BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang serba konsumtif, orang tua lupa mengajak anakanaknya. untuk hidup hemat, apalagi menabung. Alih-alih mengajak anak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Valent Pelangi Gadinasyin, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

A. LATAR BELAKANG PENCIPTAAN

MENSIASATI BIAYA PENDIDIKAN Oleh: Mike Rini

4 Hal Sebelum Memberi Uang Saku

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya. Bahkan pakar atau orang-oang bijak yang berpendapat bahwa

BAB I PENDAHULUAN. budi pekerti selalu di ajarkan, namun seiring berkembangnya jaman nilai-nilai budi

BAB I PENDAHULUAN. SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur 5-10 tahun. Selain itu dongeng juga

BAB 2 DATA DAN ANALISA

seorang guru mampu memahami kebutuhan anak yang disesuaikan dengan usia perkembangan umurnya. Perkembangan tersebut dapat dideskripsikan sebagaimana

STRATEGI ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KEBIASAAN ANAK UNTUK RAJIN MENABUNG (Studi Kasus pada Orang Tua Siswa di SD Al-Furqan Jember)

BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI RA NURUSSIBYAN RANDUGARUT TUGU SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Sosiolog dari Universitas Indonesia Ida Ruwaida Noor yang dikutip dalam situs

2014 S TUDI DES KRIPTIF MENGENAI PERILAKU KONS UMS I MAS YARAKAT DI KELURAHAN S EKEJATI KOTA BANDUNG

BAB IV ANALISIS TENTANG IMPLEMENTASI METODE CERITA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sepanjang hayat (long life learning). Kegiatan membaca

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

2015 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan. Masyarakat dituntut untuk

MENANAMKAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN PADA ANAK

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU MENUMBUHKAN KESADARAN BERINFAK. SISWA MTs MA HADUL MUTA ALLIMIN SIDOREJO COMAL KABUPATEN PEMALANG

BAB I. PENDAHULUAN. Dalam pendidikan IPS terdapat lima tradisi social studies, yakni: (1) IPS sebagai

BAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui. yang lebih lanjut.(yamin & Jamilah, 2012: 1)

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara, maka dari itu pertumbuhan ini sangat penting

SASTRA ANAK SEBAGAI WAHANA MENINGKATKAN KEBERAKSARAAN DAN BUDAYA LITERASI ANAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. up, dan lainnya. Selain model dan warna yang menarik, harga produk fashion

Dongeng Sebagai Media Edukatif bagi Kepribadian Anak

HUBUNGAN MINAT MEMBACA KOMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA SMA S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa yang lebih baik pendidikan anak anak harus diperhatikan. Tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (2012) bahwasannya dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi dan

PENANAMAN NILAI MORAL MELALUI METODE BERCERITA DI RAUDHATUL ATHFAL RAUDHATUL ISLAH MARGOSARI PAGELARAN UTARA PRINGSEWU

Kelola Keuangan dengan Benar sejak Muda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Ia memiliki dunia dan karakteristik sendiri yang jauh berbeda dari orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. besarnya tingkat konsumsi masyarakat sehingga menimbulkan penambahan dari sisi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan dasar yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Seri Berkoperasi: MENCARI PELUANG PENGHASILAN TAMBAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua

BAB I PENDAHULUAN. seseorang harus mempunyai perencanaan keuangan yang baik dalam pendapatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni prosa (fiksi), puisi, dan

STIKOM SURABAYA BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Banyaknya masyarakat miskin di Indonesia menjadikan Indonesia negara

Seri Berkoperasi: MENGUBAH MINDSET PENGELOLAAN KEUANGAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari bantuan dan mengadakan interaksi sosial.

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Christensen (Seniati, 2009) desain penelitian adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Anak pada zaman sekarang umumnya lebih banyak menghabiskan waktu

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK MELALUI BERCERITA DENGAN HAND PUPPET PADA KELOMPOK B DI TK CEMPAKA MUSUK BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan program pendidikan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PERANAN METODE BERCERITA DALAM MENGEMBANGKAN NILAI-NILAI MORAL PADA ANAK DI KELOMPOK B2 TK PERTIWI PALU ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. lahir sampai dengan usia enam tahun. Pemberian rangsangan pendidikan tersebut

LONCENG NATAL BERBUNYI. Ditulis oleh Peter Purwanegara Rabu, 29 April :16

Perencanaan Keuangan untuk USIA 20 an Kelola Keuangan dengan Benar sejak Muda

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Pendidikan Taman Kanak-Kanak memiliki peran yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. orang. Manfaat bagi kegiatan setiap orang yakni, dapat mengakomodasi

BAB I PENDAHULUAN. pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masa anak usia dini disebut juga masa awal kanak-kanak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tepat dalam pembentukan kepribadian serta karakter anak. Masa usia dini 0-6

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan terus berkembang sejak manusia mengenal peradaban

BAB IV PEMBAHASAN. Minat bisa terbentuk dan berkembang karena pengaruh dan pembawaan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai dalam tugas akhir ini adalah Pembuatan film

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masa peka dalam perkembangan aspek berpikir logis anak. Usia 4-6 tahun

Bantu Anak Belajar Menulis

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum seorang praktisi Public Relations memiliki tugas untuk

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

2014 MENINGKATKAN KEPERCAYAAN D IRI ANAK MELALUI KEGIATAN PANGGUNG BONEKA NUSANTARA

Menganalisis Metode Pembelajaran Dongeng

Aspek Internal Karyawan

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Berdasarkan penelitian Benyamin S. Bloon (1992)


BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini tumbuh dan berkembang lebih pesat dan fundamental pada awalawal

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan keterampilan berbahasa siswa. Keterampilan berbahasa tersebut

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS II PADA MATERI MENCERITAKAN KEMBALI ISI DONGENG YANG DIDENGARKAN MELALUI KEGIATAN KOMIDI PUTAR DISKUSI

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat. Hal ini terjadi adanya kemajuan dalam tehnologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pada zaman yang serba konsumtif, orang tua lupa mengajak anakanaknya untuk hidup hemat, apalagi menabung. Alih-alih mengajak anak menabung, orangtua sendiri terkadang lupa diri bila sudah berada di mal (Wardhani, 2008). Tawaran diskon atau voucher membuat mereka segera merogoh dompet tanpa berpikir apakah barang yang dibeli benar-benar dibutuhkan. Gaya hidup konsumtif semacam ini semakin dimudahkan dengan kartu kredit. Bank merangsang pemilik kartu kredit terus menggesek kartunya dengan iming-iming poin. Semakin gencar berbelanja, semakin banyak poin didapat, dan semakin mahal nilai hadiahnya. Di tengah iming-iming yang serba menarik hati, orangtua harus bekerja ekstra keras untuk menarik anakanak agar tidak masuk dalam pusaran arus konsumerisme. Orang tua dengan sekuat hati mengajarkan pola perilaku tentang menabung. Ada yang berhasil, namun banyak juga yang berakhir dengan kegagalan dalam mengajari anak perilaku menabung. Sebenarnya banyak orang dewasa tidak tahu cara menangani uang dengan benar karena ketika masih kanak-kanak mereka jarang atau tidak diperkenalkan dengan uang. Orang tua mereka yang melakukan semua kegiatan mulai dari berbelanja sampai menabung untuk anak. Sedangkan

anak, jarang sekali diberikan kesempatan untuk mempelajari persoalan uang, padahal selama kehidupan tentunya seorang anak juga tidak akan terpisahkan dengan masalah uang (Wardhani, 2008). Sebagai orang tua, jika ingin anak-anak tumbuh besar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab secara finansial, menurut Wardhani (2008), memang harus membiarkan anak sering menangani atau berinteraksi dengan uang. Pelajaran seperti ini akan membantu anak-anak dalam mengembangkan pemahaman yang jauh lebih menyeluruh mengenai uang dan cara mengelolanya dengan benar, misalnya dengan perilaku menabung. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), menabung adalah kegiatan menyimpan uang (di celengan, pos, bank, dsb). Menabung juga bukanlah kata yang asing lagi ditelinga kita, hampir semua orang tahu tentang menabung. Namun yang menjadi masalah adalah kebiasaan menabung itu sendiri. Memang kata menabung selalu terngiang di telinga kita, tetapi tetap saja perilaku menabung bukan menjadi kebiasaan kita, walau memang ada sebagian orang yang gemar menabung, namun menabung terbukti sangat sulit diterapkan (Wardhani, 2008). Menabung pada anak merupakan sebuah tindakan preventif guna mencegah perilaku hidup boros dan menjadi konsumtif nantinya (Rini, 2006). Cara menabung tradisional dengan celengan misalnya, merupakan langkah awal yang mudah buat orang tua dalam mengajarkan hal positif kepada anak dalam mengelola keuangannya. Cara ini akan melatih mereka senantiasa

tidak bergaya hidup boros. Jika ini diterapkan sejak kecil, kelak anak akan terbiasa hingga dewasa. Perilaku menabung merupakan suatu sikap yang sangat positif, dimana di dalamnya tersimpan makna yang luar biasa, yaitu sikap menahan diri dan jujur (Penny, 2008). Dengan diterapkannya perilaku menabung sejak usia dini, maka perilaku ini akan terbawa hingga dewasa nanti. Menurut Yasta (2009), cara menanamkan kebiasaan menabung memang berbedabeda, tergantung usia anak. Pada anak yang belum bersekolah atau masih TK, sulit dilakukan hanya dengan memberi pengertian bahwa tidak semua yang dinginkan bisa didapatkan. Pada anak usia ini juga tidak bijaksana jika orang tua memberikan uang begitu saja tanpa diajarkan tentang cara seharusnya uang itu disimpan atau ditabung. Anak-anak yang tidak terbiasa menabung, biasanya akan selalu menghabiskan uang yang diberikan, karena hal yang paling penting dalam mendidik anak usia TK adalah keteladanan dari lingkungan. Cara terbaik dalam mengajarkan kebiasaan menabung pada anak adalah tidak serta merta langsung disuruh dan diperintahkan. Orang tua dapat memberikan teladan atau contoh perilaku menabung yang kemudian dapat ditiru oleh anak. Contoh perilaku atau teladan ini dapat dilakukan oleh orang tua sendiri, atau dengan bantuan media lain yang mampu untuk menyampaikan pesan moral dan nilai tentang menabung. Menurut Yasta (2009), cara dengan bantuan media cerita dongeng dan boneka merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan anak tentang menabung. Anak

tidak merasa dipaksa untuk menabung, sebaliknya anak melakukannya dengan sukarela karena meniru perilaku dari boneka yang menjadi tokoh dalam cerita. Hal ini dapat membuat anak lebih fokus dalam menerima pelajaran yang disampaikan, sehingga perilaku menabung dapat diterima dengan cepat, dan dapat dipraktekan sehari-hari. Sejalan dengan Yasta (2009), menurut Penny (2008), banyak cara yang bisa dilakukan agar anak tertarik dan memperhatikan akan perilaku menabung yang kita terapkan. Untuk mengajarkan konsep menabung pada anak, haruslah dilakukan dengan menyenangkan. Salah satunya adalah dengan media dongeng boneka. Metode dongeng boneka dapat menarik perhatian anak-anak, karena anak anak diceritakan sebuah cerita tentang menabung yang di wakili oleh tokoh tokoh boneka yang mengajarkan nilai tentang menabung. Dongeng boneka adalah suatu kisah yang di angkat dari pemikiran fiktif ataupun kisah nyata yang menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan mahluk lainnya (Olivia, 2005). Dongeng boneka juga merupakan dunia khayalan dan imajinasi, dari pemikiran seseorang. Terkadang kisah dongeng boneka bisa membawa pendengarnya terhanyut kedalam dunia fantasi, tergantung bagaimana cara penyampaian dongeng tersebut dan pesan moral yang disampaikan (Olivia, 2005). Dongeng boneka sebenarnya mirip dengan panggung boneka atau puppet show, hanya saja dalam dongeng boneka, cerita disampaikan dengan sederhana tanpa latar panggung dan lainnya,

hanya ada pendongeng dan beberapa boneka sebagai media. Pendongeng juga bisa siapa saja, misalnya guru, orang tua, atau orang lain yang mampu untuk bercerita dongeng dan memiliki boneka. Dalam dongeng boneka, boneka tersebut nantinya berperan sebagai tokoh dalam cerita dan berfungsi untuk menyampaikan pesan moral yang ada dalam cerita dongeng. Berdasar hal diatas, dalam penelitian yang menguji hubungan dua variabel ini yaitu, tentang pengaruh dongeng boneka terhadap frekuensi perilaku menabung pada murid taman kanak kanak. Peneliti menggunakan subjek anak usia TK karena peneliti ingin melihat seberapa signifikan pengaruh metode dongeng boneka sebagai media dalam menyampaikan nilai pesan moral perilaku menabung. Peneliti juga menggunakan dongeng boneka sebagai media bantu karena dongeng boneka dapat bercerita tentang tokoh tokoh yang menjadi teladan bagi anak, sehingga anak mencontoh perilaku menabung nantinya. 1.2. Identifikasi Masalah Metode dongeng boneka terbukti sangat baik dalam mengajari dan merubah perilaku anak terhadap sesuatu hal. Dengan media ini orang tua atau guru lebih mudah dalam menyampaikan pelajaran serta membentuk perilaku terhadap anak (Penny, 2008). Namun yang terjadi adalah, metode ini jarang sekali dipakai orang tua dan guru dalam menerapkan kebiasaan menabung. Sebaliknya, orang tua dan guru hanya menyuruh dan memerintah anak untuk menabung, hal inilah yang membuat anak merasa dipaksa untuk

menabung dan ketika anak merasa dipaksa maka perilaku menabung itu tidaklah lagi menjadi suatu hal yang menyenangkan. Akibatnya anak tidak lagi mau melakukan perilaku menabung. 1. 3. Rumusan Masalah Adakah pengaruh dongeng boneka tentang menabung terhadap frekuensi perilaku menabung pada anak usia TK? 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan adanya penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh dongeng boneka tentang menabung terhadap perilaku frekuensi menabung pada anak usia TK. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa signifikan pengaruh dongeng boneka sebagai salah satu metode dalam menerapkan perilaku menabung pada anak usia TK. Bagi orang tua dan guru, metode dongeng boneka dapat menjadi sebuah media alternatif ang bisa membantu mereka dalam menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya perilaku menabung pada anak yang dimulai sejak dini. Bagi ilmu psikologi, penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan dan menerapkan teori psikologi pendidikan, khususnya pada anak terhadap dunia nyata. Penelitian ini juga diharapkan menjadi penjembatan dan mampu

membantu ilmuan psikologi ataupun praktisi psikologi anak dan pendidikan dalam melakukan intervensi dalam kehidupan sehari - hari.