa petugas kesehatan memiliki tekanan psikologi yang tinggi dibandingkan dengan profesi lainnya. Para pekerja kesehatan terpapar oleh beberapa penyebab stress mulai dari beban kerja yang berlebihan, tekanan waktu pekerjaan tugas, tidak adanya kejelasan aturan berhubungan dengan kontak petugas kesehatan dengan penyakit infeksi, pasien dengan kondisi sakit yang sulit/kritis dan kondisi pasien yang tidak berdaya (NIOSH, 2008). Menjalankan profesi sebagai perawat juga rawan terhadap stress. Menurut survey nasional di perancis ditemukan bahwa persentasi kejadian stress sekitar 74 % dialami oleh perawat. Di Indonesia berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (2006) terd apat 50,9% perawat Indonesia di empat provinsi mengalami stres kerja. Dengan gejala sering pusing, leleh dan tidak istrahat karena beban ketja terlalu tinggi dan menyita waktu, gaji rendah insentif yang tidak memadai (Muthmainah, 2012). Pengaruh lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap stres kerja perawat. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Pasih Noordiansah di rumah sakit Muhammadiyah Jombang, dari responden yang

berjumlah 36 orang didapatkan 35,5% disimpulkan bahwa lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik berpengaruh negatif dan signifikan terhadap stres kerja (Noordiansah, 2013). Berdasarkan data awal yang diambil pada tanggal 22 Januari 2014 di RSUD PROF.DR.Aloei Saboe Kota Gorontalo di ruangan intensif (ICU, ICCU, PICU, dan NICU) terdapat 65 perawat (ICU= 17 orang, ICCU= 14 orang, PICU= 19 orang, NICU= 25 orang). Dari data tersebut di ruangan ICU terdapat 8 orang PNS dan 9 orang honor, di ruangan ICCU terdapat 7 orang PNS dan 7 orang honor, di ruangan PICU 9 orang PNS dan 10 orang honor, dan di ruangan NICU 25 orang PNS dan 15 orang honor. Menurut hasil wawancara saya dengan kepala ruangan Dalam bertugas mereka dibagi menjadi tiga sifht, yaitu pagi (pukul 07.00-14.00 WITA), sore (pukul 14.00-21.00 WITA) dan malam (pukul 21.00-07.00 WITA). Beliau mengatakan, setiap shift di jaga oleh 4-5 perawat. sehingganya 1 perawat bisa menangani 3-4 pasien sekaligus dalam 7-10 jam perhari. Berdasarkan hasil pengambilan data awal dan wawancara dengan beberapa perawat yang bertugas di ruangan intensif dan mengobservasi kondisi lingkungan kerja, didapatkan adanya gejala-gejala keluhan tentang stres kerja perawat seperti pusing, sering merasa lelah karena beban kerja lebih dibandingkan dengan rungan yang lain, jasa atau gaji perawat, dan keluarga pasien yang tidak kooperatif dengan perawat. Selain itu juga menurut observasi yang di lakukan oleh peneliti bahwa lingkungan kerja pencahayaan

terang, suara alat-alat terlalu bising kondisi ini dapat mempengaruhi stres karena lingkungan kerja. Melihat kondisi tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Lingkungan Kerja dengan Stres Kerja Perawat di Ruang Intensif RSUD PROF.Dr.H ALOE SABOE Kota Gorontalo. 1.2 Identifikasi Masalah 1.2.1 Kondisi lingkungan kerja suara alat-alat terlalu bising. 1.2.2 Terdapat keluhan stres kerja seperti pusing, sering merasa lelah karena beban kerja lebih, atau gaji perawat, dan keluarga pasien yang tidak kooperatif dengan perawat. 1.3 Rumusan masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka rumusan masalah yaitu apakah ada hubungan lingkungan kerja dengan stres kerja perawat di ruangan intensif Rumah Sakit Umum Daerah Prof.Dr.H Aloe Saboe Kota Gorontalo? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Tujuan umum pada penelitian ini untuk mengetahui hubungan lingkungan kerja dengan stres kerja perawat di ruangan intensif RSUD Prof.Dr.H Aloe Saboe Kota Gorontalo.

1.4.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi lingkungan kerja perawat di ruangan intensif RSUD Prof.Dr.H Aloe Saboe Kota Gorontalo. 2. Mengidentifikasi kejadian stres kerja pada perawat di ruangan intensif RSUD Prof.Dr.H Aloe Saboe Kota Gorontalo. 3. Menganalisa hubungan lingkungan kerja dengan stres kerja perawat di ruangan intensif RSUD Prof.Dr.H Aloe Saboe Kota Gorontalo. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti ataupun peneliti selanjutnya guna untuk menambah wawasan pengetahuan tentang hubungan lingkungan kerja dengan stres kerja perawat di ruangan intensif Rumah Sakit Umum Daerah Prof.Dr.H Aloe Saboe Kota Gorontalo. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi perawat yang ada di ruangan intensif agar dapat memberikan gambaran tentang hubungan lingkungan kerja dengan stres kerja perawat sehingga dapat dilakukan intervensi yang sesuai dengan kebutuhan perawat berdasarkan pengalaman yang sudah diperolehnya dalam bekerja. Selain itu juga diharapkan dapat bermanfaat bagi RSUD Prof.Dr.H.Aloe Saboe Kota Gorontalo meningkatkan kualitas pelayanan dan mutu kinerja di ruangan intensif.