BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan. 3. Sebagai bahan masukan atau sebagai sumber informasi yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

BAB Ι PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Berdasarkan Riskesdas (2013), dilaporkan bahwa angka

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisik maupun mental, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan. perkembangan janin dalam kandungannya (Pinem, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

TINJAUAN PUSTAKA. a. Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan gizi antara lain anemia. Anemia pada kehamilan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi vitamin A, dan defisiensi yodium (Depkes RI, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan merupakan masa yang dihitung sejak Hari Pertama

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan (konsepsi) adalah pertemuan antara sel telur dengan sel

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB 1 PENDAHULUAN. dibawah 11 gr% (Saifuddin, 2001), sedangkan menurut Royston (1993) anemia

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia. Pertama, kurang energi dan protein yang. kondisinya biasa disebut gizi kurang atau gizi buruk.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. enzim dari jalur lintas glikolitik dan heksosa monofosfat dari metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu dilakukan

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masalah gizi yang paling tinggi kejadiannya di dunia sekitar 500 juta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. partus lama karena inertia uteri, perdarahan post partum karena atonia. uteri, syok, infeksi (baik intrapartum atau post partum).

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan Indonesia sehat 2010 adalah menerapkan pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting. dalam menentukan derajat kesehatan masyatakat.

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN. Saya bernama Devi Yunani Nasution adalah mahasiswa di Program Studi S2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. panjang badan 50 cm (Pudjiadi, 2003). Menurut Depkes RI (2005), menyatakan salah satu faktor baik sebelum dan saat hamil yang

BAB I PENDAHULUAN. anemia.kekurangan zat besi dalam tubuh mengakibatkan pembentukan hemoglobin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia

22,02%, 23,48% dan 22,45% (Sarminto, 2011). Kejadian anemia di Provinsi DIY pada tahun 2011 menurun menjadi 18,90%. Berbeda dengan provinsi, kejadian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut Manuaba (2010),

THALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. lahir dalam waktu yang cukup (Andriana, 2007). fisiologi, anatomi dan hormonal yang berbeda-beda. Salah satunya adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Haemoglobin adalah senyawa protein dengan besi (Fe) yang dinamakan

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika. Menurut World Health Organization (dalam Briawan, 2013), anemia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB 1 PENDAHULUAN. kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja. Penyebab paling umum dari anemia

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. melalui alat indra (Lukaningsih, 2010: 37). Dengan persepsi ibu hamil dapat

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

Eko Winarti, SST.,M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) ambang menurut umur dan jenis kelamin (WHO, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia 1. Definisi Anemia Menurut WHO, anemia gizi besi didefinisikan suatu keadaan dimana kadar Hb dalam darah hemotokrit atau jumlah eritrosit lebih rendah dari normal sebagai kekurangan salah satu atau lebih zat besi penting, apapun kekurangan tersebut. Batas normal kadar Hb menurut umur dan jenis kelamin adalah terlihat dalam Tabel 1: TABEL 1 BATAS NORMAL KADAR Hb Kelompok Hb ( gam/100 ml ) Dewasa : Wanita 12 Wanita Hamil 11 Laki-laki 13 Anak : 6 bulan s/d 6 tahun 11 6 tahun s/d 14 tahun 12 Sumber : Wirakusumah, 1999 2. Penyebab Anemia Sebagian besar penyebab anemia di Indonesia adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan Hb, sehingga disebut anemia kekurangan zat besi. Kekurangan zat besi dalam tubuh tersebut disebabkan karena: a. Kurangnya konsumsi makanan kaya zat besi terutama yang berasal dari sumber hewani. b. Kekurangan zat besi karena kebutuhan yang meningkat seperti pada kehamilan, masa tumbuh kembang serta pada penyakit infeksi seperti malaria dan penyakit kronis lainnya misal TBC.

c. Kehilangan zat besi yang berlebihan pada pendarahan termasuk haid yang berlebihan, sering melahirkan dan infeksi cacing. d. Ketidakseimbangan antara kebutuhan tubuh akan zat besi dibandingkan dengan penyerapan dari makanan. 3. Akibat Anemia Kekurangan Zat Besi a. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel otak sehingga pada ibu hamil dapat mengalami keguguran, lahir sebelum waktunya. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), pendarahan sebelum dan pada waktu melahirkan serta pada anemia berat dapat menimbulkan kematian ibu dan bayi. b. Kekurangan Hb dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang ditransport ke sel tubuh maupun otak, sehingga menimbulkan gejala-gejala sebagai berikut letih, lesu dan cepat capek yang akibatnya penderita terkena penyakit infeksi Mengingat dampak anemia diatas yang dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia, maka perlu penanggulangan segera. TABEL 2 KADAR NORMAL Hb PADA IBU HAMIL Anemia Hb (gr/100ml) Batas normal 11 Ringan 10 Sedang 7-10 Berat < 7 Sumber : De Meyer, Dalam terjemahan Arisman,M.B, 1993 4. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia pada dasarnya adalah mengatasi penyebabnya pada anemia berat. Biasanya ada penyakit yang melatar belakangi antara lain penyakit TBC. Infeksi cacing atau malaria,

sehingga selain penanggulangan pada anemia harus dilakukan pengobatan terhadap penyakit tersebut Pencegahan dan penanggulangan anemia dapat dilakukan antara lain sebagai berikut: 1. Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan melalui penyuluhan, terutama makanan sumber hewani yang mudah diserap seperti hati, ikan,daging dan lain-lain. Selain itu perlu ditingkatkan juga makanan yang banyak mengandung vitamin C dan vitamin A (buah-buahan dan sayuran). Untuk membantu penyerapan besi dan membantu proses pembentukan Hb. 2. Pemberian suplementasi dengan tablet besi Untuk menanggulangi akibat buruk yang diderita penderita anemia terutama yang disebabkan oleh kekurangan zat besi maka perlu diberi tambahan zat besi 3. Fortifikasi bahan makanan dengan zat besi Fortifikasi adalah penambahan suatu jenis gizi kedalam bahan pangan untuk meningkatkan kualitas pangan suatu kelompok masyarakat. Keuntungan Fortifikasi diantaranya dapat diterapkan pada populasi yang besar dan biaya relatif murah. Fortifikasi bahan makanan dapat dilakukan dengan menambahkan zat besi,asam folat, vitamin A dan asam amino pada bahan makanan yang dimakan secara luas oleh kelompok sasaran. (Wirakusumah,1999) B. Kehamilan 1. Pengertian Kehamilan Kehamilan adalah suatu perubahan anatomic dan neurohumoral serta fisiologi yang terjadi pada seorang wanita, sehubungan dengan terjadi dan tumbuh kembangnya hasil konsepsi yang dalam keadaan normal ada di dalam rahim. Masa kehamilan merupakan masa yang penting dalam kehamilan wanita, dimana masa kehamilan normal seorang wanita berlangsung kira-kira kurang lebih 40 minggu, menurut lamanya tahap kehamilan dibagi menjadi 3

yaitu kehamilan trimester I (0-12 minggu), kehamilan trimester II (>12-28 minggu), dan kehamilan trimester III (>28-40 minggu). (Dep.Kes.RI,1996). Sedangkan menurut Bastian dan Lucas kehamilan adalah suatu keadaan fisiologi yang menyebabkan berbagai fungsi tubuh mendapat beban selama masa tersebut. 2. Kebutuhan Gizi Wanita Hamil Seorang wanita dewasa yang tidak sedang hamil, maka keperluan gizinya dipergunakan untuk kegiatan rutin dalam proses metabolisme tubuh, aktivitas fisik serta menjaga segala proses dalam tubuh. Sedangkan pada wanita dewasa yang sedang hamil, maka disamping untuk proses yang rutin, juga diperlukan energi dan gizi tambahan untuk pembentukan jaringan yang lain yaitu janin, placenta, uterus serta kelenjar mamae. Pada kehamilan trimester I belum diperlukan tambahan kalori, protein, mineral serta vitamin. Yang berarti energi serta gizi pada saat seperti ini hanya diperlukan untuk memelihara kesehatannya dan vitalitasnya. Disamping tentunya mensuplai kebutuhan janin yang sedang berproses, pada kehamilan trimester II mulai dibutuhkan tambahan kalori untuk pertumbuhan dan perkembangan janin serta untuk mempertahankan kesehatan ibu hamil. Sedangkan pada trimester III sudah diperlukan gizi tambahan untuk mencukupi segala yang dibutuhkan oleh ibu dan janin.(tim Pengembangan SDM Yayasan Pendidikan Haster,1996) C. Hemoglobin 1. Definisi Hemoglobin Hemoglobin merupakan unsur yang sangat vital. Hemoglobin baru akan mengalami penurunan apabila cadangan zat besi dalam sumsum tulang menurun. Adapun definisi kadar hemoglobin adalah angka yang menunjukan kandungan Hb seseorang yang ditentukan dengan metode cyanmethemoglobin, 13 gram persen laki-laki dan 12 gram persen wanita.(meyes,1996) 2. Fungsi Hemoglobin

Fungsi sel darah merah adalah mengangkut O 2 dan mengembalikan CO 2 dari jaringan ke paru-paru, untuk mencapai pertukaran gas ini, sel darah merah mengandung protein khusus yaitu Hemoglobin. Sel darah merah sistematik mengangkut O 2 ke jaringan dan kembali ke vena dengan CO 2 ke paru-paru. Ketika molekul hemoglobin mendorong satu sama lain. Saat O 2 dilepas, rantai-rantai terpisah memudahkan metabolisme 2,3 disosfogli serat, yang mengakibatkan merendahnya aktivitas molekul untuk O 2.(Meyes,1996) 3. Kadar Hemoglobin Ada beberapa teknik laboratorium untuk mengukur hemoglobin antara lain dengan metode sahli dan metode cyanmethemoglobin. Untuk metode sahli jarang digunakan dilaboratorium besar karena kurang teliti, kesalahannya sangat tinggi. Sedangkan metode cyanmethemoglobin merupakan metode yang paling popular dan banyak dipergunakan karena cara ini merupakan cara yang paling praktis untuk mengukur Hemoglobin dan mempunyai kesalahan yang lebih kecil, lebih praktis, lebih teliti, cepat diperoleh hasil, standar yang dipakai bersifat stabil untuk waktu yang lama (Dawiesah,1989). D. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.(notoatmodjo,1997) Pengetahuan lebih bersifat pengenalan suatu benda secara subjektif. Keadaan anemia ini bisa disebabkan karena pengetahuan ibu hamil tentang gizi yang rendah, sehingga masalah konsumsi dari menu makanaan masih rendah dan tidak teratur. Selain memang jumlah zat besi yang dapat di serap dari bahan makanaan hanya sedikit. Kurangnya pengetahuan dan salah konsep tentang kebutuhan gizi dan nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia.

Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakaan faktor penting masalah kurang gizi. Sebab lain yang penting dari gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari. (Suharjo, 1996). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, menurut Roger (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni a. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). b. Interes (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek mulai timbul. c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan apa pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas. E. Sikap Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu objek, tidak dapat dilihat secara langsung sehingga sikap dapat ditafsirkan dari perilaku yang nampak (Notoatmodjo, 1993). Sikap bukanlah merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi adalah merupakan tindakan atau perilaku.sikap secara nyata menunjukan tidak

sebenarnya adanya kesesuaian reaksi terhadap objek tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional atau afektif (senang, benci, sedih). Sikap tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang sebab sering kali terjadi bahwa seseorang memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui bujukan serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono,1997). ketika komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan berfikir,keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu: 1. Menerima Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan oleh objek. Misal sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian itu terhadap ceramah-ceramah. 2. Merespon Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut 3. Menghargai Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah. Misal seorang ibu mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudaranya dan sebagainya) untuk pergi menimbangkan anaknya ke Posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa seorang ibu tersebut telah mempunyai sikap pisitif terhadap gizi anaknya

4. Bertanggung jawab Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Misal seorang ibu ingin menjadi aseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri. Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap objek.(sarwono,1997) F. Hubungan Pengetahuan Dengan Anemia Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber,pengetahuan ini membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai keyakinan tersebut. Pendidikan baik formal maupun informal dapat meningkatkan pengetuhuan tentang gizi, namun kenyataannya tidak demikian. Demikian juga kesadaran akan pengetahuan gizi tidak selalu meningkat seiring tingginya tingkat pendidikan. Perilaku makan atau pola kebiasaan makan yang positif sangat diperlukan dalam menanggulangi anemia. Ketidaktahuan masalah pangan dalam hubungannya dengan gizi merupakan penyebab yang biasa terjadi. Pengolahan pangan yang kurang tepat dapat menyebabkan terjadinya kehilangan zat gizi sehingga makanan yang dikonsumsi tidak dapat menyediakan zat gizi yang diperlukakan oleh tubuh. (Notoatmatmodjo,1993) G. Hubungan Sikap Dengan Anemia Manusia tidak dilahirkan dengan sikap pandangan ataupun perasaan tertentu, tetapi sikap tidak dibentuk sepanjang perkembangan. Sikap seseorang dengan keadaan mudah terpengaruh untuk memberikan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan yang dapat memulai atau membimbing tingkah laku orang tersebut. Sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbedabeda (senang, benci, agak benci, sedih), bisa mempengaruhi terjadinya anemia. Sikap senang atau tidak senang dengan makanan bisa mempengaruhi terjadinya anemia dan kurang suka dengan makanan yang banyak

mengandung zat besi. Makanan yang banyak mengandung zat besi bisa mencegah terjadinya anemia.(sarwono,1997) H. Kerangka Teori Pendapatan Pengetahuan Pendidikan Sikap Konsumsi Infeksi Kronis Pendarahan Anemia Sumber : De Meyer E. B, 1993 dalam terjemahan Arisman I.. Kerangka Konsep Pengetahuan Kadar Hb Sikap J. Hipotesis - Ada hubungan pengetahuan gizi tentang anemia dengan kadar Hb - Ada hubungan sikap tentang anemia dengan kadar Hb