KUALITAS MIKROBIOLOGIS MAKANAN YANG DIJUAL DI LINGKUNGAN SEKOLAH DASAR DI MARGOAGUNG SEYEGAN KABUPATEN SLEMAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media untuk dapat berkembang biaknya mikroba atau kuman.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Letusan penyakit akibat pangan (food borne diseases) dan kejadiankejadian

BAB I PENDAHULUAN. asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. bisa melaksanakan rutinitasnya setiap hari(depkesri,2004).

BAB I PENDAHULUAN. untuk dikonsumsi. Maka dari itu, dalam hal ini higienitas sangat berperan penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. serta dilindungi dari ancaman yang merugikannya (Depkes RI, 1999). Memenuhi kebutuhan makhluk hidup membutuhkan bermacam-macam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada usia 6 bulan saluran pencernaan bayi sudah mulai bisa diperkenalkan pada

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda-benda yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 48 telah. kesehatan keluarga, perbaikan gizi, pengawasan makanan dan minuman,

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah yang ada di Provinsi Gorontalo,

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tugas mendukung upaya penyembuhan penderita dalam waktu sesingkat mungkin dan

I. PENDAHULUAN. Escherichia coli adalah bakteri yang merupakan bagian dari mikroflora yang

GAMBARAN JUMLAH ANGKA KUMAN DAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA PIRING DI RUMAH MAKAN PASAR SERASI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2015 Cindy Stevani Sape

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan. makanan dan minuman (UU RI No.

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh globalisasi perdagangan pangan sudah mulai meluas ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Keadaan higiene dan sanitasi rumah makan yang memenuhi syarat adalah merupakan faktor

ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA

HIGIENE SANITASI PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. bersih. 4 Penyakit yang menonjol terkait dengan penyediaan makanan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang cukup, kehidupan manusia akan terganggu sehingga

ABSTRAK DUKUNGAN SEKOLAH BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTEK KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DI KANTIN SEKOLAH DASAR KECAMATAN GIANYAR

ANALISIS ASPEK MIKROBIOLOGI BAKSO BAKAR YANG DIJUAL DI KECAMATAN TAMPAN

GAMBARAN ANGKA KUMAN DAN BAKTERI

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan

BAB V PEMBAHASAN. higiene sanitasi di perusahaan dan konsep HACCP yang telah diteliti pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan sebagainya (Depkes RI, 2000).

KUALITAS MIKROBIOLOGIS MAKANAN DAN SIKAP PENJAMAH MAKANAN TENTANG HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN MAKANAN PADA KANTIN SEKOLAH DASAR DI WILAYAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

Uji Kualitas Mikrobiologis Pada Makanan Jajanan di Kampus II Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

1. Pengertian Makanan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Rancangan sistem..., Putih Sujatmiko, FKM UI, 2009

The Condition of Food Handler s Higiene and Canteen Sanitation in Senior High School 15 Surabaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang Undang

ABSTRAK Perbandingan Kandungan Salmonella sp. dalam Es Krim Home Made

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang kesehatan No. 23 tahun 1992 pasal 10 menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan adalah faktor keamanan pangan. Dalam dunia industri. khususnya industri pangan, kontaminasi pada makanan dapat terjadi

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

GAMBARAN SANITASI JAMBAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI DI WILAYAH KECAMATAN KIKIM TIMUR TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi

IDENTIFIKASI BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA JAJANAN BAKSO TUSUK DI SEKOLAH DASAR KOTA MANADO Jilbi A. Djodjoka*, Nancy S.H. Malonda*, Maureen I.

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman sehingga bisa

HYGIENE SANITASI PENJAMAH MAKANAN TERHADAP KANDUNGAN

I. PENDAHULUAN. diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Makanan jajanan (street food)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan nasional dapat

BAB IV KURSUS HIGIENE SANITASI MAKANAN

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi,

BAB I PENDAHULUAN. makanan (foodborne illnesses) pada orang yang mengonsumsinya. Lebih dari 250

PENGARUH PENGETAHUAN HYGIENE DAN SANITASI TERHADAP PENYELENGGARAAN MAKANAN SEHAT PADA KELOMPOK KERJA GURU (KKG) SD KECAMATAN KELING JEPARA JAWA TENGAH

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan, makanan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Makanan jajanan dapat memberikan kontribusi zat gizi dalam

PENDAPAT SUPERVISOR TENTANG PENERAPAN SANITASI HIGIENE OLEH MAHASISWA PADA PELAKSANAAN PRAKTEK INDUSTRI

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh serta kelangsungan hidup. Dengan demikian menyediakan air

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SIKAP MURID DAN PENJUAL MAKANAN JAJANAN TENTANG HIGIENE DAN SANITASI MAKANAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI KELURAHAN RONGTENGAH KECAMATAN SAMPANG

PENTINGNYA MEMILIH JAJANAN SEHAT DEMI KESEHATAN ANAK

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi baik secara bakteriologis, kimiawi maupun fisik, agar

MAKANANN. Oleh: J Program. Studi Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. Pada era globalisasi keadaan gizi masyarakat yang baik menjadi salah satu cara

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012

HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Eschericia coli PADA JAJANAN ES KELAPA MUDA (SUATU PENELITIAN DI KOTA GORONTALO TAHUN 2013)

Unnes Journal of Public Health

Transkripsi:

KUALITAS MIKROBIOLOGIS MAKANAN YANG DIJUAL DI LINGKUNGAN SEKOLAH DASAR DI MARGOAGUNG SEYEGAN KABUPATEN SLEMAN Oleh : Cuti Winarti, Warniningsih ABSTRACT Backgroud: The high frequency of low food poisoning describes our appreciation of food safety. And have long known that food can cause illness. In his book, food poisoning and food hygiene, Betty C Hobbys say less than 2000 BC are known functions of food safety practices and unhygienic can cause the spread of diseases caused by certain microbial toxins. According to scientists, who became a star in the field of food poisoning microbes are pathogenic, the case can reach 80-90 per cent. Until now frequently encountered cases - cases of poisoning or onset of illness due to consumption of food safety is not guaranteed. Most school children do not realize how to choose healthy foods. Therefore, in an effort to prevent the recurrence of toxicity need to do research on food quality and analyze the causes of food poisoning are sold in the primary schools in the area Margoagung, Seyegan Sleman district. While as Objective: To get an idea of the food vendors s level knowledge about hand hygiene as food handlers in elementary school environment in the area Margoagung, Seyegan Sleman district, and to know the microbiological quality of foods sold in elementary school environment in the area Margoagung, Seyegan Sleman district. Method: The method uses method that recomanded by Health laboratory Department Indonesia. The collecting data uses questioner and interview. The sampel is donein BBTKL Laboratory in Yogyakarta. Result: Proved that the tempura snacks sold in school Margoagung, Seyegan, Sleman E Coli bacteria content reaches 3750 CFU / g, as well as food in elementary Gentan E Coli bacteria content reaches 3750 CFU and SD Ngino II reaches 3750 CFU, bacterial content E Coli is very high, so the food is not suitable for consumption. The food does not meet the health requirements, E.Coli bacteria exceed the quality standards recommended by Kepmenkes RI No.942/Menkes/SK/VII/2003. Bacteria E Coli in food are 100. In addition to the bacteriological quality of the food factor is also influenced by the level of knowledge of food handlers on food sanitation aspects. As per the results of the study showed that pngetahuan scores less than 55, which means the level of knowledge of food handlers in the ugly category. Keywords: Quality Food, E coli Bacteria. STTL Yogyakarta 116

PENDAHULUAN Tingginya frekuensi keracunan makanan menggambarkan rendahnya apresiasi terhadap keamanan pangan. Sudah sejak lama diketahui bahwa makanan dapat menimbulkan penyakit. Menurut para ilmuwan, yang menjadi penyebab keracunan makanan adalah mikroba pathogen, kasusnya dapat mencapai 80 90 persen. Sampai saat ini sering dijumpai kasus kasus keracunan atau timbulnya penyakit karena konsumsi makanan yang keamanannya tidak terjamin. Keracunan makanan merupakan timbulnya sindroma gejala klinik disebabkan karena memakan makanan tertentu. Makanan yang menjadi penyebab keracunan, tercemar oleh unsur-unsur fisik, mikroba atau kimia dalam dosis yang membahayakan. Penyakit yang ditimbulkan karena makanan akan mengganggu saluran pencernaan makanan dengan rasa mual diperut, diare dan kadang-kadang disertai muntah, yang biasanya disebabkan oleh makanan yang mengandung bakteri pathogen. (Notoatmojo,1997). Makanan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting dalam kehidupan. Semakin maju suatu bangsa, tuntutan dan perhatian terhadap kualitas pangan yang akan dikonsumsi semakin besar. Tujuan mengkonsumsi pangan bukan lagi sekedar mengatasi rasa lapar, tetapi semakin kompleks. Konsumen semakin sadar bahwa pangan merupakan sumber utama pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral untuk menjaga kesehatan tubuh. Selain itu, dewasa ini konsumen juga lebih selektif dalam menentukan jenis makanan yang akan dikonsumsi. Salah satu pertimbangan yang digunakan sebagai dasar pemilihan adalah faktor keamanan makanan ( Juli Soemirat, 2000). Oleh karena itu, produsen dan pihak-pihak yang terkait dengan proses produksi dan penyediaan makanan perlu memahami cara menghasilkan makanan yang aman untuk dikonsumsi, upaya pengamanan dan penyehatan makanan tersebut menjadi tanggung jawab antara pemerintah dengan masyarakat yang tertuang dalam Kepmenkes RI no. 715/menkes/SK/V/2003 tentang persyaratan hygiene sanitasi jasaboga. Sanitasi adalah salah satu faktor penentu untuk mewujudkan tujuan tersebut. Sanitasi merupakan bagian penting dalam proses pengolahan pangan yang harus dilaksanakan dengan baik. Sanitasi dapat didefinisikan sebagai usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktorfaktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai perpindahan penyakit tersebut (Juli Soemirat, 1994) Proses produksi makanan dilakukan melalui serangkaian kegiatan yang meliputi persiapan, pengolahan dan penyajian makanan. Sanitasi dalam proses pengolahan pangan dilakukan sejak proses penanganan bahan mentah sampai produk makanan siap dikonsumsi. Sanitasi meliputi kegiatan kegiatan aseptik dalam persiapan, pengolahan dan penyajian makanan, pembersihan dan sanitasi lingkungan kerja serta kesehatan pekerja, agar tidak terjadi keracunan makanan seperti kasus siswa SD Selomirah Ngablak Magelang karena keracunan makanan yang terjadi pada hari Senin 19 Desember 2005 sehabis makan siomay, ceriping, dan mie kering yang dimakan pakai saos.makanan tersebut dibeli oleh para siswa pada penjual makanan yang sering mangkal di sekolah tersebut. Satu masalah yang sering dilupakan sangat krusial adalah masalah 117

jajanan anak kita di sekolah. Saat anak anak di luar pengawasan orang tua yang menghabiskan waktu selama 6 jam di sekolah. Mereka memiliki kebebasan untuk menggunakan uang jajan untuk makanan dan minuman sesuai dengan selera anak. Kurang lebih hanya 5 % anak anak yang membawa bekal dari rumah. Menariknya, makanan jajanan sekolah menyumbang asupan energi bagi anak sekolah, karena itu dapat dipahami peran penting makanan jajanan sekolah pada pertumbuhan dan prestasi belajar anak sekolah. Namun demikian, keamanan jajanan tersebut baik dari segi mikrobiologis maupun kimiawi masih dipertanyakan (Bryan FL, 1992) Anak-anak sekolah paling tidak sadar bagaimana memilih makanan yang sehat. Adanya kerjasama yang baik antara orang tua dengan para guru-guru di sekolah tentu sangat membantu membuat anak lebih banyak mengkonsumsi makanan sehat dan menghindari jajan. Ketua Lembaga Perlindungan Konsumen Surabaya Paidi Pawiro Rejo, mengungkapkan bahwa pada tahun 2012 kasus keracunan makanan kebanyakan ditimbulkan oleh produk pangan olahan, yang banyak dijual pedagang kaki lima dipinggir jalan. Upaya mencegah terulangnya keracunan perlu dilakukan penelitian mengenai kualitas makanan dan melakukan analisis penyebab keracunan makanan yang dijual di lingkungan sekolah dasar di wilayah Margoagung, Seyegan kabupaten Sleman. Hal ini akan lebih baik lagi apabila dilakukan usaha promosi keamanan pangan baik kepada pihak sekolah, guru, orang tua, murid, serta pedagang untuk mengurangi paparan anak sekolah terhadap makanan jajanan yang tidak sehat dan tidak aman. Adanya kerjasama yang baik antara orang tua dan para guru di sekolah tentu sangat membantu membuat anak lebih banyak mengkonsumsi makanan yang sehat dan menghindari jajan. Didukung pula oleh pemantauan serta pengawasan yang kontinyu oleh jawatan yang berwenang, yakni Ditjen Pengawasan Obat, Makanan, dan Kosmetik (POM & K), Departemen Kesehatan RI. RUMUSAN MASALAH Sampai saat ini sering dijumpai kasus kasus keracunan atau timbulnya penyakit karena konsumsi makanan yang keamanannya tidak terjamin. Keracunan makanan merupakan timbulnya sindroma gejala klinik disebabkan karena memakan makanan tertentu. Berdasarkan latar Belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut, seberapa tingkat pengetahuan penjual makanan tentang kebersihan tangan sebagai penjamah makanan di lingkungan sekolah Dasar di Margoagung, Seyegan Sleman dan Bagaimanakah kualitas mikrobiologis makanan yang dijual di lingkungan sekolah dasar di Margoagung, Seyegan Sleman? TUJUAN PENELITIAN Mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan penjual makanan tentang kebersihan tangan sebagai penjamah makanan di lingkungan sekolah di Margoagung, Seyegan Sleman dan Mengetahui kualitas mikrobiologis makanan yang dijual di lingkungan sekolah dasar di Margoagung, Seyegan Sleman? MANFAAT PENELITIAN Sebagai bahan informasi kepada masyarakat tentang kualitas mikrobiologis makanan yang dijual di lingkungan sekolah dasar di wilayah Margoagung, Seyegan, Godean, 118

Kabupaten Sleman. Mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan penjual makanan tentang kebersihan tangan sebagai penjamah makanan di lingkungan sekolah di Margoagung, Seyegan Sleman? METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan meneliti salah satu jenis jajanan yang dijual di lingkungan Sekolah Dasar di wilayah Godean, Seyegan desa Margoagung, dan pemeriksaan sampel dilakukan di Laboratorium BBTKL, Departemen Kesehatan Yogyakarta. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di tiga SD yaitu SD Ngino II, SD Margoagung, SD Gentan yang terletak di wilayah Godean, desa Margoagung, Seyegan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Pelaksanaan penelitian ini dimulai pada bulan Juni sampai dengan bulan Desember 2011. Obyek penelitian ini adalah makanan / jajanan yang dijual di Sekolah Dasar berjenis tempura. Tempura adalah makanan yang terbuat dari ikan dan tepung, dimasak dengan digoreng kemudian dimakan menggunakan saus dan sambal botol. PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan meneliti Upaya Higiene dan Sanitasi Makanan, alat ukur yang digunakan untuk memperoleh informasi upaya higiene dan sanitasi makanan adalah melalui wawancara berdasarkan pedoman wawancara berupa kuesioner. Alat ukur ini berisi kriteria kriteria yang seharusnya dikerjakan oleh penjual makanan di lingkungan sekolah dasar di wilayah Godean, desa Margoagung, Seyegan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, dimulai dari bahan baku sampai makanan siap dikonsumsi. Sampel yang diteliti adalah makanan jajan berupa tempura yang diambil dari 3 lokasi: B1 : sampel tempura dan saos yang diperiksa dari SD Margoagung B2 : Sampel tempura dan saos yang diperiksa dari SD Gentan B3 : Sampel tempura dan saos yang diperiksa dari SD Ngino II Kualitas Mikrobiologis Makanan alat ukur yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang kualitas mikrobiologis makanan adalah seperangkat peralatan uji laboratorium untuk mendeteksi keberadaan bakteri E.coli dalam sampel makanan berupa tempura. Metode yang digunakan adalah metode yang direkomendasikan oleh Pusat Laboratorium Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (Depkes, 1991) dan Food Drug Administration, (AOAC Internasional, 1992). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis laboratorium ketiga sampel makanan / jajanan berjenis tempura dari ketiga SD yang dijadikan obyek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Tabel hasil uji kandungan E Coli pada tempura dan saos Parameter Uji Hasil Satuan B1 B2 B3 Bakteri E coli 3750 3750 3750 CFU/gr Data di atas menunjukkan bahwa : B1 : sampel tempura dan saos yang diperiksa dari SD Margoagung 119

B2 : Sampel tempura dan saos yang diperiksa dari SD Gentan B3 : Sampel tempura dan saos yang diperiksa dari SD Ngino II 4000 3000 2000 1000 Kandungan Bakteri E Coli 0 B1 B2 B3 Gambar1. Grafik Hasil Uji Kandungan E Coli pada Tempura dan Saos Disamping itu faktor lain seperti penjamah makanan adalah sumber potensial dalam mata rantai pencemaran mikroorganisma ke dalam makanan yang dapat menyebabkan penyakit. Pentingnya kebersihan perorangan (Personal Hygiene) penjamah makanan, titik berat kebersihan individu penjamah makanan memegang peranan penting dalam sanitasi makanan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Pengetahuan penjamah makanan/ Penjual makanan tentang aspek Hygiene dan sanitasi makanan Penjual Makanan Aspek Hygiene dan Sanitasi makanan/persiapan Makanan yang Score Aman sesuai Peraturan WHO Baik Cukup kurang P 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 50 P2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 50 P3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 50 Sumber : Data Primer, Desember 2011 50 40 30 20 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P1 P2 P3 Keterangan: 1. Score lebih dari 75, tergolong Aspek Hygiene dan sanitasi Makanan yang baik 2. Score 55 75, tergolong Aspek Hygiene dan sanitasi Makanan yang cukup baik 3. Score 40 55, tergolong Aspek Hygiene dan sanitasi Makanan yang kurang baik 50 0 P 1 P 2 P 3 Penjual Makanan 1 Penjual Makanan 2 Penjual Makanan 3 Gambar 2 Pengetahuan Penjamah / Penjual makanan tentang Aspek Hygiene dan Sanitasi Makanan 120

Aspek hygiene dan sanitasi/ persiapan makanan yang aman sesuai peraturan WHO : 1. Tangan, kuku dan rambut harus bersih 2. Gunakan pelindung baju dan penutup kepala 3. Selalu cuci tangan sebelum memegang makanan dan sesudah 4. Jaga agar dapur tempat mengolah makanan selalu bersih 5. Lindungi makanan dari serangga, tikus dan hewan lain. 6. Menggunakan air yang bersih dalam mengolah makanan 7. Peralatan masak harus bersih 8. Penjamah makanan yang terinfeksi dapat menularkan penyakitnya melalui makanan/ kesehatan individu 9. Pemilihan bahan baku makanan 10. Penyimpanan makanan yang baik memperlambat pertumbuhan mikroba. PEMBAHASAN Hasil penelitian terbukti bahwa jajanan tempura yang dijual di SD Margoagung, Seyegan, Sleman kandungan bakteri E coli mencapai 3750 CFU/gr, demikian pula makanan di SD Gentan kandungan bakteri E coli mencapai 3750 CFU, dan SD Ngino II mencapai 3750 CFU, kandungan bakteri E coli sangat tinggi, sehingga makanan tersebut tidak layak dikonsumsi. Makanan tersebut tidak memenuhi syarat kesehatan, bakteri E.Coli melebihi baku mutu yang disarankan oleh Kepmenkes RI No.942/Menkes/SK/VII/2003. Bakteri adalah mikroorganisma yang keberadaannya apabila jumlahnya melebihi baku mutu dalam makanan akan menyebabkan penyakit penyakit yang ditularkan melalui makanan yang mengandung bakteri E coli sangat tinggi. Bagi manusia mikroorganisme tertentu memiliki pengaruh lebih besar daripada mikroorganisme lainnya. Bakteri akan berkembang biak dalam makanan dan dapat menghasilkan toksin/ racun (anonimus, 1989) Makanan yang kandungan bakterinya tinggi kemungkinan berasal dari bahan mentah, karena tempura merupakan makanan yang bahan mentahnya berasal dari produk hewanyaitu ikan. Produk asal hewan pada umumnya membawa pathogen pathogen yang dapat ditularkan melalui makanan. Makanan yang kandungan bakterinya sangat tinggi berbahaya apabila dikonsumsi terus menerus, karena makanan yang terkontaminasi bakteri dapat menyebabkan keracunan dan penyakit berbahaya seperti cholera dan disentri. Pathogen dapat dikaitkan dengan kontaminasi silang dari air yang terkontaminasi (seperti air buangan, air limbah, air rumah tangga) dengan kotoran hewan atau manusia.bagaimanapun juga ada makanan olahan seperti tempura yang minyaknya dikonsumsi tanpa melalui proses higienis, dimungkinkan adanya kandungan zat kimia berbahaya dalam minyak. Pada kasus kasus di Negara Negara berkembang, pencemaran oleh air buangan atau limbah memegang peranan penting. Beberapa pathogen dapat masuk ke dalam tubuh dan berkembang biak dalam jaringan usus dan organ lain. Berat tidaknya penyakit yang ditimbulkan tergantung keadaan pasien.anak kecil mudah menjadi sakit, seperti halnya anak SD (Bucham, R.L., dan Doyle, M.P, 1997). E.Coli adalah mikroorganisma yang paling umum diketahui oleh ahli bakteri. Kuman ini merupakan flora normal usus hewan berdarah hangat termasuk manusia dan burung burung. Meskipun kita memilikinya di dalam usus kita, kita dapat tidak siap menerima E. Coli dari luar, apalagi dalam jumlah yang 121

cukup tinggi. Organisme ini mampu beradaptasi dengan lingkungan khusus yang berarti beberapa strain dapat memiliki karakteristik yang menolong kolonisasi mereka melebihi strain yang lain. Ini mungkin alasan mengapa organisme ini dapat menyebabkan penyakit. Empat jenis penyakit telah diketahui, masing masing dengan gejala gejala yang berbeda. Diare yang disebabkan organisma ini merupakan satu dari penyebab penyakit paling sering dijumpai pada anak Akhir akhir ini, enterohaemorrhagic E.Coli 0157:H7 muncul di USA, Eropa, Jepang dan Afrika sebagai penyebab tidak hanya enteritis berat, tapi juga penyakit ginjal yang bisa fatal, dan terutama umumnya mempengaruhi anak anak (Bryan FL, 1995). Hasil wawancara tersebut di atas menunjukkan bahwa pengetahuan penjamah makanan tentang aspek Hygiene dan sanitasi makanan atau Persiapan makanan yang Aman sesuai Peraturan WHO dari aspek nomor 1 sampai 10 masih kurang baik, hal tersebut terbukti dari hasil score menunjukkan angka 50 yang mengindikasikan bahwa pengetahuan penjual makanan mengenai aspek Hygiene dan sanitasi makanan yang kurang baik. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan, maka dapat di tarik kesimpulan bahwa: pertama, Hasil penelitian terbukti bahwa jajanan tempura yang dijual di SD Margoagung, Seyegan, Sleman kandungan bakteri E coli mencapai 3750 CFU/gr, demikian pula makanan di SD Gentan kandungan bakteri E coli mencapai 3750 CFU, dan SD Ngino II mencapai 3750 CFU, kandungan bakteri E coli sangat tinggi, sehingga makanan tersebut tidak layak dikonsumsi. Makanan tersebut tidak memenuhi syarat kesehatan, bakteri E.Coli melebihi baku mutu yang disarankan oleh Kepmenkes RI No.942/Menkes/SK/VII/2003. Kedua,Pengetahuan penjamah makanan tentang aspek Hygiene dan sanitasi makanan atau Persiapan makanan yang Aman sesuai Peraturan WHO dari aspek nomor 1 sampai 10 masih kurang baik. Hal tersebut terbukti dari hasil score menunjukkan angka 50 yang mengindikasikan bahwa pengetahuan penjual makanan mengenai aspek Hygiene dan sanitasi makanan tergolong kurang baik. DAFTAR PUSTAKA Anonimus, 1989, Peraturan Menteri Kesehatan R.I. no: 304 Menkes PER IV 198. Tentang Persyaratan Kesehatan Rumah Makan dan Restoran. Departemen Kesehatan R.I. Jakarta. Anonimus, 1989. Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan nomor: 03726/B/SK/VII/1989, tentang Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam makanan. Dirjen POM Depkes R.I. Jakarta. Anonimus, 1996. Undang Undang R.I. nomor 7 tentang Pangan. Biro Hukum Departemen Pertanian. Jakarta. AOAC International dan Pusat Laboratorium Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (Depkes, 1992) dan Food Drug Administration.). 122

Bryan, F.L. 1990. Risk Associated with practices, procedures and processes that lead to outbreaks of foodborne diseases. Jurnal Food Protection. (51):9.. 1992. Analisis Bahaya dan Titik Pengendalian Kritis. Alih bahasa oleh tim Depkes R.I. Jakarta.. 1995. Rapid Method for Microbiological analysis of food Contamination Sources. Food Technology. (41):7 Bucham, R.L., dan Doyle, M.P. 1997. Food Borne Diseases Significance of E.coli 015:H7 and other Enterohemorrhagic E.coli. Food Technology. (51):10 Notoatmodjo S.1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat:Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta:PT Rineka Cipta. Pawiro Rejo, Paidi.2012. Kasus Keracunan Produk Pangan. Surabaya:Lembaga Perlindungan Konsumen Surabaya. Soemirat, Juli. 1994. Kesehatan Lingkungan.Yogyakarta: Gadjahmada University Press.. 2000. Epidemiologi Lingkungan. Yogyakarta: Gadjahmada University Press. Sriyono, Niken. 2009. Pencegahan Penyakit Gigi Dan Mulut Guna Meningkatkan Kualitas Hidup : Universitas Gajah Mada 123