BAB I PENDAHULUAN. Paduan suara atau kor, yang berasal dari bahasa belanda, koor, merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada jalur formal di Indonesia terbagi menjadi empat jenjang, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (Ormas) maka kemerdekaan Indonesia akan sulit diwujudkan ketika itu

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Olahraga dapat dilakukan oleh semua orang, baik muda atau orang tua,

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Rumah Sakit sebagai tempat layanan kesehatan publik makin dituntut

BAB I PENDAHULUAN. pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia dan akan berpengaruh langsung terhadap pembentukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Perkembangan jaman yang semakin maju berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Manusia harus bertahan dalam. mempertahankan kehidupannya dengan beragam cara yang dimilikinya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam sebuah organisasi memiliki peran sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. diterima dan dikonsumsi oleh konsumen serta bermanfaat bagi mereka. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. untuk memproduksi barang-barang yang berkualitas demi meningkatkan daya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu elemen penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pencapaian tujuan tersebut, perusahaan membutuhkan tenaga-tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No. 3 tahun 1982, perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala bidang, diantaranya politik, sosial, ekonomi, teknologi dan

Contoh Komitmen Karyawan terhadap Perusahaan / Organisasi di PT. Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia)

BAB I PENDAHULUAN. dan bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba. Perusahaan terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu perguruan tinggi terdapat proses belajar dan mengajar, proses ini

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah

REVIVE THE BATAK CULTURE*

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam bidang ekonomi, politik, budaya, pendidikan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Bandung merupakan salah satu kota pariwisata karena memiliki asset

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat baik yang bergerak di bidang produksi barang maupun jasa.

BAB II LANDASAN TEORI. berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan Steers, 1982;

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN TEORITIS. 1. Mowday, Porter, & Steers (1982,dalam Luthans,2006) tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. bidang layanan jasa yang diberikan kepada masyarakat dalam mengatasi resiko

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kekuatan untuk menghadapi persaingan (Cusway, 2002). terus menerus untuk mencapai tujuan (Robbins, 2006).

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia dipandang sebagai salah satu aset perusahaan yang penting,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan penentu yang

BAB II URAIAN TEORITIS. a. Komitmen Organisasi paling sering didefinisikan yaitu:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Komitmen Organisasi. Salim (dalam Martini dan Rostiana, 2003) bahwa komitmen organisasi di

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Eximbank atau Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. namun juga dari kredibilitas dari universitas itu sendiri. yang di miliki oleh lembaga pendidikan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami banyak perkembangan dalam berbagai bidang. Hal ini terutama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tentang seni adalah masalah klasik, dimana setiap manusia tidak akan dapat menghindarkan diri

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dasar pembangunan nasional. Dengan kata lain manusia adalah unsur kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. muda. Berdasarkan laporan yang dirilis NBL Indonesia, untuk tahun ini NBL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebagai Non Goverment Organization dan seterusnya disebut sebagai NGO mulai

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan ini berdiri pada tahun 1973 sebagai sebuah home industry yang

BAB I PENDAHULUAN. ini, oleh karena itu perusahaan membutuhkan manusia-manusia yang berkualitas tinggi, memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN A. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan, visi dan misi dari perusahaan. karyawan serta banyaknya karyawan yang mangkir dari pekerjaannya.

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi

BAB I PENDAHULUAN. masuk kedalam dunia pekerjaan mahasiswa dituntut untuk selalu belajar meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa mengalami perubahan membuat perusahaan-perusahaan. berusaha untuk mempertahankan eksistensinya, tak terkecuali dengan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berbentuk perusahaan. Perusahaan merupakan badan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Krisis keuangan global tak hanya berdampak pada sektor riil, tapi juga

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah belum optimal.

BAB I PENDAHULUAN. organisasi/korporat (corporate social responsibilities ), workforce diversities,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan daya saing di era perdagangan bebas menjadi salah satu kunci ketahanan

BAB II LANDASAN TEORI. dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan elemen masyarakat yang memiliki kekuatan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. niversitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia. dikatakan makhluk sosial, karena kehidupannya selalu bergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan sumber daya tersebut. Sebagai institusi pendidikan, sekolah

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu bidang pekerjaan banyak ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan

sikap individu maupun kelompok yang mendukung seluruh aspek kerja termasuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Triyana, (2006:2) Mangkunegara (2008 : 67), Rivai dan Basri (2005:50)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital

a. Latar Belakang Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pesat pada kondisi ekonomi secara keseluruhan, telah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II URAIAN TEORETIS. Penelitian yang dilakukan oleh Arafah (2007) dengan judul Pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. pengujian komitmen organisasi terhadap variabel lain terkait sikap kerja karyawan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai pengaruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini banyak terjadi perubahan didalam segala

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi kunci utama dari sekian banyak

KOMITMEN ORGANISASI MUSYRIF-MUSYRIFAH DI PUSAT MA HAD AL JAMI AH UIN MALIKI MALANG

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik dan lingkungannya. Artinya guru memiliki tugas dan tanggung

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang pesat membawa dampak pada persaingan usaha yang semakin

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Organisasi merupakan sekumpulan orang-orang yang saling bekerja sama

BAB I PENDAHULUAN. psikologis. Salah satu kebutuhan yang tidak dapat dihindari setiap manusia adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Quality Of Work Life

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran yang merupakan inti dari kegiatan sekolah.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia yang kompetitif akan terlahir dari dunia

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas pengelolaan sumber daya manusia. Organisasi yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. gigi. Setiap roda gigi mempenyuai tugas masing masing, tetapi harus saling

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

KATA PENGANTAR. Saya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi sekarang ini, tantangan terhadap perubahan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Paduan suara atau kor, yang berasal dari bahasa belanda, koor, merupakan sebuah grup campuran antara penyanyi perempuan dan laki-laki, yang memungkinkan memiliki anggota berjumlah mulai dari 30 hingga ratusan orang. Umumnya, satu kelompok paduan suara membawakan musik paduan suara yang terdiri dari beberapa bagian suara, dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah part (Abraham Kaplan, 1977). Musik paduan suara merupakan seni bermusik yang berasal dari benua Eropa, yang sudah masuk ke Indonesia sejak lama, dan sekarang sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat di Indonesia. Salah satu bagian dari masyarakat yang memiliki andil besar dalam mengembangkan musik paduan suara di Indonesia adalah mahasiswa. Paduan Suara Mahasiswa (PSM) merupakan unit kegiatan yang dimiliki oleh hampir seluruh universitas di Indonesia yang juga dapat sekaligus digunakan sebagai tolak ukur perkembangan musik paduan suara di Indonesia. Di antara banyaknya paduan suara mahasiswa berprestasi di Indonesia, PSM Maranatha atau yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan Maranatha Christian University Choir (MCUC) merupakan salah satu paduan suara yang telah banyak berprestasi di kancah nasional maupun internasional. Maranatha Christian University Choir yang berdiri sejak 30 Oktober 1983 ini merupakan salah satu unit kegiatan tertua yang dimiliki oleh Universitas 1

2 Kristen Maranatha (UKM). Organisasi ini mulai dibentuk dari keseriusan mahasiswa Fakultas Kedokteran UKM yang menginginkan untuk memiliki komunitas paduan suara, hingga akhirnya membentuk sebuah unit kegiatan yang anggotanya berasal dari semua fakultas yang ada di UKM. Dr. Daniel Purwadisastra, salah satu pendiri unit kegiatan ini, merintis organisasi yang pada awalnya hanya menjadi paduan suara pengisi kegiatan protokoler universitas menjadi paduan suara yang dikenal secara nasional bahkan pada tahun 2005 dikenal secara internasional. Hal tersebut sesuai dengan visi dari organisasi ini, yaitu Recognize as a world class choir. Dilatarbelakangi oleh semangat untuk mengembangkan hobi serta cita-cita untuk menjadi paduan suara berkualitas internasional, para anggota MCUC selalu mengadakan pengembangan-pengembangan kegiatan di dalam organisasi, seperti mengikuti pelayanan di gereja-gereja, mengadakan konser Natal serta konser tahunan, menjadi paduan suara pengisi dalam berbagai acara di perusahaan atau lembaga-lembaga pemerintahan, hingga mengikuti kompetisi berskala nasional juga internasional. Berdasarkan data dari Pengurus MCUC Periode 2013-2014, kemenangan pertama yang diraih oleh MCUC adalah pada tahun 2001 dimana menjadi Juara Umum pada Kompetisi Paduan Suara (KPS) UNPAR I dengan menjadi juara pertama pada kategori musica sacra, mixed choir, dan small choir. Prestasi selanjutnya yang diraih oleh MCUC adalah Juara II KPS UNPAR II pada tahun 2003 untuk kategori musica sacra dan mixed choir, menjadi Juara Umum pada Festival Paduan Suara (FPS) ITB pada tahun 2004, 2006, dan 2008, dua kali

3 menjuarai kompetisi paduan suara tingkat Kopertis Wilayah IV yaitu pada tahun 2012 dan 2013, serta berbagai kompetisi nasional lainnya. Prestasi berskala internasional juga diraih MCUC sejak tahun 2005. MCUC berhasil meraih Grand Prix Champion serta Gold Medal & 1 st Prize pada kategori mixed choir, female choir, dan best performance Folklore pada kompetisi 7 th Rhodes International Musik Festival di Yunani. Selanjutnya diikuti dengan kemenangan di 6 th Miltenberg Internationaler Chorwettbewerb yang mendapatkan silver medal pada tahun 2006, juara umum serta juara pertama dalam kategori folklore dan mixed choir serta mendapatkan penghargaan Best Intepretation untuk lagu wajib dalam kompetisi 47 th Internationaler Chorwettbewerb tahun 2010 di Spittal an der Drau, Austria serta meraih Gold Medal dalam kompetisi 44 th Tolosako Abesbatza Lehiaketa di Tolosa, Spanyol pada tahun 2012. Prestasi terbaru yang diraih oleh paduan suara ini adalah menjadi juara I serta mendapat penghargaan Best Intepretation untuk lagu wajib dalam kompetisi 10 th Miltenberg Internationaler Chorwettbewerb, di Landkreis Miltenberg, Jerman pada tahun 2014. Maranatha Christian University Choir membutuhkan sumber daya yang memadai dari segi kuantitas serta kualitas. Sebagai sebuah paduan suara yang lebih berfokus pada bentuk mixed choir, dibutuhkan minimal 30 orang anggota penyanyi untuk mengadakan suatu konser atau mengikuti suatu kompetisi. Tuntutan yang lebih berat adalah dimana anggota harus memiliki kesenangan serta ketertarikan pada dunia paduan suara untuk menunjang proses latihan serta pengembangan kemampuan dalam bernyanyi yang efektif. Satu hal lain yang

4 menjadi bagian penting yang harus dimiliki oleh anggota di dalam MCUC adalah komitmen karena dengan komitmen, individu mampu bekerja sesuai dengan peran serta tanggungjawabnya dengan baik dalam jangka waktu yang panjang mengingat banyak tuntutan yang harus dipenuhi oleh seorang anggota paduan suara. Demi tetap mempertahankan prestasi, anggota MCUC harus mampu mengatur kegiatan antara waktu kuliah, mengerjakan tugas, berorganisasi dalam berbagai kegiatan di universitas dengan latihan yang padat di MCUC. Keterampilan dalam membagi waktu antara menjaga komitmen sebagai anggota paduan suara serta kewajiban utama untuk menyelesaikan studi dengan baik sangat dibutuhkan agar kedua kegiatan tersebut dapat berjalan selaras tanpa mengganggu kegiatan satu dengan yang lain. Latihan dengan intensitas waktu sering merupakan hal penting yang harus dilakukan karena kondisi para anggota bukan merupakan penyanyi professional sehingga harus melalui proses latihan sangat panjang untuk mengejar prestasi yang sudah diraih sebelumnya. Latihan reguler yang rutin dilakukan oleh MCUC adalah setiap hari Minggu Pk 14.00-18.00 serta hari Senin-Rabu Pk 17.00-21.00. Latihan ini merupakan latihan untuk mempersiapkan program rutin tahunan yaitu Konser Natal dan Konser Tahunan. Intensitas jadwal latihan ini akan meningkat seiring dengan mendekatnya hari pelaksanaan konser. Di luar jadwal latihan reguler, anggota juga harus siap dengan jadwal latihan tambahan yang tentatif untuk kebutuhan mempersiapkan job-job atau pelayanan.

5 Selain latihan reguler, les privat menjadi kegiatan yang wajib dilakukan oleh anggota untuk mengolah skill atau teknik bernyanyi yang tidak mungkin dibahas saat latihan reguler. Anggota harus mempersiapkan sendiri dana setiap bulannya untuk mengikuti kegiatan les privat dengan jadwal pertemuan adalah empat kali pertemuan dalam satu bulan. Pengurus MCUC memfasilitasi dengan mendatangkan pelatih ke kampus sehingga anggota dapat lebih mudah menyesuaikan jadwal les dengan jadwal perkuliahan. Maranatha Christian University Choir merupakan sebuah organisasi mahasiswa, sehingga walaupun bentuknya adalah sebuah paduan suara namun seluruh anggota juga memiliki tugas untuk menjalankan kegiatan keorganisasian. Para anggota dituntut oleh universitas untuk belajar mengembangkan kemampuan berorganisasi disamping mengikuti kegiatan latihan. Menjadi pengurus organisasi serta menjadi panitia dalam berbagai kegiatan MCUC merupakan tugas seluruh anggota. Anggota juga dituntut untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan selain konser, baik sebagai panitia ataupun sebagai peserta, seperti kegiatan Ngariung yang merupakan kegiatan penerimaan anggota baru, Poelang Kampung atau perayaan HUT MCUC, konser siswa atau pementasan menyanyi secara solo sebagai tempat untuk menampilkan perkembangan anggota dari program les privat, kompetisi di dalam dan luar negeri, serta kegiatan-kegiatan pendukung lainnya seperti mengikuti job serta pelayanan ke gereja-gereja. Aturan-aturan lain yang juga harus dipatuhi oleh anggota MCUC adalah dengan menghadiri latihan reguler minimal 80% dari total jadwal latihan sebagai salah satu syarat mengikuti sebuah konser. Ketidakhadiran atau kerlambatan tanpa

6 alasan atau ijin khusus sebelumnya pun akan dikenakan denda sesuai dengan aturan yang telah disepakati bersama. Denda juga berlaku pada beberapa kegiatan serta situasi yang juga sudah terdapat di dalam peraturan kepengurusan MCUC yang sudah terlebih dahulu disepakati oleh seluruh anggota dalam setiap rapat pleno kepengurusan baru MCUC. Denda yang berlaku adalah dengan membayarkan sejumlah uang sesuai dengan kesepakatan antara pengurus dengan anggota pada setiap pelanggaran. Dengan tuntutan serta kewajiban menjadi anggota yang seperti demikian, membuat kebanyakan anggota menjadi enggan untuk mempertahankan keanggotaannya walaupun sebenarnya dengan berproses di dalam MCUC, anggota memiliki kesempatan yang sangat besar untuk dapat mengembangkan bakat serta hobi mereka dalam hal bernyanyi. Hal ini dikarenakan anggota merasa keberatan dengan segala tuntutan yang ada di MCUC mengingat tuntutan utama mereka yang adalah menyelesaikan studi sebagai mahasiswa juga sudah sangat menyita waktu serta tenaga. Salah satu keuntungan yang sebenarnya didapatkan oleh anggota MCUC adalah mengembangkan kemampuan bernyanyi paduan suara dengan salah satu pelatih berkualitas seperti Agustinus Bambang Jusana. Selain itu MCUC juga memberikan kesempatan kepada para anggotanya untuk mengembangkan soft skill dengan cara bergabung menjadi pengurus ataupun menjadi panitia dalam berbagai kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh MCUC. Keuntungan lainnya seperti mendapatkan pengalaman untuk kompetisi ke luar negeri juga memperluas relasi dengan berbagai perusahaan atau instansi saat berorganisasi. Dengan

7 banyaknya kesempatan serta keuntungan yang mungkin didapatkan oleh para anggota MCUC, diharapkan anggota mampu memenuhi tuntutan yang diberikan oleh MCUC untuk menggapai keberhasilan-keberhasilan tersebut bersama anggota lainnya di dalam organisasi ini. Menurut hasil wawancara yang dilakukan pada Januari 2014, Agustinus Bambang Jusana, pelatih yang sudah mendampingi MCUC selama hampir 14 tahun, anggota-anggota MCUC memiliki materi suara dasar yang baik, namun memang pengetahuan mengenai teknik bernyanyi yang baik masih belum dimiliki para anggota. Sebagian besar anggota memiliki kemampuan untuk bernyanyi dalam paduan suara, namun kemampuan tersebut tidak ditunjang dengan penguasaan teknik bernyanyi yang baik pula sehingga dengan banyaknya hambatan serta kesulitan yang dijumpai saat berproses di dalam MCUC, menyebabkan semangat anggota mudah hilang. Hal yang serupa juga dikemukakan oleh salah seorang senior MCUC yang juga merupakan salah satu pendiri organisasi ini. Robert Aloey atau yang biasa dipanggil Papi, saat wawancara pada Januari 2014 menjelaskan bahwa MCUC sedang mengalami kemunduran yang sangat signifikan dari segi regenerasi keanggotaannya. Sangat sedikit anggota baru yang bertahan mengikuti kegiatankegiatan MCUC, sedangkan MCUC tidak bisa selalu mengandalkan senior-senior yang sudah harus meninggalkan organisasi ini dikarenakan telah menyelesaikan studinya di UKM. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, terlihat bahwa perilaku yang ditampilkan oleh para anggota MCUC kurang menunjukkan perilaku ke arah

8 positif sesuai dengan harapan para pengurus serta kurang sesuai dengan kewajiban sebagaimana yang seharusnya dipenuhi oleh setiap anggota. Hal tersebut menyebabkan tidak terciptanya keterikatan serta keterlibatan yang kuat antara anggota dengan organisasi sehingga memicu permasalahan-permasalahan muncul di dalam MCUC. Berdasarkan data yang dimiliki oleh pengurus MCUC tahun akademik 2012-2013, 50% anggota baru menyatakan diri untuk keluar dari organisasi pada akhir semester pertama perkuliahannya, yang artinya mereka bertahan di dalam organisasi MCUC hanya selama enam bulan. Berdasarkan data tersebut, dalam satu tahun MCUC kehilangan anggota sebanyak 70%. Data yang hampir sama juga diperoleh dari kepengurusan tahun akademik sebelumnya, yaitu 2011-2012, dimana sebanyak 60% anggota baru mengundurkan diri dari organisasi ini pada akhir dari semester pertama perkuliahan mereka, diikuti oleh pengunduran diri anggota lama secara perlahan. Hasil yang sama, bahkan lebih signifikan didapatkan dari kepengurusan tahun 2010-2011, dimana 80% anggota baru mengundurkan diri setelah konser natal The Ceremony of Carol, yang juga merupakan akhir dari semester pertama perkuliahan para anggota baru. Hal tersebut di atas, dirasakan oleh pengurus MCUC tahun akademik 2013-2014 yang juga mengalami hal yang sama, dan dirasakan sebagai masalah yang sangat berat dan meresahkan karena keberadaan anggota di dalam sebuah organisasi merupakan hal utama bahkan sumber daya manusia merupakan aset utama dari sebuah organisasi, terutama bagi sebuah organisasi nirlaba (non-profit organization). Anggota yang potensial sangat penting keberadaannya untuk

9 pencapaian misi, tujuan, dan pencapaian hasil organisasi. Anggota juga menjadi bagian yang penting dalam menentukan keberhasilan suatu organisasi, serta untuk meningkatkan kualitas organisasi agar dapat tetap bertahan di dalam persaingan dengan organisasi lain yang serupa. Fenomena yang ditunjukkan oleh para anggota MCUC ini mengarah pada konsep komitmen organisasi. Komitmen organisasi merupakan unsur psikologis yang menunjukkan karakteristik relasi antara karyawan dengan organisasi yang berpengaruh pada keputusan karyawan untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi (Meyer & Allen, 1997). Komitmen organisasi akan mendorong para anggota MCUC untuk mempertahankan keanggotaannya serta menjalankan tugas-tugas, seperti mengikuti latihan ataupun menjadi pengurus atau panitia kegiatan dengan semangat dan akan memberikan performa terbaik yang dimiliki oleh individu tersebut. Meyer & Allen (1997) mengklasifikasikan komitmen organisasi ke dalam tiga komponen, yaitu affective commitment (want to), continuance commitment (need to), dan normative commitment (ought to). Berdasarkan perilaku seperti yang dijelaskan di atas, yang menjadi asumsi peneliti adalah, bahwa prestasi MCUC sebagai paduan suara yang telah meraih banyak prestasi berskala nasional bahkan hingga internasional akan menurun, sejalan dengan penurunan jumlah anggota yang signifikan setiap tahunnya. Namun yang membuat peneliti tertarik dengan fenomena dalam organisasi MCUC ini adalah, meskipun permasalahan turn over di dalam organisasi ini sangat signifikan, organisasi ini masih dapat berdiri dan menunjukkan prestasi yang baik bahkan mengalami peningkatan prestasi dimana pada tahun 2014 MCUC masih

10 mampu mengukir prestasi yang gemilang di kancah internasional dengan menjuarai kompetisi 10 th Internationaler Chorwettbewerb, di Landkreis Miltenberg, Jerman. Selain itu, keingintahuan pengurus mengenai dominansi komponen komitmen organisasi yang dimiliki oleh para anggotanya dimana diindikasikan memiliki kaitan dengan mengapa MCUC mengalami keadaan seperti sekarang ini, yaitu banyak absenteeism, turnover serta berbagai permasalahan lainnya mendorong peneliti untuk melakukan penelitian ini. Pengurus MCUC memiliki keinginan untuk tetap mempertahankan bahkan ingin selalu meningkatkan prestasi MCUC, untuk itu dibutuhkan sumber daya manusia yang memiliki komitmen yang kuat. Hingga saat ini juga masih belum terdapat data statistik mengenai dominansi komponen komitmen organisasi pada anggota paduan suara MCUC. Berdasarkan fenomena serta alasan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Studi Deskriptif Mengenai Dominansi Komponen Komitmen Organisasi pada Anggota Maranatha Christian University Choir di Kota Bandung. 1.2 Identifikasi Masalah Bagaimana gambaran mengenai dominansi komponen komitmen organisasi yang dimiliki oleh para anggota Maranatha Christian University Choir.

11 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai komponen-komponen komitmen organisasi pada anggota Maranatha Christian University Choir. 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dominansi komponen komitmen organisasi pada anggota Maranatha Christian University Choir melalui gambaran mengenai komponen-komponennya, yaitu affective commitment, continuance commitment, dan normative commitment. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Ilmiah 1. Memberikan informasi tambahan kepada bidang Psikologi, khususnya Psikologi Industri dan Organisasi mengenai gambaran dominansi komponen komitmen organisasi pada organisasi paduan suara mahasiswa. 2. Memberikan informasi kepada peneliti lain yang tertarik untuk meneliti topik yang serupa.

12 1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Memberikan informasi kepada para anggota Maranatha Christian University Choir mengenai dominansi komponen komitmen organisasi yang dimiliki beserta faktor-faktor yang memengaruhinya. 2. Memberikan informasi kepada ketua serta pengurus Maranatha Christian University Choir mengenai dominansi komponen komitmen organisasi yang ada di dalam Maranatha Christian University Choir sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam usaha memecahkan berbagai macam permasalahan di dalam Maranatha Christian University Choir. 3. Memberikan informasi kepada PR III, selaku penanggungjawab mengenai kegiatan kemahasiswaan agar lebih mengetahui serta memahami mengenai permasalahan yang dihadapi unit kegiatan Maranatha Christian University Bandung sehingga dapat memberikan masukan sebagai bentuk intervensi lebih lanjut. 1.5 Kerangka Pikir Anggota MCUC merupakan mahasiswa aktif yang memiliki usia antara 19 tahun hingga 23 tahun. Individu yang berada pada rentang umur tersebut ditandai dengan adanya perjuangan antara membangun pribadi yang mandiri dan menjadi terlibat secara sosial (Santrock, 2013). Masa muda merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Individu muda ini, diharapkan mampu memainkan peran baru kemudian

13 mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan serta nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru yang dimilikinya. Individu pada usia ini diharapkan mulai menerima tanggungjawab sebagai seorang yang sudah menjadi dewasa yang mampu menyelesaikan segala permasalahannya secara mandiri serta mengambil keputusan-keputusan yang menyangkut dengan kehidupannya secara dewasa. Fase transisi dari SMA ke universitas dikatakan juga sebagai fase emerging adulthood (Santrock, 2013). Sewaktu menjadi dewasa, orang-orang muda mengalami perubahan tanggungjawab dari seorang pelajar yang sepenuhnya tergantung kepada orangtua menjadi dewasa serta mandiri. Hal tersebut mengakibatkan mereka mampu menentukan pola hidup yang baru, memikul tanggung jawab yang baru, serta membuat komitmen-komitmen yang baru dalam hidupnya secara mandiri. Anggota MCUC juga sedang beranjak menjadi individu dewasa dini yang mampu menentukan pilihannya sendiri untuk bergabung di dalam MCUC, kemudian mengatur serta menentukan pola kegiatan serta kehidupan sehari-hari secara mandiri disamping tetap bertanggungjawab terhadap tugas utamanya yaitu menjalankan kewajibannya sebagai mahasiswa serta menyelesaikan studi di universitas. Beberapa ciri individu muda menurut Santrock (2013), diantaranya adalah kemampuan kognitif yang mengalami perkembangan sangat baik menuju ke arah pemikiran beragam, tidak lagi berpikir secara individualistik. Kemudian individu muda ini juga mulai menginjak ke fase mencapai prestasi (achieving stage), dimana segala perilaku yang dilakukan diarahkan kepada tujuan jangka panjang

14 maupun jangka pendek, sesuai dengan goal yang ingin diraih. Niat serta kemauan dibangun untuk mencapai tujuan tersebut. Istilah kunci yang penting yang harus dipegang pada masa dewasa awal ini adalah adjustment. Agar dapat bertahan, sebuah organisasi membutuhkan anggota yang berkualitas, berkompeten, serta memiliki komitmen terhadap organisasi tempatnya bernaung (Meyer & Allen, 1997). Demikian halnya dengan para anggota MCUC yang harus memiliki komitmen agar mampu bertahan serta mau peduli dan berjuang demi kemajuan MCUC. Keberlangsungan perkembangan dari suatu organisasi bergantung kepada anggotanya. Pemberian gagasan serta ide untuk perkembangan organisasi serta mampu menunjukkan hasil kerja yang optimal membuat organisasi yang sedang berada di dalam masa krisis dapat bangkit kembali. Meyer & Allen (1997) berpendapat bahwa komitmen terhadap organisasi merupakan suatu keadaan psikologis tertentu yang menimbulkan keterikatan anggota terhadap organisasi, dan mempunyai implikasi terhadap keputusan yang diambil untuk terus menjadi anggota organisasi meskipun mengalami berbagai kesulitan dalam tugas-tugasnya, dan ikut serta dalam pencapaian tujuan organisasi. Keadaan psikologis ini memiliki kekuatan pengikat (binding force) sehingga dapat mengikat seseorang pada organisasi. Keadaan psikologis yang merupakan karakteristik hubungan antara anggota dengan organisasinya meliputi need, want, dan ought to, dan 3 hal tersebut akan mendasari perilaku individu ketika bergabung pada suatu organisasi tertentu.

15 Meyer & Allen (1997) menambahkan bahwa anggota akan tetap bertahan dalam organisasi meskipun mengalami kesulitan dan masalah dalam tugastugasnya, melakukan tugas secara teratur, mau bekerja lebih banyak (di luar job desc-nya), melindungi aset atau inventaris organisasi dan ikut serta dalam usaha pencapaian tujuan organisasi apabila anggota tersebut memiliki komitmen terhadap organisasi. Setiap anggota akan menampilkan sikap dan perilaku yang mungkin sama terhadap sebuah organisasi, walaupun memiliki dasar keterikatan komitmen organisasi yang berbeda. Komitmen terhadap organisasi tersebut dibagi ke dalam tiga komponen oleh Meyer & Allen (1997), yaitu affective commitment, continuance commitment dan normative commitment. Meyer & Allen menjelaskan bahwa pada diri setiap manusia, pasti akan memiliki ketiganya, namun seseorang memiliki satu komponen yang menjadi dasar keterikatannya untuk berkomitmen dan akan menjadi alasan utama bagi dirinya dalam menentukan sikap. Komponen komitmen organisasi yang pertama ialah affective commitment, yang berkaitan dengan hubungan emosional anggota organisasinya, identifikasi dengan organisasi serta keterlibatan anggota dengan kegiatan di dalam organisasi. Anggota organisasi dengan affective commitment yang kuat akan terus menjadi anggota dalam organisasi tersebut dan juga akan menyenangi keanggotaannya di dalam organisasi karena mereka menginginkan hal tersebut (want to). Anggota akan menikmati keanggotaannya serta memutuskan untuk tetap berada di dalam organisasi berdasarkan perasaan keterlibatan dari kontribusi yang melibatkan ikatan emosional serta afeksi terhadap organisasi. Pada anggota yang memiliki affective commitment kuat, terdapat keyakinan bahwa terdapat kesamaan antara

16 tujuan serta nilai-nilai di dalam organisasi yang sama dengan yang dimiliki secara pribadi. Komitmen ini tidak hanya menggambarkan loyalitas pasif namun sumbangan aktif dari anggota terhadap organisasinya, sehingga melalui komitmen ini akan terbentuk sense of belonging yang kuat terhadap organisasi karena anggota merasakan berbagai pengalaman positif yang menimbulkan perasaan nyaman. Anggota MCUC yang memiliki affective commitment yang kuat akan memiliki motivasi yang besar dan keinginan (desire) untuk memberikan kontribusi maksimal kepada MCUC. Hal ini ditunjukkan dengan kecenderungan untuk mengerjakan tugas-tugas dengan sungguh-sungguh, tepat pada waktunya, dan mengerjakan semua tugas tersebut dengan perasaan senang serta tulus. Anggota merasakan adanya ikatan emosional yang positif dengan organisasi, sehingga akan berkontribusi maksimal dengan sepenuh hati pada organisasi tersebut. Tingkat affective commitment yang kuat juga dapat dilihat dari absensi atau tingkat kehadiran, dimana tercermin dalam bentuk perilaku anggota MCUC yang akan selalu hadir dalam setiap latihan dengan senang hati tanpa paksaan. Bentuk perilaku lain yang akan ditampilkan apabila anggota MCUC memiliki affective commitment yang kuat adalah anggota akan berusaha untuk mengikuti segala kegiatan yang diadakan oleh MCUC seperti olahraga bersama, job, konser dan sebagainya, juga merasa bangga dan betah bekerja serta berkegiatan bersama anggota lain di dalam MCUC. Anggota MCUC yang menunjukkan affective commitment yang lemah, memiliki kecenderungan motivasi yang kecil dan keinginan yang kurang untuk memberikan kontribusi

17 kepada organisasi, serta tingkat kehadiran yang lebih rendah. Anggota tersebut kurang termotivasi untuk mengerjakan tugasnya, dan apabila ia mengerjakan tugas pun, ada perasaan terpaksa dan tidak senang akan tugas yang diberikan kepadanya, sehingga hasil kerja menjadi kurang maksimal. Keterikatan emosional pada anggota yang menunjukkan affective commitment lemah, tidak kuat terhadap MCUC. Komponen komitmen organisasi yang kedua ialah continuance commitment, berkaitan dengan kesadaran serta pertimbangan anggota organisasi yang akan mengalami kerugian jika meninggalkan organisasi. Anggota organisasi yang memiliki continuance commitment yang kuat akan bertahan dalam organisasi, karena mereka membutuhkannya (need to). Pertimbangan yang mendasarinya antara lain kalkulasi anggota mengenai kontribusi yang sudah ia berikan kepada organisasi (waktu, tenaga, usaha). Pertimbangan lainnya berkaitan dengan alternatif peluang mendapatkan kesempatan berorganisasi yang lebih baik di luar organisasi yang sekarang diikutinya. Besar atau kecilnya peluang berorganisasi di luar organisasi akan mempengaruhi perkembangan continuance commitment. Di samping kedua hal tersebut, Dunham, Grube & Castaneda (1994) melihat (dalam Meyer & Allen, 1997) bahwa faktor usia dan lama kerja turut mempengaruhi continuance commitment. Tingkat usia membatasi keinginan seseorang untuk berpindah-pindah organisasi. Anggota yang telah lama bergabung dalam suatu organisasi akan merasa bahwa investasi yang telah ada tidak dapat tergantikan bila ia meninggalkan organisasi. Dengan demikian komitmen ini hanya berorientasi pada kepentingan pribadi anggota sendiri.

18 Anggota MCUC yang memiliki continuance commitment yang kuat akan tetap bertahan di dalam organisasi untuk menghindari kerugian, walaupun di sisi lain ia merasakan banyak waktu, tenaga, usaha, serta materi yang dikeluarkan untuk bertahan di MCUC. Keadaan lelah saat ikut aktif dalam kegiatan-kegiatan MCUC juga tidak cukup melemahkan komitmen anggota yang memiliki continuance commitment kuat karena kerugian yang akan dialami dirasakan lebih besar apabila mereka memutuskan untuk keluar dari MCUC. Anggota MCUC juga akan tetap bertahan di dalam MCUC walaupun ia tidak merasakan adanya kedekatan emosional yang terjadi dengan MCUC karena yang dipikirkan hanya kepentingan untuk pribadinya sendiri yang ingin dicapai. Anggota ini akan berpendapat bahwa keputusan untuk keluar dari MCUC, akan membawa kerugian, yaitu kehilangan kesempatan untuk dikenal sebagai mahasiswa aktif di universitas, dikenal di kalangan anggota paduan suara mahasiswa, kehilangan kesempatan untuk jalan-jalan ke luar negeri, mendapatkan beasiswa melalui jalur prestasi non-akademik, dan sebagainya. Berbeda dengan anggota MCUC yang memiliki continuance commitment yang lemah yang merasa tidak memiliki kebutuhan untuk terus berada di dalam MCUC sehingga anggota ini akan meninggalkan organisasi karena merasa tidak ada lagi keuntungan yang didapatkan apabila tetap mempertahankan keanggotaannya. Anggota juga tidak memperdulikan kerugian yang akan dialami jika harus keluar dari MCUC. Komponen yang ketiga ialah normative commitment yang menggambarkan perasaan keterikatan serta keyakinan untuk terus berada dalam organisasi sebagai

19 bentuk tanggung jawab dan kewajiban. Normative commitment mencerminkan seberapa besar loyalitas seorang anggota terhadap organisasi. Keputusan untuk tetap berada di dalam organisasi karena hal tersebut dipandang sebagai suatu keharusan serta bentuk tanggungjawab terhadap organisasi. Kata kunci komponen ini adalah ought to. Meyer & Allen menjelaskan bahwa hal tersebut dilakukan dengan alasan menghindari pandangan buruk dari lingkungan yang akan muncul apabila seseorang memutuskan untuk berhenti dari suatu organisasi, karena keyakinan bahwa bertahan di dalam organisasi yang dipilihnya sendiri merupakan suatu perbuataan yang dipandang benar dan perbuatan moral. Anggota MCUC yang memiliki normative commitment yang kuat adalah anggota yang merasa harus (ought to) berada dan menjadi bagian dalam organisasi (Meyer & Allen, 1997) dan yakin bahwa sudah seharusnya seorang anggota MCUC bertanggung jawab terhadap tugasnya sebagai anggota demi mencapai tujuan organisasi. Bentuk perilaku yang muncul adalah anggota merasa terikat dengan organisasi karena adanya keharusan atau janji (obligation) dan tanggung jawab akan tugas (duty). Perasaan seperti ini dapat memotivasi anggota MCUC untuk bertingkahlaku yang sesuai dan melakukan hal yang benar untuk organisasinya. Anggota akan setia serta bertanggung jawab dalam melakukan tugasnya dengan mengerjakan tugasnya secara tepat waktu, memberikan kontribusi dengan mengikuti job, hadir dalam latihan, mengikuti konser, dan melakukan hal yang menjadi tugas seorang anggota aktif MCUC. Sedangkan anggota yang memiliki normative commitment yang lemah tidak merasa bahwa

20 mereka memiliki keharusan atau janji, sehingga mereka mengabaikan tanggung jawab akan tugas yang diberikan oleh organisasi terhadap dirinya. Meyer & Allen (1997) mengungkapkan lebih lanjut bahwa setiap karyawan memiliki dominansi komponen komitmen yang berbeda-beda. Hal ini didasarkan pada derajat komponen yang pasti berbeda-beda pada masing-masing anggota organisasi. Perilaku yang ditampilkan oleh masing-masing anggota mungkin sama, namun alasan yang mendasari seseorang berperilaku demikianlah yang akan berbeda sesuai dengan derajat dominansi komponen komitmen organisasi masing-masing individu. Komponen komitmen yang paling menonjol dari diri anggota tersebutlah yang pada akhirnya akan memberikan corak pada dominansi komponen komitmen yang akan ditampilkan oleh anggota tersebut. Komponen yang paling menonjol itulah yang dikatakan oleh Meyer & Allen, akan menjadi dasar keterikatan komitmen seseorang terhadap organisasi dimana mereka berada. Hal tersebutlah yang akan menentukan atau menjadi alasan utama mengapa seseorang mempertahankan keanggotaannya di dalam suatu organisasi. Perbedaan derajat komitmen tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu karakteristik organisasi, karakteristik individu, dan pengalaman kerja (Meyer & Allen, 1997). Karakteristik organisasi meliputi struktur organisasi dan kebijakan organisasi. Struktur organisasi berpengaruh terhadap affective commitment, seperti misalnya desentralisasi dalam sebuah organisasi akan berpengaruh terhadap kuatnya affective commitment seseorang (Bateman & Strasser, 1984; Morris & Steers, 1980 dalam Meyer & Allen, 1997).

21 Kebijakan sebuah organisasi juga menciptakan korelasi yang positif antara persepsi keadilan peraturan dan affective commitment. Sejumlah kebijakan di dalam sebuah organisasi yang dirasakan adil dan bermanfaat bagi para anggotanya, akan menggambarkan penerimaan terhadap kebijakan tersebut sehingga menimbulkan efek yang positif bagi affective commitment. Mengenai cara sebuah organisasi dalam menetapkan kebijakan juga memiliki hubungan dengan affective commitment. Seperti misalnya affective commitment yang kuat diperlihatkan oleh anggota yang percaya bahwa organisasi tempat bernaungnya tersebut memberikan penjelasan yang adekuat mengenai kebijakan organisasi yang positif (Konovsky & Cropanzano, 1991 dalam Meyer & Allen, 1997). Faktor kedua yang mempengaruhi derajat komitmen organisasi seorang anggota organisasi adalah karakteristik individu, meliputi usia dan lamanya berada di dalam organisasi. Usia menunjukkan catatan biografis lamanya masa hidup seseorang yang sewaktu menjadi dewasa, orang-orang muda mengalami perubahan tanggungjawab dari seseorang yang sepenuhnya tergantung kepada orang tua menjadi orang dewasa mandiri, maka mereka menentukan pola hidup baru, memikul tanggung jawab baru dan membuat komitmen-komitmen yang baru (Santrock, 2013). Umumnya orang-orang yang berusia lebih tua, memiliki komitmen organisasi yang kuat dibandingkan dengan mereka yang berusia lebih muda. Seseorang yang lebih tua atau dewasa dalam usia, biasanya akan memiliki pandangan atau pemikiran yang lebih serius dalam menanggapi konsep tanggungjawab serta komitmen dalam kehidupannya.

22 Lamanya berada di dalam organisasi merupakan lamanya seseorang bergabung menjadi bagian di dalam suatu organisasi. Berdasarkan penelitian Mathieu dan Zajac (Meyer & Allen, 1997) ditemukan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara masa jabatan dengan affective commitment. Hubungan yang kuat antara lamanya berada di dalam organisasi dan affective commitment dapat dilihat dari seorang anggota yang sudah lama bergabung dalam suatu organiasi. Anggota tersebut telah mengetahui seluk beluk, baik atau buruk dari organisasi yang diikutinya tersebut, maka akan muncul rasa keterikatan secara emosional antara anggota dengan organisasi tersebut. Faktor yang terakhir yang juga memengaruhi derajat komitmen organisasi seseorang adalah pengalaman kerja, yang meliputi tantangan tugas-tugas, relasi dengan pemimpin, dan pengalaman bersosialisasi. Pengalaman kerja yang menyenangkan dan kepuasan kerja memiliki korelasi positif dengan normative commitment. Semakin tinggi kepuasan kerja seorang anggota yang didapatkan melalui pengalaman kerja yang menyenangkan akan menghasilkan semakin kuatnya normative commitment karyawan tersebut. Karakteristik tugas-tugas merupakan tantangan, yaitu sejauh mana hasil pekerjaannya menunjukkan kreatifitas dan membutuhkan tanggung jawab (Dorstein & Matalon, 1989, dalam Meyer & Allen, 1997). Individu yang lebih tertantang dan menganggap tugasnya menarik akan memiliki komitmen yang lebih kuat. Ketidakjelasan peran atau kurangnya pengertian akan hak dan kewajibannya juga dapat mengurangi komitmen seseorang (Meyer & Allen, 1997). Selain itu, adanya konflik peran perbedaan antara tuntutan tugas dengan

23 tuntutan fisik, harapan dan nilai-nilai pribadi juga dapat mengurangi komitmen seseorang pada organisasinya, sehingga yang termasuk dalam pengalaman kerja adalah sejauh mana individu merasa dihargai dan dibutuhkan. Semakin seseorang merasa dihargai atau dibutuhkan, maka komitmennya juga akan semakin kuat. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai imbalan ekstrinsik bagi seorang anggota organisasi, dimana imbalan ekstrinsik ini dapat menjadi rangsangan bagi individu untuk mempertahankan keanggotaannya (Meyer & Allen, 1997). Selain itu relasi anggota dengan pemimpin atau leader di dalam sebuah organisasi dapat juga membangun affective commitment anggota. Anggota yang diberikan kepercayaan serta kesempatan oleh pemimpinnya untuk turut andil dalam pengambilan keputusan-keputusan di dalam organisasi akan mengembangkan affective commitment yang kuat (e.g., Jermier & Berkers, 1979; Rhodes & Steers, 1981) dan pemimpin yang memberikan perhatian (e.g., Bycio et al., 1995; DeCotiis & Summers, 1987) serta bersikap adil (e.g., Meyer & Allen, 1990a) terhadap semua anggota akan menghasilkan anggota yang memiliki affective commitment yang kuat. Pengalaman sosialisasi yang dialami seorang anggota organisasi dikatakan dapat mempengaruhi normative commitment seseorang. Anggota yang mampu bersosialisasi dengan baik terhadap keluarga, budaya di dalam organisasi tersebut, dan dengan segala komponen yang ada di dalam organisasi akan menginternalisasi segala kebiasaan serta dinamika yang ada di dalam organisasi tersebut sehingga menjadi sebuah kepercayaan yang akan meningkatkan loyalitas anggota tersebut terhadap organisasi.

24 Berdasarkan hal-hal yang dikatakan dapat mempengaruhi derajat komitmen organisasi seseorang seperti yang telah dijelaskan di atas, maka setiap orang akan memiliki dominansi komponen komitmen organisasi yang berbeda-beda derajatnya yang akan mempengaruhi sikap mereka terhadap organisasi yang diikutinya, seperti unjuk kerja, turnover, serta absenteeism anggota di dalam organisasi tersebut. Faktor faktor yang mempengaruhi: Karakteristik organisasi (struktur organisasi & kebijakan organisasi) Karakteristik individu (usia & lamanya berada di dalam organisasi) Pengalaman kerja (tantangan pekerjaan, relasi dengan pemimpin, & sosialisasi) Anggota Maranatha Christian University Choir Komitmen Organisasi DOMINANSI KOMPONEN KOMITMEN ORGANISASI: Affective Commitment Continuance Commitment Normative Commitment Komponen Komitmen Organisasi: Affective commitment Continuance commitment Normative commitment 1.1 Bagan Kerangka Pikir

25 1.6 Asumsi Berdasarkan kerangka pikir yang dikemukakan di atas maka peneliti menarik beberapa asumsi bagi penelitian ini, yaitu sebagai berikut : 1. Komitmen organisasi dari anggota Maranatha Christian University Choir terdiri dari tiga komponen, yaitu affective commitment, continuance commitment, dan normative commitment. 2. Dengan derajat yang berbeda-beda dari ketiga komponen komitmen organisasi tersebut maka dihasilkan dominansi komponen komitmen organisasi yang berbeda-beda bagi setiap anggota Maranatha Christian University Choir. 3. Dominansi komponen komitmen organisasi anggota Maranatha Christian University Choir dipengaruhi oleh faktor karakteristik organisasi, karakteristik individu, dan pengalaman kerja.