Klik Dibatalkan dan Ditindaklanjuti dgn Instruksi Bupati No 8 Tahun 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IJIN USAHA PETERNAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PEMOTONGAN HEWAN TERNAK

Klik Dibatalkan dan Ditindaklanjuti dgn Instruksi Bupati No 8 Tahun 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG

1 of 5 02/09/09 11:07

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 2 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN DAN PEMOTONGAN HEWAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN (DICABUT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTA NG

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2001 NOMOR 37 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 11 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PEMOTONGAN HEWAN TERNAK

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2001 NOMOR 37 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG. Nomor : 5 Tanggal : 25 Juni 1999 Seri : B Nomor : 5

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK ATAS PENGUSAHAAN BURUNG SRITI DAN ATAU WALET DI KABUPATEN JEMBRANA

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA RAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PENGELOLAAN RUMAH POTONG HEWAN (RPH) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 6 TAHUN : 2003 SERI : B NOMOR : 1 NOMOR 3 TAHUN 2003 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG,

RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 08 TAHUN 2009 BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 08 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR : 7 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAII TINGICAT H SURAKARTA NOMOR : 13 TAHUN : 1999 SERI : B NO : 7

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 3 TAHUN : 1999 SERI : B.3.

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR : 21 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 21 TAHUN 1994

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI,

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

BUPATI MAMASA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMASA NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI ATAS IJIN PENEBANGAN KAYU RAKYAT (IPKR) DAN SURAT KETERANGAN ASAL USUL (SKAU)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 15 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2003 Seri : C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR : 18 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 1 TAHUN 2002 SERI : B PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG,

BUPATI GIANYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN GIANYAR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 6 TAHUN : 2003 SERI : B NOMOR : 1 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR. 15 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 2 TAHUN 1990 TENTANG PAJAK POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

Klik Dibatalkan dan Ditindaklanjuti dgn Instruksi Bupati No 1 Tahun 2007

6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 14 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2000 T E N T A N G RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR : 6 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PEMERINTAH KABUPATEN GAYO LUES

KETENTUAN PERIZINAN USAHA DIBIDANG PETERNAKAN DAN PENGENAAN RETRIBUSI ATAS PEMERIKSAAN KESEHATAN HEWAN SERTA DAGING DALAM WILAYAH KOTA MAKASSAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR : 2 TAHUN 2000 SERI : B PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 22 TAHUN 2000 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEKANBARU Nomor : 18 Tahun 1998 T E N T A N G RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 38 TAHUN 2000 TENTANG IZIN USAHA PEMOTONGAN HEWAN, PENJUALAN DAGING HEWAN DAN USAHA PEMOTONGAN UNGGAS

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI ROKAN HILIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN KESEHATAN TERNAK DAN PERIZINAN USAHA DIBIDANG PETERNAKAN

PEMERINTAH KABUPATEN PONTIANAK

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 17 TAHUN 2006 T E N T A N G RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

Transkripsi:

Klik Dibatalkan dan Ditindaklanjuti dgn Instruksi Bupati No 8 Tahun 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IJIN PEMOTONGAN TERNAK DAN PENANGANAN DAGING SERTA HASIL IKUTANNYA DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa kesehatan masyarakat veteriner (kesmavet) mempunyai peranan dalam mencegah penularan penyakit zoonosa dan pengamanan produksi daging dan bahan makanan asal hewan untuk kesehatan masyarakat ; b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut diatas maka untuk melindungi kesehatan masyarakat yang menggunakan daging dan bahan asal hewan sebagai bahan konsumsi dan juga sebagai upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka penyediaan daging dan bahan asal hewan yang memenuhi persyaratan kesehatan. c. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a dan b diatas, maka dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana tentang Retribusi Ijin Pemotongan Ternak dan Penanganan Daging serta Hasil Ikutannya di Kabupaten Jembrana. Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerahdaerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 122; Tambahan Lembaran Negara Nomor 1655) ; 2. Undang Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 10; Tambahan Lembaran Negara Nomor 2824) ; 3. Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209);

4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) ; 5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848); 6. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); 7. Undang Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1977 tentang Penolakan, Pencegahan, Pemberantasan dan Pengobatan Penyakit Hewan (Lembaran Negara Tahun 1977 Nomor 20; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3101); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 28) ; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tetang Retribusi Daerah; 12. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden; 13. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 555/Kpts/TN.240/9/1986 tentang Syarat - syarat Rumah Pemotongan Hewan dan Usaha Pemotongan Hewan ; 14. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 413/Kpts/TN.310/7/1992 tentang Pemotongan Hewan Potong dan Penanganan Daging serta Hasil Ikutannya ; 15. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Jembrana Nomor 2 Tahun 1991 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Jembrana (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Jembrana Tahun 1991 Nomor 156 tanggal 29 Oktober 1991 Seri D Nomor 152) ; 2

16. Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 8 Tahun 2000 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas/Unsur Pelaksana Kabupaten Jembrana (Lembaran Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2000 Nomor 28; Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 6). Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA TENTANG RETRIBUSI IJIN PEMOTONGAN TERNAK DAN PENANGANAN DAGING SERTA HASIL IKUTANNYA DI KABUPATEN JEMBRANA. BAB I KETENTUAN UMUM 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Jembrana; 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Jembrana ; 3. Kepala Daerah adalah Bupati Jembrana ; 4. DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jembrana. 5. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang perpajakan Daerah dan/atau Retribusi Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 6. Dinas Peternakan adalah Dinas Peternakan Kabupaten Jembrana ; 7. Kepala Dinas Peternakan adalah Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Jembrana ; 8. Retribusi adalah pungutan sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan; 9. Kesmavet adalah segala urusan yang berhubungan dengan hewan atau bahan asal hewan, yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kesehatan manusia; 10. Zoonosa adalah penyakit yang dapat berjangkit dari hewan ke manusia atau sebaliknya; 11. Ternak Potong adalah hewan untuk keperluan dipotong yaitu sapi, kerbau, kambing, domba, babi, ayam dan hewan lainnya yang dagingnya lazim dikonsumsi ; 12. Rumah Potong Hewan (RPH) adalah bangunan atau komplek bangunan permanen dengan sarananya yang dipergunakan untuk kegiatan pemotongan ternak yang ditetapkan oleh Bupati ; 3

13. Tempat Penampungan Ternak adalah bangunan atau komplek bangunan untuk menampung ternak sebelum dipotong ; 14. Pemotongan Ternak adalah kegiatan yang menghasilkan daging yang terdiri dari pemeriksaan ante mortem, penyembelihan, penyelesaian penyembelihan dan pemeriksaan post mortem ; 15. Pemotongan Darurat adalah pemotongan ternak yang terpaksa harus segera dilakukan baik didalam maupun diluar rumah potong karena sesuatu yang membahayakan jiwa ternak itu sendiri, manusia dan lingkungan atau karena kecelakaan, hewan mengamuk atau buas ; 16. Daging adalah bagian-bagian dari ternak yang telah dipotong termasuk isi rongga perut dan dada yang lazim dimakan manusia ; 17. Karkas adalah bagian dari hewan potong yang disembelih setelah kaki dan kepala dipisahkan, dikuliti, serta isi rongga perut dan dada dikeluarkan ; 18. Daging Dingin adalah daging yang didinginkan dengan suhu 0 (nol derajat) sampai 4 (empat derajat) celcius ; 19. Daging Beku adalah daging yang dibekukan dengan suhu sekurang-kurangnya minus 10 (sepuluh derajat) celcius ; 20. Daging Giling adalah daging yang telah mengalami proses penggilingan; 21. Daging Olahan adalah daging yang telah mengalami proses pengolahan kecuali dikalengkan ; 22. Hasil Ikutan Ternak adalah hasil samping dari pemotongan hewan potong berupa darah, kulit, bulu, lemak, tulang, tanduk dan kuku ; 23. Pemeriksaan Ante Mortem adalah pelaksanaan pemeriksaan atau pengujian sebelum ternak dipotong ; 24. Pemeriksaan Post Mortem adalah pelaksanaan pemeriksaan atau pengujian setelah ternak dipotong ; 25. Usaha Pemotongan Ternak adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perorangan atau badan yang melaksanakan pemotongan ternak di Rumah Potong Hewan milik Pemerintah atau milik perorangan atau Badan Hukum yang ditentukan Pemerintah melalui Keputusan Bupati ; 26. Pengusaha Daging adalah seseorang atau badan yang usahanya meliputi kegiatan menghasilkan daging, menyimpan daging, pengecer daging ; 27. Pengusaha Pemasok Daging adalah seseorang atau badan yang usahanya memasukkan daging ke wilayah Kabupaten Jembrana ; 28. Pengusaha Penggilingan Daging adalah seseorang atau badan yang usahanya menyelenggarakan penggilingan daging ; 29. Penyimpanan Daging adalah kegiatan penyimpanan daging untuk keperluan persediaan daging di wilayah Kabupaten Jembrana ; 30. Petugas Pemeriksa yang berwenang adalah dokter hewan pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri berdasarkan pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner yang bertugas melakukan pemeriksaan ante mortem dan post mortem di Rumah Potong Hewan (RPH) atau tempat pemotongan hewan di wilayah tertentu atau petugas teknis yang ditunjuk untuk melakukan pekerjaan diatas dan dibawah pengawasan serta tanggung jawab dokter hewan sebagaimana dimaksud diatas ; 4

31. Pemeriksaan Ulang adalah pemeriksaan terhadap daging yang harus dilengkapi dengan dokumen sesuai dengan ketentuan yang berlaku yang dilakukan oleh petugas pemeriksa yang berwenang ditempat yang ditentukan oleh Bupati ; 32. Ijin Pemotongan Ternak dan Penjualan Daging serta Hasil Ikutannya adalah ijin yang dikeluarkan oleh Bupati atau pejabat lain yang diberi wewenang mengeluarkan ijin yang memberikan hak untuk melaksanakan kegiatannya ; 33. Tempat Penjualan Daging adalah tempat dimana usaha penjualan dilakukan di los-los dalam pasar yang telah ditetapkan dan kios penjualan yang didirikan sendiri diluar tempat yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. 34. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Jembrana. 35. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang undangan. Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong tertentu. 36. Masa Retrubusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan. 37. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang dapat disingkat SSRD, adalah surat yang oleh Wajib Retribusi digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran Retribusi yang terutang ke Kas Daerah atau ke tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Kepala Daerah. 38. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang dapat disingkat SKRD, adalah surat ketetapan Retribusi yang menentukan besarnya pokok Retribusi. 39. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang dapat disingkat SKRDLB, adalah surat ketetapan Retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran Retribusi karena jumlah kredit Retribusi lebih besar daripada Retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang. 40. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang dapat disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan Retribusi dan / atau sanksi administrasi berupa bunga dan / atau denda. BAB II NAMA, SUBYEK, DAN OBYEK RETRIBUSI 2 Dengan nama Retribusi Ijin Pemotongan Ternak dan Penanganan Daging Serta Hasil Ikutannya di Kabupaten Jembrana dipungut retribusi sebagai pembayaran atas Ijin Pemotongan Ternak dan Penanganan Daging Serta Hasil Ikutannya di Kabupaten Jembrana 3 Subyek retribusi adalah setiap orang atau badan hukum yang melakukan kegiatan usaha pemotongan ternak baik yang dilakukan oleh perorangan atau badan hukum yang melakukan pemotongan ternak dirumah potong hewan milik Pemerintah atau milik perseorangan atau badan hukum yang ditentukan oleh pemerintah melalui Keputusan Bupati. 5

4 Obyek retribusi adalah setiap kegiatan usaha pemotongan ternak baik yang dilakukan oleh peseorangan atau badan hukum yang melaksanakan pemotongan ternak dirumah potong hewan milik pemerintah atau milik perseorangan atau badan hukum yang ditentukan oleh pemerintah melalui Keputusan Bupati. BAB III PENGUSAHA PEMOTONGAN TERNAK 5 (1) Setiap pengusaha pemotongan ternak di Kabupaten Jembrana harus mendapat ijin dari Bupati atau pejabat yang ditunjuk ; (2) Prosedur permohonan untuk memperoleh ijin sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini ditetapkan dengan Keputusan Bupati. 6 (1) Pemotongan ternak yang berkaitan dengan adat dan Agama tidak dikenakan retribusi namun tetap mendapat pengawasan dari petugas yang berwenang ; (2) Pemotongan ternak yang dimaksud ayat (1) pasal ini harus dilengkapi dengan Surat Keterangan Kepala Desa atau aparat yang berwenang. BAB IV TATA CARA PENANGANAN DAN PEJUALAN HASIL PEMOTONGAN TERNAK 7 (1) Daging yang dijual hanya boleh dipotong-potong diatas meja, bangku atau alat lainnya yang dilapisi dengan bahan aluminium atau yang dibuat dari bahan yang tidak dapat ditembus oleh barang cair dan mudah dibersihkan ; (2) Daging yang dijual keliling atau yang dipasarkan ditempat-tempat penjualan daging harus dilindungi terhadap kotoran, debu, sinar matahari, air hujan, lalat dan sebagainya; (3) Dasar atau alas lantai tempat penjualan atau pengeceran harus lebih tinggi dari lantai sekitarnya dengan tinggi minimal 50 cm, bersih dan memperhatikan kesehatan ; (4) Tempat penjualan daging dingin dan beku hanya dapat dilakukan di lokasi tertentu dengan tempat tertentu atas ijin Bupati ; (5) Tempat penjualan daging babi harus terpisah dengan tempat penjualan daging lainnya. 6

8 Semua penjual daging diwajibkan memberi kesempatan pada petugas pemeriksa daging untuk memeriksa daging ditempat penjualan atau sewaktu daging dibawa. 9 (1) Daging yang dipasok ke Kabupaten Jembrana harus dilengkapi dengan Surat Keterangan Kesehatan dari asal daging dan wajib diperiksa ulang; (2) Pemeriksaan ulang sebagai tersebut pada ayat (1) pasal ini dikenakan retribusi sebagaimana tersebut dalam 10 ayat (2) Peraturan Daerah ini. BAB V RETRIBUSI IJIN PEMOTONGAN TERNAK 10 (1) Ijin pemotongan ternak, daging dan hasil ikutannya : a. Ijin pemotongan ternak. Sapi, kerbau dan kuda Rp. 100.000,-/5Tahun Babi, kambing dan domba Rp. 75.000,-/5 Tahun Unggas Rp. 50.000,-/5 Tahun b. Ijin pengusaha daging. Penjual/pengecer daging / pengolah daging Rp. 50.000,-/5Tahun Pasar Swalayan Rp. 100.000,-/5Tahun c. Ijin penampungan, penggaraman, pengeringan kulit, tulang, bulu dan lemak Rp. 100.000,-/ 5 Tahun (2) Retribusi pemeriksaan ulang daging, bahan asal hewan dari luar Kabupaten Jembrana: Sapi, kerbau dan kuda Rp. 500,-/Kg. Babi, kambing dan domba Rp. 250,-/Kg. Unggas Rp. 100,-/Kg. BAB VI LARANGAN-LARANGAN 11 Dilarang menjual atau mengedarkan, menyimpan, mengolah daging dan atau bagian-bagian lainnya seperti : 7

a. Daging gelap; b. Daging selundupan; c. Tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan dan tidak layak dikonsumsi. 12 (1). Dilarang membuang bagian-bagian ternak yang telah dipotong sebelum dilakukan pemeriksaan post mortem. (2). Dilarang membawa daging keluar dari Rumah Potong Hewan atau dari tempat lain yang ditunjuk untuk itu sebelum daging diperiksa dan dicap oleh petugas pemeriksa daging. (3). Dilarang membawa daging yang akan dijual dengan tidak diberi tutup. (4). Dilarang membawa daging yang telah dipotong-potong dengan tempat yang disebelah dalamnya tidak dilapisi dengan aluminium atau bahan lainnya yang memenuhi syarat yang dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dibersihkan. BAB VII PEMBATALAN PERIJINAN 13 (1) Surat ijin sesuai Bab III 5 dan Bab V 10 ayat (1) dan 11 Peraturan Daerah ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi : a. Jika pemegang surat ijin melanggar ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini; b. Ijin dibatalkan jika pemilik ijin tidak aktif lagi dan selama kurun waktu 6 (enam) bulan berturut-turut pemegang ijin tidak melakukan usahanya; c. Ijin tidak berlaku jika pemegang ijin tersebut telah meninggal dunia kecuali ada permohonan dari ahli waris untuk melanjutkan usaha tersebut. (2) Dengan pembatalan ijin dimaksud, maka yang bersangkutan tidak diperbolehkan lagi menjalankan usahanya. 14 Jangka waktu berlakunya ijin sesuai 10 ayat (1) Peraturan Daerah ini adalah selama 5 (lima) tahun terhitung sejak ijin dikeluarkan. BAB VIII KETENTUAN PENYIDIKAN 8

15 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah atau Retribusi, sebagaimana dimaksud dalam Undangundang Hukum Acara Pidana yang berlaku. (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang perpajakan Daerah dan Retribusi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas ; b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi, atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan Daerah dan Retribusi; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang perpajakan Daerah dan Retribusi; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang perpajakan Daerah dan Retribusi ; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut ; f. meminta tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan Daerah dan Retribusi; g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan/atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan Daerah dan Retribusi; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi ; j. menghentikan penyidikan ; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi menurut hukum yang bertanggung jawab. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. 9

BAB IX KETENTUAN PIDANA 16 (1) Barang siapa yang melanggar ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Daerah ini dapat diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 5.000.000,- (Lima Juta Rupiah) ditetapkan dengan putusan pengadilan. (2) Tindak Pidana dimaksud dalam ayat (1) adalah pelanggaran. BAB X KETENTUAN PENUTUP 17 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. 18 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Jembrana. Disahkan di Negara. Pada tanggal 21 September 2001 BUPATI JEMBRANA, I GEDE WINASA Diundangkan di Negara Pada tanggal 24 September 2001 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN JEMBRANA, Drs. I GDE SUINAYA, MM LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2001 NOMOR 48 SERI B NOMOR 2 10

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IJIN PEMOTONGAN TERNAK DAN PENANGANAN DAGING SERTA HASIL IKUTANNYA DI KABUPATEN JEMBRANA I. PENJELASAN UMUM Dalam rangka mendukung perkembangan otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab, pembiayaan pemerintah dan pembangunan daerah yang bersumber dari Retribusi Daerah pengaturannya perlu ditingkatkan lagi. Bahwa sesuai dengan 18 ayat (3) Undang Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah dimana jenis retribusi daerah yang pengaturannya diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Agar pengaturannya didaerah memiliki dasar hukum maka dipandang perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana tentang Retribusi Ijin Pemotongan Ternak dan Penanganan Daging serta Hasil Ikutannya di Kabupaten Jembrana II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL 1 cukup jelas. 2 cukup jelas. 3 cukup jelas. 4 cukup jelas. 5 cukup jelas. 6 ayat (1) yang dimaksud disini adalah pemotongan untuk kepentingan adat/agamabisa dilakukan di RPH/diluar RPH dengan pengawasan petugas berwewenang. 7 cukup jelas. 8 cukup jelas. 9 cukup jelas. 10 cukup jelas. 11 cukup jelas. 12 cukup jelas. 13 cukup jelas. 14 cukup jelas.

15 ayat (1) dalam hal Penyidikan Pegawai Negeri Sipil akan pengadakan penyidikan suatu peristiwa yang menunjukkan tindak pidana dan sedang dalam penyidikannya kemudian ditemukan barang bukti yang kuat untuk diajukan kepada penuntut umum maka penyidik tersebut menyampaikan hasil penyidikannya penuntut umum melalui Polri, hal tersebut sesuai dengan pasal 107 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 dan pasal 9 Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Jembrana Nomor 2 Tahun 1991. 16 cukup jelas. 17 cukup jelas. 18 cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN DEARAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 30