ABSTRAK ANALISIS KONTRIBUSI LABA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII TERHADAP PENERIMAAN NEGARA. Oleh YOLANDA AGUSTINA GINTING

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. suatu masyarakat adil dan makmur yang materiil dan spirituil berdasarkan

Mekanisme Penyusunan APBN dan APBD

EKONOMI. Pelaku Ekonomi dalam Sistem Perekonomian

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 8

BUPATI LAMPUNG TIMUR PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan suatu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEREKONOMIAN INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kekayan negara yang dipisahkan, merupakan salah satu pelaku

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2003 TENTANG PELIMPAHAN KEDUDUKAN, TUGAS DAN KEWENANGAN MENTERI KEUANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebuah organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

No Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2001 TENTANG TIM KEBIJAKAN PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2016, No Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar N

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

BUPATI BANGKA TENGAH

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lampiran Bahan Mata Acara 3, 5 dan 6 Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 2 TAHUN 2011 TENTANG

Elin Dwi Jayanti A PASAR MODAL

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2013 T E N T A N G

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BUPATI PATI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG TIM KONSULTASI PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum BUMN

BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT, NOMOR: (8 - TAHUN TENTANG PENETAPAN 3TANDAR PENYERTAAN MODAL ICEPADA BADAN USAHA MILIK DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KE DALAM MODAL PT. BANK JAWA TENGAH

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

WALIKOTA PALANGKA RAYA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat yang dianut hampir

LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 19 TAHUN 2010

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan. Krisis ekonomi tersebut membuat pemerintah

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 58/PUU-VI/2008 Tentang Privatisasi BUMN

BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. investor. Di lain sisi, investor membutuhkan return berupa dividen dan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Perseorangan (Persero) adalah BUMN yang berbentuk

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 17 TAHUN 2012

BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat;

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu

NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam mewujudkan tujuan nasionalnya, yaitu masyarakat adil dan makmur

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Perpustakaan LAFAI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia guna mencapai masyarakat adil

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT

Kewirausahaan. Persaingan Dalam Pasar Bebas. Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Fakultas Teknik. Program Studi Arsitektur

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. II.1.1 Pengertian Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG

- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 8 TAHUN 2003 SERI E NOMOR 4

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini sektor perekonomian dan industri mengalami perkembangan

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PADA PT.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2014

BAB 5 BAB V SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.

ANALISIS ANTARA ANGGARAN DENGAN REALISASI PADA APBD KABUPATEN KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN Nama : Sukur Kurniawan NPM :

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PT. BANK SUMATERA UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

WALI KOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 8 TAHUN 2015

d. Hasil Uji Heteroskedastisitas b. Hasil Uji Koefisien Determinasi BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

Yolanda Agustina Ginting http://epserv.fe.unila.ac.id ABSTRAK ANALISIS KONTRIBUSI LABA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII TERHADAP PENERIMAAN NEGARA Oleh YOLANDA AGUSTINA GINTING Memajukan kesejahteraan bagi seluruh rakyat, adalah tujuan dasar dari pembangunan nasional. Dan merupakan tugas konstitusional bagi seluruh komponen bangsa baik pemerintah maupun swasta, sebagaimana diamanatkan dan diatur dalam Pembukaan dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945. Dengan cara meningkatkan penguasaan seluruh kekuatan ekonomi nasional baik melalui regulasi sektoral maupun melalui kepemilikan negara terhadap unit-unit usaha tertentu dengan maksud untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Kedudukan BUMN selain sebagai agen pembangunan (Agent of Development) juga melaksanakan fungsi sebagai institusi bisnis. Sebagai salah satu BUMN yang merupakan wujud dari kebijakan pemerintah khususnya sebagai strategic business dan salah satu profit centre yang penting dalam keseluruhan perekonomian nasional, yaitu PT. Perkebunan Nusantara VII merupakan salah satu perusahaan negara yang memiliki kedudukan strategis dalam rangka mensukseskan pelaksanaan program pembangunan pada sektor perkebunan dan sekaligus menjadi salah satu sumber penerimaan negara pada APBN. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis merumuskan masalah yaitu, (1) berapa besar kontribusi laba PT. Perkebunan Nusantara VII sebagai salah satu BUMN terhadap penerimaan negara? dan (2) Apakah kebijakan penurunan kontribusi deviden terhadap total laba sudah tepat? Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui besarnya kontribusi laba pada PT. Perkebunan Nusantara VII sebagai salah satu BUMN terhadap penerimaan negara, dan untuk mengetahui penetapan kebijakan deviden pada PT. Perkebunan Nusantara VII. Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka didapat kontribusi yang diberikan PT Perkebunan Nusantara VII sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara terhadap penerimaan dalam negeri periode 2000-2006 masih relatif rendah yaitu rata-rata sebesar 0,0069 persen pertahun, nilai ini masih jauh dibawah rata-rata kontribusi laba BUMN terhadap penerimaan dalam negeri rata-rata sebesar 3,40 persen pertahun. Tetapi dengan kecenderungan perkembangan rata-rata kontribusi laba yang meningkat 43,88 persen per

Yolanda Agustina Ginting tahunnya. Dan perkembangan rata-rata total laba selama periode 2000-2006 meningkat 71,28 persen per tahunnya. Dengan keadaan tersebut PT Perkebunan Nusantara VII diharapkan sebagai salah satu sumber penerimaan negara yang dapat diandalkan. Kebijakan penurunan kontribusi deviden terhadap total laba sudah tepat. Karena kebijakan deviden yang diputuskan dalam RUPS ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan PT. Perkebunan Nusantara VII. Makin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan, makin besar dana yang dibutuhkan, dan makin besar kesempatan untuk memperoleh keuntungan, makin besar bagian dari pendapatan yang ditahan dalam perusahaan, yang berarti makin rendah alokasi deviden yang diberikan. Dan kebijakan tersebut bertujuan akhir PT. Perkebunan Nusantara VII kembali berada pada posisi perusahaan yang stabil seperti tahun 2000 yaitu mampu membayar deviden 50 persen dari total laba bersih yang diperoleh.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 1 menyebutkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya disebut APBN, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBN. Fungsi APBN dalam mengelola keuangan negara menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, terdiri dari : 1. Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. 2. Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan. 3. Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. 4. Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.

III. METODELOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh langsung dari PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) tentang Laporan Rugi/Laba, kontribusi laba pada penerimaan negara pada Laporan Tahunan periode 2000-2006, dan Biro Pusat Statistik (BPS) Lampung tentang penerimaan negara pada APBN di Indonesia Dalam Angka. B. Alat Analisis Dalam penelitian ini analisis yang digunakan yaitu : 1. Analisis Deskriptif Kualitatif Analisis ini bertujuan untuk mengumpulkan, menyajikan dan menganalisa data serta memberikan gambaran yang cukup jelas atas objek penelitian sesuai dengan teori yang telah uraikan dengan membandingkan tabel kontribusi laba PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero), penerimaan laba BUMN dan penerimaan dalam negeri. Serta menampilkan data faktor-faktor penentu laba PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) seperti hasil penjualan, pendapatan lainlain, harga pokok penjualan, biaya operasi dan biaya lain-lain.

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Kontribusi Laba PT. Perkebunan Nusantara VII terhadap Penerimaan Negara Salah satu tujuan didirikannya PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) sebagai perusahaan negara adalah untuk meningkatkan penerimaan negara. Hal ini berarti peranan kontribusi yang diberikan PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) terhadap penerimaan negara khususnya penerimaan laba BUMN sangat diharapkan, sedangkan kenyataanya kontribusi yang diberikan masih cenderung rendah pengaruhnya jika dibandingkan sektor lain pada penerimaan laba BUMN. Pengukuran besarnya kontribusi Laba PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) terhadap penerimaan negara sangat ditentukan oleh kemampuan PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) dalam memperoleh laba. Selisih antara penerimaan dan biaya yang harus dikeluarkan setelah dikurangi pajak diperoleh rugi/laba yang kemudian dianggarkan kontribusinya untuk penerimaan negara. Besarnya kontribusi yang diberikan ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) setiap tahunnya. PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) menjalankan dan mengembangkan usahanya pada sektor perkebunan. Yang mana dalam kegiatan perekonomian sektor perkebunan ini merupakan keadaan pasar yang mendekati keadaan sesungguhnya dalam pasar persaingan sempurna. Sehingga PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) merupakan perusahaan negara dengan