III KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar

III KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Pada dasarnya tataniaga memiliki pengertian yang sama dengan

TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi opersional ini mencakup pengertian yang digunakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III KERANGKA PEMIKIRAN

Gambar 2. Ikan Koi Sumber : Dokumentasi penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka Teoritis Kelayakan Usahatani

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari

III. KERANGKA KONSEPTUAL

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Peternakan adalah kegiatan usaha dalam memanfaatkan kekayaan alam biotik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

IV. METODE PENELITIAN

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

STUDI PEMASARAN WORTEL (Daucus carota L.) DI DESA CITEKO KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk,

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

TINJAUAN PUSTAKA. Di sektor produksi barang-barang dan jasa dihasilkan sedangkan di sektor

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi


II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi dalam upaya pemulihan dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. = hasil produksi (output) = faktor-faktor produksi (input)

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pangsa pasar sering digunakan dalam ekonomi perusahan ataupun

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting, karena selain

IV. METODE PENELITIAN

2. TINJAUAN PUSTAKA. π = f (Py; Pxi; ;Pzj)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Kinerja Pasar Komoditas Pertanian

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Lanjutan Pemasaran Hasil Pertanian

STRUKTUR PASAR DAN STRATEGI PENETAPAN HARGA. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Suhardi, S.Pt.,MP

RESEARCH. Ricky Herdiyansyah SP, MSc. Ricky Sp., MSi/Pemasaran Agribisnis. rikky Herdiyansyah SP., MSi. Dasar-dasar Bisnis DIII

Transkripsi:

III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Pertanian sebagai kegiatan manusia dalam membuka lahan dan menanaminya dengan berbagai jenis tanaman yang termasuk tanaman semusim maupun tanaman tahunan dan tanaman pangan maupun tanaman non-pangan serta digunakan untuk memelihara ternak dan ikan. Menurut Suratiyah (2006), Pertanian dapat mengandung dua arti yaitu (1) dalam arti sempit atau sehari-hari diartikan sebagai kegiatan bercocok tanam dan (2) dalam arti luas diartikan sebagai kegiatan yang menyangkut proses produksi menghasilkan bahan-bahan kebutuhan manusia yang dapat berasal dari tumbuhan maupun hewan yang disertai dengan usaha untuk memperbaharui, memperbanyak (reproduksi) dan mempertimbangkan faktor ekonomis. Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin. Berikut ini adalah beberapa definisi ilmu usahatani menurut beberapa pakar (dalam Suratiyah, 2006), yaitu: (a) Menurut Daniel (2002) Ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani mengkombinasikan dan mengoperasikan berbagai faktor produksi seperti lahan, tenaga dan modal sebagai dasar bagaimana petani memilih jenis dan besarnya cabang usahatani berupa tanaman atau ternak sehingga memberikan hasil optimal dan kontinyu.

(b) Menurut Efferson Ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara mengorganisasikan unit usahatani dipandang dari sudut efisiensi dan pendapatan yang kontinyu. (c) Menurut Vink (1984) Ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari norma-norma yang digunakan untuk mengatur usahatani agar memperoleh pendapatan yang setinggitingginya. (d) Menurut Prawirokusumo (1990) Ilmu usahatani merupakan ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana membuat atau menggunakan sumberdaya secara efisien pada suatu usaha pertanian, peternakan, atau perikanan. Selain itu, juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana membuat dan melaksanakan keputusan pada usaha pertanian, peternakan, atau perikanan untuk mencapai tujuan yang telah disepakati oleh petani atau peternak tersebut. Menurut Soekartawi (2006), ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input). Tujuan usahatani adalah memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya. Konsep memaksimumkan keuntungan adalah bagaimana mengalokasikan sumberdaya dengan jumlah tertentu seefisien mungkin untuk mendapatkan keuntungan maksimum. Sedangkan konsep meminimumkan biaya, yaitu bagaimana menekan biaya sekecil mungkin untuk mencapai tingkat produksi tertentu. Ciri usahatani Indonesia adalah: 1) sempitnya lahan yang dimiliki petani, 2) kurangnya modal, 3) terbatasnya pengetahuan petani dan kurang dinamis, 4) tingkat pendapatan petani yang rendah Soekartawi et al. (1986). 21

3.1.2 Klasifikasi Usahatani Menurut Suratiyah (2006), klasifikasi usahatani terjadi karena adanya perbedaan faktor fisik, ekonomis dan faktor-faktor lain. Faktor fisik antara lain iklim, topografi, ketinggian diatas permukaan air laut, dan jenis tanah. Adanya faktor fisik menyebabkan adanya tempat-tempat tertentu yang hanya mengusahakan tanaman tertentu pula karena pada dasarnya masing-masing jenis tanaman selalu membutuhkan syarat-syarat yang tertentu pula. Faktor ekonomis antara lain permintaan pasar, pembiayaan, modal yang tersedia, dan risiko yang dihadapi, akan membatasi petani dalam berusahatani. Faktor lainnya antara lain hama penyakit, sosiologis, pilihan pribadi, dan sebagainya akan menentukan dan membatasi usahatani. Ketiga faktor tersebut dalam prakteknya akan saling kait mengait sehingga menghasilkan suatu hasil tertentu. Hal-hal yang saling terkait ini menentukan jenis usahatani. Untuk meningkatkan usahatani maka faktor-faktor yang menonjol atau berpengaruh perlu mendapat perhatian. Hal ini agar upaya perbaikan yang dilakukan sesuai dengan target dan hasil yang ingin dicapai. Klasifikasi usahatani menurut Suratiyah (2006) dapat dibedakan menurut corak dan sifat, organisasi, pola, serta tipe usahatani. Klasifikasi usahatani tersebut adalah sebagai berikut: 1. Corak dan sifat Menurut corak dan sifat dibagi menjadi dua, yakni komersial dan subsistence. Usahatani komersial telah memperhatikan kualitas serta kuantitas produk sedangkan usahatani subsistence hanya memenuhi kebutuhan sendiri. 2. Organisasi Menurut organisasinya usahatani dibagi menjadi tiga yakni, individual, kolektif dan kooperatif. a) Usaha individual ialah usahatani yang seluruh proses dikerjakan oleh petani sendiri beserta keluarganya mulai dari perencanaan, mengolah tanah, hingga pemasaran ditentukan sendiri. b) Usaha kolektif ialah usahatani yang seluruh proses produksinya dikerjakan bersama oleh suatu kelompok, kemudian hasilnya dibagi dalam bentuk natura ataupun keuntungan. 22

c) Usaha kooperatif ialah usahatani yang tiap prosesnya dikerjakan secara individual, hanya pada beberapa kegiatan yang dianggap penting dikerjakan oleh kelompok, misalnya pembelian saprodi, pemberantasan hama, pemasaran hasil, dan pembuatan saluran. 3. Pola Menurut polanya, usahatani dibagi menjadi tiga, yakni usahatani khusus, usahatani tidak khusus, dan usahatani campuran. a) Usahatani khusus ialah usahatani yang hanya mengusahakan satu cabang usahatani saja, misalnya usahatani peternakan, usahatani perikanan, dan usahatani tanaman pangan. b) Usahatani tidak khusus ialah usahatani yang mengusahakan beberapa cabang usaha bersama-sama, tetapi dengan batas yang tegas. c) Usahatani campuran ialah usahatani yang mengusahakan beberapa cabang usaha secara bersama-sama dalam sebidang lahan tanpa batas yang tegas, contohnya tumpang sari dan mina padi. 4. Tipe Menurut tipenya, usahatani dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan komoditas yang diusahakan, misalnya usahatani ayam, usahatani kambing, usahatani jagung. Tiap jenis ternak dan tanaman dapat merupakan tipe usahatani. 3.1.3 Teori Produksi Teori produksi menerangkan sifat hubungan di antara tingkat produksi yang akan dicapai dengan jumlah faktor-faktor produksi yang digunakan. Menurut Sukirno (2002), hubungan di antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakannya dinamakan fungsi produksi. Faktor-faktor produksi dapat dibedakan kepada empat golongan, yaitu tenaga kerja, tanah, modal dan keahlian keusahawanan. Dalam menganalisis mengenai produksi, selalu dimisalkan bahwa tiga faktor produksi yang belakangan di nyatakan (tanah, modal dan keahlian keusahawanan) adalah tetap jumlahnya. Hanya tenaga kerja yang dipandang sebagai faktor produksi yang berubah-ubah jumlahnya. Dengan demikian, di dalam menggambarkan hubungan di antara faktor produksi yang digunakan dan 23

tingkat produksi yang dicapai, yang di gambarkan adalah hubungan di antara jumlah tenaga kerja yang digunakan dan jumlah produksi yang dicapai. Faktor-faktor produksi dikenal pula dengan istilah input dan jumlah produksi selalu juga disebut sebagai output. Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bentuk rumus, yaitu seperti berikut: Q = f ( K, L, R, T) di mana K adalah jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga kerja dan ini meliputi berbagai jenis tenaga kerja dan keahlian keusahawanan, R adalah kenyataan alam, dan T adalah tingkat teknologi yang digunakan. Sedangkan Q adalah jumlah produksi yang dihasilkan oleh berbagai jenis faktor-faktor produksi tersebut, yaitu secara bersama digunakan untuk memproduksi barang yang sedang dianalisis sifat produksinya. Persamaan tersebut merupakan suatu pernyataan matematik yang pada dasarnya berarti bahwa tingkat produksi suatu barang tergantung kepada jumlah modal, jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang digunakan. Jumlah produksi yang berbeda-beda dengan sendirinya akan memerlukan berbagai faktor produksi tersebut dalam jumlah yang berbeda-beda juga (Sukirno, 2002). Sukirno (2002), juga menyatakan tentang hukum hasil lebih yang semakin berkurang yaitu merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisah-pisahkan dari teori produksi. Hukum tersebut menjelaskan sifat pokok dari hubungan di antara tingkat produksi dan tenaga kerja yang digunakan untuk mewujudkan produksi tersebut. Hukum hasil lebih yang semakin berkurang menyatakan bahwa apabila faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya (tenaga kerja) dan terus ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya produksi total akan semakin banyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang. Dan akhirnya akan mencapai nilai negatif. Sifat pertambahan produksi seperti ini menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan akhirnya ia mencapai tingkat yang maksimum dan kemudian menurun. 24

3.1.4 Teori Biaya Usahatani dikatakan berhasil apabila usahatani tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat-alat yang digunakan, upah tenaga luar serta sarana produksi yang lain termasuk terhadap pihak ketiga dan dapat menjaga kelestarian usahanya. Menurut Sukirno (2002), biaya produksi dapat didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh suatu usaha untuk memperoleh faktorfaktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan pada usaha tersebut. Biaya total adalah keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan. Konsep biaya total dibedakan kepada tiga pengertian yaitu biaya total (TC/total cost), biaya tetap total (TFV/total fixed cost), dan biaya berubah total (TVC/total variable cost). Biaya total (TC) didapat dari menjumlahkan biaya tetap total (TFC) dan biaya berubah total (TVC). Biaya tetap total (TFC) adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi (input) yang tidak dapat diubah jumlahnya sedangkan biaya berubah total (TVC) merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya. Hubungan antara besarnya biaya produksi dengan tingkat produksi disebut dengan fungsi biaya. Hubungan antara biaya produksi dengan tingkat produksi dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 menunjukkan bahwa Kurva TFC berbentuk horisontal karena nilainya tidak berubah walau berapapun banyaknya barang yang diproduksi, sedangkan kurva TVC bermula dari titik nol dan semakin lama semakin bertambah tinggi. Hal tersebut menggambarkan bahwa pada ketika tidak ada produksi TVC = 0, dan semakin besar produksi semakin besar nilai biaya berubah total (TVC). Kurva TC adalah hasil dari penjumlahan kurva TFC dan TVC dan kurva TC bermula dari pangkal TFC. 25

C TC TVC TFC Keterangan: C : Biaya Produksi 0 Y TC : Total Cost (biaya total) TVC : Total Variable Cost (biaya yang berubah) TFC : Total Fixed Cost (biaya tetap total) Y : Jumlah Produksi Gambar 1. Kurva Hubungan Biaya dengan Tingkat Produksi Sumber : Sukirno (2002) 3.1.5 Teori Pendapatan Keberhasilan usahatani dapat dilihat dari besarnya pendapatan yang diperoleh petani atau pengusaha dalam mengelola usahatani. Pendapatan yang diharapkan adalah pendapatan yang bernilai positif. Bagi petani atau pengusaha, analisis ini berfungsi membantu mereka dalam mengukur apakah kegiatan usahatani mereka pada saat ini berhasil atau tidak. Pendapatan usahatani dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar penerimaan serta biaya yang dikeluarkan untuk melakukan usahatani. Menurut Sukirno (2002), menyatakan bahwa seluruh pendapatan yang diterima petani dari menjual barang yang diproduksinya dinamakan hasil penjualan total (TR/total revenue). Hasil penjualan total diperoleh dari jumlah produksi yang dihasilkan dikalikan dengan harga produksi. Keuntungan yang maksimum dari hasil produksi akan dicapai apabila perbedaan nilai antara hasil penjualan total dengan biaya total adalah yang paling maksimum. 26

Grafik yang menggambarkan biaya total dan hasil penjualan total dapat dilihat pada Gambar 2. Rp TR TC TFC 0 BEP Produksi (Y) Gambar 2. Hubungan Biaya Total dan Hasil Penjualan Total Sumber : Sukirno (2002) Gambar 2 menunjukkan bahwa kurva TC di asumsikan berada di atas kurva TR. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha tersebut mengalami keuntungan. Perpotongan antara titik TR dan titik TC pada tingkat produksi suatu usahatani merupakan titik impas atau break even point (BEP) dimana produksi tidak mengalami keuntungan atau kerugian. Bila produksi mencapai di sekitar 0Y 1, maka usahatani tersebut rugi karena TR < TC, sedangkan bila produksi berada di 0Y maka usahatani tersebut untung karena TR > TC. 3.1.6 Imbangan Penerimaan dan Biaya Selain pendapatan usahatani diukur dengan nilai mutlak, juga dinilai efisiensinya. Salah satu ukuran efisiensi pendapatan adalah penerimaan (R) atas setiap biaya (C) yang dikeluarkan (rasio R/C). R/C menunjukkan pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan dalam usahatani. Menurut Soekartawi (2006), Analisis imbangan penerimaan dan biaya dikenal dengan R/C Ratio (Return Cost Ratio), dihitung dengan cara 27

membandingkan penerimaan total dengan biaya total. Secara teoritis dengan R/C=1 berarti usaha tidak untung dan tidak pula rugi (impas). 3.1.7 Konsep Tataniaga Tataniaga adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga sampai dengan mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang bisa memuaskan kebutuhan pembeli aktual maupun potensial. Mubyarto (1989), menyatakan bahwa istilah tataniaga di Negara kita diartikan sama dengan pemasaran atau distribusi yaitu suatu macam kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau menyampaikan barang dari produsen ke konsumen. Sedangkan menurut Hanafiah dan Saefuddin (2006), tataniaga dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan bergerak barang-barang dan jasa dari produsen sampai ke konsumen. Tataniaga adalah proses sosial dan manajerial dimana pribadi atau organisasi memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain. Tataniaga (marketing) sebagai proses di mana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya (Kotler dan Amstrong, 2006 ). Menurut Asosiasi pemasaran Amerika dalam Kotler (2005) mendefinisikan tataniaga adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, dan penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi. Menurut (Kotler dan Amstrong, 2006 ) konsep paling dasar yang mendasari tataniaga adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan (needs) manusia adalah keadaan dari perasaan kekurangan, keinginan (wants) merupakan kebutuhan manusia yang terbentuk oleh budaya dan kepribadian seseorang. Keinginan terbentuk oleh masyarakat dan dipaparkan dalam bentuk objek yang bisa memuaskan kebutuhan. Ketika didukung oleh daya beli, keinginan menjadi permintaan (demand). 28

Berdasarkan beberapa definisi yang dinyatakan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan akhir dari tataniaga adalah menempatkan barang-barang ke tangan konsumen. 3.1.7.1 Saluran Tataniaga Saluran tataniaga adalah seperangkat organisasi yang saling bergantung yang terlibat dalam proses menyediakan produk atau layanan sehingga dapat digunakan atau dikonsumsi (Anne T. Coughlan et.al diacu dalam Kotler et.al, 2005). Kebanyakan produsen tidak menjual produk mereka secara langsung kepada pengguna akhir, antara produsen dan pengguna akhir terdapat seperangkat perantara yang melaksanakan fungsi yang berbeda-beda. Para perantara ini membentuk saluran tataniaga. Produsen dan pelanggan akhir adalah bagian dari setiap saluran. Adapun gambaran beberapa saluran pemasaran barang-barang konsumen dapat ditunjukkan oleh Gambar 3. Saluran Pemasaran Barang-barang Konsumen Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pedagang Besar Pedagang Besar Pekerja Borongan Pedagang Eceran Pedagang Eceran Pedagang Eceran Konsumen Konsumen Konsumen Konsumen Gambar 3. Saluran Pemasaran Barang-barang Konsumen Sumber : Kotler et.al ( 2005) 29

3.1.7.2 Fungsi Tataniaga Tataniaga merupakan suatu proses dari pada pertukaran yang mencakup serangkaian kegiatan yang tertuju untuk memindahkan barang-barang atau jasajasa dari sektor produksi ke sektor konsumsi. Fungsi-fungsi pemasaran tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga fungsi, yaitu: 1. Fungsi Pertukaran yang terdiri dari penjualan dan pembelian. 1) Penjualan Sasaran penjualan adalah mengalihkan barang kepada pihak pembeli dengan harga yang memuaskan. 2) Pembelian Salah satu kegiatan yang paling utama dari pembelian adalah penentuan macam, jumlah dan kualitas barang-barang yang akan dibeli. 2. Fungsi pengadaan secara fisik yang terdiri dari pengangkutan dan penyimpanan. 1) Pengangkutan Pengangkutan (transport) yaitu pemindahan barang-barang dari tempat produksi atau tempat penjualan ke tempat-tempat di mana barang-barang tersebut akan dipakai. 2) Penyimpanan Penyimpanan berarti menahan barang-barang selama jangka waktu antara dihasilkan atau diterima sampai dengan dijual. 3. Fungsi pelancar terdiri dari permodalan, penanggungan risiko, standarisasi dan grading, dan informasi pasar. 1) Permodalan Mencari dan mengurus modal uang yang berkaitan dengan transaksitransaksi dalam arus barang dari sektor produksi sampai sektor konsumsi. 2) Penanggungan Risiko Risiko dapat diartikan sebagai ketidak pastian dalam hubungannya dengan ongkos, kerugian atau kerusakan. 3) Standarisasi dan Grading Standarisasi merupakan penentuan atau penetapan standart golongan (kelas atau derajad) untuk barang-barang. Standard adalah suatu ukuran 30

atau ketentuan mutu yang diterima oleh umum sebagai suatu yang mempunyai nilai tetap. Suatu standard ditentukan atas dasar ciri-ciri produk yang dapat berpengaruh pada nilai komersil daripada barang. 4) Informasi Pasar. Fungsi informasi pasar mencakup tindakan-tindakan yaitu pengumpulan informasi, komunikasi, penafsiran dan pengambilan keputusan sesuai dengan rencana serta kebijaksanaan perusahaan, badan atau orang yang bersangkutan. Dahl dan Hammond (1977) menyatakan bahwa untuk menganalisis sistem tataniaga dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu sebagai berikut: 1. Pendekatan fungsi (Functional Approach), terdiri dari fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik (penyimpanan, pengolahan dan pengangkutan) dan fungsi fasilitas (standarisasi dan grading, penanggungan risiko, pembiayaan dan informasi pasar). 2. Pendekatan kelembagaan (Institutional approach), terdiri dari pedagang, pedagang perantara, pedagang spekulan, pengolah dan organisasi yang memberikan fasilitas tataniaga. 3. Pendekatan perilaku (Behavioural Approach), merupakan kelengkapan dari kedua fungsi di atas yaitu menganalisis aktivitas-aktivitas yang ada dalam proses tataniaga seperti perubahan dan perilaku lembaga tataniaga. Terdiri dari pendekatan input-output, power dan adaptive behaviour system. 3.1.7.3 Struktur Pasar Struktur pasar adalah dimensi yang menjelaskan sistem pengembalian keputusan oleh perusahaan, jumlah perusahaan dalam suatu pasar, konsentrasi perusahaan, jenis-jenis dan diferensiasi produk serta syarat-syarat untuk masuk ke dalam pasar (Limbong dan Sitorus, 1987). Pada dasarnya dikenal empat struktur pasar dipandang dari sudut banyaknya penjual atau produsen dipasar itu, Gasperz (2001) yaitu: 31

1. Pasar Persaingan Sempurna (pure or perfect competition) Perusahaan yang beroperasi pada pasar persaingan sempurna sering disebut sebagai penerima harga (price takers), karena harga produk ditetapkan oleh kekuatan pasar berdasarkan konsep pada keseimbangan pasar. Suatu pasar persaingan sempurna dikatakan ada, apabila terdapat beberapa karakteristik berikut : a. Produk dari setiap perusahaan dalam pasar persaingan sempurna identik dengan produk dari setiap perusahaan lain. Dengan kata lain pasar persaingan sempurna ditandai dengan suatu komoditi yang homogen (standarisasi sempurna) yang dijual di pasar itu. b. Setiap perusahaan dalam industri harus menjadi sedemikian kecil relative terhadap pasar total, sehingga setiap perusahaan tidak dapat mempengaruhi harga pasar dari produk melalui perubahan outputnya yang dijual di pasar. Namun apabila semua produsen bertindak secara bersama, perubahan dalam kuantitas output secara pasti akan mempengaruhi harga pasar. c. Tidak terdapat pembatasan masuk atau keluar pergi bagi perusahaan dalam industri yang berada pada pasar persaingan sempurna. d. Setiap perusahaan memiliki pengetahuan yang lengkap tentang produk dan pasar. Dengan demikian masing-masing perusahaan dalam pasar persaingan sempurna mengetahui metode produksi yang meminimumkan biaya total produksi, harga output, dan harga input. 2. Pasar Persaingan Monopoli (monopoly) Perusahaan yang beroperasi dalam pasar monopoli memiliki kekuatan pasar yang besar untuk menentukan harga produk, karena dalam pasar monopoli hanya terdapat satu perusahaan yang beroperasi. Kekuatan pasar tersebut didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk meningkatkan harga produk tanpa kehilangan penjualan produk yang berarti. 3. Pasar Oligopoli (oligopoly) Apabila dalam suatu pasar hanya terdapat beberapa penjual yang mendominasi pasar serta tindakan dari salah satu perusahaan akan menyebabkan perusahaan lain beraksi, pasar itu ditandai dengan struktur oligopoli. Apabila hanya terdapat dua perusahaan dalam pasar itu, pasar itu disebut duopoli, sehingga 32

duopoli merupakan bentuk khusus dari ologopoli yang hanya terdiri dari dua perusahaan dalam pasar. Karakteristik yang paling utama dari struktur pasar oligopoli adalah: a. Adanya ketersaling gantungan antar perusahaan dalam pasar. b. Terdapat sejumlah kecil perusahaan yang memiliki kekuatan pasar. c. Terdapat hambatan bagi perusahaan baru untuk memasuki pasar. 4. Pasar Monopolistik (monopolistic competation) Pasar monopolistik merupakan produk-produk yang dijual oleh perusahaan tidak homogen murni atau produk diferensiasi yang dapat dibedakan antara produk yang satu dengan produk yang lain. Karekteristik dasar dari pasar persaingan monopolistik adalah sebagai berikut : a. Terdapat sejumlah besar perusahaan dalam pasar persaingan monopolistik dan pangsa pasar dari masing-masing perusahaan itu relative terhadap pangsa pasar total, sehingga tidak ada perusahaan yang mampu mempengaruhi harga pasar persaingan monopolistik itu. b. Tidak ada hambatan bagi perusahaaan-perusahaan untuk memasuki atau keluar dari pasar persaingan monopolistik itu. c. Produk-produk yang dijual oleh perusahaan-perusahaan dalam persaingan monopolistik adalah serupa, namun tidak homogen murni. Tetapi produkproduk tersebut merupakan produk diferensiasi yang dapat dibedakan berdasarkan corak, bentuk, kemasan, penampilan, model, kualitas, dan lainlain. 3.1.7.4 Perilaku Pasar Dahl dan Hammond (1977) menyatakan bahwa secara umum perilaku pasar dapat diketahui dengan mengamati praktek penjualan dan pembelian yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniaga, sistem penentuan harga, kemampuan pasar untuk menerima sejumlah komoditi yang dijual, stabilitas pasar, sistem pembayaran dan kerjasama diantara berbagai lembaga tataniaga. Kohl dan Uhl (2002), menjelaskan bahwa dalam menggambarkan perilaku pasar, terdapat empat hal yang harus diperhatikan yaitu: (1) Input-input system, 33

sistem input-input ini menerangkan bagaimana tingkah laku perusahaan dalam mengelola sejumlah input menjadi satu set output, (2) Power system, sistem kekuatan ini menjelaskan bagaimana suatu perusahaan dalam suatu sistem tataniaga, misalnya kedudukan perusahaan dalam suatu sistem tataniaga sebagai perusahaan yang memonopoli suatu produk sehingga perusahaan tersebut dapat sebagai penentu harga, (3) Communications system, sistem komunikasi ini mempelajari tentang perilaku perusahaan mengenai mudah tidaknya mendapatkan informasi dan, (4) system for adapting to internal and external change, sistem adaptif menerangkan bagaimana perilaku perusahaan dalam beradaptasi pada suatu sistem tataniaga agar dapat bertahan di pasar. 3.1.7.5 Efisiensi Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefuddin (2006), efisiensi tataniaga berhubungan dengan penetapan hubungan input dan output dari sistem tataniaga. Pengertian output adalah jumlah kepuasan konsumen yang diciptakan oleh sistem tataniaga, sedang input terdiri dari usaha-usaha individu untuk menghasilkan kepuasan konsumen sebagai output. Cara-cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan efisiensi tataniaga adalah sebagai berikut: a. Menghilangkan persaingan yang tidak bermanfaat b. Mengurangi jumlah midlemen pada saluran vertikal c. Memakai metode cooperative d. Memberi bantuan kepada konsumen e. Standarisasi dan simplifikasi 3.1.7.6 Margin Tataniaga Marjin tataniaga berbeda-beda antara satu komoditi hasil pertanian dengan komoditi lainnya. Hal ini disebabkan karena perbedaan jasa yang diberikan pada berbagai komoditi mulai dari petani sampai ke konsumen akhir. Dahl dan Hammond (1977) menyatakan bahwa margin tataniaga menggambarkan perbedaan harga di tingkat konsumen (Pr) dengan harga di tingkat produsen (Pf). Setiap lembaga tataniaga melakukan fungsi-fungsi tataniaga yang berbeda sehingga menyebabkan perbedaan harga jual dari lembaga satu 34

dengan yang lainnya sampai ke tingkat konsumen akhir. Semakin banyak lembaga tataniaga yang terlibat semakin besar perbedaan harga antara produsen dengan harga di tingkat konsumen. Secara grafis margin tataniaga dapat dilihat pada Gambar 4. P Sr Pr ------------------ Sf MP Pf ------------------ Dr Keterangan: Pr : Harga ditingkat pengecer Sr Dr Pf Sf Df Qrf : Penawaran ditingkat pengecer : Permintaan di tingkat pengecer : Harga di tingkat petani : penawaran di tingkat petani : Permintaan di tingkat petani : Jumlah keseimbangan ditingkat petani dan pengecer Gambar 4. Marjin Tataniaga Sumber : Dahl dan Hammond (1977) Df 0 Qrf Q Margin tataniaga pada suatu saluran tataniaga tertentu dapat dinyatakan sebagai jumlah dari margin pada masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat. Rendahnya biaya tataniaga suatu komoditi belum tentu mencerminkan efisiensi yang tinggi. Salah satu indikator yang berguna dalam melihat efisiensi tataniaga adalah dengan membandingkan persentase atau bagian harga yang diterima petani (farmer s share) terhadap harga yang dibayarkan konsumen akhir dan rasio keuntungan dan biaya. 35

3.1.7.7 Farmer s Share Salah satu indikator yang berguna dalam melihat efisiensi kegiatan tataniaga adalah dengan membandingkan bagian yang diterima petani (farmer s share) terhadap harga yang dibayar konsumen akhir. Bagian yang diterima lembaga tataniaga sering dinyatakan dalam bentuk persentase (Limbong dan Sitorus, 1987). Jika harga yang ditawarkan pedagang atau lembaga tataniaga semakin tinggi, maka bagian yang diterima petani (farmer s share) akan semakin sedikit. Hal ini dikarenakan petani menjual komoditinya dengan harga yang relatif rendah. Semakin besar marjin maka penerimaan petani semakin kecil. 3.1.7.8 Rasio Keuntungan dan Biaya Rasio dan keuntungan biaya tataniaga adalah besarnya keuntungan yang diterima atas biaya tataniaga yang dikeluarkan. Dengan demikian semakin meratanya penyebaran rasio keuntungan dan biaya, maka dari segi operasional sistem tataniaga akan semakin efisien (Limbong dan Sitorus 1987). 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Petani yang tergabung dalam Gapoktan Permata VII memproduksi tanaman tembakau voor oogst kasturi di musim kemarau. Banyaknya produksi tergantung pada luas lahan yang dimiliki oleh setiap anggota petani. Keberhasilan usahatani tembakau dapat dilihat dari segi kualitas dan kuantitas produksi yang dihasilkan. Untuk menghasilkan kualitas dan kuantitas tembakau voor oogst kasturi banyak masalah yang dihadapi oleh petani yaitu harga pupuk, bibit tembakau voor oogst kasturi serta biaya tenaga kerja yang semakin meningkat. Banyaknya masalah yang dihadapi oleh petani berdampak pada hasil produksi, karena biaya pupuk semakin mahal sehingga pupuk yang diberikan ke tanaman berkurang. Kekurangan pupuk akan mengakibatkan produksi dan hasil produksi kurang bagus, secara langsung akan mempengaruhi pendapatan usahatani yang diperoleh petani. Rendahnya harga tembakau akan menyebabkan rendahnya pendapatan petani. Tataniaga produk tembakau voor oogst kasturi dilakukan petani biasanya melalui pedagang atau langsung dijual ke pabrik tembakau. Harga 36

ditingkat pedagang berbeda-beda begitu pula dengan harga ditingkat pabrik juga berbeda. Penelitian ini menganalisis pendapatan usahatani tembakau voor oogst kasturi dan saluran tataniaga yang dilakukan oleh anggota petani. Pendapatan usahatani di analisis berdasarkan luas lahan skala besar (>5.336 m 2 ) dan luas lahan skala kecil (<5.336 m 2 ). Pendapatan usahatani tembakau voor oogst kasturi diukur dengan mengurangkan penerimaan total dengan biaya total. Biaya dalam usahatani meliputi biaya sarana produksi, biaya penyusutan alat-alat produksi, biaya tenaga kerja dan lain-lain. Pendapatan usahatani ini diharapkan bernilai positif atau menguntungkan bagi petani tembakau voor oogst kasturi. Salah satu ukuran untuk mengetahui efisiensi usahatani adalah analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C) yang terdiri dari R/C skala besar dan R/C atas skala kecil. Jika hasil R/C lebih besar dari satu maka usahatani ini efisien untuk diusahakan, tetapi jika R/C lebih kecil dari satu maka usahatani ini tidak efisien untuk diusahakan, sedangkan jika R/C sama dengan satu maka usahatani ini Break Event Point (BEP). Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C) ini akan dilakukan pada usahatani tembakau voor oogst kasturi. Tataniaga tembakau voor oogst kasturi akan diukur dengan menganalisis saluran tataniaga, lembaga tataniaga yang turut terlibat, fungsi tataniaga terhadap setiap pola dan lembaga tataniaga yang terlibat, struktur pasar, perilaku pasar dan efisiensi tataniaga. Setelah diketahui fungsi tataniaga yang dilakukan oleh masingmasing lembaga tataniaga maka dihitung nilai biaya tataniaga yang dikeluarkan sehingga farmer s share atau keuntungan yang diperoleh dari masing-masing lembaga tataniaga dapat diketahui. Dengan demikian nilai total margin tataniaga dan efisiensi tataniaganya dapat diketahui. Berdasarkan nilai margin tataniaga tersebut dapat diketahui tingkat rasio keuntungan terhadap biaya yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga. Alur kerangka pemikiran operasional penelitian disajikan dalam Gambar 5. 37

Usahatani Tembakau Voor Oogst Kasturi - Gapoktan Permata VII merupakan Gapoktan yang mempunyai anggota terbanyak dari Gapoktan yang ada di Kecamatan Pakusari - Biaya produksi yang semakin mahal (bibit, pupuk, tenaga kerja) - Pola saluran tataniaga yang bervariasi - Adanya tingkat perbedaan harga dalam setiap saluran tataniaga Keragaan Usahatani Analisis Pendapatan Usahatani Skala Besar dan Skala Kecil Analisis Tataniaga - Penerimaan : Harga x Produksi - Total Biaya : Biaya Tetap + Biaya Variabel - Pendapatan - Analisis R/C rasio - Saluran Tataniaga - Fungsi-fungsi Tataniaga - Struktur Pasar - Perilaku Pasar - Efisiensi Tataniaga - Margin Tataniaga - Farmer s share - Rasio Keuntungan dan biaya Informasi dan Rekomendasi Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional 38