BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian. Tabel 5.1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipilih adalah metode eksperimental randomized pre

BAB I PENDAHULUAN. jaringan lunak yang menyebabkan jaringan kolagen pada fasia, ligamen sekitar

KOMBINASI BIOFEEDBACK DAN KEGEL EXERCISE LEBIH MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT DASAR PANGGUL PADA INKONTINENSIA URINAE TIPE STRES PASCA PARTUS NORMAL

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi kerusakan. Salah satu keluhan yang sering dialami lansia akibat

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Penelitian ini dilakukan di Poltekkes YRSU Dr.Rusdi. Jl.H Adam Malik

BAB I PENDAHULUAN. maksimal dari latihan kegel akan diperoleh jika frekuensi latihan berkisar

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian yang telah dilaksanakan di SMP N 11 Denpasar, selama enam

BAB V HASIL PENELITIAN. Karekteristik sampel penelitian dipaparkan dalam Tabel 5.1 diskripsi

KOMBINASI BIOFEEDBACK DAN KEGEL EXERCISE LEBIH BAIK MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT DASAR PANGGUL PADA INKONTINENSIA URINAE TIPE STRES PASCA PARTUS NORMAL

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. program pelatihan peningkatan agility pada periode April - Mei 2015.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Tabel 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasal 1 dinyatakan bahwa seorang dikatakan lansia setelah mencapai umur 50

BAB III METODA PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Eksperimental dengan

TUGAS MANDIRI 1 Bladder Training. Oleh : Adelita Dwi Aprilia Reguler 1 Kelompok 1

Jade Egg: Rahasia Kegel Sehat Sensual BAB I PENDAHULUAN

Kekuatan Otot Dasar Panggul pada Primigravida (Penelitian Pendahuluan)

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dilihat dari usia harapan hidup (UHH) (Mubarak,

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan masyarakat akan peningkatan derajat kesehatan mereka juga meningkat.

METODE PELVIC FLOOR MUSCLE TRAINING DALAM MENURUNKAN INKONTINENSIA URIN PADA LANSIA DI DESA DARUNGAN KECAMATAN PARE KABUPATEN KEDIRI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN. Maret Mei 2015, menggunakan rancangan eksperimental true pada dua kelompok

EDUKASI KLIEN BPH POST TURP DI RUMAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perhitungan pengukuran langsung dari 30 responden saat pre-test.

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di klinik dan bangsal THT-KL dan laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. seorang ibu hamil. Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun luar tubuh (Padila, 2013). Menjadi tua merupakan proses

PEMBERIAN OTAGO HOME EXERCISE PROGRAMME LEBIH BAIK DALAM MENGURANGI RISIKO JATUH DARIPADA BALANCE STRATEGY EXERCISE PADA LANSIA DI TABANAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perawatan merupakan suatu proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan di sini merupakan penelitian eksperimental

BAB I PENDAHULUAN. Pola eliminasi urine merupakan salah satu perubahan fisik yang akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH KEGEL EXERCISE DAN ELECTRICAL STIMULATION TERHADAP INCONTINENCIA URINE PADA LANJUT USIA

BAB I PENDAHULUAN. Monako dengan rata-rata usia 90 tahun (Mubarak, 2012). atau World Health Organization (WHO) tahun 1999 meliputi: Usia

BAB V HASIL PENELITIAN. Pada bab ini diuraikan hasil penelitian tentang pengaruh latihan mengunyah dan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST SECTIO CAESARIA AKIBAT PLASENTA PREVIA TOTALIS DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB V HASIL PENELITIAN

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA 2012

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2.

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

PENGARUH PEMBERIAN KEGEL EXERCISE TERHADAP INKONTINENSIA URIN PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA KENANGA DAN KANTHIL DI DESA DELANGGU

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.

BAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan masing-masing kelompok 1 dengan pelatihan berjalan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kelainan kelenjar prostat dikenal dengan Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)

BAB IV METODE PENELITIAN. dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah randomized pre test and post

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Memasuki masa tua berarti mengalami perubahan baik secara fisiologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN. diambil dari para wanita akseptor kontrasepsi oral kombinasi dan injeksi

BAB I PENDAHULUAN. dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

LAPORAN NURSING CARE INKONTINENSIA. Blok Urinary System

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP KELAHIRAN BAYI SPONTAN

: ENDAH SRI WAHYUNI J

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental murni. Dengan

INTERVENSI SLOW STROKE BACK MASSAGE

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) dalam darahnya. Yang dicirikan dengan hiperglikemia, yang disertai. berbagai komplikasi kronik (Harmanto Ning, 2005:16).

BAB I PENDAHULUAN. I dan II jarang terjadi perdarahan postpartum. morbiditas lainnya meliputi macam-macam infeksi dan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pribadi secara harmonis. Senam terdiri dari gerakan-gerakan

BAB V PEMBAHASAN. terbanyak mempunyai kelompok umur tahun yaitu sebanyak 37

TUGAS MADIRI BLADDER TRAINING

PENGARUH SENAM KEGEL DAN PIJAT PERINEUM TERHADAP KEKUATAN OTOT DASAR PANGGUL LANSIA DI PUSKESMAS TABANAN III

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi dan

Referat Fisiologi Nifas

PENGARUH SENAM KEGEL TERHADAP FREKUENSI BAK PADA LANSIA DENGAN INKONTINENSIA URINE

BAB I PENDAHULUAN. utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health

Ernawati Program Studi DIII Keperawatan STIKes Faletehan Serang PROFESI, Volume 14, Nomor 1, September 2016.

BAB V HASIL. Penelitian dilakukan pada 12 ekor kelinci jantan New Zealand, secara

Luh Putu Tuti Ariani. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat non progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. CP

EFEKTIFITAS KEGEL EXERCISE UNTUK PENCEGAHAN POSTPARTUM FEMALE SEXUAL DYSFUNCTION DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. yang sering dijumpai di masyarakat dan praktek sehari-hari. Pada

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di instalasi rekam medik RSUP dr. Kariadi Semarang,

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

BAB IV METODE PENELITIAN. eksentric m.quadriceps dan latihan plyometric terhadap peningkatan agilty pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2016 dan dilaksanakan di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bangsal Firdaus RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta yang

PENGARUH SENAM KEGEL TERHADAP FREKUENSI INKONTINENSIA URINE PADA LANJUT USIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMPAAN MINAHASA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Osteoartritis (OA) penyakit sendi degeneratif atau artritis hipertropi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pengkuran terhadap 10 orang sampel penelitian, yakni para member wanita

BAB IV METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Pre and Post

REHABILITASI STROKE FASE AKUT

BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP. kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik

Pengkajian : Manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada individu yang mengalami masalah eliminasi urine : 1. inkontinensia urine 2.

PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN VISUALISASI TERHADAP PENURUNAN STRES PADA SISWA SEKOLAH DASAR SKRIPSI. Oleh : Firman M2A

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, modernisasi merupakan kata yang dapat. dimulai dari kehidupan sosial, ekonomi, pola pikir, ilmu pengetahuan dan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian

Transkripsi:

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian Berikut ini disajikan deskripsi sampel berdasarkan umur dan indeks massa tubuh pada Tabel 5.1: Tabel 5.1 Deskripsi Sampel Berdasarkan Umur dan Indeks Massa Tubuh pada Kelompok Perlakuan I dan Kelompok Perlakuan II Karakteristik Sampel Umur (thn) IMT (kg/m 2 ) Perlakuan I (n=10) Rerata ± SB 29,70 ± 2,83 25,10 ± 1,35 Perlakuan II (n=10) Rerata ± SB 29,70 ± 3,26 23,57 ± 1,44 Tabel 5.1 menunjukkan bahwa karakteristik sampel berdasarkan umur dan indeks massa tubuh dari kedua kelompok tidak ada beda, adapun rerata umur subjek pada kelompok perlakuan I diperoleh nilai 29,70 ± 2,83 tahun dan pada kelompok perlakuan II diperoleh nilai 29,70 ± 3,26 tahun. Disini nilai rerata indeks massa tubuh pada kelompok perlakuan I diperoleh nilai 25,10 ± 1,35 kg/m 2 dan pada kelompok perlakuan II diperoleh nilai 23,57 ± 1,44 kg/m 2. 53

54 Berdasarkan nilai rerata umur pada kedua kelompok perlakuan menunjukkan umur sampel terbanyak 21-30 tahun, dengan kategori dewasa muda. Sedangkan berdasarkan nilai rerata indeks massa tubuh kelompok perlakuan I menunjukkan sampel terbanyak termasuk dalam kategori pre obesitas dan nilai rerata indeks massa tubuh kelompok II menunjukkan sampel terbanyak termasuk dalam kategori normal. 5.1.2 Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Untuk menentukan jenis uji statistik komparasi yang akan digunakan untuk membandingkan hasil sebelum dan sesudah latihan antara kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II, maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan Saphiro Wilk Test. Selanjutnya uji homogenitas varian data dengan menggunakan Levene s Test yang akan disajikan pada Tabel 5.2 sebagai berikut: Kekuatan Otot Dasar Panggul Tabel 5.2 Uji Normalitas dan Uji Homogenitas p. Uji Normalitas (Saphiro Wilk-Test) p. Uji Homogenitas (Levene s Test) Perlakuan I (n=10) Perlakuan II (n=10) Sebelum 0,473 0,646 0,767 Sesudah 0,143 0,208

55 Dari hasil uji normalitas dengan Saphiro Wilk-Test sebelum dan sesudah latihan pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II diketahui nilai p>0,05 yang berarti data berdistribusi normal. Sedangkan uji homogenitas menggunakan Levene s Test pada semua sampel sebelum dan sesudah latihan pada kedua kelompok data diketahui nilai p>0,05 yang berarti data homogen atau varian data yang sama. 5.1.3 Uji Peningkatan Kekuatan Otot Dasar Panggul Sebelum dan Sesudah Latihan pada Kelompok Perlakuan I dan Kelompok Perlakuan II Uji beda ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kekuatan otot dasar panggul sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II. Tabel 5.3 Uji Kekuatan Otot Dasar Panggul Sebelum dan Sesudah Kelompok Perlakuan I dan Kelompok Perlakuan II Sebelum Sesudah Variabel Rerata ± SB Rerata ± SB t p* (mmhg) (mmhg) Kelompok Perlakuan I 4,80 ± 1,75 6,70 ± 1,82-10,585 0,000 Kelompok Perlakuan II 4,90 ± 1,66 9,50 ± 1,90-20,804 0,000 p** 0,767 0,004-3,357 Keterangan: p* = Paired t-test. p** = Independent t-test Tabel 5.3 menunjukkan beda peningkatan kekuatan otot dasar panggul sebelum dan sesudah latihan kelompok perlakuan I dengan menggunakan Paired t-test memiliki nilai t = -10,585 dan p<0,05. Hal ini berarti pada

56 kelompok perlakuan I terjadi peningkatan otot dasar panggul sesudah diberikan kegel exercise secara bermakna. Kegel exercise terbukti secara signifikan meningkatkan kekuatan otot dasar panggul. Pada Tabel 5.3 menunjukkan beda peningkatan kekuatan otot dasar panggul sebelum dan sesudah latihan kelompok perlakuan II dengan menggunakan Paired t-test memiliki nilai t = -20,804 dan p< 0,05. Hal ini berarti pada kelompok perlakuan II terjadi peningkatan kekuatan otot dasar panggul sesudah diberikan kombinasi biofeedback dan kegel exercise secara bermakna. Kombinasi biofeedback dan kegel exercise terbukti secara signifikan meningkatkan kekuatan otot dasar panggul. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Independent t-test seperti pada Tabel 5.3 menunjukkan bahwa beda peningkatan kekuatan otot dasar panggul sesudah latihan antara kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II memiliki nilai t = -3,357 dan p<0,05. Hal ini berarti ada perbedaan peningkatan kekuatan otot dasar panggul yang bermakna. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kombinasi biofeedback dan kegel exercise lebih baik dalam meningkatkan kekuatan otot dasar panggul dibandingkan kegel exercise tunggal pada inkontinensia urinae tipe stres pasca partus normal.

57 5.2 Pembahasan 5.2.1 Subjek Penelitian Jumlah subjek penelitian sebanyak 20 orang wanita multiparitas 3 bulan pasca partus normal yang mengalami kelemahan otot dasar panggul dan inkontinensia urinae tipe stres yang datang ke Posyandu Lembayung, Desa Babussalam, Kecamatan Rambah, Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Pada kelompok perlakuan I diberikan latihan kegel exercise terdiri dari 10 orang, sedangkan pada kelompok perlakuan II diberikan kombinasi biofeedback dan kegel exercise terdiri dari 10 orang. Umur sampel terbanyak pada kedua kelompok adalah 21-30 tahun (kategori dewasa muda). Umur merupakan salah satu faktor risiko terjadinya inkontinensia urinae. Umur yang dianggap paling aman menjalani kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Peningkatan umur akan menyebabkan penurunan tonus otot dasar panggul yang menyebabkan terganggunya kontrol otot sfringter uretra eksternal dan otot kandung kemih, hal ini yang menyebabkan terjadinya inkontinensia urinae (Craven dan Hirnle, 2007). Penelitian ini sesuai hasil penelitian yang dilakukan oleh Hullfish, et.al., (2007), memperoleh data rata-rata umur ibu pasca partus normal yang diteliti adalah 29,2 tahun dengan rentang umur 18 sampai 37 tahun. Rerata umur pasca partus yang diperoleh Neilsen, et.al., (2009), dalam penelitiannya adalah 29 tahun. Dari hasil penelitian ini, rerata umur sampel yang diteliti 29,70 tahun dengan rentang usia 25-35 tahun, tergolong umur yang aman menjalani persalinan.

58 Berdasarkan rerata indeks masa tubuh pada kedua kelompok perlakuan menjelaskan bahwa status gizi semua sampel dalam penelitian ini dalam kategori normal dan pre obesitas. Indeks massa tubuh menggambarkan status gizi seseorang, interpretasi status gizi berdasarkan WHO (2006), seseorang dikatakan obesitas bila mempunyai indeks massa tubuh 30 kg/m 2 (Adiatmika, 2002). Obesitas merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya inkotinensia urinae karena otot dasar panggul lemah akibat beban kerja dasar panggul yang berlebihan (Soetojo, 2009). Berdasarkan studi Daneshgari dan Moore (2007),bahwa faktor lain yang memicu tingkat kejadian stres inkontinensia urinae diantaranya adalah partus normal, karena dapat menyebabkan gangguan dasar panggul sebagai konsekuensi dari regangan dan lemahnya otot serta jaringan ikat selama proses partus akibat dari produksi hormon progesteron dan relaksin selama kehamilan. Menurut Golberg, et.al., (2003) yang melakukan penelitian pada wanita dengan riwayat partus normal secara bermakna lebih cenderung untuk mengalami inkontinensia urinae tipe stres dibandingkan dengan tanpa partus normal dengan nilai rata-rata (n=201) sejumlah 50,4% yang secara bermakna lebih tinggi jika dibandingkan wanita tanpa partus normal sebelumnya 39%.

59 5.2.2 Kegel Exercise Dapat Meningkatkan Kekuatan Otot Dasar Panggul Pada Inkontinensia Urinae Tipe Stres Pasca Partus Normal Berdasarkan hasil Paired t-test, uji beda kelompok perlakuan I didapatkan rerata kekuatan otot dasar panggul sebelum latihan sebesar 4,80 mmhg dengan nilai minimal 2 mmhg dan maksimal 7 mmhg. Setelah 8 minggu latihan didapatkan rerata kekuatan otot dasar panggul sebesar 6,70 mmhg dengan nilai minimal 4 mmhg dan maksimal 9 mmhg. Diperoleh nilai p=0,000 artinya terdapat perbedaan kekuatan otot dasar panggul sebelum dan sesudah diberikan kegel exercise. Persentase ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kekuatan otot dasar panggul pada kelompok perlakuan I sesudah kegel exercise. Hal ini sesuai dengan pendapat Kegel yang mengatakan latihan kegel sangat bermanfaat untuk menguatkan otot rangka pada dasar panggul, sehingga memperkuat fungsi sfringter eksternal pada kandung kemih (Widiastuti, 2001). Penelitian yang dilakukan Rahajeng (2010), kegel exercise berhubungan dengan berbagai perubahan yang terjadi pada kekuatan otot dasar panggul seperti sfringter uretra. Proses ini dapat meningkatkan tekanan atau tahanan untuk menutup uretra sehingga dapat mencegah pengeluaran urin di luar kontrol, dari penelitian diperoleh keistimewaan kegel exercise adalah sangat mudah dalam pelaksanaanya, tidak memerlukan ruang yang luas, dapat dilakukan dalam berbagai posisi.

60 Pernyataan yang sama disampaikan oleh Craven dan Hirnle (2007), bahwa wanita yang melakukan kegel exercise secara konsisten dan benar selama satu bulan hasilnya sangat memuaskan dan dapat mengatasi masalah inkontinensia urinae. Kegel exercise terbukti sangat bermanfaat untuk memulihkan inkontinensia urinae, mengendalikan perkemihan dan buang air besar, mengencangkan otot vagina kembali seperti sebelum melahirkan dan meningkatkan elastisitas otot pelvik. Menurut Smith (2009), yang meneliti tentang efek latihan otot dasar panggul terhadap inkontinensia pada 6181 wanita hamil dan pasca partus juga menemukan bahwa wanita yang mengalami inkontinensia urinae pada periode 3 bulan pasca partus lebih rendah 20% pada kelompok yang dilatih kegel exercise. Selain mencegah dan mengatasi inkontinensia urinae pada periode pasca partus, kegel exercise dapat dijadikan intervensi preventif terhadap inkontinensia urinae pada kehamilan. Penelitian yang sama dilakukan Pinem (2009), hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah dilakukan kegel exercise terjadi penurunan kejadian inkontinensia urinae dari 44,4% menjadi 16,7% setelah intervensi. Maka dapat disimpulkan bahwa kegel exercise dapat meningkatkan kekuatan otot dasar panggul pada inkontinensia urinae tipe stres pasca partus normal di Posyandu Lemba yung, Desa Babussalam, Kecamatan Rambah, Kabupaten Rokan Hulu. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Melania (2013).

61 Beberapa penelitian latihan otot dasar panggul terjadi perubahan signifikan dengan pemeliharaan hasil yang baik setelah 3-6 minggu latihan secara rutin dan terus-menerus pasca partus. Disini akan terjadi proses adaptasi secara keseluruhan berupa banyaknya serabut dari otot yang bekerja sehingga akan meningkatkan rekrutmen motor unit otot dasar panggul. Peningkatan rekrutmen motor unit dapat meningkatkan kekuatan otot sehingga mempengaruhi daya tahan dan kemampuan untuk menahan berkemih (Lubis, 2009). Menurut Pangkahila (2008), kekuatan otot dasar panggul perlu ditingkatkan dengan pelatihan secara benar dan teratur sehingga masalah yang timbul akibat kelemahan otot tersebut menurun. Dari hasil analisis peneliti mengambil simpulan bahwa kegel exercise dapat meningkatkan kekuatan otot dasar panggul pada inkontinensia urinae tipe stres pasca partus normal. Peningkatan kekuatan otot dasar panggul ini dibuktikan dengan hasil uji statistik parametrik pada kelompok perlakuan I yang membuktikan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kekuatan otot dasar panggul sebelum dan sesudah diberikan kegel exercise.

62 5.2.3 Kombinasi Biofeedback dan Kegel Exercise Lebih Baik Dalam Meningkatkan Kekuatan Otot Dasar Panggul Dibandingkan dengan Kegel Exercise Tunggal pada Inkontinensia Urinae Tipe Stres Pasca Partus Normal Menurut Paired t-test didapatkan hasil peningkatan kekuatan otot dasar panggul sebelum dan sesudah latihan pada kelompok perlakuan II, nilai rerata sebelum latihan 4,90 mmhg dengan nilai minimal 2 mmhg dan maksimal 7 mmhg. Setelah 8 minggu latihan didapatkan rerata kekuatan otot dasar panggul sebesar 9,50 mmhg dengan nilai minimal 7 mmhg dan maksimal 12 mmhg, dengan nilai p=0,000. Hasil analisis statistik parametrik membuktikan bahwa kombinasi biofeedback dan kegel exercise signifikan meningkatkan kekuatan otot dasar panggul pada inkontinensia urinae tipe stres pasca partus normal. Kekuatan otot dasar panggul dapat diukur dengan cara digital/palpasi (memasukkan jari pemeriksa ke dalam vagina), dengan alat perineometer dan dengan bantuan ultrasonografi. Perineometer pertama kali diperkenalkan oleh Arnold Kegel (Isherwood dan Rane, 2000). Kini berbagai jenis perineometer misalnya PFX2, Peritron dan Camtech telah diciptakan dan digunakan dalam praktek klinis dan penelitian. Dari beberapa penelitian menyatakan bahwa berbagai alat tersebut reliabel dalam mengukur kekuatan otot dasar panggul. Perineometer PFX 2 memiliki skala 0-12 mmhg, abnormal jika < 8 mmhg (Dietz, 2003). Penelitian ini menggunakan perineometer PFX 2 sebagai alat ukur sekaligus biofeedback pada kegel exercise.

63 Beberapa penelitian menunjukkan biofeedback dapat meningkatkan efektivitas kegel exercise dan membantu memulihkan kandung kemih yang tepat fungsi. Biofeedback sendiri bukanlah pengobatan untuk inkontinensia urinae, tetapi dapat digunakan sebagai tambahan pada kegel exercise. Dengan memberikan pasien umpan balik bersamaan pada otot, biofeedback dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam belajar dan latihan lebih efektif (Morkved, et.al., 2002). 40% wanita tidak dapat melakukan latihan kegel exercise secara tepat. Perineometer PFX 2 sangat membantu memberi umpan balik untuk menemukan cara melakukankan latihan otot dasar panggul, menilai kekuatan otot dasar panggul dan mengajarkan latihan otot dasar panggul yang baik dan benar. Pembacaan angka pada PFX 2 akan terlihat nilai kekuatan otot dasar panggul. Melakukan latihan tanpa umpan balik dapat menyebabkan pasien bosan dan frustasi, karena tidak ada yang memberitahu pasien jika mereka melakukan latihan dengan benar atau membuat kemajuan, sehingga membantu pasien menguasai tantangan dan mencapai peningkatan kekuatan otot dasar panggul lebih cepat (Isherwood dan Rane, 2000). Menurut Park dan Lee (2002), sesuai data dari The Australian Continence Foundation mengatakan bahwa latihan tanpa umpan balik adalah seperti mencoba mengendalikan berat badan seseorang tanpa ada timbangan berat badan. Begitu juga dengan kegel exercise, jika tidak dikombinasi dengan biofeedback, maka tidak ada umpan balik yang ingin dicapai, seperti latihan yang tidak akan tahu kebenaran dan keberhasilannya.

64 Kombinasi biofeedback dan kegel exercise bisa memberikan bantuan yang signifikan dalam memperbaiki fungsi otot dasar panggul, membantu pasien lebih yakin, percaya dan meningkatkan proses psikologi dalam pengontrolan secara sadar terhadap otot-otot dasar panggul. Jika kombinasi ini tanpa disertai dengan persiapan kognitif, instruksi dan pemandu terapi tidak akan memberikan hasil sesuai harapan, sehingga sering dimanfaatkan untuk membantu pasien mengenali ketepatan otot dasar panggul yang akan dilatih (Rahmani, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Widiastuti (2011), menemukan hasil yang signifikan mengenai kombinasi kegel exercise dengan biofeedback. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan kombinasi kegel exercise dengan biofeedback meningkatkan keberhasilan penatalaksanaan inkontinensia urinae sebesar 91% dibandingkan kelompok kontrol tanpa biofeedback yaitu sebesar 55%. Penyempurnaan biofeedback saat ini dapat sekaligus memonitor kontraksi dan relaksasi otot dasar panggul, bahkan biofeedback dapat digunakan di rumah pasien yang mengalami inkontinensia urinae tipe stres. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Independent t-test, menunjukkan bahwa beda rerata kekuatan otot dasar panggul sesudah latihan antara kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II memiliki nilai p=0,004 ini berarti ada perbedaan yang bermakna diantara kedua kelompok.

65 Nilai rerata peningkatan kekuatan otot dasar panggul pada kelompok perlakuan I dengan kelompok perlakuan II sangat berbeda, pada kelompok perlakuan I nilai rerata 6,70 mmhg, dari 10 sampel yang mengalami kelemahan otot dasar panggul hanya 3 sampel yang mencapai nilai normal atau 8 mmhg (30%), sedangkan pada kelompok perlakuan II nilai rerata 9,50 mmhg, dari 10 sampel yang mengalami kelemahan otot dasar panggul ada 8 sampel yang mencapai nilai normal 8 mmhg (80%). Terbukti bahwa kombinasi biofeedback dan kegel exercise lebih baik dalam meningkatkan kekuatan otot dasar panggul dibandingkan kegel exercise tunggal. Sehingga juga dapat diterapkan pada ibu yang tidak mengalami inkontinensia urinae tipe stres sebagai upaya pencegahan, baik sebelum ataupun sesudah partus. Mekanisme terjadinya peningkatan kekuatan otot dasar panggul dimulai dari meningkatnya resistensi uretra melalui kontraksi aktif otot pubokoksigeus, kemudian kontraksi ini akan menambah kekuatan penutupan pada uretra dan meningkatkan sokongan pada struktur panggul dan periuretra, sehingga otot-otot dasar panggul yang tidak tampak dari luar dapat diaktifkan secara langsung dan benar. Nilai peningkatan yang diinginkan dapat dicapai dengan menggunakan biofeedback melalui angka yang ditampilkan pada perineometer, sedangkan pada kegel exercise tanpa biofeedback belum tentu mekanisme ini tercapai karena kontraksi yang tidak tepat dan benar. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Price, et.al., (2010), dan sesuai dengan penelitian Ratanasiripong, et.al., (2012), yang mengatakan bahwa biofeedback dapat membangun fungsi

66 fisiologis tubuh dengan menggunakan perangkat dan sensor, sehingga seseorang dapat menerima umpan balik pada aktivitas gelombang otak melalui sentuhan pada kulit dan aktivitas otot. Latihan dengan biofeedback membantu seseorang belajar memodifikasi aktivitas fisiologis tubuh untuk meningkatkan kesehatan seperti meningkatkan kekuatan otot dasar panggul. Otot dasar panggul tidak dapat dilihat dari luar, sehingga sulit untuk menilai kontraksinya secara langsung. Oleh karena itu, kombinasi biofeedback dan kegel exercise dapat diterapkan di klinik dan di rumah, agar otot yang ingin dilatih adalah otot yang tepat dan benar. Sedangkan tingkat keberhasilan yang dilaporkan dari beberapa penelitian adalah antara 40% - 90% (Yun, 2000). Ini menunjukkan tingkat keberhasilan dari penelitian ini sesuai dengan beberapa penelitian terdahulu. Keberhasilan ini juga sangat ditentukan oleh keterampilan pelayanan dan dedikasi fisioterapis dan pemahaman pasien yang baik terhadap masalahnya, tujuan terapi serta partisipasi pasien untuk meningkatkan kekuatan otot dasar panggul. Terapis dapat memberikan home programe untuk latihan kombinasi biofeedback dan kegel exercise di rumah yaitu stop test exercise dengan cara latihan menahan miksi beberapa detik pada saat pasien miksi, kemudian miksi dilanjutkan sampai tuntas. Latihan ini bertujuan melatih penutupan ureter pada saat ada tekanan ketika pasien miksi (Melania, 2013). Peneliti menyadari keterbatasan dalam pemberian home programe karena kesulitan dalam mekanisme kontrol, sehingga pasien diberi petunjuk latihan di rumah agar penelitian dapat berhasil optimal.