Departemen Kesehatan Lingkungan. Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat dijelaskan di dalam Undang-Undang

: SHINTA DEWI PUTRI SINAGA NIM.

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

: FIANI RAHMADANI SIREGAR NIM.

commit to user BAB I PENDAHULUAN

GANGGUAN KESEHATAN PADA PEMULUNG DI TPA ALAK KOTA KUPANG. Health Problems of Scavengers at the Alak Landfill, Kupang City

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

HUBUNGAN TINGKAT KESEHATAN RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI DESA LABUHAN KECAMATAN LABUHAN BADAS KABUPATEN SUMBAWA

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula

ANALISIS KADAR CO dan NO 2 SERTA KELUHAN KESEHATAN PEDAGANG ASONGAN DI TERMINAL AMPLAS TAHUN 2014 SKRIPSI. Oleh : IRMAYANTI NIM.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan, saluran air kotor, tempat sampah, sumber air bersih, lampu jalan, lapangan tempat

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

ANALISIS KONSENTRASI GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012

3. METODE PENELITIAN

Efek Asap Bakaran Sate terhadap Kesehatan Pernapasan Penjual Sate yang Diukur dengan Peak Flow Meter di Kota Medan tahun 2012

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 2 MEI 2016 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. juga merupakan status lambang sosial (Keman, 2005). Perumahan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP RI No. 50 Tahun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

ANALISIS KONSENTRASI GAS AMMONIA (NH3) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Berapa penghasilan rata-rata keluarga perbulan? a. < Rp b. Rp Rp c. > Rp

PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN SIKUMANA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KONDISI SANITASI LINGKUNGAN DI KENAGARIAN BIDAR ALAM KECAMATAN SANGIR JUJUAN KABUPATEN SOLOK SELATAN JURNAL

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

tanah apabila melebihi kemampuan tanah dalam mencerna limbah akan

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Wilayah Kerja. Poowo, Poowo Barat, Talango, dan Toto Selatan.

BAB I PENDAHULUAN. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak

ABSTRAK. : Kondisi Rumah, Sanitasi Rumah, Perilaku Anggota Keluarga Merokok dan ISPA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan. Industri selalu diikuti masalah pencemaran

Kata Kunci : Sampah,Umur,Masa Kerja,lama paparan, Kapasitas Paru, tenaga kerja pengangkut sampah.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Hasil Analisa Bulan November Lokasi/Tahun Penelitian SO2 (µg/m 3 ) Pintu KIM 1 (2014) 37,45. Pintu KIM 1 (2015) 105,85

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PULAU BARRANG LOMPO KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Departemen Kesehatan Lingkungan. Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia Abstract

The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in Tambakrejo Health Center in Surabaya

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

Elaeis Noviani R *, Kiki Ramayana L. Tobing, Ita Tetriana A, Titik Istirokhatun. Abstrak. 1. Pendahuluan. 2. Dasar Teori Karbon Monoksida (CO)

BAB I PENDAHULUAN. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak

BAB III METODE PENELITIAN

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN KONDISI RUMAH DENGAN TUBERKULOSIS PARU BTA POSITIF DI PUSKESMAS KUNTI KABUPATEN PONOROGO

ABSTRAK. Utin Dewi Sri Aryani; 2016 Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr., M.Kes Pembimbing II : Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes.

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dalam upaya mencapai visi

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Tabumela Kecamatan Tilango

kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB IV METODE PENELITIAN. Berdasarkan jenisnya penelitian ini adalah penelitian

PENCEMARAN UDARA LELY RIAWATI, ST., MT.

Winni R.E. Tumanggor 1, Surya Dharma 2, Irnawati Marsaulina 3. Departemen Kesehatan Lingkungan

RUMAH DAN PERMUKIMAN TRADISIONAL YANG RAMAH LINGKUNGAN

Kata Kunci : Konstruksi Sumur Gali, Jarak Sumber Pencemar, Kualitas Mikrobiologis Air.

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran

1. Pendahuluan SANITASI LINGKUNGAN RUMAH DAN UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN PADA KAWASAN KUMUH KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK HUBUNGAN KADAR KARBON MONOKSIDA (CO) UDARA TERHADAP TINGKAT KEWASPADAAN PETUGAS PARKIR DI BERBAGAI JENIS TEMPAT PARKIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Desa Tunggulo wilayah kerja. Puskesmas Limboto barat Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab terjadinya hujan asam adalah senyawa Sulfur dan Nitrogen Oksida yang

berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara ambien di

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

PENGARUH JARAK ANTARA SUMUR DENGAN SUNGAI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR GALI DI DESA TALUMOPATU KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA KOMPONEN RUMAH DAN JARAK RUMAH TERHADAP KADAR SO 2 DALAM RUMAH DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH (TPA) NAMO BINTANG KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012 Shinta Dewi Putri Sinaga 1, Wirsal Hasan 2, Surya Dharma 2 1 Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Departemen Kesehatan Lingkungan 2 Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia email: shintadpsinaga@yahoo.co.id Abstract Relationship between the component of the house and the distance between house of SO 2 in the house around Namo Bintang final disposal waste Pancur Batu distric Deli Serdang regency in 2012. Final disposal waste has a very important function, but it potentially caused environment degradations. It is caused by a pile of garbage producing a variety of pollutans that could cause air pollution such as SO 2 (Sulfur dioxide), either inside or out side the house around landfill side.this research was an analytic survey with a cross-sectional study design and the population was entire houses locating in Dusun III Desa Baru. The sample size taken was 32 houses, drawn by simple random sampling method.the aim of this study was determine the relationship between the component of the house, and the distance between house of SO 2 in the house.the results showed that there wasn t relationship between the components that include ceiling, windows home, family and guest room windows, vents, and disposal facilities kitchen smoke while SO 2 levels, with p value = 0,848; 0,234; 0,081; 0,792; and 0,206. Construction of the walls of the house showed was relationship with SO 2 levels, with p =0,034. There was no relationship between the distance between home and SO 2 levels with p = 0,994. For that, it is needed an attention of the public and government to increase public knowledge about the components of a qualified home through health promotion and improvement of the components in order to avoid air pollution. Keywords : components home, distance, SO 2 (Sulfur dioxide) Pendahuluan Udara adalah penggabungan dari beberapa macam gas yang cenderung mengalami pencemaran, akan tetapi pada batas-batas tertentu alam mampu membersihkan udara dengan cara membentuk suatu keseimbangan ekosistem. Ketika pencemaran yang terjadi tidak mampu dibersihkan oleh alam sebagaimana biasanya maka pencemaran tersebut akan membahayakan kesehatan manusia dan memberikan dampak yang besar terhadap fauna, flora,dan ekosistem yang ada (Chandra, 2007). Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang. Ruang tempat mereka tinggal dalam upaya meningkatkan status dan kualitas hidupnya yaitu dengan mengolah sumber daya, baik itu sumber daya alam maupun sumber daya manusia itu sendiri (Nandi, 2005). Keterbatasan tempat tinggal di daerah perkotaan semakin meningkat dari waktu ke waktu. Pertumbuhan penduduk lebih cepat dibandingkan dengan ketersediaan lahan. Kondisi ini menyebabkan timbulnya permasalahan perumahan yang semakin rumit di perkotaan terutama masalah sanitasi yang kurang baik. 1

Tempat pembuangan akhir sampah mempunyai fungsi yang sangat penting, namun dapat menimbulkan dampak yaitu menurunnya kualitas lingkungan yang disebabkan karena tumpukan sampah menghasilkan berbagai polutan yang dapat menyebabkan pencemaran udara. Pemukiman yang ada disekitar TPAS sangat beresiko bagi kesehatan penghuninya. Pembusukan sampah akan menghasilkan antara lain gas metana (C ), gas amonia (N ), dan gas hidrogen sulfida ( S) yang bersifat racun bagi tubuh. Selain beracun S juga berbau busuk sehingga secara estetis tidak dapat diterima; jadi, penumpukan sampah yang membusuk tidak dapat dibenarkan (Soemirat, 2004). Tercemarnya udara disekitar TPAS menyebabkan kesehatan lingkungan terganggu, termasuk kualitas udara dalam rumah yang berada disekitar TPAS terutama meningkatnya penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Data dari Puskesmas Pancur Batu menyatakan bahwa penyakit ISPA dengan jumlah kasus sebanyak 15.093 berada diurutan pertama dari sepuluh penyakit terbanyak selama tahun 2009 (Siregar, 2011). Hasil penelitian kadar SO 2 di TPA Namo Bintang (Siregar, 2011), ditemukan ternyata kadar Sulfur dioksida (SO 2 ) melebihi syarat baku mutu udara ambien yang ditetapkan oleh PP 41 Tahun 1999 yaitu sebesar 1199,29 µg/ dengan syarat baku mutu udara ambien adalah sebesar 900 µg/ sedangkan kadar polutan yang lain belum melebihi syarat baku mutu ambien. Dari survei pendahuluan yang dilakukan di tempat pembuangan akhir sampah Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu diketahui bahwa TPA Namo Bintang berada dekat dengan perumahan penduduk. Lokasi TPA Namo Bintang yang berada disekitar perumahan penduduk sangat berpeluang menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan, diantaranya pencemaran udara di luar dan di dalam rumah. Hal ini kemungkinan bisa terjadi akibat pengolahan sampah di TPA Namo Bintang yang menggunakan sistem open dumping (penumpukan). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui apakah ada hubungan antara komponen rumah, dan jarak rumah terhadap kadar SO 2 dalam rumah disekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komponen rumah, dan jarak rumah terhadap kadar SO 2 dalam rumah, sedangkan tujuan khususnya adalah: 1. Mengetahui kualitas komponen rumah pada perumahan yang berada di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang. 2. Mengetahui jarak rumah dengan Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang. 3. Mengetahui kualitas fisik udara dalam rumah yang berada di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang 4. Mengetahui kadar SO 2 (Sulfur dalam rumah yang berada disekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang. 5. Mengetahui hubungan jarak rumah dengan kadar SO 2 (Sulfur dalam rumah disekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang. 6. Mengetahui hubungan komponen rumah (langit-langit, konstruksi dinding, jendela kamar, jendela ruang keluarga dan tamu, ventilasi dan sarana pembuangan asap dapur) dengan kadar SO 2 (Sulfur dalam rumah disekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang. 2

Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei bersifat analitik dengan rancangan penelitian crosssectional yaitu pendekatan yang bersifat sesaat pada suatu waktu dan tidak diikuti dalam kurun suatu waktu. Adapun alasan pemilihan lokasi tersebut sebagai tempat penelitian karena Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang adalah salah satu tempat pembungan akhir sampah terbesar di kota Medan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Siregar (2011), ditemukan kadar SO 2 (Sulfur di daerah TPA Namo Bintang melebihi syarat baku mutu udara ambien yang ditetapkan oleh PP 41 Tahun 1999 yaitu sebesar 1199,29 µg/ dengan syarat baku mutu udara ambien adalah sebesar 900 µg/ dan di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang banyak berdiri rumah-rumah penduduk. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-September tahun 2012. Objek penelitian ini adalah SO 2 (Sulfur dalam udara di rumah yang berada di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan cara penarikan sampel acak sederhana (Simple Random Sampling) yaitu dengan cara undi dengan jarak rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang adalah hingga radius 300 meter. Dengan besar sampel yaitu sebanyak 32 rumah. Data primer diperoleh dari hasil observasi, pengukuran jarak rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) dengan menggunakan GPS (Global Positioning System) Garmin Map 76CSx, pengukuran kadar SO 2 (Sulfur dalam rumah menggunakan spektrofotometer dengan metode pararosanilin, dan pengukuran kualitas fisik udara dalam rumah menggunakan alat pengukur suhu, kecepatan angin dan kelembaban udara. Lokasi pengukuran SO 2 (Sulfur dilakukan di dalam rumah yang berada di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang yang dilakukan pada 1 titik yaitu pada bagian ruang tamu/keluarga. Hasil observasi dan pengukuran akan dideskripsikan secara univariat dan dilakukan pengujian secara bivariat yaitu dengan menggunakan uji Anova dan T-test untuk mengetahui hubungan komponen rumah, dan jarak rumah dalam rumah di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang dengan kualitas udara yaitu kadar SO 2 (Sulfur. Hasil dan Pembahasan Hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk tidak memiliki langit-langit rumah (81,20%). Untuk konstruksi dinding rumah, ternyata ditemukan konstruksi dinding rumah yang terbuat dari susunan anyaman bambu dan susunan kayu yang rapat sebesar 33,40%. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan ditemukan rumah penduduk yang tidak memiliki jendela kamar tidur sebesar 9,38%. Sedangkan kondisi jendela ruang keluarga dan tamu penduduk ditemukan sebesar 6,25% yang tidak memiliki jendela ruang keluarga dan tamu. Pada ventilasi rumah, ternyata ada ditemukan rumah yang tidak memiliki ventilasi sebesar 9,38%. Sedangkan hasil observasi yang dilakukan pada sarana pembuangan asap dapur ditemukan sebesar 84,37% rumah yang tidak memiliki sarana pembuangan asap dapur. Karena di Dusun III Desa Baru masih banyak persyaratan yang belum dipenuhi maka besar kemungkinan pencemaran yang 3

dapat menurunkan kualitas udara akan meningkat. Pengukuran jarak rumah dari tempat pembuangan akhir sampah dilakukan dengan menggunakan bantuan alat GPS (Global Positioning System) Garmin 76 CSx. Hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel 1 berikut: Tabel 1. Distribusi Hasil Pengukuran Jarak Dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di Dusun III Desa Baru Jarak Dari TPA Standar Deviasi (m) Range (m) Dusun III 229,71 57,57 25-291 Tabel 1 menunjukkan rata-rata jarak antara rumah penduduk di Dusun III Desa baru dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang adalah pada jarak 229,71 meter. Sedangkan range jarak rumah dengan TPA Namo Bintang adalah 25-291 meter. Pengukuran kadar SO 2 (Sulfur dalam rumah dilakukan menggunakan spektrofotometer dengan metode pararosanilin. Hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel 2 berikut: Tabel 2. Pengukuran SO 2 (Sulfur Dalam di Dusun III Desa Baru Parameter Kimiawi Udara Dalam SO 2 (Sulfur Jumlah Sampel Range Hasil Pengukur an (ppm) Ratarata (m) Ratarata (ppm) 32 0,06-0,08 0,07 Tabel 2 menunjukkan bahwa kadar SO 2 dalam rumah terendah adalah sebesar 0,06 ppm sedangkan kadar SO 2 yang tertinggi adalah sebesar 0,08 ppm dengan rata-rata kadar SO 2 adalah sebesar 0,07 ppm. Jika dibandingkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan 1077 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang ternyata kadar SO 2 (Sulfur yang ditemukan dalam ruang rumah berada di bawah nilai ambang batas yang diperbolehkan, yakni 0,1 ppm. Hal ini disebabkan karena penghasil utama gas SO 2 adalah sepertiganya hasil dari pembakaran bahan bakar dan sepertiganya lagi adalah hasil aktivitas gunung berapi sedangkan hasil pembusukan sampah hanya menghasilkan sedikit gas SO 2. Selain itu, ada juga faktor lain yang mendukung dalam hal menghasilkan gas SO 2 dalam rumah yaitu perilaku merokok dalam ruang rumah dan penggunaan bahan bakar berupa kayu untuk memasak. Menurut Slamet (1994), Sulfur dioksida (SO 2 ) dikenal sebagai gas yang tidak berwarna bersifat iritan kuat terhadap kulit dan selaput lendir pada konsentarasi 6-12 ppm. Sulfur dioksida adalah senyawa yang mudah diserap oleh selaput lendir saluran pernafasan bagian atas (tidak lebih dalam dari larynx). Apabila kadar SO 2 semakin tinggi maka akan mengakibatkan peradangan yang hebat pada selaput lendir dan bila pemaparan terjadi berulang-ulang pada konsentrasi yang rendah (6-12 ppm) maka dapat menyebabkan terjadinya hyperplasia dan metaplasia sel-sel epitel (Soemirat, 2009). Komponen rumah seperti langit-langit atau plafon, konstruksi dinding, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga & ruang tamu, ventilasi, dan sarana pembuangan asap dapur adalah beberapa komponen rumah yang akan dihubungkan dengan kadar SO 2. ventilasi, dan sarana pembuangan asap dapur. menggunakan uji Anova untuk mengetahui hubungan antara langit-langit rumah dengan kadar SO 2 (Sulfur dalam rumah dapat dilihat pada tabel 3 berikut: 4

Tabel 3. Hubungan Langit-langit Dengan Kadar SO 2 Dalam di Dusun III Desa Baru Langit-langit n 1. Gipsum 3 0,0700 0,0026 2. Tripleks 3 0,0700 0,0026 3. Tidak Ada 26 0,0713 0,0033 F = 0,022 df = 2 p = 0,978 Tabel 3 menunjukkan bahwa kadar SO 2 (Sulfur rata-rata 3 rumah dengan kondisi langit-langit berupa gipsum adalah 0,0700, kadar SO 2 (Sulfur pada 3 rumah dengan kondisi langit-langit berupa tripleks adalah 0,0700, dan kadar SO 2 (Sulfur rata-rata 26 rumah dengan kondisi langit-langit rumah tidak ada adalah 0,0713. Berdasarkan hasil uji Anova diperoleh nilai p = 0,978, artinya Ho diterima yaitu tidak ada hubungan antara kadar SO 2 (Sulfur dengan kondisi langit-langit rumah penduduk di Dusun III Desa Baru tahun 2012. menggunakan uji Anova untuk mengetahui hubungan antara konstruksi dinding rumah dengan kadar SO 2 (Sulfur dalam rumah dapat dilihat pada tabel 4 berikut: Tabel 4. Hubungan Dinding Dengan Kadar SO 2 Dalam di Dusun III Desa Baru Dinding n 1. Tembok yang 18 dilapisi semen/diplester 0,0703 0,0019 2. Anyaman bambu 3 dan kayu yang 0,0770 0,0030 disusun rapat 3. Lainnya 11 0,0712 0,0032 F = 8,653 df = 2 p = 0,001 Tabel 4 menunjukkan bahwa kadar SO 2 (Sulfur rata-rata 18 rumah dengan kondisi dinding berupa tembok yang dilapisi semen/diplester adalah 0,0703, Tabel kadar SO 2 (Sulfur pada 3 rumah dengan kondisi dinding berupa anyaman bambu dan kayu yang disusun rapat adalah 0,0770, dan kadar SO 2 (Sulfur rata-rata 11 rumah dengan kondisi dinding lainnya yaitu berupa setengah dilapisi anyaman bambu dan setengah tembok yang dilapisi semen/diplester pada satu dinding adalah 0,0712. Berdasarkan hasil uji Anova diperoleh nilai p = 0,001, artinya Ho ditolak yaitu ada hubungan antara kadar SO 2 (Sulfur dengan kondisi dinding rumah penduduk di Dusun III Desa Baru tahun 2012. menggunakan uji T-test untuk mengetahui hubungan antara jendela kamar tidur rumah dengan kadar SO 2 (Sulfur dalam rumah dapat dilihat pada tabel 5 berikut: Tabel 5. Hubungan Jendela Kamar Tidur Dengan Kadar SO 2 Dalam di Dusun III Desa Baru Jendela Kamar Tidur N 1. Ada 29 0,0710 0,0031 2. Tidak Ada 3 0, 0733 0,0032 t = - 1,216 df = 30 p = 0,234 Tabel 5 menunjukkan kadar SO 2 (Sulfur rata-rata 29 rumah dengan kondisi ada jendela kamar tidur adalah 0,071, dan kadar SO 2 (Sulfur pada 3 rumah dengan kondisi tidak ada jendela kamar tidur adalah 0,073. Hasil analisa statistik yang menggunakan t-test diperoleh nilai p = 0,234 > 0,05 artinya Ho diterima yaitu tidak ada hubungan antara jendela kamar tidur terhadap kadar SO 2 dalam rumah penduduk Dusun III Desa Baru. menggunakan uji T-test untuk mengetahui hubungan antara langit-langit rumah dengan kadar SO 2 (Sulfur dalam rumah dapat dilihat pada tabel 6 berikut: 5

Tabel 6. Hubungan Jendela Ruang Keluarga Dan Tamu Dengan Kadar SO 2 Dalam di Dusun III Desa Baru Jendela Ruang Keluarga Dan Tamu N 1. Ada 30 0,0710 0,0027 2. Tidak Ada 2 0,0750 0,0070 t = -1,806 df = 30 p = 0,081 Tabel 6 menunjukkan kadar SO 2 (Sulfur rata-rata 30 rumah dengan kondisi ada jendela ruang keluarga dan tamu adalah 0,0710, dan kadar SO 2 (Sulfur pada 2 rumah dengan kondisi tidak ada jendela ruang keluarga dan tamu adalah 0,0750. Hasil analisa statistik yang menggunakan uji t-test diperoleh nilai p = 0,081 > 0,05 artinya Ho diterima yaitu tidak ada hubungan antara jendela ruang keluarga dan tamu terhadap kadar SO 2 dalam rumah penduduk Dusun III Desa Baru. menggunakan uji Anova untuk mengetahui hubungan antara ventilasi rumah dengan kadar SO 2 (Sulfur dalam rumah dapat dilihat pada tabel 7 berikut: Tabel 7. Hubungan Ventilasi Dengan Kadar SO 2 Dalam di Dusun III Desa Baru Ventilasi n 1. Ada (lebih dari 20% luas Lantai) 23 0,0710 0,0028 2. Ada (kurang dari 20% luas 6 0,0715 0,0026 Lantai) 3. Tidak Ada 3 0,0723 0,0068 F = 0,235 df = 2 p = 0,792 Tabel 7 menunjukkan kadar SO 2 (Sulfur rata-rata 23 rumah dengan kondisi ventilasi ada (lebih dari 20% luas lantai) adalah 0,0710, kadar SO 2 (Sulfur pada 6 rumah dengan kondisi ventilasi ada (kurang dari 20% luas lantai) adalah 0,0715, dan kadar SO 2 (Sulfur rata-rata 3 rumah dengan kondisi ventilasi tidak ada adalah 0,0723. Hasil uji Anova diperoleh nilai p = 0,792, artinya Ho diterima yaitu tidak ada hubungan antara kadar SO 2 (Sulfur dengan kondisi ventilasi rumah penduduk di Dusun III Desa Baru tahun 2012. menggunakan uji Anova untuk mengetahui hubungan sarana pembuangan asap rumah dengan kadar SO 2 (Sulfur dalam rumah dapat dilihat pada tabel 8 berikut: Tabel 8. Hubungan Sarana Pembuangan Asap Dengan Kadar SO 2 Dalam di Dusun III Desa Baru Sarana Pembuangan Asap Dapur n 1. Ada 5 0,0696 0,0015 2. Tidak Ada 27 0,0715 0,0032 t = -1,292 df = 30 p = 0,206 Tabel 8 menunjukkan kadar SO 2 (Sulfur rata-rata 5 rumah dengan kondisi ada sarana pembuangan asap dapur adalah 0,0696, dan kadar SO 2 (Sulfur pada 27 rumah dengan kondisi tidak ada sarana pembuangan asap dapur adalah 0,0715. Hasil analisa dengan menggunakan uji t-test diperoleh nilai p = 0,206 > 0,05 artinya Ho diterima yaitu tidak ada hubungan antara sarana pembuangan asap dapur rumah terhadap kadar SO 2. Berdasarkan hasil uji Anova dan t-test menunjukkan bahwa beberapa komponen rumah tidak memiliki hubungan terhadap kadar SO 2 diantaranya adalah langit-langit rumah, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga & ruang tamu, ventilasi, dan sarana pembuangan asap dapur dengan nilai p = 0,848; 0,234; 0,081; 0,792; dan 0,206. Hal ini bisa terjadi karena komponen rumah yang diteliti hampir memiliki kadar SO 2 yang sama, akan tetapi bila diperhatikan lebih seksama ternyata kadar SO 2 rata-rata 6

pada komponen rumah yang tidak memenuhi syarat lebih tinggi dibandingkan komponen rumah yang memenuhi syarat. Konstruksi dinding menunjukkan hubungan terhadap kadar SO 2 dengan nilai p = 0,034. Konstruksi dinding yang terbuat dari anyaman bambu dan kayu yang disusun rapat memiliki nilai kadar SO 2 yang lebih tinggi dibandingkan dengan konstruksi dinding lainnya dan konstruksi dinding yang terbuat dari tembok yang diplester. Konstruksi dinding yang terbuat dari anyaman bambu dan kayu yang disusun rapat memiliki celah yang lebih banyak yang memudahkan udara yang mengandung polutan masuk ke dalam rumah. Hal ini mengakibatkan udara dalam rumah menjadi tidak sehat. Menurut Tata Sutardi (2008) konsentrasi suatu gas di udara disuatu tempat dalam ruangan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor sumber yaitu volume sumber, konsentrasi sumber, dan jarak tempat pengukuran dari sumber. Kedua, faktor lingkungan (kondisi ruangan) yaitu temperatur udara, kelembaban udara, tekanan udara, arah dan kecepatan angin. Kondisi ruangan (temperatur udara, kelembaban udara, tekanan udara, arah dan kecepatan angin dalam ruang) mempunyai hubungan dengan kualitas fisik ruangan. Uji Normalitas (Shapiro-Wilk) yang telah dilakukan, jika diperoleh p > 0,05 artinya data berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji yang telah dilakukan diperoleh bahwa nilai p jarak rumah terhadap TPA (0,001) < 0,05 artinya data jarak rumah terhadap TPA berdistribusi tidak normal. Sedangkan nilai p kadar Sulfur dioksida (0,239) > 0,05 artinya data kadar Sulfur dioksida berdistribusi normal. Karena hasil analisa salah satu variabel ada yang tidak berdistribusi normal maka untuk menguji hubungan jarak rumah dengan TPA terhadap Sulfur dioksida digunakan uji korelasi Spearman. Tabel 9. Korelasi Spearman Variabel Jarak Dengan TPA Terhadap Dalam di Dusun III Desa Baru Variabel Koefisien Korelasi (r) p Jarak Terhadap TPA Kadar SO 2 (Sulfur -0,001 0,994 Tabel 9 diatas menunjukkan hasil uji korelasi Spearman diperoleh nilai p = 0,994 > 0,05 artinya Ho diterima yaitu tidak ada hubungan antara jarak rumah dengan TPA terhadap kadar SO 2 di dalam rumah penduduk di Dusun III Desa Baru. Hal ini bisa saja dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor sumber yaitu volume sumber, konsentrasi sumber, dan jarak tempat pengukuran dari sumber. Kedua, faktor lingkungan (kondisi ruangan) yaitu temperatur udara, kelembaban udara, tekanan udara, arah dan kecepatan angin (Sutardi, 2008). Keberadaan polutan gas yaitu SO 2 (Sulfur dalam rumah tidak berasal dari proses pengolahan sampah di TPA Namo Bintang, akan tetapi bisa saja berasal dari aktivitas lain di dalam ruang rumah misalnya perilaku merokok dalam ruang rumah, material yang berasal dari ruang rumah dan penggunaaan bahan bakar kayu untuk memasak serta dipengaruhi oleh faktor sumber dan faktor lingkungan. Selain itu, sebaran rumah penduduk yang tidak merata bisa menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kadar SO 2 (Sulfur dalam rumah sehingga ketika dilakukan pengujian maka hasil yang diperoleh adalah Ho ditolak yang artinya adalah tidak ada hubungan antara jarak dengan kadar SO 2 (Sulfur dalam rumah. Kesimpulan dan Saran Hasil pengukuran kadar SO 2 (Sulfur yang dilakukan di dalam rumah penduduk tidak ada yang melebihi nilai 7

ambang batas berdasarkan Permenkes 1077 Tahun 2011 yaitu sebesar 0,1 ppm. yang tertinggi adalah sebesar 0,08 ppm sedangkan kadar SO 2 (Sulfur yang terendah adalah sebesar 0,06 ppm yang apabila terpapar terus-menerus akan mempengaruhi kesehatan penduduk. Hasil penelitian pada komponen rumah (langit-langit atau plafon, konstruksi dinding, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga & ruang tamu, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur) memiliki kadar SO 2 (Sulfur di bawah nilai ambang batas. Hasil pengukuran jarak rumah penduduk dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Namo Bintang diperoleh bahwa jarak terjauh adalah 291,57 m sedangkan jarak yang terdekat adalah 25,91 m. Tidak ada hubungan antara langit-langit rumah, jendela kamar, jendela ruang keluarga dan tamu, ventilasi dan sarana pembuangan asap dapur dengan konsentrasi gas SO 2 (Sulfur dengan nilai p masingmasing adalah 0,848; 0,234; 0,081; 0,792; dan 0,206. Ada hubungan antara komponen rumah yaitu konstruksi dinding rumah dengan konsentrasi gas SO 2 (Sulfur dengan nilai p = 0,034. Tidak ada hubungan antara jarak rumah penduduk dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Namo Bintang terhadap kadar SO 2 (Sulfur dengan nilai p = 0,994. Penduduk hendaknya melakukan perbaikan pada bagian komponen rumah (langit-langit atau plafon, konstruksi dinding, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga & ruang tamu, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur) yang tidak memenuhi syarat dan melakukan penghijauan di sekitar perumahan penduduk atau di areal Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang dengan menanam tanaman yang dapat menyerap polutan yang dihasilkan dari proses pembusukan sampah. Daftar Pustaka Chandra B, 2007, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Penerbit Erlangga, Jakarta Keman, S., 2005, Kesehatan Perumahan, Jurnal Kualitas Udara, Unair, Surabaya, Diakses 28 Maret 2012, http://www.journal.unair.ac.id Kepmenkes R.I. 829/ Menkes/ SK/ VII/ 1999 tentang Persayaratan Kesehatan Perumahan, Departemen Kesehatan R.I., Jakarta Nandi, 2005, Kajian Terhadap Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah dalam Konteks Tata Ruang, Jurnal Jurusan Pendidikan Geografi, Bandung Nazir, M., 2005, Metode Penelitian, Gahlia Indonesia, Bogor Noriko, N., 2003, Tinjauan Akhir Tempat Pemusnahan Akhir Bantar Gebang Bekasi, Program Pasca Sarjana S3, Institut Pertanian Bogor. Diakses 28 Maret 2012, http://www.tumoutou.net/6_sems2_ 023/nita_noriko.htm Permenkes R.I. 1077/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang, Menteri Kesehatan R. I., Jakarta Ompusunggu, H., 2009, Analisa Kandungan Nitrat Air Sumur Gali Masyarakat di Sekitar TPA Sampah di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, Skripsi FKM USU, Medan Siregar, F., 2011, Analisis Kualitas Udara Dan Keluhan Kesehatan Yang Berkaitan Dengan Saluran Pernapasan Pada Pemulung Di Tempat Pembuanga Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu 8

Kabupaten Deli Serdang, Skripsi FKM USU, Medan Situmorang, F., 2011, Analisa Kadar Nitrogen Dioksida (NO 2 ), Karbon Monoksida (CO) Dan Keluhan Kesehatan Petugas Di Lokasi Parkir Sun Plaza Medan, Skripsi FKM USU, Medan Soemirat, J., 2009, Kesehatan Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta 9