BAB I PENDAHULUAN. di Nigeria (79%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%) (WHO,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. muda). Diantaranya adalah keguguran,persalinan premature, BBLR, kelainan

BAB I PENDAHULUAN. and Development (ICPD) di Kairo (1994), adalah tentang seksual dan

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama tertentu, para saksi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. terdapat dalam Undang-Undang No. 1 Tahun Dalam pasal 1 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

ABSTRAK. Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Kehamilan Usia Dini Di Desa Swadaya Kecamatan Libureng Kabupaten Bone Tahun 2015

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB I PENDAHULUAN. insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Dariyo, 2002 (dalam Godam,

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tahun untuk pria (BKKBN, 2011). Penyebab terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PERNIKAHAN DINI PADA USIA REMAJA DI WILAYAH KELAYAN DALAM BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis maupun secara sosial. Seseorang dengan melangsungkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tinggi di dunia, serta tertinggi kedua di Asia Tenggara setelah Kamboja. Dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. sengaja maupun tidak sengaja (Pudiastuti, 2011). Berbagai bentuk. penyimpangan perilaku seksual remaja cenderung mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB 1 PENDAHULUAN. pernikahan di usia dini dengan berbagai penyebab yang berbeda-beda. Pernikahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. orang umumnya mulai berpikir untuk berumah tangga dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

MASALAH KEBIDANAN DI KOMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN. Maka dari itu belakangan ini pemerintah lebih mengutamakan untuk

RESIKO KEHAMILAN USIA MUDA TERHADAP KESEHATAN IBU DAN ANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs) sebagai road map atau arah

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

EFEKTIFITAS MODEL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DI KELURAHAN MARGOMULYO NGAWI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permasalahan remaja yang dihadapi sekarang berkaitan dengan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

Peningkatan Pengetahuan Remaja dan Pemuda tentang Kesehatan Reproduksi dan Hubungannya dengan Lingkungan Sosial di Palangka Raya ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mendatang, akan tetapi teknologi informasi serta ilmu pengetahuan dan tekhnologi (Iptek) yang

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN. Ketika seseorang masuk pada tahapan remaja, ia akan. tumbuhnya bulu pada area kemaluan dan ketiak.

BAB 1 PENDAHULUAN. alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara. dua orang yang berlainan jenis kelamin (Dariyo, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, perempuan usia 15-19

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak telah

Fakta Pernikahan Usia Muda

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan reproduksi remaja (Kemenkes RI, 2015). reproduksi. Perilaku seks berisiko antara lain seks pranikah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara dengan presentase pernikahan usia muda

BAB V PENUTUP. a. Kurangnya perhatian orang tau terhadap anak. yang bergaul secara bebas karena tidak ada yang melarang-larang mereka

Kata kunci: Pengetahuan, Peran Orang Tua Dalam Mencegah Terjadinya Resiko Kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah kompleks di semua negara yang muncul seiring

BAB I PENDAHULUAN. atau calon ibu merupakan kelompok rawan, karena membutuhkan gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. masih tergolong tinggi, meskipun terjadi penurunan signifikan di beberapa

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia berkualitas untuk mewujudkan bangsa yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. remaja adalah datang haid yang pertama kali atau menarche, biasanya sekitar umur

BAB 1 PENDAHULUAN. instrumental. Orang menghargai kesehatan karena kesehatan ikut mendasari

! 1! BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN. di kawasan ASEAN yaitu sebesar 228/ kelahiran hidup (SDKI. abortus (11%), infeksi (10%), (SDKI 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pernikahan dini adalah pernikahan pada remaja di bawah usia 20 tahun yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan. Masa remaja juga merupakan masa yang rentan resiko kehamilan karena pernikahan dini (usia muda). Diantaranya adalah keguguran, persalinan prematur, BBLR, kelainan bawaan, mudah terjadi infeksi, anemia pada kehamilan, keracunan kehamilan, dan kematian (Kusmiran, 2011). Organisasi kesehatan dunia (WHO) tahun 2012 menunjukkan bahwa sebanyak 16 juta kelahiran terjadi pada ibu yang berusia 15-19 tahun atau 11% dari seluruh kelahiran di dunia yang mayoritas (95%) terjadi di negara sedang berkembang. Di Amerika Latin dan Karibia, 29% wanita muda menikah saat mereka berusia 18 tahun. Prevalensi tertinggi kasus pernikahan usia dini tercatat di Nigeria (79%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%) (WHO, 2012). Komplikasi dari kehamilan dan persalinan merupakan penyebab utama kematian anak perempuan berusia 15 sampai 19 tahun di negara-negara berkembang. Dari 16 juta remaja perempuan yang melahirkan setiap tahun diperkirakan 90 % sudah menikah dan 50 ribu diantaranya telah meninggal. Selain itu resiko terjadinya kematian ibu dan dan kematian bayi yang baru lahir 50 % lebih tinggi dilahirkan oleh ibu di bawah usia 20 tahun antara ibu dibandingkan pada wanita yang hamil di usia 20 tahun ke atas (WHO, 2012).

Menurut United Nations Development Economic and Social Affairs (UNDESA, 2010), Indonesia merupakan negara ke-37 dengan jumlah pernikahan dini terbanyak di dunia di tahun 2007. Untuk level ASEAN, tingkat pernikahan dini di Indonesia berada di urutan kedua terbanyak setelah Kamboja. Menurut Riskesdas 2010, Perempuan muda di Indonesia dengan usia 10-14 tahun menikah sebanyak 0,2 persen atau lebih dari 22.000 wanita muda berusia 10-14 tahun di Indonesia sudah menikah. Jumlah dari perempuan muda berusia 15-19 tahun yang menikah lebih besar jika dibandingkan dengan laki-laki muda berusia 15-19 tahun (11,7 % perempuan dan 1,6 % laki-laki usia 15-19 tahun). Selain itu jumlah aborsi di Indonesia diperkirakan mencapai 2,3 juta pertahun. Sekitar 750.000 diantaranya dilakukan oleh remaja (BkkbN, 2011). Untuk mencapai target penurunan Angka Kematian Ibu (Milenium Development Goals), yakni 102 per 100 ribu pada 2015 menjadi semakin sulit untuk dicapai, akibat melonjaknya kasus pernikahan dini di Indonesia. Angka kematian ibu dan angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi salah satunya disebabkan usia ibu terlalu muda sehingga terjadi perdarahan atau abortus oleh karena anatomi tubuh anak belum siap untuk proses mengandung maupun melahirkan sehingga dapat terjadi komplikasi. Dari data UNPFA (2010) didapati 15-30% persalinan untuk usia dini dengan komplikasi kronik seperti kerusakan berupa kebocoran urin atau terdapatnya feses pada rongga vagina. Kerusakan organ kewanitaan tersebut rentan terjadi pada wanita usia kurang dari 20 tahun yang telah melakukan hubungan seksual. (Tribunnews, 2013). Penelitian Organisasi kemanusiaan Plan Indonesia pada April 2011 dilakukan di delapan kabupaten (Kabupaten Indramayu (Jawa Barat), Grobogan

dan Rembang (Jawa Tengah), Tabanan (Bali), Dompu (NTB), serta Timor Tengah Selatan, Sikka, dan Lembata (NTT) yang mengutamakan perlindungan dan pemberdayaan anak didapat data 33,5% anak usia 13-18 tahun pernah menikah dan rata-rata menikah pada usia 15-16 tahun(alfiah, 2011). Menurut BkkbN (2011) faktor yang mempengaruhi usia rata-rata usia menikah pertama perempuan adalah faktor sosial, ekonomi, budaya dan tempat tinggal (desa/kota). Beberapa ahli menyatakan bahwa pernikahan dini sering disebabkan oleh faktor ekonomi, pendidikan, faktor diri sendiri dan faktor orang tua (Puspitasari, 2009). Menurut Adiningsih dalam Pikiran Rakyat (2010), pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada remaja sangatlah minim, informasi yang kurang akurat dan benar tentang kesehatan reproduksi sehingga memaksa remaja untuk melakukan eksplorasi sendiri, baik melalui media (cetak dan elektronik) dan hubungan pertemanan, yang besar kemungkinannya justru salah. Ternyata sebagian besar remaja merasa tidak cukup nyaman curhat dengan orangtuanya, terutama bertanya seputar masalah seks. Oleh karena itu, remaja lebih suka,mencari tahu sendiri melalui sesama temannya dan menonton blue film. Selain itu pengetahuan tentang akibat pernikahan dini dan kesiapan secara fisik merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan pada pasangan yang menikah diusia muda terutama pihak wanitanya. Hal ini berkaitan dengan kehamilan dan proses melahirkan. Secara fisik, tubuh mereka belum siap untuk untuk melahirkan anak dan melahirkan karena tulang panggul mereka yang masih kecil sehingga membahayakan persalinan. Hal tersebut sangat mempengaruhi angka kematian ibu dan angka kematian bayi sebagai standart derajat kesehatan suatu negara.

Desa Mangkai Baru merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara. Desa Mangkai Baru terletak di daerah pedalaman yang letaknya diantarai oleh dua pabrik. Alat tranportasi sudah cukup memadai dengan jaringan komunikasi yang sudah cukup tersedia. Di Desa Mangkai Baru sendiri hingga saat ini pernikahan dini merupakan hal yang dianggap negatif oleh masyarakat setempat, setiap individu yang menikah di usia dini hampir selalu menjadi bahan perbincangan masyarakat. Meskipun demikian pernikahan dini masih tetap ada. Menurut data tahunan pemerintah daerah Desa Mangkai Baru Kabupaten Batubara, tercatat jumlah pernikahan remaja yang menikah di bawah usia 20 tahun pada 2012 sebanyak 25 orang, dari 23 orang di tahun 2011 dan pada awal Juni 2013 sebanyak 13 orang remaja telah menikah di bawah usia 20 tahun dan rata-rata menikah setelah lulus SMA ataupun sebelum lulus SMA. Juga pada saat dilakukakan survei awal pada Juli 2013 dari 10 orang remaja putri di Desa Mangkai Baru di dapat bahwa 70% mengenal beberapa orang yang menikah dini akibat hamil di luar nikah. Dari hasil wawancara dengan beberapa nara sumber, didapatkan informasi bahwa ada sebagian pasangan yang menikah dini disebabkan oleh faktor orangtua dan ekonomi. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti baik itu berupa observasi maupun wawancara dengan beberapa masyarakat Desa Mangkai Baru, peneliti menemukan bahwa sebagian warga yang menikah di usia remaja ada yang mengalami abortus dan KDRT. Dan mereka cenderung memisahkan diri dari lingkungan terutama dengan teman seusianya, dan ada yang tidak mampu merawat anaknya secara mandiri sehingga harus bergantung pada orangtua dan

mertuanya. Terjadinya pernikahan dini di Desa Mangkai Baru mempunyai dampak tidak baik kepada mereka yang telah melangsungkan pernikahan juga berdampak pada anak-anak yang dilahirkannya serta masing-masing keluarganya akan tetapi tidak semua pernikahan dini berdampak kurang baik bagi keluarga. Seringkali menikah dini dijadikan alasan untuk menghindari hal-hal yang dilarang baik asas agama maupu sosial di tengah gejolak pergaulan seperti saat ini. Alasan lain adalah pikiran bahwa dengan menikah muda, mereka akan masih sehat dan aktif berkarya di saat anak-anak mereka tumbuh besar yang membutuhkan biaya untuk keperluan pendidikan dan keperluan lainnya. Selain itu muncul pula alasan lain yang mengatakan bahwa nikah muda itu menyenangkan. Meskipun itu merupakan alasan dari pada terjerat dalam pergaulan bebas dan menghindari hamil di luar pernikahan. Dari fakta yang di dapat, dengan melihat dan menelaah bahwa mereka yang menikah muda akan lebih cenderung untuk mengalami kegagalan dalam rumah tangga mereka. Namun dalam alasan perceraian bukan karena alasan nikah muda, melainkan ekonomi dan lain sebagainya. Tetapi masalah tersebut tentu saja sebagai salah satu dampak dari pernikahan yang dilakukan tanpa kematangan usia dan psikologis. Dari data-data tentang pernikahan dini di Indonesia dan faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya, serta melihat fakta yang terjadi di Desa Mangkai Baru, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang apa yang dirasakan remaja putri setelah menikah melalui pendekatan kualitatif tentang pernikahan dini pada remaja putri yang telah menikah di Desa Mangkai Baru Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara.

1.2 Fokus Penelitian Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu dala latar belakang masalah serta dari pengamatan awal ditemukan fenomena-fenomena yang dipilih sebagai objek perhatian untuk dikaji secara ilmiah (Iskandar, 2013). Penelitian ini difokuskan pada pendekatan kualitatif tentang pernikahan dini pada remaja putri yang telah menikah dini di Desa Mangkai Baru Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang menyebabkan remaja putri melakukan pernikahan dini serta dampak yang dirasakan remaja putri yang telah menikah baik sosial maupun kesehatan akibat menikah di usia dini. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat merumuskan masalah penelitian yaitu masih dijumpai banyaknya kasus pernikahan yang dilakukan remaja pada usia dini sehingga ingin diketahui lebih lanjut tentang apa yang dirasakan remaja putri setelah menikah melalui pendekatan kualitatif tentang pernikahan dini pada remaja putri yang telah menikah di Desa Mangkai Baru Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara tahun 2014. 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui secara komprehensif tentang apa yang dirasakan oleh remaja putri yang telah menikah di Desa Mangkai Baru Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara tahun 2014.

1.4.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan remaja melakukan pernikahan dini pada remaja putri di Desa Mangkai Baru Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara tahun 2014. 2. Untuk mengetahui dampak pernikahan dini pada remaja putri yang telah menikah dini di Desa Mangkai Baru Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara tahun 2014. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya orangtua tentang pernikahan dini dan dampak dari pernikahan dini sehingga masyarakat dapat waspada dan membimbing anaknya terhadap perilaku dan pergaulan anaknya. Dan penelitian ini diharapkan dapat memberika kontribusi berupa masukan kepada para remaja tentang dampak negatif dari pernikahan dini dan sebagai pertimbangan kepada pasangan remaja yang ingin melaksanakan pernikahan dini. 2. Bagi Peneliti Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam melakukan penelitian, serta menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh dalam melaksanakan penelitian di lapangan.