Ranjau-Ranjau dan Kode Etik Jurnalis Online

dokumen-dokumen yang mirip
SOAL LATIHAN 2 - INTERNET. 1. Salah satu web browser yang mengakses web yang populer saat ini adalah A

Tatkala Multimedia Massa Kian Dekat ke Publiknya

Internet Semester Ganjil 2014 Fak. Teknik Jurusan Teknik Informatika.

BAB I PENDAHULUAN. penggunanya. Dengan munculnya internet, orang-orang semakin bebas berekspresi di

Pertemuan 3. PENGENALAN INTERNET Oleh : Julham Afandi

PENGENALAN INTERNET. Pertemuan X Konsep Internet Kegunaan Internet Sejarah Internet

MENGIDENTIFIKASI BEBERAPA LAYANAN INFORMASI YANG ADA DI INTERNET. Nama : Ilham Dimas K Kelas : IX-4 No : 15

Menguasai Internet I. Created by ALFITH,S.Pd,M.Pd Page 1

MENGAPA MEDIA SOSIAL. Selamat Datang di Era Generasi Y

Pengenalan Internet. Arrummaisha A

ETIKA PEMASARAN DAN PRODUKSI

#! Beragam peristiwa dan informasi yang diperoleh masyarakat tidak terlepas dari peranan suatu media massa dalam hubungannya dengan penyajian dan inte

Kebijakan Privasi (Privacy Policy)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Modul ke: Aplikasi Komputer. Pengantar Internet. Fakultas Teknik. Dian Anubhakti, M.Kom. Program Studi Teknik Arsitektur.

Berikut adalah 8 langkah perisai (proteksi) yang dapat dilakukan para orang tua untuk meminimalisasi peluang anak menjadi korban:

PENGENALAN INTERNET. INTERNET - INTERnational NETworking - INTERconnected NETworking

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: /PER/M/KOMINFO/2/ TAHUN 2010 TENTANG KONTEN MULTIMEDIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan informasi. Untuk mendapatkan dan menghasilkan informasi,

Alat Bahasa isyarat alat peraga gambar Bahasa verbal Teks (symbol atau huruf) Interaksi: Langsung Tidak langsung. sumber media tujuan

Bab I. Pendahuluan. Teknologi merupakan salah satu aspek yang sangat mempengaruhi kehidupan

Digital Marcomm. Karakteristik Media & Pemasaran Digital. Yani Pratomo, S.S, M.Si. Advertising & Marketing Communication.

BAB III INTERNET LABORATORIUM MANAJEMEN MENENGAH 30

15 Februari apa isi rpm konten

EFEKTIVITAS UNTUK PEMASARAN

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. tidak lepas dari media massa. Mulai dari membaca surat kabar, majalah,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

Working in Online Journalism News report Penulisan Online Standard Law and Ethics Bussines Online Journalism Journalism online di masa depan

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG

BAB III LANDASAN TEORI. Commerce merupakan bagian dari e-business, di mana cakupan e-business lebih

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dalam situasi yang kompetitif seperti saat ini. Banyak pelaku bisnis maupun

MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI (3 SKS) Oleh : Drs. Hardiyanto, M.Si

KARYA ILMIAH E-COMMERCE PEDOMAN dalam E-COMMERCE

BAB V PENUTUP 5.1. KESIMPULAN. Praktik jurnalisme kloning kini menjadi kian populer dan banyak

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB II KERANGKA TEORITIS. Kotler dan Amstrong (2004), Marketing adalah suatu proses sosial dan

Berikut adalah beberapa contoh data yang disimpan oleh TRAVIAN GAMES:

PRINSIP PRIVASI UNILEVER

LATIHAN SOAL UAS TIK GANJIL Pilihlah jawaban yang paling tepat dari soal di bawah ini dengan memberi tanda silang (x) pada lembar jawaban!!

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

PENULISAN BERITA TELEVISI

One Step Ahead 1 BELAJAR MEMBUAT BLOG. Seri Pelatihan IT

Selamat Datang di Modul Pelatihan Melindungi Privasi Anda.

BAB I PENDAHULUAN. jaringan digital, jangkauan global, interaktivitas, may to many communications,

Penerapan Digital Signature pada Dunia Internet

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

CONTOH SOAL SIMULASI DIGITAL SMK KELAS X SEMESTER GANJIL

BAB I PENDAHULUAN. dari beragam media yang cukup berperan adalah televisi. Dunia broadcasting

Internet Sehat dan Aman (INSAN)

Penggunaan Teknologi Komputer di Bidang Perbankan. Disusun Oleh : : M. Agus Munandar : P

WARGA. Muhammadun Sanomae 1/2/2018. Praktik Media Cetak: Piala Dunia 2014 di Brasil SEA Games 2007 di Thailand

BAB X INTERNET. Gambar Timeline Internet

Virtual Office Semester Ganjil 2014 Fak. Teknik Jurusan Teknik Informatika.

WEB BROWSER World Wide Web WWW SEARCH ENGINE Mesin pencari

SMK-TI TRAINING AND CERTIFICATION APLIKASI INTERNET ISI. Aplikasi Internet Modul 2. Team Training SMK TI 27

INTERNET. INTERconnected NETworking. INTERnational NETworking

TENTANG KEBIJAKAN TEKNOLOGI INFORMASI DI UNIVERSITAS INDONESIA REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA

Aplikasi Web. Jaringan Komputer. Hubungan antara dua komputer atau lebih yang ditujukan untuk berbagi informasi atau berbagi perangkat keras

Manfaat Internet Bagi Dunia Bisnis

INTERNET DASAR DEFINISI INTERNET

SURAT ELEKTRONIK. Surat Elektronik. Mengirim.

Internet dan World Wide Web

Internet, Intranet, Ekstranet

PRIVASI DALAM KEBEBASAN INFORMASI

BAB II ANALISIS MASALAH

ARTIKEL WEBSITE A. PENGERTIAN WEBSITE ATAU SITUS.

TEKNOLOGI KOMUNIKASI

BAB II LANDASAN TEORI

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAHAN MATERI KELAS 9 INTERNET

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Pelaksanaan tugas jabatan notaris harus berpedoman pada kaidah hukum dan

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Radio merupakan salah satu media massa elektronik yang fungsinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari

Internet. Internet dapat diarekan sebagai jaringan komputer luas dan besar yang mendunia,

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas, yaitu media baru atau yang lebih dikenal dengan media online.

APLIKASI INTERNET UNTUK BISNIS

Ancaman UU ITE terhadap Pengguna Media Sosial

Hendry Ch Bangun Wakil Pemred Warta Kota Sekolah Jurnalisme Indonesia 2012

Media Siber. Imam Wahyudi Anggota Dewan Pers

APLIKASI PENCARIAN PASIEN, DOKTER, KAMAR PADA RUMAH SAKIT BERBASIS WEB MENGGUNAKAN MULTI DBMS

Intellectual Property Rights and Ethics. Dahlia Widhyaestoeti, S.Kom dahlia74march.wordpress.com

Tujuan Pembangunan Jaringan Komputer. mengantarkan informasi secara tepat dan akurat dari sisi pengirim ke sisi penerima

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sejarah peradaban manusia menunjukkan, jurnalistik dan teknologi selalu

MENGENAL WEB BLOG. A. Pengertian Web Blog

BAB 3 GAMBARAN UMUM SISTEM INFORMASI YANG SEDANG BERJALAN. Keberadaan Departemen Komunikasi dan Informatika (DepKementrian

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 12 TAHUN 2009 TENTANG

INTERNET SEBAGAI TOOL

BAB III LANDASAN TEORI. Menurut Wahana Komputer (2005 : 7) Short Message Service yang lebih

BAB I BAB 1 PENDAHULUAN

1. Browsing. 1.1 Sejarah Internet

Kode etik bisnis Direvisi Februari 2017

Transkripsi:

Ranjau-Ranjau dan Kode Etik Jurnalis Online Oleh Priyambodo RH (disampaikan dalam Lokakarya Kode Etik Jurnalistik untuk Praktisi Media di Lembaga Pers Dr. Soetomo/LPDS dan Dewan Pers, Jakarta, 6 Mei 2008) Wartawan bukanlah Pahlawan. Wartawan lebih tepat sebagai pencatat sejarah, yang dalam tugasnya seringkali mengabadikan kegiatan dan sosok kepahlawanan. Jagat kewartawanan yang senantiasa memperjuangkan hadirnya makna bagi khalayaknya sulit melepaskan jargon menyajikan berita secara cepat, akurat dan lengkap, sehingga menjadi bernilai penting. Daya upaya menyajikan berita secara cepat, akurat dan lengkap itu pula yang secara kasat mata membuat antar-media massa dan jurnalisnya saling bersaing. Bersaing meningkatkan kinerja Sumber Daya Manusia (SDM) atau brainware dan sarana kerjanya, baik di sisi pengadaan sekaligus pemanfaatan hasil Teknologi Informasi (TI) terkini. Di bidang TI, pihak media massa bersaing pula memanfaatkan piranti keras (hardware) maupun piranti lunak (software) komputer yang berkembang berbasis web Internet (web based). Sejalan perkembangan dan penemuan terbaru di bidang TI, maka banyak pengelola media massa yang agaknya terjebak menempatkan pilihan utama untuk berada di posisi terpenting dengan menyajikan berita tercepat, terakurat dan terlengkap dengan mengutamakan pengadaan hardware server, komputer pribadi/pc (Personal Computer), komputer jinjing/laptop, dan jaringan Internet maupun software sistem operasi komputer (OS/Operating System) dan aplikasi pendukungnya sebagai prioritas utama. Jurnalis (wartawan/redaktur) dalam hal ini sering kali ditempatkan dalam posisi orang yang mengawaki mesin, sehingga ada kalanya pendidikan berkelanjutan terhadap mereka terabaikan dibanding dengan pengadaan peralatan atau sarana kerjanya. Padahal, pengelola media massa pada akhirnya juga harus menyadari bahwa brainware terutama wartawan/redaktur tetaplah menjadi faktor penentu meraih kepentingan manajemen media massa yang mengutamakan penyajian berita bermakna bagi khalayaknya. Sementara itu, tidak sedikit wartawan/redaktur yang juga terjebak semakin sering memanfaatkan hasil temuan TI, terutama dalam memanfaatkan Internet. Apalagi, Internet kehadirannya semakin menjadi sarana kerja utama bagi wartawan di semua karakter media massa, yakni media massa cetak (pers), elektronik (radio dan televisi), dan multimedia massa (portal berita). Bila ditelisik lebih jauh, maka wartawan untuk setiap karakter media massa memiliki kesamaan dalam sistem pemberitaannya, yakni selalu menjalani proses bersinambungan

untuk mencari, menulis, menyunting, mempublikasikan hingga mengevaluasi berita (Gathering Editing Supervising Evaluating/GEDE). Hanya saja, mereka masingmasing memiliki kinerja dengan produk akhir berbeda kemasan sesuai karakter medianya. Internet pun semakin menjadi salah satu sarana kerja yang diperlukan oleh wartawan untuk menyampaikan berita bermakna penting yang tercepat, terakurat dan terlengkap bagi khalayaknya. Ranjau-Ranjau Jurnalis Online Dalam sejumlah literatur maupun diskusi di kalangan jurnalis, maka istilah jurnalis online atau wartawan ber-internet (cyber-journalist) lebih sering dikategorikan menjadi tiga kelompok besar, yakni: 1. Jurnalis yang memanfaatkan Internet sebagai salah satu sarana kerja, 2. Jurnalis yang bertugas di redaksi online (portal berita) dari media massa yang berbasis cetak dan atau elektronik, 3. Jurnalis yang bekerja di multimedia massa hanya berbasis portal berita. Istilah cyberspace awalnya diperkenalkan oleh William Gibson dalam buku berjudul Neuromancer pada 1984 guna menjelaskan dunia maya bermesin tiga dimensi seperti senyatanya (Virtual Reality/VR), dan pada gilirannya menyentuh hasil temuan TI yang mampu membentuk jejaring komputer sejagat, yakni Internet. Internet memiliki banyak kegunaan, namun fasilitas yang sering dimanfaatkan berupa Electronic Mail (e-mail), Mailing List (mailist atau e-mail groups), World Wide Web (WWW), File Transfer Protocol (FTP), Internet Relay Chat (IRC), Netsearch atau Search Engine. Pada awalnya, produsen piranti lunak komputer menyediakan aplikasi terpisah untuk masing-masing fasilitas tersebut, namun pada gilirannya pengguna Internet dapat menggunakan semua fasilitas tersebut di dalam satu aplikasi web based. Jurnalis termasuk profesi yang paling banyak diuntungkan dengan kemajuan temuan TI. Namun demikian, mereka sangat dimungkinkan menghadapi ranjau-ranjau yang bertebaran saat memanfaatkan fasilitas yang ada di Internet, antara lain: -. Spam dan junk e-mail, yakni masuknya banyak e-mail ke kotak surat masuk (inbox) lantaran jurnalis sering melakukan kunjungan (browsing) ke banyak laman (situs Internet) dan berkorespondensi ke banyak pihak yang secara tidak sengaja diintip oleh pihak-pihak tertentu yang ingin mempromosikan produk tertentu tanpa meminta izin pemilik e-mail. Namun, pengguna Internet dapat mencegah masalah ini dengan mengaktifkan fungsi anti-spam dan anti-junkmail yang terdapat di bagian pengaturan (setting) aplikasi e- mail yang digunakan, dan biasanya terdapat di fitur pemilihan tambahan pengaturan (options).

-. Mailing list atau e-mail groups sebagai sumber informasi utama. Jurnalis pada umumnya menjadi anggota forum diskusi di mailing list atau e-mail groups tertentu sesuai minat dan bidang tertentu, yang pada gilirannya sering mendapatkan informasi mulai dari sekadar rumors dan gosip sampai dengan bocoran dokumen penting berkaitan dengan kasus menyangkut kepentingan umum. Jurnalis yang notabene bernaluri/berhidung berita (sense/nose of news) tentunya tidak akan menyia-nyiakan adanya info penting yang beredar di mailing list atau e- mail groups. Hanya saja, mereka bila tidak hati-hati atau terlalu bernafsu mengejar kecepatan dan eksklusivitas berita dapat terperangkap dalam ranjau menyangkut cara mendapatkan informasi dasar. Oleh karena, anggota mailing list atau e-mail groups sejatinya memiliki sejumlah aturan main (rules), yang antara lain menerapkan kaidah bahwa informasi apa pun yang beredar di lingkungan tersebut bersifat hanya untuk diketahui anggota atau bukan untuk konsumsi umum. Jika ada jurnalis yang ingin mengambil informasi dasar dari mailing list atau e-mail groups, maka selayaknya ia pun menerapkan etika yang sangat baku dan dijunjung tingi dalam profesi jurnalistik, yakni temukan faktanya dan lakukan pengujian ulang atau silang (check and recheck atau cross check) ke sejumlah nara sumber yang berkredibilitas sekaligus berkapabilitas. -. Berselancar di World Wide Web (WWW). Sebagaimana kebiasaan pengguna lain Internet, maka jurnalis termasuk yang paling sering berselancar di Internet untuk memanfaatkan berbagai informasi, bahkan menggunakan sejumlah informasi yang tersebar di berbagai laman sebagai acuan peliputannya. Pada kenyataannya, tidak sedikit jurnalis yang secara sadar maupun tidak sadar memiliki kebiasaan sekadar menjadi tukang cuplik (copy and paste journalist) yang pada gilirannya bakal menumpulkan kemampuan menciptakan berita bermakna bagi publiknya. Padahal, setiap jurnalis harus tetap menyadari bahwa fakta terbaik bukanlah di balik layar komputer, tetapi mendapatkan atau mengujinya kembali di lapangan. -. Bertukar dokumen melalui File Transfer Protocol (FTP) atau sisipan surat elektronik (e-mail attachment). Dalam menjalankan profesinya, jurnalis sering mengirimkan dan menerima dokumen memanfaatkan fasilitas FTP ataupun e-mail attachment, terutama bagi kalangan jurnalis foto/kamera yang mengirimkan dokumen beresolusi tinggi dan kapasitas besar. Jika menerapkan salah satu fasilitas Internet tersebut, maka para jurnalis ada baiknya memeriksa kembali apakah dokumen yang dikirim sudah tepat tujuannya atau diterima dari pihak yang dikenalnya. Selain itu, ada baiknya dokumen yang dikirimkan terlebih dulu dikunci (password) menggunakan aplikasi tambahan tertentu guna lebih menjamin keamanan/kerahasiaan, terutama yang menyangkut dokumen berizin publikasi secara hukum (copyright). Ada baiknya pula menggunakan password berkategori keamanan tertinggi dengan memanfaatkan perpaduan huruf besar dan kecil, serta angka. Misalnya, lebih baik menggunakan password b460n6 daripada bagong.

Hal semacam ini menjadi sangat penting manakala jurnalis menggunakan aplikasi e- mail attachment bebas bayar, karena ada kecenderungan dari pihak penyedia jasa layanan e-mail gratis melakukan pengintaian terselubung terhadap pelanggannya. Bahkan, ada penyedia jasa layanan e-mail gratis yang kemudian hari menyebarkan kembali isi e-mail dan attachment-nya secara terpisah maupun bersamaan. Kasus semacam ini semakin sering terjadi, dan pihak penyedia jasa layanan e-mail gratis biasanya berkilah bahwa ada kesalahan teknis, dan celakanya pengguna Internet termasuk kalangan jurnalis sering mengabaikan ketentuan dan syarat berlaku (terms and conditions). -. Berkomunikasi melalui Internet Relay Chat (IRC) atau Internet Messenger (IM). Sejalan dengan kemajuan TI, terutama berkaitan dengan kecepatan akses Internet, maka semakin banyak pengguna Internet memanfaatkan fasilitas IRC atau IM, yang lebih sering disebut chat atau chatting. Bahkan, semakin banyak pula jurnalis yang berwawancara menggunakan IRC atau IM (interview chatting) dengan nara sumbernya, layaknya wawancara bertelepon, untuk mengejar kecepatan sekaligus eksklusivitas pemberitaan. Tatkala melakukan interview chatting, maka jurnalis harulah tetap waspada guna menghindari ranjau bahwa pada kenyataannya termanipulasi mewawancarai orang yang salah. Bukan tidak mungkin sang nara sumber justru diwakili oleh pihak lain yang diberinya wewenang melakukan interview chatting dengan jurnalis. Dalam hal ini, jurnalis haruslah memanfaatkan faktor kedekatan dengan nara sumbernya secara cerdas dan profesional. Bakal lebih celaka lagi bilamana ada di antara kedua pihak (jurnalis dan atau nara sumber) chatting di warung Internet (Internet café) yang kode akses mereka setidaktidaknya user name dan password saat masuk (log-in) ke fasilitas IRC atau IM terlupa untuk perintah keluar (log-out). Selain itu, fasilitas IRC dan IM yang dilayani secara gratis sama sekali tidak menjamin keamanan informasinya tersebar (atau tersebarkan) kembali, karena penyedia jasa layanan aplikasi Internet secara gratis banyak memanfaatkan aplikasi lainnya untuk tujuan promosi cuma-cuma ke pelanggan mereka. -. Mencari sekaligus mengonfirmasi informasi menggunakan mesin pencari data (Netsearch atau Search Engine). Fasilitas Netsearch atau Search Engine kini semakin popular di Internet, bahkan Google, perusahaan penyedian jasa layanan pencarian informasi secara online, dalam beberapa tahun terakhir ini senantiasa berada di peringkat atas yang digunakan para peselancar di dunia maya. Selain itu, Yahoo!, Altavista dan MSN termasuk netsearch/search engine yang populer di kalangan peselancar di dunia maya. Internet salah satu fungsinya adalah database online tanpa batas lantaran setiap saat memiliki informasi terkini. Hal inilah yang menjadi kelebihan dari fasilitas netsearch/search engine. Namun demikian, jurnalis yang senantiasa mengejar aktualitas informasi perlu waspada dalam memanfaatkan informasi menggunakan netsearch/search engine karena begitu banyaknya informasi tersajikan untuk satu pokok bahasan.

Dengan semakin banyaknya informasi, maka di satu sisi membuka peluang bagi jurnalis untuk memperoleh bahan berita. Di sisi lain, jurnalis justru bisa terjebak mendapatkan dan mengembangkan informasi kelas sampah. Oleh karena itu, jurnalis harus tetap mengutamakan mekanisme check & recheck, mencantumkan alamat laman yang dikutip secara komplit, kemudian jangan melupakan kaidah dasar pemberitaan yang memadukan fakta, data dan para nara sumber. Jika memperhatikan kecenderungan semakin cepat bertumbuh dan berkembangnya fasilitas sekaligus funsgi Internet, maka jurnalis ibarat menghadapi dua sisi mata uang dalam memanfaatkannya. Satu sisi kemudahan untuk mengembangkan pemberitaanya, dan di sisi kedua harus senantiasa waspada untuk tidak menggampangkan sistem GEDE (Gathering-Editing-Distributing-Evaluating) berita bermakna. Layaknya profesi apa pun, maka jurnalis juga perlu waspada dengan ranjau-ranjau profesionalisme yang diistilahkan penyalahgunaan dan penggunasalahan kinerjanya. Apalagi, bagi jurnalis ber-internet (cyber-journalist). Penyalahgunaan biasanya berkaitan langsung dengan memanfaatkan hal tertentu sebut saja, penyebaran berita di Internet yang sejak awal bertujuan mencapai maksud-maksud tertentu di luar etika profesi, misalnya jurnalis membuat berita untuk menyebarkan kebencian, dan menganggu ketertiban umum. Sementara itu, penggunasalahan sangat dapat dimungkinkan lantaran adanya kelalaian yang berdampak merugikan kepentingan pihak tertentu, contohnya jurnalis dengan kebiasaan copy and paste informasi di Internet membuat berita yang keliru lantaran salah menangkap makna. Kode Perilaku Jurnalis Online Jurnalis dan Internet agaknya dapat diibaratkan prajurit yang mendapatkan senjata yang tepat. Jurnalis dan Internet juga bisa dipersamakan dengan tukang yang mendapatkan alat kerja yang serba guna. Oleh karena itu, jurnalis perlu menyadari bahwa Internet adalah alat, sehingga janganlah justru diperalat. Bahkan, Jurnalis dan Internet secara fungsi dapat dikatakan memiliki ideologi yang sama, yakni mengutamakan kebebasan berinformasi. Namun demikian, kalangan praktisi dan organisasi jurnalis baik organisasi profesinya, perusahaannya maupun kependidikannya sejak mulai lahir hingga menguatnya kecenderungan cyber-journalist pada medio 1990-an --yang ditandai dengan pemanfaatan Internet dalam proses pemberitaan, sehingga hadir sebutan multimedia massa (mass multimedia) dan konvergensi (convergence) sudah membuka wacana mengenai Kode Perilaku (code of conduct) Jurnalis Online. Nicholas Johnson (njohnson@inav.net), mantan Komisioner Komisi Komunikasi Amerika Serikat (AS) dan penulis buku How to Talk Back to Your Television Set yang juga Dosen Ilmu Hukum di Iowa College of Law (AS), dalam kertas kerjanya untuk

Konferensi Internasional di Pusat Jurnalisme Warsawa, Polandia, pada 11-12 Oktober 1997 memberikan catatan bahwa ada hal mendasar menyangkut kasus jurnalisme ber- Internet (Journalism in Cyberspace atau Cyber-journalism) yang hampir sama dengan kasus dalam jurnalisme cetak dan dan elektronik, antara lain menyangkut: -.menyerang kepentingan individu, pencemaran nama baik, pembunuhan karakter/reputasi seseorang, -.menyebarkan kebencian, rasialis, dan mempertentangkan ajaran agama, -.menyebarkan hal-hal tidak bermoral, mengabaikan kaidah kepatutan menyangkut seksual yang menyinggung perasaan umum, dan perundungan seksual terhadap anakanak, -.menerapkan kecurangan dan tidak jujur, termasuk menyampaikan promosi/iklan palsu, -.melanggar dan mengabaikan hak cipta (copyright) dan Hak Atas Karya Intelektual (HAKI, atau Intelectual Property Right/IPR). Selanjutnya, Johnson mencatat pula kecenderungan kasus khusus dalam cyberjournalism, seperti: -.azas tuntutan hukum, karena cakupan penyebaran berita di Internet dan sistem kinerja cyberjournalism bersifat lintas batas kewilayah negara, -.ketentuan hukum menyangkut jurnalis dan perusahaan multimedia massa yang cenderung menerapkan kinerja lintas negara, -.ketentuan pajak lintas negara, karena kecenderungan ekonomi global juga mempengaruhi kinerja cyberjournalism, terutama menyangkut proses transaksi jual beli hak cipta atas berita. Johnson saat itu juga sudah khawatir terhadap keterlibatan aparat negara/pemerintahan yang sangat dimungkinkan membungkam kebebasan berekspresi kalangan cyberjournalist melalui sejumlah aturan yang mengekang dari sisi pembatasan teknis melalui penyedia jasa layanan Internet (Internet Service Provider/ISP), perusahaan pengembang sistem operasi dan aplikasi komputer, serta lembaga negara yang berwenang di bidang perizinan teknis menyangkut pengadaan piranti keras maupun lunak infrasuktur Internet. Sementara itu, Cuny Graduate School of Journalism yang didukung Knight Foundation melalui lamannya di http://www.kcnn.org mencatat 10 langkah utama bagi cyberjournalist termasuk kalangan citizen journalist dan blogger-- supaya terhindar dari masalah hukum, yakni: 1. Periksa dan periksa ulang fakta, 2. Jangan gunakan informasi tanpa sumber yang jelas. 3. Perhatikan kaidah hukum, 4. Pertimbangkan setiap pendapat, 5. Utarakan rahasia secara selektif, 6. Hati-hati terhadap apa yang diutarakan, 7. Pelajari batas daya ingat,

8. Jangan lakukan pelecehan, 9. Hindari konflik kepentingan, 10. Peduli nasehat hukum. Prinsip-prinsip berperilaku dan beretika bagi cyberjournalist juga dikumandangkan oleh Poynter (http://www.poynter.org), salah satu organisasi di AS yang menjadi acuan kalangan cyberjournalist lantaran senantiasa membuka wacana untuk pengembangan cyberjournalism dengan melibatkan kalangan pakar dan praktisi multimedia massa sedunia. Poynter senantiasa mengingatkan kalangan cyberjournalist untuk menelaah perkembangan Internet lantaran secara langsung mempengaruhi perilaku dan aturan main di abad digital. Selain itu, jurnalis ber-internet dituntut untuk lebih memperhatikan kecenderungan aktual menyangkut kredibilitas dan akurasi, tranparansi dan multimedia massa, serta harus waspada terhadap kecepatan penyampaian berita yang seimbang dengan kapasitas akurasinya. Beberapa hal utama yang ditekankan Poynter menyangkut profesi jurnalis dan organisasi multimedia massa adalah sebagai berikut: -.Integritas keredaksian, karena hal ini sangat penting untuk menjaga kepercayaan publik sekaligus menjaga kredibilitas, -.Keterbukaan komunikasi di kalangan redaksi dengan pemasaran dalam organisasi multimedia massa, sehingga dapat memanfaatkan peluang ekonomi guna meraih keuntungan dari kecenderungan pertumbuhan bisnis di Internet, -.Riset pasar dan menentukan ukuran berbisnis menjadi salah satu alat penting dalam menentukan arah kebijakan/panduan mengembangkan bisnis isi berita (content), dan bermanfaat untuk menjaga keseimbangan mendapatkan keuntungan sekaligus memberikan pelayanan informasi ke publik, -.Pengalaman konsumen menjadi hal utama, sehingga perlu senantiasa mengevaluasi berbagai model promosi/iklan guna mengetahui keinginan publik yang secara signifikan perlu diperhatikan organisasi multimedia massa. Berkaitan dengan sistem pemberitaan yang dijalankan jurnalis sebagai bagian organisasi multimedia massa, maka Poynter juga memberikan sejumlah pertanyaan guna dicari pemecahannya, yakni: -.Bagaimana menanggani koreksi? -.Bagaimana menangani kaitan antar-laman (links)? -.Bagaimana cara menyajikan berita yang bermakna? Dan, bagaimana pula memaparkannya, bila ada kemungkinan menimbulkan konflik terhadap para pihak di publiknya? -.Bagaimana menerapkan kebijakan penyuntingan, termasuk menetapkan layak siar, dan sejauh mana hal ini diperlukan? -.Sejauh mana publik peduli terhadap nilai-nilai yang mempengaruhinya atas dasar pemberitaan yang dipublikasikan?

-.Apa saja nilai manfaat dari pemberitaan yang dilakukan jurnalis secara anonim atau menyembunyikan yang dikembangkan multimedia massa? (catatan: hal ini juga berlaku sebaliknya lantaran semakin berkembang kecenderungan media online mencantumkan nama jurnalis dan alamat e-mail mereka dalam berita/laporan jurnalistiknya) -.Standar apa saja yang harus diterapkan organisasi multimedia massa dalam menyiapkan hingga penyebaran bahan berita audio-visual secara online? Bagaimana pilihan aplikasi teknologinya? Serangkaian pertanyaan tersebut bertujuan, agar pengelola multimedia massa memahami benar mekanisme kinerjanya, karena sistem semacam itu sangat mempengaruhi perilaku bagi SDM-nya, terutama para jurnalis. Selain itu, media massa ber-internet (cyber-media) juga memiliki karakter yang sama dengan media massa lainnya, yaitu tidak luput dari kemungkinan melakukan kesalahan yang harus segera ditanggulangi. Kecenderungan Akhir Berbagai produk TI juga tidak dapat dipungkiri sangat mempengaruhi bisnis multimedia massa, yang sekaligus menciptakan kecenderungan perilaku baru di kalangan jurnalis. Web 2.0 adalah salah satu contoh aktualnya. Aplikasi berbasis web di Internet ini pada prinsipnya membuka peluang cyber-media membuka interaksi lebih luas dengan publiknya. Dengan kata lain, cyberjournalist semakin memiliki kedekatan dengan publiknya. Berita apa pun yang dipublikasikan cyber-media dapat segera ditanggapi publiknya. Bahkan, publik dimungkinkan saling berinteraksi mulai dari sekadar memberikan komentar atas berita yang tersaji sampai dengan mengaitkannya (link) ke komunitas blog. Ini semua dikelola cyber-media dengan memanfaatkan aplikasi Web 2.0, sehingga perilaku cyberjournalist pun harus lebih interaktif dengan publiknya. British Broadcasting Corp. (BBC), cyber-media dari Kerajaan Inggris yang bermula dari radio siaran, pada medio April 2008 juga memutuskan untuk menerapkan sistem kerja keredaksian yang multi-platform. Peter Horrocks selaku Kepala Pemberitaan BBC mengungkapkan, pada minggu terakhir April 2008 pihaknya secara total menerapkan konsep baru dalam pengembangan manajemen maupun kinerja jurnalisnya. Konsep tersebut, katanya, menjadi satu langkah besar BBC untuk lebih berdaya upaya memadukan pemberitaan untuk semua jenis media massa (multimedia massa). Satu hal dari ini semua secara signifikan membuat penghematan, dan kami dapat menabung lebih banyak. Kami memperkenalkan sejumlah aturan multimedia, tetapi sebagaimana semua orang dapat mengembangkan keterampilannya di bidang multimedia dan sekali lagi kami mengembangkan cara untuk meningkatkan kinerja yang kesemuanya dapat bekerja secara bersama secara sangat efektif, kata Horrocks.

BBC dalam proyeknya itu menghabiskan biaya mencapai sekira 555.000 pounsterling, termasuk untuk membuat logo baru dan sejumlah promosi memperkenalkan kinerja aktualnya. Namun, sebagaimana dijelaskan Horrocks, organisasi multimedia massa tersebut bakal lebih efisien dan efektif sekaligus meraih keuntungan secara finansial. Hal lain yang tidak kalah pentingnya, BBC secara manajemen umum, terutama jurnalisnya-- semakin mendekatkan diri secara interaktif ke publiknya. Apalagi, BBC selama ini sukses menjadi media massa berbasis radio siaran yang berkembang secara signifikan menjadi multimedia massa berbasis web Internet mampu menyajikan siaran televisi, dan database online terkini. BBC tidak sendirian untuk lebih dekat dengan publiknya, karena sejumlah organisasi multimedia massa transnasional juga melakukan hal yang sama. Kantor berita Reuters pun dengan dukungan teknis dari Nokia perusahaan elektronik, yang produk telepon seluler (ponsel)-nya masih merajai pasar dunia-- telah mengembangkannya dalam kemasan yang mereka sebut sebagai Mobile Journalism (MoJo). Jurnalis di Reuters, yang menerapkan sistem MoJo, menerapkan perilaku dapat menjalankan kinerja pemberitaannya secara bergerak (mobile), tanpa dibatasi ruang dan waktu bekerja selama ada akses Internet, termasuk yang nirkabel (wireless). Hal semacam ini juga sudah diterapkan tentunya dalam kapasitas kemampuan organisasi masing-masing oleh sejumlah media massa di Indonesia, yang antara lain ditandai dengan berubahnya tampilan portal berita mereka dilengkapi kanal komunitas blog dan kanal televisi berbasis protokol Internet (Internet Protocol Television/IPTV) layaknya YouTube (http://www.youtube.com). Sementara itu, perusahaan penyedia jasa telepon/data selular (cellular provider) di Indonesia dewasa ini ada yang segera menerapkan sistem mobile cellular advertising (mobile ads) sekaligus On Device Portal (ODP). Mobile Ads sangat jelas bermanfaat sebagai sarana beriklan/promosi melalui ponsel. Sedangkan, ODP dapat diterjemahkan sebagai aplikasi memindahkan fungsi web Internet dari PC/laptop ke ponsel dengan berbagai manfaat tambahan, antara lain memantau kegiatan secara geografis menggunakan peta digital online, mengirim/menerima e-mail seketika (real time), mengunggah/mengunduh (upload/downlad) isi berita termasuk prakiraan cuaca-- sesuka hati, dan percakapan tatap muka melalui ponsel. Semua aktivitas menggunakan ODP dapat direkam atau didokumentasikan. ODP menjadi mainan baru sekaligus tantangan bagi organisasi (multi)-media massa dalam menjalankan sistem keredaksian dan pemasarannya. Oleh karena, ODP yang mengandalkan teknologi selular generasi ketiga dan ketiga-setengah (3G & 3,5G), serta dikembangkan pertama kali oleh perusahaan aplikasi komputer Virtuser bertujuan mendukung konvergensi multimedia massa yang dikembangkan sejak 2001. Salah satu tantangan nyata bagi organisasi (multi)-media massa dengan kehadiran Mobile Ads dan ODP yang sudah diawali penyebaran isi berita melalui sistem protokol aplikasi nirkabel (Wireless Application Protocol/WAP) dan Value Added Services (VAS) di ponsel adalah semakin banyaknya penyedia jasa isi berita (Content Provider/CP) yang

bukanlah organisasi pers cetak, elektronik dan portal berita. CP menjual produknya yang justru kebanyakan mereka peroleh/beli dari organisasi pers cetak dan elektronik menjalankan bisnisnya sebagai perpanjangan tangan cellular provider. Dengan kata lain, SDM pengembangan isi berita di CP bukanlah (atau sulit disebut) jurnalis sekalipun beberapa di antara mereka adalah mantan jurnalis atau masih mengantongi kartu pers lantaran kinerja mereka lebih banyak sebagai pemaket data, informasi dan berita untuk didistribusikan ke publik melalui pihak cellular provider. Di sinilah perilaku dan kode etik jurnalistik dapat dikatakan berada di labirin abu-abu. Secara terpisah, ranah jurnalisme warga (citizen-journalism) dan blog juga semakin diramaikan dengan sistem kerja yang diberi nama Create Your Own News (Crayon). Konsep idealisnya adalah semua orang dapat menjadi wartawan. Menghadapi kecenderungan semacam ini, maka suka tidak suka dan mau tidak mau para jurnalis dituntut lebih berperilaku profesional dengan menjunjung kode etiknya, agar profesinya tetap bermakna bagi publiknya. (*) Priyambodo RH priya3rh@yahoo.com priya3rh@gmail.com http://cyberjournalism.wordpress.com. 2001 - : -.Redaktur ANTARA Multimdia Gateway, Jakarta -.Pengajar Galeri Foto Jurnalistik ANTARA, Jakarta -.Pengajar Universidade Independente (UnI), Lisabon-Portugal. 2000-2001 : -. Kepala LKBN ANTARA Biro Eropa di Brussel, Belgia. 1999-2000 : -. Kepala LKBN ANTARA Biro Lisabon, Portugal. 1997-1998: -. Konsultan Pengembangan Web Direktorat Jenderal Pembinaan Pers dan Grafika (Ditjen PPG), Departemen Penerangan RI -. Konsultan Pengembangan Web Komisi Kebudayaan & Informasi (COCI), ASEAN Secretariat - http://www.aseansec.org. 1996 - : -.Pengajar Lembaga Pendidikan Jurnalistik Dr. Soetomo (LPDS), Jakarta -.Pengajar Lembaga Pendidikan Jurnalistik ANTARA (LPJA), Jakarta. 1996-1999 : -.Kepala Biro Kerjasama Internasional LKBN ANTARA -.Kepala Bagian Evaluasi dan Pengembangan LKBN ANTARA -.Pengajar Universitas Indonesia Esa Unggul (IEU), Jakarta. 1995 : -.Pendidikan Spesialis Jurnalisme Lingkungan Hidup dan Jurnalisme Online di International Institute for Journalism (IIJ) di Berlin, Jerman. 1993 - : -.Redaktur Pelaksana II WartaBumi/EarthWire, LKBN ANTARA- UNESCO. 1993-1996 : -. Wakil Kepala Meja Sunting Spektrum, Redaksi Berkala LKBN ANTARA. 1992 - : -.Staf Meja Sunting Spektrum LKBN ANTARA. 1989-1992 : -.Wartawan LKBN ANTARA Biro Surabaya. 1985-1989 : -. Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Massa - Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa AWS, Surabaya, Jawa Timur). Keluarga: -. Ayah tiga putri -Marchia Kalyanitta, Maytha Indrayani Kalyanitta dan Decira Indrayani Kalyanitta- dari pernikahan dengan ATS Ernawati.-.