II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi kelelawar menurut Corbet and Hill ( 1992) Kelelawar memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi dan menempati

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelelawar masuk ke dalam ordo Chiroptera yang berarti mempunyai sayap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelelawar termasuk ke dalam Ordo Chiroptera, merupakan salah satu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus

I. PENDAHULUAN. adanya berbagai nama. Di Indonesia bagian timur kelelawar disebut dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Mei 2011 di Stasiun Penelitian

MENGENAL DUNIA KELELAWAR

I. PENDAHULUAN. berbagai tipe vegetasi dan ekosistem hutan hujan tropis yang tersebar di

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. antara Yugoslavia dengan Italia Utara, dekat kota Trieste. Karst merupakan. saluran bawah permukaan (Setiawan et al., 2008).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelelawar adalah mamalia dari ordo Chiroptera dengan dua sub ordo yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Catecholamine mesolimbic pathway (CMP) merupakan jalur dopamin

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di perkebunan kopi Sumber Rejo Way Heni

KOMUNITAS KELELAWAR MICROCHIROPTERA DI KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. KENCANAA SAWIT INDONESIA (KSI) SOLOK SELATAN TESIS.

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock)

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

Kegiatan Semester 1. 3) Keriklah lendir (kambium) hingga bersih. 4) Keringkan dahan yang disayat selama 2-4 hari. Kegiatan Semester 1 1

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kelelawar

Ayo Belajar IPA. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI semester 1. Elisabeth Sekar Dwimukti Universitas Sanata Dharma

2 k e s erta tahun, seperti : pembukaan lahan untuk pertanian, perkebunan, penebangan liar t ersebut Nasional pembukaan akses jalan m erupakan ancaman

KEANEKARAGAMAN KELELAWAR PEMAKAN SERANGGA SUB ORDO MICROCHIROPTERA DI STASIUN PENELITIAN WAY CANGUK TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. secara lokal yang menyebabkan terbentuknya ruangan-ruangan dan lorong-lorong

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian

PENDAHULUAN. Latar Belakang Pteropus vampyrus merupakan kelelawar pemakan buah-buahan, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan berupa penelitian dasar atau basic research yang

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 7. CIRI KHUSUS HEWAN DAN TUMBUHANLatihan soal 7.1

III. METODE PENELITIAN. dilakukan pada bulan Desember Maret Penelitian dilaksanakan di

Kekayaan Jenis Kelelawar (Chiroptera) di Kawasan Gua Lawa Karst Dander Kabupaten Bojonegoro

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di dunia di kenal dua jenis gajah yaitu gajah afrika (Loxodonta. (1984), ada tiga anak jenis gajah asia yaitu Elephas maximus

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

CIRI KHUSUS MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN HIDUPNYA

STUDI KOMPARASI STRUKTUR ANATOMIK Noseleaf KELELAWAR Rhinolophus affinis DAN Hipposideros ater

PERBANDINGAN UKURAN DAN BENTUK TUBUH BERBAGAI SPESIES KELELAWAR DI KOTA TUAL DAN KABUPATEN MALUKU TENGGARA SKRIPSI RESTU MONICA NIA BETAUBUN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Gajah Sumatera (Elephas maxius sumateranus) Menurut Lekagung dan McNeely (1977) klasifikasi gajah sumatera

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beruang madu (H. malayanus) merupakan jenis beruang terkecil yang tersebar di

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI IV Hotel Marcopolo, Bandar Lampung, November 2011

LEMBAR KERJA SISWA TIPE A

HEWAN YANG HIDUP DI AIR. 1. Hiu Kepala Martil

MATERI DAN METODE. Harpiocephalus harpia Serangga Rhinolophus keyensis Serangga Hipposideros cervinus Serangga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah aslinya adalah krst / krast yang merupakan nama suatu kawasan di

PENYUSUNAN MODUL PENGAYAAN KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR Subordo Microchiroptera DI GUNUNGKIDUL BAGI SISWA SMA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

Kompetensi. created by darmadi ahmad MAMALIA. Memahami perbedaan dan persamaan pencirian serta pengelompokan pada Mamalia CIRI-CIRI UMUM PENYEBARAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR (CHIROPTERA) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

TINJAUAN PUSTAKA. : Chiroptera. Spesies : Pteropus vampyrus Gambar 1 Pteropus vampyrus (Kunz dan Jones 2000).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kingston (2006) terdapat lebih dari 31 jenis tumbuhan di Malaysia yang

BAB I PENDAHULUAN. binatang atau fauna) adalah makhluk hidup yang paling beragam di planet.

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Cuvier (1829), Ikan tembakang atau lebih dikenal kissing gouramy,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

BIOLOGI KONSERVASI EKOSISTEM PASCA TAMBANG

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

Gema, mangapa engkau keluar siang hari begini? Bukankah seharusnya kamu istirahat?

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

ULANGAN AKHIR SEMESTER (UAS) SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat 2.2 Komunitas Burung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

Burung Kakaktua. Kakatua

I. PENDAHALUAN. dan kehutanan. Dalam bidang kehutanan, luas kawasan hutannya mencapai. (Badan Pusat Statistik Lampung, 2008).

Gambar 29. Cynopterus brachyotis sunda Lineage

KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR DI DESA CIKARAWANG KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT AKBAR SUMIRTO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Borroret al (1992) serangga berperan sebagai detrivor ketika serangga memakan bahan organik yang membusuk dan penghancur sisa tumbuhan.

(Tesis) Oleh EKA SULPIN ARIYANTI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai

IV. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang yang ditemukan di Sumatera, Indonesia adalah H. syndactylus, di

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 5. Kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam, dan perkembangbiakanlatihan Soal 5.2

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

DINAS KEHUTANAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M/1431 H

2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup

2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PROFIL SATWALIAR GUNUNG PARAKASAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kukang adalah salah satu spesies primata dari genus Nycticebus yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

HIU TERBESAR JINAK DAN BUKAN KARNIVORA, 9 Fakta Menarik Tentang Hiu Paus

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Kelelawar Klasifikasi kelelawar menurut Corbet and Hill ( 1992) Kingdom Filum Subfilum Kelas Ordo : Animalia : Chordata : Vertebrata : Mammalia : Chiroptera Kelelawar memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi dan menempati urutan kedua setelah Rodensia (Huang,2010). Dari 4.000 spesies mamalia, 1.000 di antaranya merupakan spesies kelelawar. Untuk mengelompokkannya, kelelawar dibagi menjadi dua kelompok utama yaitu "Megachiroptera" dan "Microchiroptera" (Vaughan, 2000). Subordo Megachiroptera dengan 1 famili yaitu : Pteropodidae dengan 42 genus dan 175 spesies. Subordo Microchiroptera dengan 16 famili yaitu : Rhinopomiatidae, Nycteridae, Megadermatidae, Rhinolopidae, Hipposideridae, Mizopopodidae, Mystacinidae, Noctilionidae, Phyllostomidae, Desmodontidae, Natalidae, Furipteridae, Thyropteridae,

6 Vespertilionidae, Emballonuridae, Molossidae dengan 145 genus dan 788 spesies (Vaughan, 2000). B. Morfologi Kelelawar Perbedaan nyata antara sayap kelelawar dengan sayap burung adalah pada perluasan tubuhnya yang berdaging dan sayapnya yang tidak berambut terbuat dari membran elastis dan berotot. Kelelawar memiliki dua tipe sayap, tipe sayap lebar dan sayap kecil. Sayap kecil ditemukan pada kelelawar yang hidup di alam tertutup. Tipe sayap kecil berguna untuk terbang dengan cepat. Tipe sayap lebar dimiliki kelelawar yang hidup di tempat terbuka, terbang pelan di antara cabang pohon (Vaughan, 2000). Kelelawar mempunyai morfologi sayap yang terdiri dari beberapa bagian yaitu plagiopatagium, propatagium, dactylopatagium, uropatagium, dan informal membran. Tulang telapak dan jari tangan kelelawar mengalami pemanjangan dan berfungsi sebagai kerangka sayap dan antara kaki belakang dan ekor membentuk membran interfemoral (Prastianingrum, 2008) ( Gambar 1). Menurut Simmons dan Conway (1997) kaki bawah termodifikasi guna membantu patagium pada saat terbang atau menggantung. Kelelawar memiliki otot yang kuat pada jari-jari kaki untuk mencengkeram sehingga kelelawar dapat tidur menggantung.

7 Gambar 1. Morfologi kelelawar (Anonim a, 2010). Keterangan : Knee (lutut) Tail membrane (membran ekor) Wing membrane (selaput sayap ) Third finger (jari ke-3) Ear (telinga) Tragus (tragus) Upper arm (lengan paling atas) Forearm (lengan) Foot (kaki) Thumb (ibu jari) Second finger (jari ke-2) Kelelawar mempunyai otot pada patagium dan menggunakan otot-otot tambahan pada dada untuk menggerakkan sayap ke atas dan bawah. Tulang yang kuat pada kelelawar dipakai untuk menopang propatagium pada membran sayap sehingga memiliki kemampuan untuk melakukan manuver saat terbang. Hal ini dikarenakan sayapnya yang lebih kompleks jika dibandingkan dengan kelelawar dari jenis Megachiroptera (Simmons dan Conway, 1997).

8 C. Makanan utama Berdasarkan jenis pakannya kelelawar dapat dibedakan menjadi kelelawar pemakan buah, serangga, dan madu. Megachiroptera umumnya adalah herbivora dengan memakan buah, nektar dan serbuk sari. Megachiroptera memiliki satu famili yaitu Pteropodidae dengan 42 genus dan 166 spesies, dengan ukuran tubuh relatif besar dan mempunyai berat badan antara 10-1500 gram (Nowak, 1994) (Yustian, 2010) Kelelawar dengan bentangan sayap dua meter dan berat mencapai satu setengah kilogram dimasukkan dalam kelompok Megachiroptera atau dikenal dengan sebutan "Kalong". Kalong mempunyai mata besar dan tidak mempunyai sistem ekolokasi. Makanan kalong berupa buah-buahan dan bunga yang diperoleh dengan mengandalkan penglihatan dan penciuman (Nowak, 1994). Kelelawar yang ditemukan di Asia dan Afrika umumnya bertubuh kecil, dengan jenis pakan serbuk sari, lebar dua sayapnya 30 cm dengan berat 15 gr, termasuk dalam kelelawar Microchiroptera yang umumnya adalah insektivora tetapi ada beberapa famili yang bersifat omnivora, karnivora, piscivora, frugivora, nektarivora atau sanguivora (Findley, 1993), dengan sistem ekolokasi yang lebih baik (Nowak, 1983). Kelelawar merupakan hewan nokturnal yaitu aktif pada malam hari. Kelelawar pemakan serangga mempunyai kemampuan untuk menangkap pantulan getar atau gema dari suara yang di timbulkannya atau dikenal dengan istilah ekolokasi. Ekolokasi adalah suatu fenomena kelelawar mengeluarkan suara dengan melalui mulut atau hidungnya ketika sedang terbang. Suara

9 yang dihasilkan umumnya berada di atas ambang batas pendengaran manusia dan di pantulkan kepada kelelawar tersebut dalam bentuk gema (echoes) (Huang,2010). Ekolokasi berguna bagi kelelawar yang sedang terbang dalam kegelapan untuk menentukan lokasi serangga mangsanya. Kelelawar hanya mengeluarkan seperseribu energi suara untuk memangsa serangga dalam keadaan terbang (Saunders, 1992). Bagi kelelawar pemakan serangga, proses perburuan serangga dari mengenali hingga menangkapnya, umumnya membutuhkan waktu kurang dari satu detik. Walau berada dalam keadaan gelap, kelelawar dapat melakukannya dengan sangat baik. Kelelawar menggunakan pantulan gelombang ultrasonik dari mulutnya untuk menentukan posisi target (Huang,2010). Untuk menyelesaikan perburuan mangsanya, kelelawar harus selalu mengarah ke target yang terbang dan bergerak bebas. Kelelawar dapat mengubah-ubah sudut dan arah gerakannya mengikuti gerakan mangsanya. Apabila mangsanya serangga terlihat di arah barat laut, kelelawar akan bergerak agar calon mengsanya itu selalu berada di arah barat laut sambil mendekat. Kelelawar hanya membutuhkan waktu singkat untuk mendeteksi, mengunci, dan menangkap mangsa selincah apapun (McNeely, 1977). D. Peranan kelelawar dalam ekosistem Kelalawar berperan penting dalam penyebaran biji tanaman buah-buahan, terutama kelelawar dari famili Teropodidae (kelelawar buah) merupakan penyerbuk jenis bunga yang memiliki nilai ekonomis dan sebagai obat asma.

10 Masyarakat memanfaatkan kelelawar dari daging kelelawar sebagai bahan makanan yang memiliki protein tinggi, penghasil pupuk guano (fosfat) yang diperlukan banyak bagi pertanian tanaman pangan (Walker, 1964). E. Reproduksi Pada umumnya pola reproduksi kelelawar sangat dipengaruhi oleh musim. Beberapa spesies di daerah sedang dan banyak spesies di daerah tropis melahirkan satu anak dalam setiap kelahiran. Masa gestasi 3-6 bulan dan berat anak dapat mencapai 25-30% berat induknya (dibanding dengan manusia yang hanya 5% berat induknya), kecuali Lasiurus borealis yang dapat menghasilkan anak hingga lima ekor. Kelelawar dikenal memiliki kemampuan membawa beban yang handal. Berbeda dengan mamalia lainnya yang menyapih anakan bila telah mencapai 40 % ukuran dewasa, kelelawar menyapih ketika anakannya hampir berukuran dewasa. Keunikan anggota subordo Microchiroptera lainya adalah pada saat dilahirkan kaki anaknya akan keluar lebih dahulu, sedangkan mamalia lainnya kepala keluar lebih dulu (Nowak, 1994). F. Perangkap Harpa (Harp Trap) dan Mist net (Jaring kabut) Constantine (1958) pertama kali memperkenalkan perangkap untuk menangkap Mexican free-tailed bats (Tadarida brasilliensis) pada gua. Perangkap yang dirancang berupa satu kerangka besar dengan satu teralis dengan satu kawat dengan kawat lain yang berjajar membentuk teralis. Di

11 bagian bawah perangkap terdapat kantong untuk menampung kelelawar yang terperangkap sehingga tidak dapat terbang keluar(yustian, 2010). Francis pada tahun 1989 merancang kembali dengan menggunakan 4 teralis karena lebih efektif dan efisien, dikenal harp trap dan banyak digunakan (Francis, 1989) (Gambar 2). Gambar 2. Perangkap Harpa Jaring kabut adalah alat yang populer dan penting bagi pemantauan spesies, yang mencakup komposisi penilaian spesies, kelimpahan relatif, ukuran populasi, dan demografi. Pengaturan jaring kabut memakan waktu dan memerlukan sertifikasi, namun terdapat keuntungan teknik pemantauan atas visual dan aural, seperti pengambilan sampel spesies yang mungkin kurang terdeteksi dengan cara lain. Keuntungan lainnya termasuk standardisasi,

12 mudah pada pemeriksaan, dan pencegahan kesalahan identifikasi potensi spesies burung oleh orang-orang. Karena mereka memungkinkan para ilmuwan untuk meneliti spesies dekat, jaring kabut yang sering digunakan dalam mark-recapture studi selama waktu yang lama untuk mendeteksi tren dalam indeks populasi (Dunn dan Ralph 2004). Jaring kabut adalah metode unik karena memberikan perkiraan demografi seluruh musim, dan menawarkan panduan berharga untuk kelimpahan relatif spesies tertentu atau burung dan / atau kelelawar (Dunn dan Ralph 2004). G. ImageJ ImageJ adalah domain publik, berbasis Java untuk pengolahan gambar program yang dikembangkan di Institut Kesehatan Nasional. ImageJ dirancang dengan arsitektur terbuka yang diperpanjang melalui plug in Java dan makro recordable, akuisisi analisis, kustom dan pengolahan plug in dapat dikembangkan dengan menggunakan built-in ImageJ editor dan kompiler Java. Plug in memungkinkan untuk memecahkan pengolahan citra dan masalah analisis, dari tiga-dimensi hidup sel pencitraan, untuk pengolahan gambar radiologi, beberapa data sistem pencitraan perbandingan untuk sistem hematologi otomatis. Plugin arsitektur ImageJ dibangun dalam lingkungan pengembangan telah membuatnya menjadi platform populer untuk pengolahan citra mengajar (Wikipedia, 2011).

13 H. Wildlife Conservation Society - Indonesia Program (WCS -IP) Wildlife Conservation Society (WCS) didirikan pada tahun 1895 sebagai New York Zoological Society, bekerja untuk menyelamatkan hidupan liar di seluruh dunia. Lembaga ini memiliki staf lapangan terbesar dari seluruh organisasi konservasi internasional yang berbasis di Amerika Serikat. Wildlife Conservation Society-Indonesia Program (WCS-IP) bertujuan untuk memajukan konservasi dan pengelolaan keanekaragaman hayati Indonesia. Wildlife Conservation Society-Indonesia Program (WCS-IP) memiliki Stasiun Pusat Penelitian dan Konservasi Way Canguk yang dibangun pada bulan Maret 1997. Pembangunan stasiun penelitian ini dibantu oleh sekitar 30 penduduk di sekitar Way Canguk, seperti Sedayu, Sukaraja (Teluk Semangka), Pemerihan Sumberejo (Bengkunat). Tujuan dari pembangunan pusat penelitian Way Canguk adalah sebagai tempat penelitian lapangan,dan pelatihan. (WCS-IP, 2001). Lokasi pembangunan ini berada di provinsi Lampung (Gambar 3). Stasiun Pusat Penelitian dan Konservasi Way Canguk ini terdiri dari enam bangunan, satu bangunan utama yang digunakan sebagai kantor, satu bangunan asrama, satu bangunan ruang makan serta dapur, dan 3 bangunan rumah dilengkapi dengan kamar mandi. Areal penelitian Way Canguk terbagi menjadi 200 ha areal di bagian Barat Laut dan kurang lebih 600 ha di sebelah Tenggara Way Canguk. Sistem jalur di Way Canguk dibuat 200 m per jalur. Selain itu dibuat juga 100 plot vegetasi untuk memantau pertumbuhan pohon, kematian, dan pola pembuahan (WCS-IP, 2001).

14 Gambar 3. Lokasi Stasiun Pusat Penelitian Way Canguk TNBBS Pada tahun 1997 terjadi kebakaran di areal penelitian juga dibuat 30 plot tambahan di areal kebakaran tersebut dengan tujuan untuk memantau pertumbuhan semai, pancang, dan pohon berikut dengan proses kematiannya. Di dalam plot penelitian terdapat jalan setapak yang menghubungkan desa enklaf Way Haru dengan desa Way Heni (WCS-IP, 2001).

15 Plot penelitian terbagi menjadi dua lokasi yaitu Plot Utara dan Plot Selatan (Gambar 4) Gambar 4. Plot Utara dan Plot Selatan Way Canguk TNBBS (dikutip dari Way Canguk dalam Ruang dan Waktu, 2001) Struktur organisasi di Stasiun Penelitian Way Canguk dipimpin oleh manajer yang bertugas mengawasi kegiatan yang dilakukan. Pengolahan data hasil kegiatan maupun penelitian yang harus dilaporkan ke kantor pusat WCS-IP yang berkedudukan di Bogor oleh manager. Manajer dibantu oleh seorang asisten manajer dalam membuat laporan keuangan dan administrasi bila manager sedang tidak ada ditempat.