TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung

dokumen-dokumen yang mirip
Bab V Pembahasan. Tabel V.1. Nilai reflektansi vitrinit sampel Lubang Bor PMG-01 dan peringkatnya

ANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUBARA DI DAERAH BUSUI KALIMANTAN TIMUR DAN DI DAERAH SATUI KALIMANTAN SELATAN TUGAS AKHIR

ANALISIS VARIASI KANDUNGAN SULFUR PADA BATUBARA SEAM S DI DAERAH PALARAN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN KUALITAS BATUBARA DI PIT J, DAERAH PINANG, SANGATTA, KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

REKONSTRUKSI LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUBARA PADA FORMASI SAJAU, BERDASARKAN KOMPOSISI MASERAL DI CEKUNGAN BERAU, KALIMANTAN TIMUR

BAB V PEMBAHASAN 5.1 ANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUBARA Analisis Pengawetan Struktur Jaringan dan Derajat Gelifikasi

*) KPP Energi Fosil, PMG, Jl. Soekarno Hattta No. 444, Bandung.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian

ANALISIS STATIK DAN DINAMIK KARAKTERISASI RESERVOIR BATUPASIR SERPIHAN FORMASI BEKASAP UNTUK PENGEMBANGAN LAPANGAN MINYAK PUNGUT

PENGEMBANGAN METODE PENGELOLAAN AIRTANAH DENGAN TEORI PERMAINAN (Studi Kasus Cekungan Air Tanah Salatiga) TESIS

Bab IV Pengambilan Sampel dan Hasil Analisis. IV.1 Pengambilan Sampel

PENELITIAN SUMUR GEOLOGI UNTUK TAMBANG DALAM DAN CBM DAERAH SRIJAYA MAKMUR DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROVINSI SUMATERA SELATAN SARI

BAB I PENDAHULUAN. fosil, dimana reservoir-reservoir gas konvensional mulai mengalami penurunan

BAB I PENDAHULUAN. Hal 1

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui dan memahami kondisi geologi daerah penelitian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. material organik dan sebagian lain adalah material non-organik. Material-material

BAB IV HASIL ANALISIS SAMPEL BATUBARA

STUDI KEHADIRAN NATRIUM DALAM BATUBARA KASUS BATUBARA LATI, BERAU, KALIMANTAN TIMUR TESIS

Robert L. Tobing, David P. Simatupang, M. A. Ibrahim, Dede I. Suhada Kelompok Penyelidikan Batubara, Pusat Sumber Daya Geologi

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencari lebih jauh akan manfaat terhadap satu bahan galian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

Oleh: Sigit Arso W., David P. Simatupang dan Robert L. Tobing Pusat Sumber Daya Geologi Jalan Soekarno Hatta No. 444, Bandung

FASIES BATUBARA FORMASI WARUKIN ATAS DAERAH TAPIAN TIMUR, KP PT. ADARO INDONESIA KALIMANTAN SELATAN

BAB II METODE PENELITIAN

PEMILIHAN LOKASI GUDANG PT. HPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CENTER OF GRAVITY DAN TRANSPORTASI TESIS K A R N A

Oleh : Ahmad Helman Hamdani NIP

PENELITIAN SUMUR GEOLOGI UNTUK TAMBANG DALAM DAN CBM DI DAERAH PASER, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB IV ANALISIS SAMPEL

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, Desember 2016 Penulis. (Farah Diba) vii

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Anatomi Sumber Daya Batubara Serta Asumsi Pemanfaatan Untuk PLTU di Indonesia

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

Bab III Genesa Batubara

FORMULIR ISIAN DATABASE SUMBER DAYA BATUBARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya energi yang cukup besar seperti minyak bumi, gas, batubara

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan... Abstrak... Abstract... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel...

INVENTARISASI BATUBARA PEMBORAN DALAM DAERAH SUNGAI SANTAN-BONTANG KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab IV Inventarisasi dan Potensi Gas Metana Lapisan Batubara Z5, Z5-4, dan Z5-8

KAJIAN KARAKTER FASADE BANGUNAN-BANGUNAN RUMAH TINGGAL KOLONIAL DI KAWASAN PERUMAHAN TJITAROEM PLEIN BANDUNG TESIS

UNIVERSITAS DIPONEGORO

PEMODELAN RESERVOAR PADA FORMASI TALANG AKAR BAWAH, LAPANGAN YAPIN, CEKUNGAN SUMATRA SELATAN TUGAS AKHIR

SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLISTIRENA DENGAN BENZOIL PEROKSIDA SEBAGAI INISIATOR

Bab II Kondisi Umum Daerah Penelitian

LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUBARA FORMASI WARUKIN BERDASARKAN ANALISIS PETROGRAFI ORGANIK DI DAERAH PARINGIN, CEKUNGAN BARITO, KALIMANTAN SELATAN

KANDUNGAN GAS METANA BATUBARA DAERAH NIBUNG, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROVINSI SUMATERA SELATAN. Oleh: Sigit Arso W.

BAB V BATUBARA 5.1. Pembahasan Umum Proses Pembentukan Batubara Penggambutan ( Peatification

GEOLOGI DAERAH KANDUANGAN A NUNUKAN, KABUPATEN NUNUKAN - KALIMANTAN TIMUR

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

PEMBORAN CBM DAERAH JANGKANG, KABUPATEN KAPUAS, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH. Soleh Basuki Rahmat Kelompok program penelitian energi fosil S A R I

RESPONS STRUKTUR PIER DAN PIERHEAD JEMBATAN CAWANG PRIOK TERHADAP BEBAN GEMPA SESUAI SNI GEMPA 1726 TAHUN 2003 DAN TERHADAP BEBAN LALU LINTAS TESIS

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI. Eddy R. Sumaatmadja

KAJIAN LAJU ANGKUTAN SEDIMEN PADA SUNGAI SUNGAI DI SUMATERA SELATAN TESIS

EVALUASI SUMBER DAYA BATUBARA BANKO TENGAH, BLOK NIRU, KABUPATEN MUARA ENIM, PROPINSI SUMATRA SELATAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Permasalahan

KELOMPOK KEILMUAN EKSPLORASI SUMBERDAYA BUMI PERIODE JANUARI DESEMBER 2016

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam diantaranya sumberdaya batubara. Cekungan Barito merupakan

GEOLOGI DAN EKSPLORASI BATUBARA DAERAH ASAM-ASAM, KABUPATEN TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Beruak dan Sekitarnya, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur

PEMODELAN NILAI SATUAN UNIT APARTEMEN BERBASIS DATA TIGA DIMENSI TESIS SURYADI NIM :

PENYELIDIKAN BATUBARA DI DAERAH NUNUKAN TIMUR, KABUPATEN NUNUKAN, PROVINSI KALIMANTAN UTARA

Daftar Isi Bab I Pendahuluan Bab II Geologi Regional Bab III Dasar Teori

BAB III ENDAPAN BATUBARA

BAB IV ENDAPAN BATUBARA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis tinggi. Supriatna et al., 1995 menyebutkan formasi formasi berumur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. Oleh: BAYU ERLANGGA NIM:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -ZrO 2 -TiO 2 TESIS. M. ALAUHDIN NIM : Program Studi Kimia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

PENGANTAR GENESA BATUBARA

PENYUSUNAN METODOLOGI PELAKSANAAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK PEMERINTAHAN TESIS

PERHITUNGAN SUMBERDAYA BATUBARA DAERAH PONDOK LABU KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA TESIS

PROSPEKSI BATUBARA DAERAH AMPAH DAN SEKITARNYA KABUPATEN BARITO TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. sangat ekonomis yang ada di Indonesia. Luas cekungan tersebut mencapai

Pengaruh struktur geologi terhadap kualitas batubara lapisan d formasi muara enim

BAB III TEORI DASAR. secara alamiah dari sisa tumbuh- tumbuhan (menurut UU No.4 tahun 2009).

Studi Komposisi Mikroskopis Dan Peringkat Batubara Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur

BAB IV ENDAPAN BATUBARA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI PEMANFAATAN BATUBARA DI PABRIK PUPUK

INVENTARISASI BITUMEN PADAT DAERAH LOA JANAN DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DAN KOTA SAMARINDA, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv. SARI...v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI...

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Gambar 1.1

seekementerian PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS TEKNIK SOAL UJIAN PERIODE SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berhubungan dengan ilmu Geologi. terhadap infrastruktur, morfologi, kesampaian daerah, dan hal hal lainnya yang

DAFTAR ISI (lanjutan)

TESIS HERY NURMANSYAH PROGRAM MAGISTER TEKNIK INDUSTRI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MERCUBUANA 2016

PENGARUH KOMPOSISI CAMPURAN BIOSOLAR DAN MINYAK JELANTAH SERTA SUHU PEMANASAN TERHADAP PENINGKATAN MUTU BATUBARA LIGNIT

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -V 2 O 5 TESIS. ERFAN PRIYAMBODO NIM : Program Studi Kimia

STUDI PERBANDINGAN METODE NEAREST NEIGHBOURHOOD POINT (NNP), INVERSE DISTANCE WEIGHT (IDW) DAN KRIGING PADA PERHITUNGAN CADANGAN NIKEL LATERIT TESIS

PROSPEKSI BATUBARA DAERAH TABAK, KABUPATEN BARITO SELATAN PROVINSI KALIMATAN TENGAH

KATA PENGANTAR. Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada:

STUDI FASIES PENGENDAPAN BATUBARA BERDASARKAN KOMPOSISI MASERAL DI KABUPATEN BARRU SULAWESI SELATAN

POTENSI DEEP SEATED COAL DI INDONESIA. Fatimah, Asep Suryana dan Sigit Arso Wibisono

Transkripsi:

HUBUNGAN KANDUNGAN DAN KOMPOSISI GAS DENGAN KOMPOSISI MASERAL DAN MINERAL PADA BATUBARA DI DAERAH BUANAJAYA, KUTAI KERTANEGARA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh : MOEHAMAD AWALUDIN NIM : 22106320 Program Studi Rekayasa Pertambangan INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2009

HUBUNGAN KANDUNGAN DAN KOMPOSISI GAS DENGAN KOMPOSISI MASERAL DAN MINERAL BATUBARA DI DAERAH BUANAJAYA, KUTAI KERTANEGARA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : MOEHAMAD AWALUDIN NIM : 22106320 Program Studi Rekayasa Pertambangan Institut Teknologi Bandung Menyetujui Pembimbing Tanggal Maret 2009 (Dr.Ir. Komang Anggayana, MS)

ABSTRAK HUBUNGAN KANDUNGAN DAN KOMPOSISI GAS DENGAN KOMPOSISI MASERAL DAN MINERAL PADA BATUBARA DI DAERAH BUANAJAYA, KUTAI KERTANEGARA, KALTIM Oleh : MOEHAMAD AWALUDIN NIM : 22106320 Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kandungan komposisi gas dengan genesa batubara di daerah Buanajaya, Kalimantan Timur. Lebih detail lagi, penelitian ini untuk mengevaluasi karakteristik dan sifat-sifat gas dan batubara itu sendiri sebagai source sekaligus reservoir, diantaranya karakteristik petrografi batubara (rank dan komposisi maseral dan mineral), kandungan dan komposisi gas. Sampel dari pemboran dimasukkan dalam canister untuk analisa kandungan gas Q1, Q2, dan Q3 (laboratorium), selanjutnya analisis komposisi gas dilakukan di laboratorium kemudian dilakukan analisis reflektansi vitrinit dan komposisi maseral dan mineral. Hasil proksimat dan ultimat yang dilakukan oleh Pusat Sumberdaya Geologi, digunakan sebagai data sekunder. Secara umum kandungan gas total dan metana batubara di Daerah Buanajaya berhubungan dengan genesa batubaranya. Batubara Seam A, B, C, D, E, F, G dan H pada daerah penelitian, menunjukkan kandungan gas total dan metana (CH 4 ) yang cenderung makin tinggi seiring dengan tingginya prosentase vitrinit dan sebaliknya untuk reflektansi vitrinit, prosentase mineral, kandungan abu dan berat jenis. Sedangkan berdasarkan tumbuhan asalnya, batubara yang didominasi oleh tumbuhan berkayu cenderung lebih sedikit mengandung gas dibandingkan batubara yang berasal dari perdu atau berkayu lunak. Parameter maseral liptinit dan inertinit tidak dapat dijadikan dasar acuan yang baik karena prosentasenya yang sangat kecil (masing-masing <2.5% dan <2%). Prosentase kandungan mineral, kandungan abu dan berat jenis dapat dijadikan acuan yang baik karena lebih konsisten, dimana makin tinggi mineral makin kecil kandungan gasnya. Batubara di daerah penelitian ini, terendapkan dalam cekungan lower delta plain dengan tipe rawa yang cenderung berubah dari eutrofi ke mesotrofi-oligotrofi. Memiliki peringkat lignit-subbituminous C dimana Seam C, F dan G menunjukkan peringkat yang sedikit lebih tinggi. Berdasarkan peringkat batubara ini, diperkirakan bahwa sebagian besar metana berasal dari proses biogenik (metana biogenik/mikrobial). Variasi vertikal kandungan gas dipengaruhi oleh batuan pengapit dan ketebalannya. Variasi tersebut juga kemungkinan dikontrol oleh struktur geologi dan hidrodinamik di daerah penelitian.

ABSTRACT RELATION OF GAS CONTENT AND GAS COMPOSITION WITH COAL MACERAL AND MINERAL COMPOSITION, BUANAJAYA, KUTAI KERTANEGARA, KALTIM By : MOEHAMAD AWALUDIN Reg. No. : 22106320 The research objective is to study the relation of gas content and composition with coal genesis in Buanajaya, East Kalimantan. In details, this research is carried out to evaluate gas and coal characteristic and properties as source and reservoir, such as coal petrography characteristics (rank, maceral and mineral composition), gas content and its composition Core samples from drilling were placed in canister for Q1, Q2, dan Q3 gas content analysis, while the gas composition was analyzed in laboratorium along with vitrinite reflektance and maceral analysis and mineral composition. Proximate and ultimate data collected by Center for Geological Resources, are used as secondary data. In general, methane and total gas content of coal in Buanajaya area are related to its coal genesis. Coal seam A, B, C, D, E, F, G and H in research area shows the trend of total gas content and methane which have positive correlations to vitrinite percentage and the reverse to vitrinite reflektance, mineral percentage, ash content and specific gravity. Based on plant origin, the coal was dominated by woody plant which contains less gas compared to herbaceous originated coal. Liptinite and inertinite maceral parameter could not be used as reference due to inadequate percentage (<2.5% and <2%, respectively). The mineral percentage, ash content, and specific gravity could be used as reference due to their consistency, where the mineral percentage has negative correlation to gas content. The coal in research area is deposited in lower delta plain envinronment with swamp type changes from eutrophy to mesotrophy-oligotrophy while the rank is classified as lignite-subbituminous C, and higher rank for seam C, F, and G. Based on the coal rank, it is interpreted that almost methane was produced by biogenic process (biogenic/microbial methane). Vertical variation of gas content depends on roof floor lithology and coal thickness. The variation is possibly controlled by geological structure and hydrodinamic of research area.

PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS Tesis S2 yang tidak dipublikasikan terdaftar dan tersedia di Perpustakaan Institut Teknologi Bandung, dan terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak cipta ada pada pengarang dengan mengikuti aturan HaKI yang berlaku Institut Teknologi Bandung. Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan seijin pengarang dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan sumbernya. Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh tesis haruslah seizin Direktur Program Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung. iii

KATA PENGANTAR Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala taufik dan hidayah-nya, sehingga tesis dengan judul Hubungan Kandungan dan Komposisi Gas dengan Komposisi Maseral dan Mineral pada Batubara di Daerah Buanajaya, Kutai Kertanegara, Provinsi Kalimantan Timur, dapat diselesaikan dengan baik. Diucapkan terimakasih kepada Menteri Pendidikan Nasional yang telah memberikan dukungan pembiayaan melalui Program Beasiswa Unggulan hingga penyelesaian tesis berdasarkan DIPA Sekretariat Jenderal Depdiknas Tahun Anggaran 2006 sampai dengan 2008. Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti sidang Magister pada Program Studi Rekayasa Pertambangan, Institut Teknologi Bandung. Selesainya tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan keterlibatan banyak pihak, oleh karena itu secara khusus penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, atas Beasiswa Program Rekayasa Pertambangan yang telah diberikan. 2. Dr.Ir. Komang Anggayana, MS, selaku pembimbing satu yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi selama penyelesaian ini. 3. Dr.Ir. Hadiyanto, MSc, selaku pembimbing kedua dan Kepala Pusat Sumber Daya Geologi yang telah memberikan bimbingan dan bantuan dalam kelancaran selama perkuliahan dan penelitian tesis. 4. Ir. Teti Idriati, MT. dan Dr. Syafrizal, ST. MT. sebagai penguji dalam sidang Magister yang telah memberikan banyak masukan dan detail yang berharga untuk penyempurnaan tesis ini. 5. Ayah dan ibu atas segala doa dan dukungannya untuk menyelesaikan studi magister ini. 6. Ir Sukardjo MSc, Ir. Asep Suryana, Ir. Eko Budi Cahyono, Ir. Agus Subarnas dan Sigit Aryo Wibisono S.T yang telah memberikan bimbingan dan membantu selama pengambilan data di lapangan. iv

7. Ir. Herudiyanto, MSc yang telah memberikan bimbingan selama pengamatan di Laboratorium Petrografi Batubara, Pusat Sumberdaya Geologi, Bandung. 8. Segenap staf Pusat Sumberdaya Geologi, Badan Geologi, Departemen Energi Sumber Daya Mineral, khususnya Kelompok Program Penelitian Energi Fosil. 9. Rekan-rekan mahasiswa di Program Studi Rekayasa Pertambangan, Institute Teknologi Bandung angkatan 2007 atas kerjasama dan bantuannya selama mengikuti perkuliahan, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan dalam tulisan ini. Semoga Allah SWT membalas semua amal kebajikan atas sumbangan tenaga dan pemikirannya. Penulis menyadari bahwa dalam tulisan ini masih terdapat kesalahan, karena itu saran-saran sangat diharapkan demi penyempurnaan penelitian dalam tesis ini pada masa yang akan datang. Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya. Bandung, 31 Maret 2009 Moehamad Awaludin v

DAFTAR ISI ABSTRAK i ABSTRACT ii PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS iii KATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI vi DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR TABEL xi Bab I Pendahuluan I-1 I.1 Latar Belakang I-1 I.2 Maksud dan Tujuan Penelitian I-1 I.3 Daerah Penelitian I-2 I.4 Hipotesis I-2 I.5 Metodologi Penelitian I-2 Bab II Kondisi Umum Daerah Penelitian II-1 II.1. Kesampaian Daerah II-1 II.2 Geologi Regional II-2 II.2.1 Tatanan Geologi II-2 II.2.2 Morfologi II-3 II.2.3 Struktur Geologi II-5 II.3 Geologi Daerah Buanajaya II-5 II.3.1 Morfologi II-5 II.3.2 Stratigrafi II-6 II.3.3 Struktur Geologi II-8 II.3.4 Geologi Batubara II-9 II.3.5 Indikasi Kandungan Gas II-10 Bab III Genesa Batubara III-1 III.1 Penggambutan III-1 III.2 Fasies Batubara III-3 III.2.1 Faktor-faktor Penentu Fasies Batubara III-3 III.2.2 Fasies Pengendapan Batubara III-5 vi

III.3 Pembatubaraan III-10 III.3.1 Pembatubaraan Biokimia III-11 III.3.2 Pembatubaraan Geokimia III-12 III.3.3 Penyebab Pembatubaraan III-13 III.3.3.1 Pengaruh temperatur III-13 III.3.3.2 Pengaruh waktu III-15 III.3.3.3 Pengaruh tekanan III-15 III.4 Maseral Dalam Batubara III-16 III.4.1 Huminit/Vitrinit III-16 III.4.2 Liptinit III-16 III.4.3 Inertinit III-18 III.4.4 Proses Pembatubaraan pada Grup maseral III-18 III.5 Indikator Fasises Batubara III-20 III.5.1 Pengawetan Struktur Jaringan dan Derajat III-20 Gelifikasi III.5.2 Pengaruh Air Tanah Terhadap Gambut dan III-22 Batubara III.6 Gas dalam Batubara III-25 III.6.1 Batubara sebagai asal gas metana III-25 III.6.2 Batubara sebagai penyimpan gas (reservoir gas) III-28 III.6.3 Pengukuran Kandungan Gas III-34 Bab IV Pengambilan Sampel dan Hasil Analisa IV-1 IV.1 Pengambilan Sampel IV-1 IV.2 Analisis Proksimat dan Ultimat IV-5 IV.3 Pengukuran Kandungan Gas dan Komposisi Gas IV-8 IV.4 Analisis Petrografi IV-10 IV.4.1 Prosedur Analisis Reflektansi IV-10 IV.4.2 Prosedur Analisis Komposisi Maseral IV-10 IV.4.3 Hasil analisis IV-11 IV.5 Hasil Perhitungan Sumber Daya Gas IV-11 Bab V Pembahasan V-1 V.1 Peringkat Batubara V-1 vii

V.2 Fasies dan Lingkungan Pengendapan Batubara V-4 V.2.1 Komposisi Maseral Batubara V-4 V.2.2 Pengawetan Struktur Jaringan dan Derajat V-12 Gelifikasi V.2.3 Pengaruh Airtanah dan Derajat Vegetasi V-16 V.3 Perilaku Gas Batubara V-17 V.3.1 Hubungan Kandungan Gas dengan Reflektansi V-18 Vitrinit V.3.2 Hubungan Kandungan Gas Total dan Metana dengan V-20 Komposisi Maseral dan Mineral pada Batubara V.3.2.1 Hubungan Kandungan Gas Total dan Metana V-20 dengan Komposisi Vitrinit V.3.2.2 Hubungan Kandungan Gas Total dan Metana V-24 dengan Komposisi Liptinit V.3.2.3 Hubungan Kandungan Gas Total dan Metana V-25 dengan Komposisi Inertinit V.3.2.4 Hubungan Kandungan Gas Total dan Metana V-26 dengan Komposisi Mineral, Kandungan Abu dan Berat Jenis Batubara V.3.3 Hubungan Kandungan Gas Total dan Metana V-28 dengan Fasies dan Lingkungan Pengendapan V.3.4 Pengaruh Batuan Pengapit, Ketebalan Batubara dan V-29 Struktur Geologi terhadap Kandungan Gas Total dan Metana Bab VI Kesimpulan dan Saran VI-1 VI.1 Kesimpulan VI-1 VI.2 Saran VI-2 DAFTAR PUSTAKA viii

DAFTAR GAMBAR Gambar I.1. Diagram Alir Penelitian I-4 Gambar II.1. Peta lokasi daerah penelitian II-2 Gambar II.2. Peta kerangka tektonik Pulau Kalimantan II-4 Gambar II.3. Peta Geologi Daerah Buanajaya Provinsi Kalimantan Timur II-8 Gambar III.1. Hubungan faktor-faktor pembentuk batubara III-2 (Schlatters 1973) Gambar III.2. Urutan tipe rawa pada gambut yang berkembang di danau III-4 (Taylor et.al., 1998) Gambar III.3. Peningkatan tahap pembatubaraan dengan bertambahnya III-15 kedalaman dan hubungannya dengan parameter-parameter kualitas batubara (Teichmueller dan Teichmueller,1975) Gambar III.4. Diagram Van Krevelen yang menunjukkan perbandingan III-19 oksigen dan hidrogen ketiga grup maseral dengan karbon (Tissot dan Welte, 1978. Sumber, Bustin et al., 1983) Gambar III.5. Diagram pengawetan struktur jaringan dan tingkat III-22 gelifikasi (Lamberson, 1991) Gambar III.6. Diagram pengaruh air tanah dan derajat vegetasi III-24 dalam pembentukan gambut (Calder, 1991). Gambar III.7. Hubungan antara Gas in Place dengan rank batubara III-26 (USGS, 2006) Gambar III.8. Proses pembentukan metana (USGS, 2006) III-27 Gambar III.9. Porositas dan penyerapan gas pada permukaan internal III-30 (matrik) batubara (Saghafi, 2001) Gambar III.10.Perubahan porositas berdasakan Rank (Faiz et.al, 2004) III-30 Gambar III.11. Sorption Isotherm CH 4 (disederhanakan) untuk berbagai III-31 tingkatan Rank (Kim, 1977) Gambar III.12. Hubungan antara jumlah gas dengan rank batubara III-31 Gambar III.13. Hubungan antara batubara sebagai penghasil gas dan III-32 sebagai penyimpan gas ix

Gambar III.14. Diagram ilustrasi cleats didalam batubara III-33 (USGS dan Schlumberger, 2006). Gambar IV.1 Peta geologi, sebaran batubara dan posisi Lubang Bor IV-2 PMG-01 dan PMG-02 Gambar IV.2 Sketsa penempatan Lubang Bor PMG-01 dan PMG-02 IV-2 (tanpa skala) Gambar IV.3. Log Bor PMG-01 IV-3 Gambar IV.4. Log Bor PMG-02 IV-4 Gambar IV.5. Alat-alat Yang Digunakan pada Pengukuran Gas IV-9 di Lapangan Gambar V.1. Hubungan Nilai Reflektansi Vitrinit dan Kedalaman. V-2 Gambar V.2 Hubungan Nilai Reflektansi Vitrinit dan Urutan Seam V-2 dari top-bottom Gambar V.3. Hubungan nilai reflektansi vitrinit dengan asal gas metana V-4 Buanajaya (dimodifikasi dari Faiz, 2004) Gambar V.4. Komposisi Maseral berdasarkan Seam. V-5 Gambar V.5. Perbandingan komposisi maseral Seam A dari V-8 top ke bottom Gambar V.6. Perbandingan komposisi maseral Seam B dari V-9 top ke bottom Gambar V.7. Hubungan Jenis tumbuhan asal dengan kandungan gas V-10 dalam Seam A Gambar V.8. Hubungan Jenis tumbuhan asal dengan kandungan gas V-10 dalam Seam B Gambar V.9. Hubungan Jenis tumbuhan asal dengan potensi penghasil gas V-12 Gambar V.10. Plot sampel batubara pada Diagram TPI-GI Lamberson V-12 et.al (1991) Gambar V.11.. Model lingkunan pengendapan lower delta plain, home V-15 et.al (1978). Gambar V.12. Plot sampel batubara pada Diagram VI-GWI Calder V-16 et.al (1991) Gambar V.13. Hubungan kandungan gas dan reflektansi vitrinit V-18 x

Gambar V.14. Hubungan Kapasitas Absorbsi dan Reflektansi Vitrinit, V-19 di Sydney Basin (Faiz, et. Al, 2007) Gambar V.15. Hubungan porositas dengan peringkat batubara V-19 Basin, Australia Gambar V.16. Hubungan kandungan gas dengan prosentase vitrinit V-20 Gambar V.17. Hubungan kandungan gas dengan prosentase vitrinit V-21 pada Seam A Gambar V.18. Hubungan kandungan gas dengan prosentase vitrinit V-21 pada Seam B Gambar V.19. Hubungan kandungan gas metana dengan prosentase V-22 vitrinit per lubang bor Gambar V.20. Hubungan kandungan metana dan prosentase vitrinit, di V-23 Formasi Gates, Canada (Bustin dan Clarkson, 1998) dan di Cekungan Sydney, Australia (Faiz, et. Al, 2007) Gambar V.21. Hubungan kandungan gas total dan metana dengan prosentase V-24 liptinit Gambar V.22. Hubungan kandungan gas total dan metana dengan prosentase V-25 inertinit Gambar V.23. Hubungan kandungan gas total dan metana dengan V-26 prosentase mineral Gambar V.24. Hubungan kandungan gas total dan metana dengan V-27 kandungan abu Gambar V.25. Hubungan kandungan gas total dan metana dengan V-27 spesific gravity Gambar V.26. Pengaruh struktur geologi dan hidrodinamik terhadap V-30 kandungan gas (scott et al. 2002).. xi

DAFTAR TABEL Tabel II.1 Kolom stratigrafi regional daerah penelitian II-7 (Sumber: S. Supriatna, dkk, 1995 ) Tabel III.1 Peringkat (rank) batubara (Stach et. Al., 1982) III-14 Tabel III.2 Klasifikasi maseral menurut ICCP (1985). III-17 Tabel III.3 Perbandingan banyaknya kandungan gas metana antara III-34 vitrinit dan inertinit menurut beberapa peneliti (Faiz et al, 2004) Tabel IV.1 Data batubara pada Lubang Bor PMG 01 IV-5 Tabel IV.2 Data batubara pada Lubang Bor PMG 02 IV-5 Tabel IV.3 Hasil analisis proksimat IV-6 Tabel IV.4 Hasil analisis ultimat IV-7 Tabel IV.5 Nilai kisaran dan rata-rata kualitas sampel batubara IV-7 Daerah Buanajaya Tabel IV.6 Hasil pengukuran kandungan gas dan komposisi gas IV-9 Tabel IV.7 Hasil perhitungan parameter lingkungan pengendapan IV-12 Tabel IV.8 Hasil perhitungan kandungan gas in place IV-13 Tabel V.1 Nilai reflektansi vitrinit sampel Lubang Bor PMG-01 V-1 dan peringkatnya Tabel V.2 Nilai reflektansi vitrinit sampel Lubang Bor PMG-02 V-2 dan peringkatnya xii