DAMPAK PERKAWINAN USIA DINI TERHADAP KONDISI SOSIO-EKONOMI KELUARGA DI KOTA SALATIGA JAWA TENGAH 1 BAB 1. PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

GUBERNUR JAWA TENGAH

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

GUBERNUR JAWA TENGAH

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TENGAH

KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

PENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN

PENEMPATAN TENAGA KERJA

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

GUBERNUR JAWA TENGAH,

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab.

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

Keadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan ke arah desentralisasi. Salinas dan Sole-Olle (2009)

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal

PROGRAM KB NASIONAL BAGI MHS KKN UNDIP

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH

BOKS PERKEMBANGAN KINERJA BPR MERGER DI JAWA TENGAH

RUANG LINGKUP KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya

PELAYANAN KB DAN PENURUNAN AKI AKB DI JAWA TENGAH

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

GUBERNURJAWATENGAH. PERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOM0R '2 TAJroJii 2e15 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

IR. SUGIONO, MP. Lahir : JAKARTA, 13 Oktober 1961

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beras merupakan komoditi yang penting bagi Indonesia. Hal ini

PEDOMAN PENYUSUNAN JAWABAN TERMOHON TERHADAP PERMOHONAN PEMOHON (PERSEORANGAN CALON ANGGOTA DPD)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAPPEDA PROV. JATENG

BAB 5 PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Ringkasan Hasil Regresi

REKAPITULASI PESERTA PAMERAN SOROPADAN AGRO EXPO 2017 TANGGAL JULI 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk mencapai cita-cita tersebut pemerintah mengupayakan. perekonomian adalah komponen utama demi berlangsungnya sistem

FUZZY SUBTRACTIVE CLUSTERING BERDASARKAN KEJADIAN BENCANA ALAM PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, makmur dan berkeadilan. Akan tetapi kondisi geografis dan

GUBERNUR JAWA TENGAH

PENGARUH PENDIDIKAN, PDRB PERKAPITA, DAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP FERTILITAS DI 35 KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta

BAB I BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah Agustus 2017

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya.

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : ; e-issn :

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 561.4/52/2008 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009

DAFTAR NOMINASI SEKOLAH PENYELENGGARA UN CBT TAHUN 2015

RAPAT TEKNIS PERENCANAAN PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN APBN TA Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah Surakarta, Oktober 2015

Transkripsi:

DAMPAK PERKAWINAN USIA DINI TERHADAP KONDISI SOSIO-EKONOMI KELUARGA DI KOTA SALATIGA JAWA TENGAH 1 Oleh: Daru Purnomo, Drs.,M.Si dan Seto Herwandito S.Pd.,M.M.M.Ikom 2 BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada tahun 2012 lalu, masyarakat dikejutkan dengan berita seorang pengusaha kuningan asal Bedono, yaitu Syekh Pujiono atau sering disebut sebagai Syekh Puji yang berumur 43 tahun menikahi seorang gadis cilik Lutfiana Ulfa, yang baru berumur 12 tahun. Perkawinan siri mereka menjadi suatu berita yang banyak menimbulkan pro kontra pada masyarakat. Jika ditelusuri, perkawinan adalah merupakan suatu bentuk ikatan yang dilakukan antara seorang laki-laki dan perempuan dalam membentuk suatu keluarga (Subekti, 2006: 537-538). Sedangkan menurut Undang-undang 3 yang berlaku saat ini, yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Hukum perkawinan ini menggantikan hukum perkawinan yang terdapat didalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Burgelijk Wetboek (Statsblad 1917 Nomor 129). Menurut UU Nomor 1 Tahun 1974, perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan untuk membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan 1 Disajikan dalam Sosialisasi Hasil Penelitian BKKBN Perwakilan Jawa Tengah Pada Tanggal 23 Desember 2013 di Hotel Patrajasa Semarang 2 Staff Pengajar Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 3 Sumber : http://www.tanyahukum.com/keluarga-dan-waris/173/perkawinan-menurut-undangundang/ 4

Ketuhanan Yang Maha Esa. Dan menurut undang-undang perkawinan juga dikatakan, bahwa suatu perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum dan kepercayaannya masing-masing. Di dalam Undang-undang tersebut syarat yang harus dipenuhi adalah pihak pria harus sudah mencapai umur 19 tahun, dan pihak wanita harus sudah mencapai umur 16 tahun. Dalam faktanya banyak sekali perkawinan usia muda yang terjadi di Indonesia ini. Data BKKBN 4 mennyebutkan bahwa Indonesia menempati posisi atau ranking 37 dunia pada kasus pernikahan usia dini. Sedangkan data dari RISKEDAS 2010 5 menunjukan bahwa prevalensi umur perkawinan pertama antara 15-19 tahun sebanyak 41,9 persen. Menurut SDKI Tahun 2007, 17 persen wanita yang saat ini berumur 45-49 tahun menikah pada umur 15 tahun, sedangkan proporsi wanita yang menikah pada umur 15 tahun berkurang dari 9 persen untuk umur 30-34 tahun menjadi 4 persen untuk wanita umur 20-24 tahun. Menurut data Susenas Tahun 2010, secara nasional rata-rata usia kawin pertama di Indonesia 19.70 tahun, rata-rata usia kawin didaerah perkotaan 20.53 tahun dan di daerah perdesaan 18.94 tahun, masih terdapat beberapa propinsi ratarata umur kawin pertama perempuan dibawah angka nasional. Sedangkan menurut data dari BKKBN 6 bahwa Provinsi Jawa Tengah menduduki peringkat ke 7 dari 10 peringkat dalam laju pertumbuhan penduduk terbesar di Indonesia. Kota Salatiga dikenal dengan sebutan sebagai titik JOGLOSEMAR (Jogja, Solo dan Semarang) merupakan kota kecil yang menjadi area bertemunya 3 kota besar, dimana banyak anak muda yang mengenyam pendidikan di kota ini. Yang menjadi kerawanan adalah karena menjadi titik bertemu dari 3 kota, dan banyak anak muda yang mengenyam pendidikan, maka dikhawatirkan banyak sekali terjadi pernikahan usia muda. Hal ini dikuatkan oleh pernyataan pengurus PKBI 4 Sumber: http://www.bkkbn.go.id/infoprogram/documents/hasil%20seminar%20eksekutif%20analisis%2 0Dampak%20Kependudukan/hasil%20pernikahan%20usia%20dini%20BKKBN%20PPT_RS%20[Rea d Only].pdf 5 Sumber: http://www.bkkbn.go.id/litbang/pusdu/hasil%20penelitian/fertilitas/2011/perkawinan%20mud a%20dikalangan%20perempuan.pdf 6 Sumber: http://news.okezone.com/read/2013/04/08/337/787910/10 provinsi yangmengalami ledakan penduduk terbesar 5

Salatiga yang menyatakan bahwa tingkat perkawinan dini yang disebabkan karena kehamilan yang tidak disengaja cenderung mengalami peningkatan khususnya dikalangan remaja dan mahasiswa 7. Berdasarkan data dari Bapeda 8 Pada tahun 2010 Jumlah penduduk perempuan lebih besar dibandingkan jumlah penduduk laki-laki, jumlah penduduk laki-laki adalah 85.901 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 88.333 jiwa. Salatiga terbagi kedalami 4 kecamatan, yaitu : Kecamatan Sidorejo, Kecamatan Tingkir, Kecamatan Argomulyo dan Kecamatan Sidomukti. Dari keempat kecamatan tersebut, jumlah penduduk menurut usia sekolah (umur 6 tahun- 24 tahun), Kecamatan Sidorejo 9 menempati urutan pertama dibanding dengan 3 kecamatan yang lain dengan jumlah penduduk 17.437 jiwa, (Tingkir = 12.254 Jiwa, Argomulyo = 11.899 Jiwa, dan Sidomukti = 13.659 Jiwa), Jika dilihat dari laju pertumbuhan penduduk (2000 2010), menunjukkan bahwa kota Salatiga memiliki angka laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,09 %, (jika dilihat dari tingkat propinsi, salatiga termasuk kedalam tiga terbesar LPP di Jawa Tengah setelah Kota Semarang dam Kabupaten Jepara). 7 Wawancara dengan pengurus PKBI Salatiga pada 21 April 2013 8 Sumber: http://pemkot salatiga.go.id/data/info/bappeda/profildaerahsalatiga2010.pdf 9 Lihat tabel 1 6

Tabel 2. Laju Pertumbuhan Penduduk Hasil SP-2000 dan SP-2010 Kota Salatiga Kecamatan Jumlah Penduduk SP2000 *) SP2010 LPP 2000-2010 (1) (2) (3) (4) 1 Argomulyo 33 764 40 101 1,75 2 Tingkir 37 806 39 871 0,54 3 Sidomukti 34 016 38 756 1,32 4 Sidorejo 47 450 51 604 0,85 Jumlah 153 036 170 332 Sumber: BPS, tahun 2011 Dibandingkan dengan Kabupaten/Kota di provinsi Jawa Tengah, laju pertumbuhan penduduk Kota Salatiga termasuk dalam kategori tinggi (tiga terbesar setelah kota Semarang dan Kabupaten Jepara), bahkan jika dibanding rata-rata laju pertumbuhan di tingkat provinsi yang hanya mencapai 0,37% maka nampak sekali bahwa Salatiga termasuk kota dengan tingkat kelahiran (Total Fertility Rate/ TFR) yang cukup tinggi, yakni sekitar 2,7. TFR yang tinggi pada umumnya berkorelasi dengan jumlah usia produktif yang besar dan peristiwa perkawinan yang terjadi pada suatu wilayah. Demikian pula jika dilihat dari indeks Unmet Need (persentase wanita kawin yang tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak menggunakan alat/cara kontrasepsi) kota Salatiga menunjukkan indeks yang paling tinggi (sama dengan kota Pekalongan) yakni sebesar 12 (SP-2010), sedangkan unmet need provinsi hanya sekitar 6. 7

UNMET NEED KABUPATEN/KOTA, PROVINSI JAWA TENGAH 2011 Jawa Tengah 6.0 Kota Pekalongan Kota Salatiga Tegal Rembang Kota Surakarta Sukoharjo Kebumen Kota Magelang Banyumas Purworejo Semarang Magelang Klaten Kendal Sragen Cilacap Purbalingga Kota Tegal Wonogiri Pekalongan Kota Semarang Kudus Banjarnegara Grobogan Temanggung Brebes Blora Jepara Wonosobo Batang Karanganyar Demak Pemalang Pati Boyolali 7.2 7.0 7.0 6.9 6.6 6.5 6.5 6.3 6.1 6.1 5.9 5.7 5.6 5.1 4.8 4.8 4.2 3.9 3.9 3.5 3.3 3.0 2.8 2.8 2.6 2.4 8.7 8.1 8.1 9.5 Total unmet need 10.2 10.1 12.0 12.0 11.4 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0 Berdasarkan data dan fakta-fakta yang telah dikemukakan diatas, maka Kota Salatiga menjadi hal yang penting untuk dikaji mengenai pernikahan usia muda, dimana kota Salatiga memiliki TFR yang cukup tinggi yakni sebesar 2,7 (SP-2010 dan pada tahun 2013 menurun menjadi 2,6), disamping indeks unmet need yang paling tinggi di provinsi Jawa Tengah. Oleh sebab itu penelitian ini layak untuk diteliti. B. Rumusan Masalah 1. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan terjadinya perkawinan usia muda di Kota Salatiga? 2. Bagaimanakah dampak perkawinan usia muda terhadap kondisi sosio ekonomi keluarga di Kota Salatiga? C. Tujuan Penelitian 1. Menjelaskan factor-faktor penyebab terjadinya perkawinan usia muda di Kota Salatiga. 8

2. Mengetahui dampak perkawinan usia muda terhadap kondisi sosio ekonomi keluarga di Kota Salatiga D. Manfaat Penelitian 1. Memberikan gambaran mengenai dampak perkawinan usia muda terhadap kondisi sosio ekonomi keluarga di Kota Salatiga. 2. Memberikan penjelasan mengenai factor-faktor yang menyebabkan terjadinya perkawinan usia muda di Kota Salatiga 9