PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN III/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN FEBRUARI 2002

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN II/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JUNI 2001

BAB II PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2003

Kondisi Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2002 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2002

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

Analisis Perkembangan Industri

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT OKTOBER 2015

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3%

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, arah dan besarnya pergerakan pasar modal menjadi topik yang

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. ekspor. Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER 2004

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2016

BPS PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

1. Tinjauan Umum

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2006

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

BAB I PENDAHULUAN. terkuat di dunia, dan memberikan kontribusi sekitar 20-30% dari perputaran

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

INBOX 1 DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP PEREKONOMIAN ACEH

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

Laporan Ekonomi Bulanan

Nilai ekspor Jawa Barat Desember 2015 mencapai US$2,15 milyar naik 5,54 persen dibanding November 2015.

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

Ikhtisar Perekonomian Mingguan

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN NOVEMBER 2015

BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2007

terhadap impor dalam kelompok perdagangan nonmigas yang meningkat menandakan bahwa peranan migas di dalam ekspor total nasional semakin kecil.

BAB 1 PENDAHULUAN Pendahuluan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER 2009

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. dalam penggerakan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional.

Analisis Perkembangan Industri

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan dunia industri menjadi fokus utama negara negara di

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

Mewaspadai Perlambatan Ekonomi China IW.AS

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER 2015

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009

PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

BAB V. Simpulan dan Saran. sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Gambaran Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar dan Indeks

Laporan Ekonomi Bulanan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2014

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

Transkripsi:

REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001 World Economic Report, September 2001, memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2001 hanya mencapai 2,6% antara lain disebabkan oleh menurunnya kepercayaan dunia usaha (dimulai dari AS kemudian meluas ke Eropah) serta didorong oleh menurunnya investasi di bidang teknologi informasi. Disamping itu juga disebabkan oleh relatif ketatnya penyaluran kredit di beberapa negara emerging market dan meningkatnya resiko usaha. Nilai ekspor dalam bulan Agustus 2001 mencapai US$ 5,1 miliar atau naik 4,4% dibandingkan bulan sebelumnya. Namun dalam tahun kalender (Jan-Agt 2001) nilai ekspor masih lebih rendah 2,7% dibandingkan dengan kurun waktu yang sama tahun sebelumnya. Dalam bulan September 2001, nilai tukar rupiah melemah antara lain karena meningkatnya kebutuhan devisa untuk membayar utang luar negeri dan isu sweeping terhadap warga negara asing. Melemahnya rupiah dan penyesuaian tarif dasar listrik (TDL) selanjutnya mendorong kenaikan harga di dalam negeri. Dalam kaitan itu, pemeliharaan keamanan di dalam negeri dan pengendalian uang beredar perlu ditingkatkan untuk mempertahankan stabilitas ekonomi yang relatif membaik paska SI-MPR. Pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2001 diperkirakan melambat menjadi 2,6%, lebih rendah dari tahun 2000 yang mencapai 4,7%. Perlambatan ekonomi dunia mengakibatkan menurunnya Perekonomian dunia dalam keseluruhan tahun 2001 diperkirakan melambat. World Economic Report, IMF, September 2001 memperkirakan, pertumbuhan ekonomi dunia hanya mencapai 2,6%, jauh lebih rendah dari tahun 2000 yang mencapai 4,7%. Perlambatan diperkirakan hampir terjadi pada semua kelompok negara. Pertumbuhan negara industri maju (major advanced economies) diperkirakan melambat dari 3,4% pada tahun 2000 menjadi 1,1% pada tahun 2001. Perekonomian AS dan Jepang berturut-turut diperkirakan melambat dengan pertumbuhan sekitar 1,3% dan 0,5%. Sedangkan Singapura sebagai salah satu negara tujuan ekspor terbesar diperkirakan akan mengalami pertumbuhan sebesar 0,3%. Perlambatan ekonomi dunia mengakibatkan menurunnya perdagangan dunia. Pertumbuhan impor negara industri paling

perdagangan dunia. Melambatnya ekonomi dunia antara lain disebabkan oleh menurunnya kepercayaan usaha didorong oleh menurunnya investasi di bidang IT, penyaluran kredit yang ketat di beberapa negara emerging market, serta meningkatnya resiko usaha. Tragedi WTC New York 11 September 2001 memberi pengaruh luas pada pasar modal di berbagai negara yang diperkirakan akan memberi pengaruh pada industri penerbangan, asuransi, dan pariwisata. perdagangan dunia. Pertumbuhan impor negara industri paling maju melambat dari 11,5% pada tahun 2000 menjadi 3,6% pada tahun 2001. Sejalan dengan itu ekspor negara berkembang menurun dari 15,1% menjadi 5,0% dalam kurun waktu yang sama. Melambatnya perekonomian dunia tahun 2001 ini antara lain disebabkan oleh menurunnya kepercayaan dunia usaha (dimulai dari AS kemudian meluas ke Eropah) didorong oleh menurunnya investasi di bidang teknologi informasi. Revolusi teknologi umumnya mengakibatkan unsustainable financial boom karena dorongan investasi yang berlebihan. Dengan penggunaan teknologi informasi yang sudah sangat luas, maka penurunan invetasinya akan memberi pengaruh bagi perekonomian dunia. Disamping itu perlambatan ekonomi dunia juga disebabkan oleh relatif ketatnya penyaluran kredit di beberapa negara emerging market serta meningkatnya resiko usaha. Pada tanggal 11 September 2001 terjadi serangan pada gedung World Trade Center (WTC) di New York. Gejolak pada pasar modal New York tersebut memberi pengaruh menjalar pada pasar modal di berbagai negara. Pada akhir September 2001, indeks saham di New York, Tokyo, London, Hongkong, Singapura, dan Malaysia turun berkisar antara 9 12% dibandingkan dengan akhir bulan sebelumnya. Perkembangan indeks pada beberapa bursa saham internasional dapat dilihat pada grafik di bawah. 2 Tragedi WTC diperkirakan akan memberi pengaruh pada industri penerbangan, asuransi, dan pariwisata. Beberapa industri penerbangan terkemuka (Boeing, United Airlines, British Airways, American Airlines, dan beberapa lainnya) merencanakan mengurangi jumlah karyawannya sehubungan dengan pengurangan frekuensi dan jumlah penerbangannya. Dalam kaitan itu, Bank Sentral AS (Fed) telah menyiapkan dana hingga US$ 50 miliar untuk menstabilkan kegiatan operasi bank di AS. Secara bersama-sama, negara industri maju (G7) juga akan menempuh langkah-langkah untuk memulihkan stabilitas

ekonomi dan pasar uang global. Termasuk diantaranya adalah pengucuran likuiditas jangka pendek dan kemungkinan penurunan bunga serentak untuk menghindari kelangkaan likuiditas (credit crunch) dalam perekonomian. 3 Rencana serangan pemerintah AS terhadap Afghanistan telah mendorong reaksi yang berlebihan di dalam negeri antara lain dengan isyu akan adanya sweeping terhadap warga negara asing terutama Amerika Serikat. Posisi uang primer akhir September turun 0,4% dibandingkan akhir bulan sebelumnya, namun y-o-y uang primer masih tumbuh sekitar 18,7%. Rencana serangan pemerintah AS terhadap Afghanistan telah mendorong reaksi yang berlebihan di dalam negeri antara lain dengan ancaman akan adanya sweeping terhadap warga negara asing terutama Amerika Serikat. Kekuatiran yang dapat ditimbulkannya perlu dicermati dengan baik karena dapat mengganggu investasi tidak saja yang berasal dari luar tetapi juga dalam negeri serta arus wisatawan asing, yang pada gilirannya akan memperburuk citra Indonesia di luar negeri. Padahal investasi merupakan sumber pertumbuhan ekonomi yang diharapkan mampu menggerakkan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2002 nanti di saat permintaan ekspor masih lemah. Sementara itu, posisi uang primer pada akhir September 2001 tercatat sebesar Rp 115,2 triliun atau turun sebesar 0,4% dibandingkan dengan akhir bulan Agustus. Namun dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya (y-o-y), laju pertumbuhan uang primer bulan September 2001 masih sebesar 18,7%. Meskipun lebih rendah dari pertumbuhan tahunan bulan sebelumnya (22,4%), laju pertumbuhan uang primer tetap perlu dikendalikan antara lain untuk mengurangi tekanan inflasi karena pengaruh musiman menjelang Idul Fitri dan Natal pada bulan Desember 2001. Menguatnya rupiah dan melemahnya tekanan inflasi dalam bulan Agustus 2001 ikut membantu menstabilkan suku bunga. Pada akhir bulan September 2001 suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 1 bulan tercatat 17,6% turun dari 17,7% pada bulan Agustus 2001. Kebutuhan devisa untuk membayar utang luar negeri dan isu gangguan keamanan di dalam negeri melemahkan nilai tukar rupiah. Melemahnya rupiah dan kenaikan TDL mendorong laju inflasi menjadi sekitar 0,64% dalam bulan September 2001. Kebutuhan devisa bagi swasta dan pemerintah untuk membayar utang luar negerinya serta meningkatnya kemungkinan gangguan keamanan di dalam negeri antara lain menyangkut isu sweeping bagi warga asing di Indonesia mendorong melemahnya nilai tukar rupiah dari sekitar Rp 8.860,- pada akhir bulan Agustus 2001 menjadi Rp 9.675,- per US$ pada akhir bulan September 2001. Melemahnya nilai tukar dan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) turut mendorong laju inflasi pada bulan September 2001 menjadi sebesar 0,64%. Kenaikan harga terbesar terjadi kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga; perumahan; serta transpor dan komunikasi berturut-turut sebesar 2,13%; 1,68%; serta 0,75%. Dengan demikian, laju inflasi tahun kalender (Januari-September) 2001 mencapai 8,16%. Adapun selama setahun (year-on-year, yaitu sejak Okt 2000 Sep 2001), laju inflasi mencapai 13,01%. Ringkasan perkembangan inflasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

4 Sept. 2001 0,64 Sept. 2000-0,06 Sumber: BPS RINGKASAN PERKEMBANGAN INFLASI Jan - Sep 2001 Okt 2000 - Sept 2001 (y-o-y) 8,16 13,01 Jan - Sep 2000 Okt 1999 - Sept 2000 (y-o-y) 4,65 6,64 Nilai ekspor bulan Agustus 2001 naik 4,4% dibandingkan bulan sebelumnya; namun selama 8 bulan pertama (Jan- Agt) 2001 masih lebih rendah 2,7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Menurut kelompok komoditi, penurunan ekspor terjadi pada kelompok komoditi pertanian dan manufaktur. Perlambatan ekonomi pada negara-negara tujuan ekspor turut mempengaruhi kinerja ekspor nasional. Nilai ekspor keseluruhan dalam bulan Agustus mencapai US$ 5,06 miliar atau meningkat 4,4% dibandingkan bulan sebelumnya. Peningkatan ekspor bulan Agustus 2001 terutama disebabkan oleh naiknya ekspor nonmigas sebesar 9,5%. Sebaliknya, ekspor migas mengalami penurunan sebesar 13,6% dalam periode yang sama. Penurunan ekspor migas terjadi akibat menurunnya harga minyak mentah Indonesia di pasar dunia dari US$ 24,70 per barel pada bulan Juli 2001 menjadi US$ 24,36 pada bulan Agustus 2001. Dengan perkembangan tersebut selama delapan bulan pertama (Jan-Agt 2001), total nilai ekspor turun 2,7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ekspor terbesar pada periode tersebut terutama terjadi pada kelompok nonmigas dengan pertumbuhan sebesar -3,4%. Penurunan ekspor nonmigas dalam delapan bulan pertama tahun 2001 terutama terjadi pada kelompok komoditi pertanian dan industri pengolahan masing-masing turun 7,5% dan 7,0%. Sementara itu nilai ekspor komoditi pertambangan dan lainnya mengalami kenaikan sebesar 66,9%. Kondisi eksternal yang turut mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia selama delapan bulan terakhir adalah melambatnya pertumbuhan ekonomi tiga mitra dagang terbesar (Amerika Serikat, Jepang dan Singapura). Selama 8 bulan pertama tahun 2001, ekspor nonmigas ke AS dan Singapura berturut-turut turun sekitar 3,2% dan 14,8%. Dari 9 negara tujuan ekspor terbesar, hanya ekspor ke Jepang dan Korea Selatan yang mengalami kenaikan yaitu masing-masing sebesar 1,4% dan 5,4%. Nilai impor keseluruhan pada bulan Agustus 2001 tercatat sebesar US$ 2,42 miliar atau turun 2,7% dibandingkan bulan sebelumnya didorong oleh turunnya impor nonmigas sebesar 6,2%. Sementara itu, impor migas mengalami kenaikan sebesar 12,3%. Berdasarkan perkembangan tersebut, selama 8 bulan pertama (Jan Agt 2001), impor total mengalami kenaikan sebesar 15,1% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Adapun menurut golongan penggunaan barang, selama periode tersebut impor barang konsumsi, bahan baku/penolong, dan barang modal berturutturut naik sekitar 1,2%, 14,8% dan 25,4%. Ringkasan ekspor dan impor dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

5 Pertumbuhan (%) -2,7-0,1-3,4 15,1-2,1 19,2 RINGKASAN EKSPOR DAN IMPOR (US$ MILIAR) Juli Agt Pertum- Jan - Agt Jan - Agt 2001 2001 buhan (%) 2000 2001 EKSPOR 4,85 5,06 4,4 40,32 39,25 Migas 1,07 0,93-13,6 9,00 8,99 Nonmigas 3,77 4,13 9,5 31,33 30,26 IMPOR 2,48 2,42-2,7 19,67 22,64 Migas 0,47 0,53 12,3 3,82 3,74 Nonmigas 2,01 1,89-6,2 15,85 18,90 Sumber: BPS Jakarta, 9 Oktober 2001