PENGESAHAN PEMBIMBING. Jurnal. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Multi Level Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Suhu Dan Kalor

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE WINDOW SHOPPING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA-FISIKA PADA MATERI HUKUM NEWTON

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mempengaruhi pemahaman konsep matematika siswa. Penelitian ini

ABSTRAK. yaitu 2.73 > 2,00. Sehingga dari. > t tabel

Kata kunci : Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Matematika Siswa

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tidak memungkinkan untuk dikontrol secara penuh, tetapi peneliti

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Terbanggi Besar. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

mendukung terhadap pencapaian kompetensi. Setiap aktivitas termasuk berbagai karya yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Bandarlampung.

METODE PENELITIAN. Bandarlampung Tahun Ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 200

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian eksperimen semu, yang mana variabel-variabelnya

PENGEMBANGAN MODUL MATEMATIKA BERBANTU FLIPBOOK MAKER DAN PREZI DENGAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING PADA MATERI PELUANG SMK KELAS X

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tilamuta, data hasil penelitian ini disajikan dalam dua kelompok, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian. Januari s/d 24 Januari 2014 di Madrasah Aliyah Negeri 1 Pekanbaru yang

BAB III METODE PENELITIAN. 2014/2015 di kelas VII MTs Al-Muttaqin Pekanbaru. Sedangkan,

Pengaruh Pembelajaran Problem Posing Berbasis Aktivitas Menggunakan Kartu Pertanyaan Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Palu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU

PENGKONSTRUKSIAN KONSEP FISIKA MELALUI PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

PENGARUH PENERAPAN METODE EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI IMPULS DAN MOMENTUM

BAB III METODE PENELITIAN. Experimental Design dengan desainnya Nonequivalent Group Design. Desain

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 1 ISSN

III. METODE PENELITIAN. Lampung tahun ajaran 2011/2012 yang tersebar dalam sepuluh kelas yang berjumlah

METODOLOGI PENELITIAN. Trans Sulawesi,Desa Mongolato,Kabupaten Gorontalo,Provinsi Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. tidak bisa mengontrol variabel-variabel lain atau pengaruh lain yang akan

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BERBASIS METODE PICTORIAL RIDDLE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sribhawono.

BAB III METODE PENELITIAN. sasaran penelitian atau objek oleh peneliti adalah siswa SMK Farmasi

Wahyu Nugraha Putra, Sujono; Perbedaan Hasil Belajar Menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Anak Ratu Aji, Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013 yang

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Natar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di MAN 1 Bandar Lampung dengan populasi seluruh

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS FISIKA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 7 MALANG UNIVERSITAS NEGERI MALANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini diarahkan sebagai penelitian Quasi Eksperimen, karena

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 02 Tahun 2014, ISSN:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kelas X siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN)

LISMAWATI MOHAMAD Meyko Panigoro Agil Bachsoan. Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. antara kelas yang menggunakan LKS paperless dan kelas yang menggunakan LKS

BAB III METODOLOGI PENEITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasi Eksperiment), di mana

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen karena peneliti tidak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR PADA KONSEP REAKSI REDOKS KELAS X MAN MUARO BUNGO KARYA ILMIAH

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimen. Adapun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kelas tersebut baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol diberikan postest.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penilai ahli akan menilai intrumen tes tersebut pada kriteria rumusan butir tes sesuai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Ngambur Pesisir Barat. Populasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Pelajaran Fisika SMK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VIII SMP NEGERI 3 PERCUT SEI TUAN T.A 2012/2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bendungan Uwai, Kecamatan Bangkinang, Kabupaten Kampar.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 di SMP

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan desain Nonequivalent Control Group Design. Desain ini sama

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diberikan pretest, tujuan diberikan pretest adalah untuk mengetahui pengetahuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang mungkin dapat mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Perlakuan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2014/2015 pada tanggal 10 Oktober Januari 2015 di SMA Negeri 1

Keterangan E = simbol untuk kelompok eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN

Jurusan Fisika, Program Studi S1 Pendidikan Geografi F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Perlakuan dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika dengan model

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 13 Bandar

III. METODE PENELITIAN. SMPN 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari enam kelas

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Natar

BAB III METODE PENELITIAN. Jalan Jhon Ario Katili Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PEMBELAJARAN TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION DAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, yang menjadi sasaran penelitian atau objek oleh. peneliti adalah siswa SMP Negeri 35 Pekanbaru.

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap SMP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Model Self Regulated Learning terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMP Negeri 18 Palu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Perintis 1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) BERBANTU MEDIA FLASH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

A. Populasi dan Sampel

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA yang berjumlah 200

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture And Picture Dan Tipe Talking Stick Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS FENOMENA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMAN 1 KOPANG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS FENOMENA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMAN 1 KOPANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. tidak bisa mengontrol variabel-variabel lain atau pengaruh lain yang akan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE QUETION STUDENT HAVE DAN PICTURE AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS

Mohammad Ulil Absor Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

A1C FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI AGUSTUS,

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan adalah desain penelitian Nonequivalent Control Group Design. 1

BAB III METODE PENELITIAN. 2013/2014 yaitu mulai tanggal 06 Februari sampai 26 Februari 2014 di SMAN

BAB III METODE PENELITIAN. desain pretest-posttest control group design. Didalam desain ini, kontrol atau

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Penetapan Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Bongomeme.

Transkripsi:

PENGESAHAN PEMBIMBING Jurnal Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Multi Level Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Suhu Dan Kalor (Suatu Penelitian di SMA Negeri 1 Anggrek, Kab. Gorontalo Utara) Oleh Titi Pauno 421 410 024

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Multi Level Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Suhu Dan Kalor (Suatu Penelitian di SMA Negeri 1 Anggrek, Kab. Gorontalo Utara) Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo 2014 ABSTRAK Titi Pauno. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Multi Level Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Suhu Dan Kalor Suatu Penelitian di SMA Negeri 1 Anggrek, kab. Gorontalo Utara. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing 1 Dr. Sunarty S Eraku M.Pd dan Pembimbing II Tirtawaty Abdjul M.Pd. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif multi level dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran kooperatif learning together. Penelitian eksperimen dengan populasi siswa kelas X di SMA NEGERI 1 ANGGREK, Kab. Gorontalo Utara, sedangkan sampel adalah kelas X 1 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 25 siswa dan kelas X 4 sebagai kelas kontrol dengan jumlah 25 siswa. Berdasarkan uji hipotesis diperoleh harga F hitung = 47,00 sedangkan F tabel sebesar 4,05 untuk taraf 5 %. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran kooperatif multi level dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif learning together. Perbedaan tersebut ditunjukkan oleh skor ratarata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol yang memiliki perbedaan sebesar 17,6%. Jadi, hasil diperoleh model pembelajaran kooperatif multi level dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Multi Level, Hasil Belajar Siswa, Suhu dan Kalor 1 1 TITI PAUNO, 421410024, JURUSAN FISIKA, FAKULTAS MIPA, SUNARTY S ERAKU, TIRTAWATY ABDJUL

Pendidikan merupakan landasan atau dasar yang harus dimiliki oleh setiap manusia dizaman yang serba canggih. Tanpa adanya pendidikan, manusia akan sulit untuk menghadapi kemajuan zaman yang semakin meningkat dan semakin kompleks, dimana kemajuan zaman mewajibkan bahwa setiap manusia harus memiliki keterampilan, produktivitas, dan kreativitas yang tinggi untuk menghadapi setiap tantangan yang ada. Untuk mencapai kemajuan dalam dunia pendidikan diperlukan strategi yang tepat dengan memperhatikan komponen-komponen yang mendukung seperti materi, metode serta media pembelajaran. Mata pelajaran fisika saat ini merupakan mata pelajaran yang belum terlalu diminati dikalangan siswa. Hal ini karena banyak anggapan mata pelajaran fisika merupakan mata pelajaran yang sulit dipahami karena terdapat banyak rumus matematis di dalamnya, sehingga siswa kurang siap dalam proses belajar mengajar yang mengakibatkan suasana kelas kurang kondusif sehingga berakibat pemahaman konsep fisika yang dangkal, yang pada akhirnya hasil belajar fisika siswa belum sesuai dengan harapan. Salah satu faktor yang menyebabkan materi pelajaran fisika sulit dipahami siswa, antara lain adalah penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat dalam pembelajaran. Guru selalu menerapkan kegiatan belajar mengajar yang sama untuk semua materi dan mata pelajaran. Hal ini menyebabkan sebagian siswa kesulitan untuk dapat menerima materi pembelajaran dengan baik dan membuat jenuh siswa dalam mengikuti pelajaran karena kegiatannya yang monoton. Dalam mengajar hendaknya pendidik berupaya menciptakan kondisi belajar dimana peserta didik terlibat secara aktif untuk memehami konsep-konsep yang dipelajari dalam fisika. Untuk itu diperlukan model pembelajaran yang tepat guna menciptakan pembelajaran yang kondusif didalam kelas, sehingga berdampak pada hasil belajar yang diharapkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif multi level. Model pembelajaran kooperatif multi level adalah belajar dalam kelompok kecil dengan menumbuhkan kerja sama secara maksimal melalui kegiatan pembelajaran oleh teman sendiri dengan sistem multi level

didalamnya untuk mencapai kompetensi dasar. Dengan begitu, guru tidak terlalu banyak berperan dalam menjelaskan materi, tetapi siswa sendiri yang membantu siswa lain yang kurang pandai dalam memahami materi tersebut. Untuk menyelesaikan permasalahan di atas, maka model pembelajaran kooperatif multi level ini adalah satu alternatif untuk membantu siswa dalam pembelajaran fisika di kelas, dan berdasarkan penelitian F.A. Suprapto Mukti Nugroho dengan judul Pengembangan Pembelajaran IPA/Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Langsung (direct instruction) Dengan Teknik Multi Level Learning (MML) menunjukkan peningkatan hasil belajar, sehingga peneliti ingin menggunakan model pembelajaran kooperatif multi level ini pada materi fisika suhu dan kalor. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti termotivasi untuk mengadakan penelitian tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif multi level dalam pembelajaran fisika dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Multi Level Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Suhu Dan Kalor. Dari masalah yang ditemukan dalam pembelajaran maka dapat diidentifikasi permasalahan mencangkup: 1. Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat dalam pembelajaran. 2. Kecenderungan penerapan model pembelajaran yang sama untuk semua materi dan mata pelajaran. 3. Pemahaman konsep fisika yang dangkal sehingga hasil belajar rendah. Rumusan masalah secara umum yaitu bagaimanakah pengaruh model pembelajaran kooperatif multi level terhadap hasil belajar siswa? untuk melihat pengaruhnya, maka digunakan pembanding sehingga dapat terlihat perbedaan hasil belajar siswa, maka rumusan operasionalnya, apakah terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif multi level dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif learning together? Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh model pembelajaran kooperatif multi mevel terhadap hasil belajar siswa. Tujuan penelitian secara

operasional adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif multi level dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif learning together. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat : 1. Bagi tenaga pendidik khususnya guru, dapat menyajikan pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan dan memiliki daya serap yang tinggi sehingga kegiatan yang semula berpusat pada guru menjadi banyak berpusat pada siswa. 2. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan mampu menumbuhkan kerjasama dalam kelompok kecil secara maksimal melalui kegiatan pembelajaran oleh teman sendiri. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain tipe Pretes Posttest Control Group Design dengan satu macam perlakuan. Sebelum dimulai perlakuan, kedua kelompok diberi tes awal atau pretest untuk mengukur kondisi awal (0 1 ). Pada kelompok ekperimen diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif multi level (X 1 ) dan pada kelompok pembanding diberi perlakuan yang menggunakan model pembelajaran kooperatif learning together (X 2). Sesudah perlakuan, kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok pembanding diberi tes lagi sebagai post tes (0 2 ). Gambar 1. Desain Penelitian E : 0 1 X 1 O 2 P : 0 1 X 2 O 2 Keterangan : E : Simbol untuk kelas eksperimen. P : Simbol untuk kelompok kontrol/pembanding. O 1 : Hasil belajar siswa untuk kelas eksperimen dan kontrol sebelum diberi X 1 : Perlakuan pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran multi level. perlakuan. kooperatif

X 2 : Perlakuan pada kelas kontro menggunakan model pembelajaran kooperatif learning together. O 2 : Hasil belajar siswa sesudah diberi perlakuan. Pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif multi level dan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran kooperatif learning together. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang diperoleh yaitu berupa skor hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diperoleh melalui tes hasil belajar yang diberikan kepada siswa dengan menggunakan tes evaluasi. Pengambilan data pada kelas eksperimen yang menggunakan model kooperatif multi level dan pada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran kooperatif learning together dilakukan sebanyak dua kali yaitu pretes dan posttes. Skor rata-rata hasil belajar siswa untuk pretest pada kelas eksperimen hampir sama dengan kelas kontrol dimana perbedaan hanya 1,4%. Namun skor rata-rata hasil belajar siswa untuk posttes pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif multi level lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran kooperatif learning together dengan perbedaan 17,6%. Berdasarkan hasil perhitungan dan pengujian normalitas data yang terdapat pada lampiran 11 Diperoleh harga 2 x pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif multi level untuk pretest adalah 6,446 dan posttest adalah 6,70 sedangkan pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran kooperatif learning together untuk pretest adalah 5,362 untuk posttest adalah 4,708. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa x x 2 2 hitung tabel karena nilai yang ditunjukkan pada table distribusi 2 x yang terdapat pada lampiran 18 untuk kelas eksperimen adalah x 2 table = 12,6 dan untuk kelas kontrol adalah x 2 tabel =11,1. Hal menunjukkan skor hasil belajar siswa untuk kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif multi level dan kelas kontrol yang menggunakan model kooperatif learning together adalah terdistribusi normal.

Pengujian homogenitas varians diuji secara statistik. Uji homogenitas dihitung dengan menggunakan rumus uji Barlett. Karena 2 hitung < 2 tabel yaitu dengan nilai 2,04<124,3 maka kelompok sampel adalah homogen atau tidak terdapat perbedaan di antara kelompok sampel. Artinya, tidak terdapat perbedaan kemampuan belajar siswa pada kelas eksperimen dan siswa pada kelas kontrol yakni merupakan wakil yang baik dari populasi. Pengujian hipotesis pada penelitian ini adalah menggunakan analisis kovarian, dimana hasil uji hipotesis adalah F hitung 47,00 dan F tabel 4,05 Karena F hitung > F tabel, maka diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan pada hasil belajar siswa bila ditinjau dari penerapan model pembelajaran kooperatif multi level. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat pengaruh model pembelajaran kooperatif multi level terhadap hasil belajar siswa antara kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif multi level dan kelas kontrol yang menggunakan model kooperatif learning together. Sebelum dilakukan pengumpulan data, yakni lembar tes dan lembar keterlaksanaan model pembelajaran. Pengumpulan data yang dilakukan melalui tes tersebut pertama-tama diujicoba dan divalidasi dikelas lain yang bertujuan untuk mengetahui apakah tes tersebut valid dan layak untuk digunakan. Pembelajaran model pembelajaran kooperatif multi level dilaksanakan dengan cara menggelompokkan siswa menjadi 3 level yaitu level 1, 2, dan 3 dimana guru hanya memberikan tutoring kepada siswa level 1, siswa level 1 memberikan tutoring kepada siswa level 2, siswa level 1 dan level 2 bersama sama memberikan tutoring kepada siswa level 3. Pada model pembelajaran kooperatif multi level ini, siswa yang berperan aktif dalam pembelajaran dan mempunyai tanggung jawab untuk memberikan tutoring kepada siswa lainya, maka pembelajaran tidak terpusat pada guru saja, melainkan guru hanya menjadi validator dalam proses pembelajaran. Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif multi level lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran kooperatif

learning together dengan perbedaan 17,6%. Berikut ini adalah presentase skor hasil belajar siswa tiap butir soal dan tingkatan kognitif. Untuk butir soal nomor satu dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen rendah dari kelas kontrol dengan perbedaan 4 %. Untuk butir soal nomor dua dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dengan perbedaan 16 %. Untuk butir soal nomor tiga dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dengan perbedaan 28 %. Untuk butir soal nomor empat dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas control dengan perbedaan 28 %. Untuk butir soal nomor sebelas dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dengan perbedaan 4 %. Untuk butir soal nomor dua belas dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dengan perbedaan 28 %. Untuk butir soal nomor tiga belas dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol. Untuk butir soal nomor empat belas dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dengan perbedaan 8 %. Untuk butir soal nomor lima belas dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol. Untuk soal pada aspek C1 (Pengetahuan), hasil belajar pada kelas eksperimen masih lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol kecuali untuk butir soal nomor 1 kelas kontrol sedikit lebih unggul dari kelas eksperimen dan untuk butir soal nomor 13, 15, mempunyai hasil belajar yang sama antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk butir soal nomor lima, dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dengan perbedaan 24 %. Untuk butir soal nomor enam dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dengan perbedaan 4 %. Untuk butir soal nomor enam belas dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen rendah dari kelas kontrol dengan perbedaan 20 %. Untuk butir soal nomor tujuh belas dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dengan perbedaan 24 %. Untuk soal C2 (Pemahaman) hasil belajar pada kelas eksperimen masih lebih tinggi dibandingkan

kelas kontrol. Kecuali untuk butir soal nomor 16, hasil belajar siswa pada kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen. Untuk butir soal nomor tujuh, dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dengan perbedaan 44 %. Untuk butir soal nomor delapan dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dengan perbedaan 28%. Untuk butir soal nomor Sembilan dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dengan perbedaan 20%. Untuk butir soal nomor sepuluh dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol dengan perbedaan 16%. Untuk soal nomor delapan belas dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dengan perbedaan 12 %. Untuk butir soal nomor sembilan belas dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dengan perbedaan 36%. Untuk butir soal nomor dua puluh dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol dengan pebedaan 8%. Untuk butir soal C3 (penerapan), hasil belajar pada kelas eksperimen masih lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Berdasarkan hasil analisis hipotesis, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif multi level dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif learning together, maka dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif multi level berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Eka L. Koncara pada tahun 2008 dengan judul Belajar matematika dengan Strategi Belajar Kooperatif Multi Level.Dalam penelitiannya didapatkan hasil yang cukup signifikan, siswa sangat antusias dalam proses pembelajaran,bagi anak yang kurang pandai ternyata penjelasan dari teman lebih mudah diterima. Begitu juga dengan penelitian Nurwidiyanto dengan judul Perbandingan keefektifan model kooperatif multi level, model group investigation, dan model advance organizer terhadap hasil belajar dengan materi penerapan fungsi linier dan kuadrat pada matematika ekonomi siswa kelas XI semester genap program kejuruan akuntansi dan penjualan SMK YPPM boja kabupaten kendal tahun 2009/2010 menunjukkan peningkatan hasil belajar.

SIMPULAN SARAN KESIMPULAN 1. Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam memecahkan problem (masalah). Pada dasarnya, hasil belajar bergantung pada prosesnya. 2. Pada butir soal C1 (Pengetahuan) hasil belajar pada kelas eksperimen masih lebih tinggi dibandingkan kelas control, kecuali untuk butir soal nomor 1 kelas kontrol sedikit lebih unggul dari kelas eksperimen dan untuk butir soal nomor 13, 15, mempunyai hasil belajar yang sama antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. 3. Pada soal C2 (Pemahaman) hasil belajar pada kelas eksperimen masih lebih tinggi dibandingkan kelas control, kecuali untuk butir soal nomor 16, hasil belajar siswa pada kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen. 4. Pada butir soal C3 (penerapan), hasil belajar pada kelas eksperimen masih lebih tinggi dibandingkan kelas control. SARAN 1. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran hendaknya guru diharapkan dapat melatih peserta didik untuk memiliki keterampilan berfikir (thinking skill) seperti keterampilan untuk mengemukakan pendapat, menerima saran, bekerja sama, dan rasa setia kawan, maupun keterampilan sosial (social skill) 2. Menjadikan model kooperatif multi level sebagai salah satu rujukan dalam membelajarkan siswa didalam kelas. 3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan materi-materi fisika lainnya dan tidak menutup kemungkinan untuk mata pelajaran yang lain.

DAFTAR RUJUKAN Arikunto. Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana. Belajar Matematika dengan Strategi Belajar Kooperatif Multi Level. Universitas Pendidikan Indonesia. 2008. http://www.scribd.com/doc/15190069/strategi-belajar- Multi-Level-Dalam-Matematika. Di akses tgl 3 Desember 2013. F.A. Suprapto Mukti Nugroho. 2008. Pengembangan pembelajaran IPA/Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Langsung (direct instruction) dengan Teknik Multi Level Learning (MML). Furchan. Arief. 2004. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Jakarta: Pustaka Pelajar. Giancoli. Douglas. 2001. FISIKA Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Hartutik. Sri. strategi belajar matematika di SD dengan cara kooperati Multi Tersedia http://media.diknas.go.id/media/document/5214.pdf. diakses pada 11 januari 2014. Level. tanggal Ismail. 2003. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SLTP Rahayu. Penerapan model pembelajaran kooperatif learning together. Medan. 2012. http://digilib.unimed.ac.id/penerapan-model-pembelajaran-kooperatif-learningtogether. diakses pada tgl 28 maret 2014. Rusman. 2010. Model Model Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Setya Nurach Mandani. 2009. FISIKA 1 untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan. Sudjana. 2008. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sudjana. Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Roasdakarya. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Suprijono. Agus. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Winarsunu. Tulus. 2009. Statisik Dalam Penelitian: Psikologi & Pendidikan. Malang: UMM PRESS