BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peringkat pertama dari sederet kebutuhan lain. Setiap individu membutuhkan

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

The First Food Technology Undergraduate Program Outside of North America Approved by the Institute of Food Technologists (IFT)

Lampiran 1. Checklist Survei Pencantuman Label pada Produk Susu Formula dan Makanan Bayi

Menimbang : Mengingat :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Lembaga Pemberi Kode Halal Asing yang Disahkan Oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI)

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PERIZINAN PIRT (PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA)

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mengkonsumsi makanan sebagai kebutuhan pokok untuk

Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan

2016, No Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONEASIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

Mata Kuliah - Etika Periklanan-

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

a. bahwa salah satu tujuan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pangan adalah terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab;

BAB I PENDAHULUAN. yang terjangkau oleh daya beli masyarakat tercantum dalam UU no. 18, th Pangan yang aman merupakan faktor yang penting untuk

RAHASIA FORMULIR PENDAFTARAN PRODUK PANGAN

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PELABELAN. informasi verbal tentang produk atau penjualnya. 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. serealia, tepung atau pati (dari umbi dan kacang) dalam be ntuk krupuk,

PELABELAN DAN IKLAN PANGAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Advertisement of Nutrition Message in Food Product. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

PERATURAN KEMASAN DAN PEDOMAN UMUM PELABELAN. 31 Oktober

BAB III. A. Pasal 43 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu Dan Gizi Pangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Undang-undang Pangan No. 7/1996

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN TAKARAN SAJI PANGAN OLAHAN

KEBIJAKAN NASIONAL PENGATURAN IRTP DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG KEAMANAN PANGAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

Lampiran 1. Decision tree kelompok pelanggaran umum. A. Larangan Iklan Pangan Berkaitan dengan Penggunaan Kata-Kata atau Ilustrasi yang Berlebihan

2016, No Undang Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran Neg

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK N0M0R 382/MENKES/PER/VI/ 1989 TENTANG PENDAFTARAN MAKANAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

g. Pemeliharaan dan Program Higiene Sanitasi

TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat

PERATURAN DAN PELABELAN KEMASAN PANGAN. Disampaikan dalam : Diklat Teknis Desain Kemasan Produk Pangan bagi Penyuluh Perindustrian 2

Berikut adalah beberapa istilah dan definisi yang digunakan dalam Pedoman ini.

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh berbagai macam masalah. Menurut McCarl et al., (2001),

PELABELAN PANGAN. ALBINER SIAGIAN Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

TEKNOLOGI MANAJEMEN PENGEMASAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656]

tersebut dibanding produk lainnya (BPOM, 2005).

01.3 Susu kental dan analognya (plain) CPPB Krim yang digumpalkan (plain) CPPB Krim analog CPPB

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal.

BUPATI PURWOREJO PERATURAM BUPATI PURWOREJO NOMOR 49 TAHUN 2009

II. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN. A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Grup I- Label Pangan

PENGUATAN USAHA PRODUKSI KEMBANG GOYANG DI NGAMPIN AMBARAWA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG KATEGORI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, makanan harus baik, dan aman untuk dikonsumsi.

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan pangan menurut Indrasti (2004) adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi anak sekolah menurut World Health Organization (WHO) yaitu

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BAB III METODE PELAKSANAAN

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG

Perizinan BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan)

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TENTANG KETENTUAN POKOK PENGAWASAN PANGAN FUNGSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi yang berkualitas dapat diwujudkan apabila makanan yang. kesadaran terhadap pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman.

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mencermati Label dan Iklan Pangan. Purwiyatno Hariyadi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. seluruh penduduk Indonesia. Pemenuhan kebutuhan pangan harus dilakukan

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. 1. Makanan olahan cepat saji sosis dan nugget. Daging restrukturisasi (restructured meat) merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya struktur ekonomi yang seimbang dan kokoh yang meliputi aspek

d. bahwa masyarakat perlu dilindungi dari peredaran pangan yang tidak memenuhi ketentuan standar dan atau karakteristik dasar pangan;

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU PRODUSEN KERIPIK INDUSTRI RUMAH TANGGA DI TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG TENTANG LABEL MAKANAN TAHUN 2012

FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA. Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT. Penanggungjawab :

BAB I PENDAHULUAN. informasi tentang produk yang akan digunakan, informasi dapat didefenisikan

CARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA (IRT)

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Ringan Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang menurut Maslow menduduki peringkat pertama dari sederet kebutuhan lain. Setiap individu membutuhkan sejumlah makanan untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Oleh ekonom, makanan dijadikan indikator tingkat kesejahteraan masyarakat. Makanan merupakan bagian budaya yang sangat penting (Khomsan, 2003). Makanan ringan atau dikenal dengan sebutan snack food adalah makanan yang dikonsumsi selain atau antara waktu makan utama dalam sehari. Oleh karena itu, makanan ini biasa disebut snack yang berarti sesuatu yang dapat mengobati rasa lapar dan memberikan suplai energi yang cukup untuk tubuh (Anonim, 2007). Makanan ringan yang dimaksudkan adalah untuk menghilangkan rasa lapar seseorang sementara waktu dan dapat memberi sedikit suplai energi ke tubuh atau merupakan sesuatu yang dimakan untuk dinikmati rasanya. Produk yang termasuk dalam kategori makanan ringan menurut Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.00.05.52.4040 Tanggal 9 Oktober 2006 tentang kategori pangan adalah semua makanan ringan yang berbahan dasar kentang, umbi, serealia, tepung atau pati (dari umbi dan kacang) dalam bentuk keripik, kerupuk, jipang. Selain itu pangan olahan yang berbasis ikan (dalam bentuk kerupuk atau keripik) juga masuk kedalam kategori makanan ringan (Putri, 2011).

Dewasa ini makanan ringan sudah menjadi bagian yang tidak dapat ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari. Terutama kalangan anak-anak dan remaja. Muchtadi (1998) menyatakan bahwa snack merupakan makanan ringan yang dikonsumsi dalam waktu antara ketiga makanan utama dalam sehari. Jenis makanan ringan sangat beragam dilihat dari segi bentuk maupun cara pengolahan dan penyajiannya, seperti keripik singkong, keripik kentang. Selain itu makanan ringan juga bisa dibedakan menjadi dua macam berdasarkan bahan baku yang digunakannya. Kelompok pertama yaitu kelompok makanan ringan yang menggunakan satu bahan pecita rasa seperti garam, gula, dan bumbu lainnya. Kelompok kedua yaitu kelompok makanan ringan yang menggunakan bahan baku dan bahan tambahan lain yang dicampur untuk memperoleh produk yang mempunyai nilai gizi yang baik, daya cerna dan mutu fisik atau organoleptik yang lebih tinggi. Campuran dari beberapa sumber pati seperti gandum, jagung dan beras, bahkan dicampur pula dengan kacang-kacangan seperti kedelai dan lainnya. Makanan atau minuman yang dijual di tempat umum, terlebih dahulu telah dipersiapkan atau dimasak di tempat produksi, di rumah atau di tempat berjualan sehingga siap makan. Makanan ringan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Konsumsi makanan ringan diperkirakan akan terus meningkat, mengingat makin terbatasnya waktu anggota keluarga untuk mengolah makanan sendiri. Keunggulan makanan ringan adalah murah dan mudah didapat, serta cita rasanya enak dan cocok dengan selera kebanyakan orang (Putri, 2011).

2.2 Pelabelan Label merupakan informasi tentang produk yang melengkapi suatu kemasan yang berisi tulisan, tag, gambar, atau deskripsi lain yang tertulis, dicetak, distensile, diukir, dihias, atau dicantumkan dengan jalan apa pun, pemberian kesan yang melekat pada suatu wadah atau pengemas (Siagian, 2002). Label makanan merupakan tanda berupa tulisan, gambar, kombinasi keduanya atau bentuk pernyataan lain yang disertakan pada wadah atau pembungkus makanan, ditempelkan pada produk sebagai keterangan atau penjelasan tentang makanan dan sebagai petunjuk keamanan makanan tersebut. Label makanan harus mencantumkan nilai gizi yaitu nilai gizi makanan yang diperkaya, nilai gizi makanan diet serta makanan lain yang ditetapkan oleh menteri kesehatan yang mencakup jumlah energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral atau kadar komposisi tertentu. Tulisan pada label makanan seharusnya mengikuti kaidah serta peraturan yang telah ditetapkan (Ardhi, 2012). Adapun tujuan dari pelabelan secara garis besar adalah memberi informasi tentang isi produk yang diberi label tanpa harus membuka kemasan, berfungsi sebagai sarana komunikasi produsen kepada konsumen tentang hal-hal yang perlu diketahui oleh konsumen tentang produk tersebut terutama hal-hal yang kasat mata atau tak diketahui secara fisik, memberi petunjuk yang tepat pada konsumen hingga diperoleh fungsi produk yang optimum, sarana periklanan bagi produsen dan memberi rasa aman bagi konsumen (Siagian, 2002). Mengingat label adalah alat penyampai informasi, sudah selayaknya informasi yang termuat pada label adalah sebenar-benarnya dan tidak menyesatkan. Hanya saja,

mengingat label juga berfungsi sebagai iklan, disamping sudah menjadi sifat manusia untuk mudah jatuh dalam kekhilafan dengan berbuat kecurangan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja, maka perlu dibuat rambu-rambu yang mengatur. Dengan adanya rambu-rambu ini diharapkan fungsi label dalam memberi rasa aman pada konsumen dapat tercapai. Berdasarkan Undang-Undang RI No.69 tahun 1999 tentang pasal 2 ayat 1, Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan ke dalam wilayah Indonesia pangan yang dikemas untuk diperdagangkan wajib mencantumkan label, didalam, dan atau di kemasan pangan. Pada pasal yang sama ayat 2 label memuat sekurangkurangnya keterangan mengenai nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih atau isi bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke wilayah Indonesia, keterangan tentang halal, tanggal, bulan, dan tahun kadaluwarsa (BPOM, 2003). Pelabelan ditulis berdasarkan pedoman yang meliputi kriteria penulisan yaitu : tulisan dengan huruf latin atau arab, ditulis dengan bahasa Indonesia dengan huruf latin atau arab, ditulis lengkap, jelas, mudah dibaca (ukuran huruf minimal 0,75 mm dan warna kontras), tidak boleh dicantumkan kata, tanda, gambar, dan sebagainya yang menyesatkan, tidak boleh dicantumkan referensi, nasihat, pertanyaan dari siapapun dengan tujuan menaikkan penjualan.

2.3 Informasi Pada Label Dalam pedoman umum pelabelan pangan yang diterbitkan oleh Badan POM tahun 2003, label pangan yang dihasilkan IRT harus memenuhi ketentuan Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan harus mencantumkan label sekurang-kurangnya adalah : 1. Nama Makanan/ Nama Produk Disamping nama makanan bisa dicantumkan nama dagang, ditulis menggunakan bahasa Indonesia. Nama produk pangan tidak boleh menyesatkan konsumen dan harus sesuai dengan pernyataan identitasnya misalnya mie telur tidak boleh digunakan untuk produk mie yang tidak mengandung telur. Produk yang telah memenuhi persyaratan tentang nama produk pangan yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) dapat mencantumkan nama produk tersebut. Namun bila nama produk belum ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia, produk pangan yang bersangkutan dapat menggunakan nama jenis sesuai kategori yang ditetapkan oleh Kepala Badan POM. 2. Komposisi atau Daftar Bahan Makanan Komposisi adalah keterangan mengenai jenis bahan apa saja yang digunakan dan ditambahkan dalam proses produksi pangan. Informasi ini dapat diletakkan pada bagian utama atau bagian informasi pada label pangan dengan tulisan yang jelas dan mudah dipahami. Keterangan tentang daftar bahan pada label sebagai komposisi secara berurutan dimulai dari bagian yang terbanyak, kecuali vitamin, mineral, dan zat penambah gizi lainnya. Bahan yang digunakan sebagaimana yang dimaksud

menggunakan nama yang lazim/umum digunakan. Bahan tambahan makanan cukup dicantumkan dengan nama golongan, misalnya anti kempal, pemutih dan seterusnya. 3. Berat Bersih atau Isi Bersih Berat bersih atau isi bersih adalah pernyataan pada label yang memberikan keterangan mengenai kuantitas atau jumlah produk makanan yang terdapat di dalam kemasan atau wadah. Pernyataan ini diletakkan pada bagian utama label dengan sebutan berat bersih untuk pangan padat, isi bersih untuk pangan cair. Untuk makanan semi padat atau kental dinyatakan dalam berat bersih/isi bersih. Penulisan berat bersih /isi bersih dinyatakan dalam satuan metric contohnya ; gram, kilogram. Berat bersih / isi bersih dihitung berdasarkan jumlah produk pangan dalam kemasan atau wadah tanpa menghitung berat kemasan, pengemas dan bahan pelapis lainnya. Untuk menentukan berat bersih, maka berat rata-rata kemasan kosong dan setiap bahan penutup, pelapis yang digunakan. 4. Nama dan Alamat Pihak Yang Memproduksi Keterangan ini harus mencantumkan nama dan alamat pihak yang memproduksi atau pengemas atau distributor. 5. Nomor Pendaftaran Nomor pendaftaran adalah tanda atau nomor yang diberikan oleh Dinkes Kesehatan merupakan persetujuan keamanan, mutu, dan gizi serta label pangan dalam rangka peredaran pangan.

6. Kode Produksi Kode produksi meliputi ; tanggal produksi dan angka atau huruf lain yang mencirikan ; batch, produksi. 7. Tanggal Kadaluwarsa Tanggal kadaluwarsa adalah batas akhir suatu makanan dijamin mutunya sepanjang penyimpanannya. Tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa wajib dicantumkan secara jelas pada label, dimana pencantuman tanggal kadaluwarsa dilakukan setelah pencantuman tulisan. Baik digunakan sebelum. Untuk jenis produk yang tidak memerlukan tanggal kadaluwarsa misalnya ; sayur dan buah segar,minuman beralkohol, vinegar/cuka, gula/sukrosa, Bahan Tambahan Makanan (BTM) dengan masa simpan lebih dari 18 bulan serta roti dan kue dengan masa simpan kurang atau sama dengan 24 jam. Tanggal kadaluwarsa memberikan informasi mengenai waktu dan tanggal yang menunjukkan suatu produk makanan masih memenuhi syarat mutu dan keamanan untuk dikonsumsi. Penulisan tanggal kadaluwarsa ini dilakukan oleh produsen atau pabrik yang memproduksi pangan tersebut. Cara pencantuman tanggal kadaluwarsa dan peringatannya adalah sebagai berikut : 1. Tanggal kadaluwarsa dinyatakan dalam tanggal, bulan, tahun, untuk pangan yang daya simpannya sampai 3 bulan. 2. Untuk yang lebih dari 3 bulan dinyatakan dalam bulan dan tahun. 3. Tanggal kadaluwarsa dicantumkan pada tempat yang jelas dan mudah terbaca, serta tidak mudah rusak atau terhapus.

2.4 Klaim Pada Label Pangan Klaim adalah segala bentuk uraian yang menyatakan, menyarankan atau secara tidak langsung menyatakan perihal karakteristik tertentu, suatu pangan yang berkenaan dengan asal usul, kandungan gizi, sifat, produksi, pengolahan, komposisi atau faktor mutu lainnya (BPOM, 2011). Klaim pada label pangan adalah pernyataan atau suatu gambaran yang menyatakan, menyarankan bahwa produk pangan mengandung zat dan manfaat tertentu atau bermanfaat terhadap kesehatan, contohnya pangan diet. Contoh pernyataan label pangan yang tidak benar adalah mie telur, namun kenyataannya mie tersebut tidak mengandung telur. Contoh lain yang menyesatkan konsumen adalah sosis daging segar, karena pernyataan segar hanya boleh digunakan untuk pangan yang tidak diproses, berasal dari satu ingredient dan menggambarkan pangan yang belum mengalami penurunan mutu secara keseluruhan. 2.4.1. Klaim Gizi Menurut Suryani (2001) yang dikutip oleh Furqon (2008) klaim gizi adalah pernyataan yang secara langsung maupun implisit yang menunjukkan kandungan zat gizi yang baik dalam pangan. Pangan yang menyatakan sebagai sumber suatu zat tersebut sedikitnya 10-19% dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan persaji. Bila pangan menyatakan tidak mengandung suatu zat gizi, misalnya natrium, lemak atau kolesterol, maka kandungan zat gizi tersebut harus dalam jumlah yang tidak bermakna sebagai zat gizi. Pangan yang secara alami tidak mengandung suatu zat gizi tidak perlu menyatakan tidak mengandung zat gizi tersebut.

2.4.2. Klaim Kesehatan Klaim kesehatan adalah pernyataan yang menunjukkan adanya hubungan antara zat gizi atau senyawa lain dalam produk pangan dan penyakit atau kondisi kesehatan lainnya. Namun perlu diingat bahwa produk pangan bukanlah obat, dan tidak boleh direpresentasikan sebagai obat. Produk pangan tidak boleh memberikan klaim bisa mengobati suatu penyakit (Hariyadi, 2005). Menurut Suryani (2001) yang dikutip oleh Forqon (2008) klaim kesehatan adalah klaim yang menyatakan hubungan pangan atau zat yang terkandung dalam pangan dengan kesehatan. Termasuk juga klaim membantu mengurangi resiko penyakit, dimana hubungan konsumsi pangan atau zat yang terkandung dalam pangan dengan pengurangan resiko berkembangnya suatu penyakit. Zat tersebut dapat berupa pangan atau komponen dalam pangan, termasuk vitamin, mineral, zat bioaktif atau lainnya. 2.5 Pedoman Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) Untuk memperlancar operasional pelaksanaan berbagai kegiatan khususnya di bidang Sertifikasi Pangan Produksi Industri Rumah Tangga (SPP-IRT), maka setiap penyelenggaraan sertifikasi produk pangan industri rumah tangga wajib menggunakan pedoman tata cara penyelenggaraan Sertifikasi Pangan Produksi Industri Rumah Tangga yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan penyelenggaraan PP-IRT dalam rangka : 1. Meningkatkan pengetahuan produsen dan karyawan tentang pengolahan pangan dan peraturan per-uu di bidang keamanan pangan.

2. Menumbuhkan kesadaran dan motivasi produsen dan karyawan tentang pentingnya pengolahan pangan yang hygienis dan tanggung jawab terhadap keamanan konsumen. 3. Meningkatkan daya saing dan kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan PP-IRT. Tata cara penyelenggaraan penyelenggaraan sertifikasi : 1. Pengajuan permohonan a. Permohonan SPP-IRT ditujukan kepada Pemda c.q. Kadinkeskab/kota. b. Permohonan tidak dipenuhi bila jenis produksi adalah susu dan hasil olahannya, daging, ikan, unggas, yang hasil olahannya yang memerlukan proses penyimpanan beku, pangan kaleng, pangan bayi, minuman beralkohol, air minum dalam kemasan (AMDK), pangan yang wajib SNI dan pangan yang ditetapkan Badan POM. 2. Pemohon wajib mengikuti penyuluhan keamanan pangan dan pemeriksaan sarana produksi. 3. Penyelenggaraan dan pelaksanaan penyuluhan keamanan pangan untuk SPP- IRT adalah Pemkab/kota c.q. Dinkeskabkot, yang dapat dilaksanakan bersama beberapa kab/kota. Tenaga penyuluh adalah yang telah mengikuti penyuluhan dan memiliki sertifikat penyuluh keamanan pangan yang dikeluarkan oleh Badan POM. Peserta penyuluhan adalah pemilik atau penjab PP-IRT yang lulus diberikan sertifikat penyuluhan keamanan pangan. 4. Pemeriksaan sarana produksi dilakukan oleh petugas yang berpredikat Sertifikasi Inspektur (yang dikeluarkan oleh Balai POM), pada Dinkeskab/kot

memeriksa sarana produki. Pemeriksaan haru sesuai dengan Pedoman Pemeriksaan Sarana Produksi PP-IRT (SK BPOM No HK.00.05.5.1641). 5. SPP-IRT a. Sertifikat penyuluhan keamanan pangan diberikan kepada peserta yang lulus (minimal nilai cukup = 60), minimal satu orang pada setiap PP-IRT. b. Penomoran SP-IRT Terdiri dari 3 kolom dengan 9 digit nomor, contoh : 123 / 4567/ 89 Keterangan 123 = no urut tenaga yang sudah memperoleh sertifikat di dinkeskab/kot yang bersangkutan. 4567 = propinsi dan kab/kota 89 = tahun penerbitan SPP-IRT. c. SPP-IRT diberikan kepada tenaga yang telah memiliki SKPK dan telah diperiksa sarananya minimal dengan kategori cukup (nilai 60), dan setiap sertifikat untuk satu jenis pangan produksi PP-IRT. Penomoran SPP-IRT terdiri dari 12 digit P-IRT No. 206737102025 Keterangan 2 = jenis kemasan plastik 06 = jenis pangan produk IRT, tepung dan hail olahannya 73 dan 71 = kode propinsi dank ode kab/kota.

02 = jenis pangan yang kedua memperoleh SPP-IRT dari PP-IRT yang bersanangkutan. 025 = no urut PP-IRT pada kab/kot setempat. 6. Pencabutan Dan Pembatalan SPP-IRT SPP-IRT dapat dicabut dan dibatalkan oleh Dinkeskab/kot apabila : pemilik / penjab melakukan pelanggaraan terhadap peraturan dibidang pangan, tidak sesuai nama dan alamat dengan SPP-IRT, produk pangan terbukti merugikan atau membahayakan kesehatan. 7. Sitem Pendataan dan Pelaporan Penyelenggaraan SPP-IRT harus dilaporkan Dinkeskab/kota kepada Balai POM setempat dengan tembusan Dinkes Propinsi. 2.6 Cara Produksi Pangan Yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT) Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB) merupakan salah satu faktor yang penting untuk memenuhi standar mutu atau persyaratan yang ditetapkan untuk pangan yang berskala kecil, sedang, maupun yang berskala besar. Melalui CPPB ini, industri pangan dapat menghasilkan pangan yang bermutu, layak dikonsumsi dan aman bagi kesehatan. Dengan menghasilkan pangan yang bermutu aman untuk dikonsumsi, kepercayaan masyarakat niscaya akan meningkat dan industri pangan yang bersangkutan akan berkembang pesat. Berkembangnya industri pangan yang menghasilkan pangan yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi, maka masyarakat pada umumnya akan terlindung dari penyimpangan mutu pangan dan bahaya yang mengancam kesehatan.

Tujuannya untuk mengarahkan produsen industri rumah tangga agar dapat meghasilkan produksi pangan yang baik. Untuk menghasilkan produk yang bermutu dan aman, proses produksi harus dikendalikan dengan benar.pengendalian proses pangan industri rumah tangga dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Penetapan spesifikasi bahan baku 2. Penetapan komposisi dan formulasi bahan 3. Penetapan cara produksi yang baku 4. Penetapan jenis, ukuran dan spesifikasi kemasan 5. Penetapan keterangan lengkap tentang produk yang akan dihasilkan termasuk nama produk, tanggal produksi, tanggal kadaluwarsa (BPOM, 2003). 2.7 Konsep Perilaku Kesehatan Perilaku dari pandangan biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri seperti berjalan, berbicara, bekerja dan lain-lain, bahkan kegiatan internal sendiri seperti berpikir. Dapat juga dikatakan bahwa perilaku itu adalah aktivitas organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung, seperti perilaku produsen keripik industri rumah tangga dalam menerapakan label makanan pada kemasan. Dimana tujuan pelabelan sangat penting bagi masyarakat untuk mengetahui informasi yang benar dan jelas tentang setiap produk yang akan dibeli (Notoatmodjo, 2003). Perilaku individu meliputi segala sesuatu yang menjadi pengetahuannya yang menjadi sikapnya dan yang bisa dilakukannya. Menurut Rakhmat (2001) yang dikutip

oleh hamonangan (2006) menyatakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dimilikinya serta dalam hal tertentu berupa materi. 2.7.1 Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Menurut Agustina (2002) yang dikutip oleh Hamonangan (2006) tingkat pengetahuan seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula dalam keadaan gizinya. Apabila pengetahuan akan keamanan pangan mereka tergolong rendah maka mustahil mereka dapat mengetahui secara sadar akan bahaya serta pengaruh-pengaruh negatif lainnya yang diakibatkan oleh konsumsi pangan. Pengetahuan tentang pelabelan merupakan hal yang sangat penting bagi produsen. Karena pemahaman dan pengetahuan produsen dalam hal label akan memberikan hasil produksi yang aman dikonsumsi oleh konsumen dan sebagai nilai jual akan lebih tinggi. Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih lama dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

2.7.2 Sikap (Attitude) Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespon (secara positif atau negatif) terhadap orang, obyek atau situasi tertentu. Sikap mengandung suatu penelitian emosional/afektif disamping itu komponen kognitif (pengetahuan tentang obyek itu) serta aspek konatif (kecenderungan bertindak) (Notoatmodjo, 2003). Dari hasil penelitian yang dilakukan Kiswanto (2004) terhadap 16 sampel makanan ringan hasil industri rumah tangga, produsen belum mencerminkan sikap yang baik dalam mencntumkan informasi label seperti ; tanggal kadaluwarsa, kode produksi, belum terdapat dalam kemasan. Fungsi sikap yaitu sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri, alat pengatur tingkah laku, alat pengatur pengalaman-pengalaman, pernyataan kepribadian.

2.7.3 Tindakan atau Praktek (Pratice) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkannya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Untuk menimbulkan tindakan, kita harus berhasil terlebih dahulu menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap utuk menumbuhkan hubungan yang baik (Notoatmodjo, 2003). Tindakan adalah kegiatan produsen memperhatikan label pada kemasan produk sebelum dijual atau dipasarkan. Menurut Hamonangan (2006 ) tindakan merupakan kemampuan seseorang untuk menggunakan apa yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Tindakan responden sangat erat kaitannya dengan sikap yang dimilikinya.

2.8 Kerangka Konsep Untuk melihat gambaran perilaku produsen keripik industri rumah tangga tentang label makanan disajikan dalam kerangka konsep dibawah ini : Pengetahuan Produsen Keripik Industri Rumah Tangga Tentang Label Makanan Sikap Produsen Keripik Industri Rumah Tangga Tentang Label Makanan Tindakan Produsen Keripik Industri Rumah Tangga Tentang Label Makanan Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Dari skema diatas dapat diihat bahwa pengetahuan, sikap dan tindakan produsen keripik industri rumah tangga saling berhubungan tentang label makanan.