HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERNIKAHAN USIA DINI DENGAN SIKAP SISWA TERHADAP PERNIKAHAN USIA DINI DI SMA NEGERI 2 BANGUNTAPAN BANTUL TAHUN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN PERSEPSI REMAJA PUTRI TENTANG PERNIKAHAN USIA DINI REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 BAMBANGLIPURO

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA 1 PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Lina Afiyanti 2, Retno Mawarti 3 INTISARI

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB.

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KESIAPAN REMAJA MENGHADAPI PUBERTAS DI SMP N 2 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara dengan presentase pernikahan usia muda

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, USIA DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI DESA TANGGAN GESI SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tahun untuk pria (BKKBN, 2011). Penyebab terjadinya

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERSEPSI REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH KELAS XI DI SMA I SEWON BANTUL

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PROFIL KB IUD PADA IBU PRIMIGRAVIDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONOROJO PACITAN

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMK N 2 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN DETEKSI DININ FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTABARU KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2013

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

Policy Brief Determinan Kehamilan Remaja di Indonesia (Analisis SDKI 2012) Oleh: Nanda Wahyudhi

BAB I PENDAHULUAN. sengaja maupun tidak sengaja (Pudiastuti, 2011). Berbagai bentuk. penyimpangan perilaku seksual remaja cenderung mengalami

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

KEEFEKTIFAN BIMBINGAN KLASIKAL BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PERNIKAHAN USIA DINI. Muhammad Arif Budiman S

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSEPSI REMAJA KELAS X TENTANG SEKSUAL BEBAS DI SMA MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO

Jurnal Obstretika Scientia ISSN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PARITAS DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

Disusun Oleh: Wiwiningsih

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berdiri di Gorontalo. Terletak persis di tengah-tengah Kota Gorontalo atau

HUBUNGAN PENGETAHUAN SUAMI TERHADAP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI DESA KEPARAKAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisik, emosi, dan psikis.pada masa remaja terjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN UNINTENDED PREGNANCY PADA REMAJA DI PUSKESMAS GAMPING I SLEMAN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, perempuan usia 15-19

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN REMAJA TENTANG MANDI BESAR PADA SISWI SMA 7 MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. antara 10 hingga 19 tahun (WHO). Remaja merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. individu mulai mengembangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP SEKS PRANIKAH KELAS X SMK MUHAMMADIYAH 1 BAMBANGLIPURO

HUBUNGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH DENGAN USIA MENIKAH PADA REMAJA YANG MENIKAH DI TAHUN 2015 DI KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDULYOGYAKARTA 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN USIA PERNIKAHAN WANITA DI KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNG KIDUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN UPAYA MEMPERSIAPKAN MASA PUBERTAS PADA ANAK

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP SIKAP ORANG TUA DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN DINI DI DESA KARANG TENGAH WONOSARI GUNUNG KIDUL

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN SIKAP TERHADAP ABORSI DI KELURAHAN NGEMPLAK SIMONGAN KOTA SEMARANG

PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI UMUR 6-12 BULAN DI BPM KUSNI SRI MAWARTI DESA TERONG II KEC.

Yeni Yuniarti 2, Suesti 3 INTISARI

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI

PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA SEBELUM DAN SETELAH DILAKUKAN PENYULUHAN TENTANG ABORSI DI SMPN 1 MULAWARMAN BANJARMASIN ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

Hubungan Karakteristik Remaja dengan Pengetahuan Remaja Mengenai Kesehatan Reproduksi di Kota Cimahi

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

HUBUNGAN ANTARA KETERATURAN MENGKONSUMSI TABLET ZAT BESI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS JETIS II BANTUL YOGYAKARTA

PERSEPSI REMAJA TERHADAP PERNIKAHAN DINI DI SMAN 1 BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah,

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

Heni Hendarsah Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat ABSTRAK

DETERMINAN PEMANFAATAN FASILITAS KESEHATAN OLEH IBU HAMIL

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RS PKU MUHAMMADIYAH UNIT II YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis maupun secara sosial. Seseorang dengan melangsungkan

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik penting di bidang

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki yang akan ditunjukan pada orang lain agar terlihat berbeda dari pada

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERSEPSI TENTANG PERNIKAHAN DINI PADA SISWA KELAS X DI SMK N 1 SEWON KABUPATEN BANTUL DIY

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

HUBUNGAN KOMUNIKASI ORANG TUA DALAM KELUARGA DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KUA BANGUNTAPAN BANTUL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGANSIKAP REMAJA PUTRI TENTANG KEHAMILAN USIA DINI DI DESA CIWARENG KECAMATAN BABAKAN CIKAO KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 2011

Transkripsi:

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERNIKAHAN USIA DINI DENGAN SIKAP SISWA TERHADAP PERNIKAHAN USIA DINI DI SMA NEGERI 2 BANGUNTAPAN BANTUL TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: NURHAYATI AGTIKASARI 201410104174 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG D IV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2015

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERNIKAHAN USIA DINI DENGAN SIKAP SISWA TERHADAP PERNIKAHAN USIA DINI DI SMA NEGERI 2 BANGUNTAPAN TAHUN 2015 1 Nurhayati Agtikasari 2, Ismarwati 3 Intisari : Data Riskesdas 2010 menunjukan prevalensi umur pernikahan pertama antara 15-19 tahun sebanyak 41,9 %. Data di Provinsi DI Yogyakarta (2013) pernikahan usia dini terbanyak di Kabupaten Bantul yaitu berjumlah 119 orang. Pernikahan usia dini menjadi isu penting kesehatan reproduksi remaja saat ini. Faktor yang mendorong sikap remaja terhadap pernikahan dinisalah satunya adalah faktor pengetahuan. Mengetahui hubungan pengetahuan tentang pernikahan usia dini dengan sikap siswa terhadap pernikahan usia dini di SMA Negeri 2 Banguntapan tahun 2015. Studi kolerasi ini menggunakan metode cross sectional. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI SMA Negeri 2 Banguntapan Bantul. Responden sebanyak 127 siswa dengan teknik kuota sampling. Hasil uji analisis dengan Chi Square didapatkan nilai significancy p sebesar 0,042 (<0,05). Sebagian besar responden mempunyai pengetahuan yang baik sebesar 74,8%, dan yang memiliki sikap tidak mendukung yaitu sebanyak 55,9%. Ada hubungan bermakna antara pengetahuan tentang pernikahan usia dini dengan sikap siswa terhadap pernikahan usia dini didapatkan nilai Asymp sig. p sebesar 0,042 (<0,05) Kata kunci : pengetahuan, sikap, pernikahan usia dini PENDAHULUAN Fenomena di kalangan remaja di Indonesia saat ini yang menjadi isu penting untuk dikaji menurut BKKBN yaitu meningkatnya angka pernikahan di usia remaja. Data dari BKKBN menyebutkan bahwa Indonesia termasuk Negara dengan persentase pernikahan usia muda tertinggi kedua di ASEAN setelah Kamboja. Data Riskesdas 2010 menunjukan bahwa prevalensi umur pernikahan pertama antara 15-19 tahun sebanyak 41,9 % (BKKBN, 2011). Berdasarkan data pilah gender dan anak Provinsi DI Yogyakarta (2012), bahwa pernikahan remaja usia di bawah usia 16 tahun di DI Yogyakarta yaitu pada Tahun 2011 berjumlah 387 orang dengan jumlah di Kabupaten Bantul (145 orang), pada Tahun 2012 berjumlah 447 orang dengan jumlah di Kabupaten Bantul (147 orang). Berdasarkan data pilah gender dan anak Provinsi DI Yogyakarta (2013) berjumlah 491 orang dengan jumlah di Kabupaten Kabupaten Bantul yaitu berjumlah 119 orang. Menurut data dari Kementerian Agama Kabupaten Bantul (2013) didapatkan bahwa Kecamatan Banguntapan memiliki presentase pernikahan dini terbanyak yaitu 20 kasus dari 119 kasus pernikahan dini (16,8%).

Pernikahan usia dini akan memberikan beberapa dampak dalam bidang kesehatan yang akan ditimbulkan yaitu meningkatnya Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi. AKI dan AKB yang meningkat dapat terjadi karena pernikahan usia dini memberi risiko yang lebih besar pada remaja perempuan khususnya pada aspek kesehatan reproduksi (Fadlyana, 2009).. Faktor-faktor yang mendorong sikap remaja untuk melakukan pernikahan usia dini yaitu, faktor ekonomi, dengan harapan akan tercapainya keamanan keuangan setelah menikah menyebabkan banyak orangtua menyetujui pernikahan usia dini. Faktor pengetahuan tentang kesehatan reproduksi terutama pernikahan usia dini yang dimiliki oleh setiap individu mempengaruhipernikahan usiadini kini masih dilaksanakan. Faktor budaya yang mendorong terjadinya kawin muda adalah lingkungan, dilingkungan tersebut sudah biasa menikah pada usia 14-16 tahun, lebih tua dari 17 tahun dianggap perawan tua. Faktor Pendidikan, Pada umumnya mereka hanya tamat SD, SLTP,atau SLTA, dengan kondisi tersebut dari pada menjadi beban keluarga akhirnya orang tua menganjurkan anaknya segera menikah terutama pada anak perempuan (BKKBN, 2011). Menurut hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 2 Banguntapan didapatkan hasil bahwa pada Tahun 2013 terdapat satu siswi yang mengundurkan diri dari sekolah karena melakukan pernikahan dini akibat kehamilan tidak diinginkan pada Bulan Desember Tahun 2014 ada satu siswi yang mengundurkan diri karena kehamilan tidak diinginkan, dibandingkan dengan studi pendahuluan yang dilakukan di SMA N 1 Banguntapan Bantul yang sejak 5 tahun terakhir tidak ada kasus siswi yang mengundurkan diri. TUJUAN PENELITIAN Mengetahui hubungan pengetahuan tentang pernikahan usia dini dengan sikap siswa terhadap pernikahan usia dini di SMA Negeri 2 Banguntapan Bantul Tahun 2015 METODE PENELITIAN Pada penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang pernikahan dini dengan sikap siswa terhadap pernikahan usia dini, yang dilakukan pengukuran variabel satu kali dalam satu waktu.

HASIL PENELITIAN Distribusi frekuensi karakteristik responden hasil penelitian di SMA Negeri 2 Banguntapan Bantul No Karakteristik Responden Frekuensi Presentasi (%) 1. Umur 16 tahun 60 47,2 17 tahun 67 52,8 Jumlah 127 100 2. Kelas X 62 48,8 XI 65 51,2 Jumlah 127 100 3. Ekstrakurikuler Ya 94 74,0 Tidak 33 26,0 Jumlah 127 100 4. Informasi Ya 107 84,3 Tidak 20 15,7 127 100 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan umur dengan jumlah terbanyak adalah pada kelompok umur 17 tahun yaitu sebanyak 67 orang (52,8%). Karakteristik responden berdasarkan kelas dengan jumlah terbanyak adalah pada kelompok kelas XI yaitu sebanyak 65 orang (51,2%). Karakteristik responden berdasarkan keikutsertaan organisasi dengan jumlah terbanyak adalah pada kelompok responden yang ikut organisasi yaitu sebanyak 94 orang (74%). Karakteristik responden berdasarkan akses informasi dengan jumlah terbanyak adalah pada kelompok responden yang pernah mendapat informasi yaitu sebanyak 107 orang (84,7%). Distribusi frekuensi hasil penelitian pengetahuan responden terhadap pernikahan usia dini di SMA Negeri 2 Banguntapan Bantul Kategori Frekuensi Persentasi (%) Baik 95 74,8 Cukup 19 15,0 Kurang 13 10,2 Jumlah 127 100 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kategori pengetahuan responden terhadap pernikahan usia dini dengan jumlah terbanyak adalah pada kelompok pengetahuan baik yaitu sebanyak 95 orang (74,8%). Sedangkan yang paling sedikit yaitu pengetahuan kurang yaitu sebanyak 13 orang (10,2%).

Distribusi frekuensi hasil penelitian sikap responden terhadap pernikahan usia dini di SMA Negeri 2 Banguntapan Bantul Kategori Frekuensi Persentasi (%) Mendukung 56 44,1 Tidak mendukung 71 55,9 Jumlah 127 100 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kategori sikap responden terhadap pernikahan usia dini dengan jumlah terbanyak adalah pada kelompok sikap tidak mendukung yaitu sebanyak 71 orang (55,9%). Distribusi hasil penelitian hubungan pengetahuan tentang pernikahan usia dini dengan sikap siswa terhadap pernikahan usia dini di SMA Negeri 2 Banguntapan bantul Sikap siswa terhadap PUD Pengetahuan Jumlah tentang Mendukung Tidak mendukung PUD F % F % F % Kurang 10 7,9 3 2,4 13 10,2 Cukup 8 6,3 11 8,7 19 15,0 Baik 38 29,9 57 44,9 95 74,8 Jumlah 56 44,1 71 55,9 100 100 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah responden yang memiliki pengetahuan baik dan memiliki sikap tidak mendukung dengan jumlah terbanyak yaitu 57 orang (44,9%). Berdasarkan analisis menggunakan uji korelasi tersebut didapatkan hasil nilai Asymp. Sig (2-sided) p yaitu 0,042. Berdasarkan hasil uji tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai p < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang pernikahan usia dini dengan sikap siswa terhadap pernikahan usia dini di SMA N 2 Banguntapan Bantul Tahun 2015. PEMBAHASAN Pengetahuan Tentang Pernikahan Usia Dini Asymp. Sig (2-sided) 0.042 Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan siswa tentang pernikahan usia dini di SMA N 2 Banguntapan dengan katagori pengetahuan baik memiliki jumlah tertinggi yaitu sebanyak 95 orang atau (74,8%), dan jumlah terendah pada kategori pengetahuan kurang yaitu sebanyak 10 orang atau (10,2%). Menurut hasil analisa data menunjukkan bahwa jumlah terbanyak adalah responden dengan pengetahuan baik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan selain informasi menurut Notoatmodjo (2007) yaitu Pengalaman yang berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, bahwa pendidikan yang tinggi maka pengalaman akan luas, sedangkan semakin tua umur seseorang maka pengalaman akan semakin banyak. Keterpaparan seseorang terhadap informasi dapat merubah pengetahuan, sikap dan perilaku yang dimiliki seseorang. Semakin banyak sumber informasi yang didapat semakin baik pula pengetahuan. Secara keseluruhan berdasarkan hal di atas menunjukkan bahwa pengetahuan siswa sudah baik yang salah satunya dipengaruhi faktor informasi yang telah didapatkan oleh para siswa baik secara mandiri maupun melalui sumber informasi yang lain. Sikap Siswa Terhadap Pernikahan Usia Dini Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa siswa yang memiliki sikap mendukung terhadap pernikahan usia dini yaitu sebanyak 56 orang atau (44,1%) sedangkan yang memiliki sikap tidak mendukung terhadap pernikahan usia dini yaitu sebanyak 71 orang atau (55,9%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki sikap tidak mendukung. Menurut Azwar (2008) sikap seseorang dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta emosional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 71 orang yang tidak mendukung terdapat 61 (48%) orang pernah mendapatkan informasi tentang pernikahan usia dini. Hal tersebut juga didukung dengan hasil analisis item pernyataan bahwa ada 110 orang menjawab tidak setuju pada pernyataan no 4 tentang pernyataan menikah setelah lulus SMA yang dapat menjadikan sikap sesorang menjadi tidak mendukung dengan pernikahan usia dini. Berdasarkan hasil penelitian juga dapat dilihat bahwa meskipun jumlah tertinggi pada kategori sikap tidak mendukung, namun jumlah responden yang memiliki sikap mendukung juga berjumlah banyak yaitu 56 orang atau (44,1%). Hal tersebut akan memberikan dampak pada perilaku siswa terhadap pernikahan usia dini, dengan sikap yang mendukung maka seseorang akan cenderung menerima adanya pernikahan usia dini dan dapat mendorong adanya perilaku untuk melakukan pernikahan usia dini. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Khilmiyah (2014) tentang pandangan remaja dan orang tua terhadap pernikahan dini dalam membangun keluarga di Kabupaten Bantul. Penelitian tersebut menyatakan bahwa dari 40 pelaku pernikahan usia dini yang menjadi responden didapatkan hasil untuk perempuan, usia 13-14 tahun 29,41% dan 14,1-15,9 tahun 70,59%. Untuk laki-laki usia dibawah 16 tahun 4,35%, 16-17 tahun 56,52% dan 17,1-18,9 tahun 39,13%. Menurut hasil penelitian Khilmiyah (2014) juga menyatakan bahwa faktor penyebab remaja nikah dini adalah perilaku seksual dan kehamilan yang tidak direncanakan, dorongan ingin menikah, ekonomi, dan rendahnya pendidikan orang tua. Sebagian besar remaja memandang nikah dini sebagai wujud tanggung jawab dari perbuatan yang telah dilakukan, bukan sebagai cita-cita yang diinginkan, sebagian kecil remaja memandang nikah sebagai hal yang biasa

karena sudah menemukan jodohnya. Orang tua memandang nikah dini sebagai sebuah keterpaksaan karena kecelakaan dan diterima sebagai proses alamiah. Hasil penelitian yang menunjukkann bahwa jumlah siswa yang memiliki sikap mendukung juga banyak yaitu 44,1%, dan didukung dari adanya 2 kasus yang telah terjadi maka perlu adanya upaya untuk meningkatkan sikap positif siswa terhadap pernikahan usia dini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan sesuai dengan program pemerintah yaitu dibentuknya PIK-R (Pusat Informasi dan Konseling Remaja) sebagai sarana untuk prmbentukkan sikap siswa. Hubungan Pengetahuan Tentang Pernikahan Usia Dini dengan Sikap Siswa Terhadap Pernikahan Usia Dini di SMA N 2 Banguntapan Berdasarkan hasil penilitian dapat diketahui bahwa siswa dengan kategori pengetahuan baik dan memiliki sikap tidak mendukung yaitu sebanyak 57 orang (44,9%), pada kategori pengetahuan cukup dan memiliki sikap tidak mendukung yaitu sebanyak 11 orang (8,7%), dan pada kategori pengetahuan kurang dan memiliki sikap tidak mendukung yaitu sebanyak 3 orang (2,4%). Berdasarkan hasil uji kolerasi pearson chi squaredidapatkan bahwa nilai Asymp. Sig (2-sided) p sebesar 0,042. Karena nilai p < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang pernikahan usia dini dengan sikap siswa terhadap pernikahan usia dini di SMA N 2 Banguntapan tahun 2015. Menurut Azwar (2008), struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang salah satunya yaitu Komponen kognitif yang merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap yang berkaitan dengan pandangan, pengetahuan, dan keyakinan. Komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial. Teori tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Puspita (2014) tentang hubungan pengetahuan remaja putri dengan sikap remaja putri terhadap pernikahanusia dini di Desa Kesesi Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan dengan didapatkan hasil ρ value 0,014 ( value > 0.05). Hal tersebut disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan remaja putri dengan sikap remaja putri terhadap pernikahanusia dini. Hasil penelitian tersebut juga menyatakan bahwa semakin tinggi pengetahuan remaja putri tentang pernikahan usia dini, maka akan semakin baik pula sikap remaja putri terhadap pernikahan usia dini. Sebaliknya semakin kurang pengetahuan remaja putri tentang pernikahan usia dini, maka semakin kurang juga sikap remaja putri terhadap pernikahan usia dini. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Ada hubungan antara pengetahuan tentang pernikahan usia dini dengan sikap siswa terhadap pernikahan usia dini

Saran Bagi pihak sekolah untuk secara rutin memberikan materi kesehatan reproduksi khususnya mengenai pernikahan usia dini baik berupa penyuluhan oleh petugas kesehatan maupun oleh pihak pihak terkait lainnya dan pembentukan program PIK-R (Pusat Informasi dan Konseling Remaja). DAFTAR PUSTAKA Azwar, S. 2008. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannnya. Yogyakarta: Pustaka Belajar Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masryarakat. 2012. Data Terpilah Gender Tahun 2012.2013. Data Terpilah Gender Tahun 2013 BKKBN.2011. Perkawinan Muda Dikalangan Perempuan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional tersedia dalam www.bkkbn.go.id (diakses tanggal 15 Desember 2014).2011. Kajian Profil Penduduk Siswa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional tersedia dalam www.bkkbn.go.id (diakses tanggal 15 Desember 2014) Fadlayana. 2009.Pernikahan Usia Dini dan Permasalahannya. Jakarta: Gramedia. Tersedia dalam http://saripediatri.idai.or.id (diakses tanggal 21 Januari 2015) Khilmiyah, A. 2014. Pandangan Siswa dan Orangtua terhadap pernikahan dini dalam membangun keluarga di Kabupaten Bantul. LP3M UMY Malehah, S. 2010. Dampak Psikologis Pernikahan Dini dan Solusinya Dalam Perspektif Bimbingan Konseling Islam tersedia dalam http: //library. walisongo.ac.id (diakses tanggal 2 Februari 2015) Mardiya. 2013. Saatnya Tahu dan Peduli Terhadap Masalah Siswa. Tersedia di www.kulonprogokab.go.id (diakses 18 Maret 2015) Notoadmodjo, S. 2007. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka cipta.

Puspita, R. 2014. Hubungan Pengetahuan Siswa Putri dengan Sikap Siswa Putri Terhadap Perkawinan Usia Dini di Desa Kesesi tersedia dalam: http://www.e-skripsi.stikesmuh-pkj.ac.id (diakses 17 Januari 2015) Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2012. Kesehatan Reproduksi Siswa Badan Pusat Statistik.Jakarta.