KOMPARASI HASIL PENGAMATAN PASANG SURUT DI PERAIRAN PULAU PRAMUKA DAN KABUPATEN PATI DENGAN PREDIKSI PASANG SURUT TIDE MODEL DRIVER

dokumen-dokumen yang mirip
KOMPARASI HASIL PENGAMATAN PASANG SURUT DI PERAIRAN PULAU PRAMUKA DAN KABUPATEN PATI DENGAN PREDIKSI PASANG SURUT TIDE MODEL DRIVER

PROSES DAN TIPE PASANG SURUT

PROSES DAN TIPE PASANG SURUT

Pengertian Pasang Surut

Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut pasang rendah.

PENDAHULUAN. I.2 Tujuan

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PASANG SURUT

Jurnal Ilmiah Platax Vol. 1:(3), Mei 2013 ISSN:

KARAKTERISTIK PASANG SURUT DI PERAIRAN KALIANGET KEBUPATEN SUMENEP

Kajian Elevasi Muka Air Laut di Perairan Indonesia Pada Kondisi El Nino dan La Nina

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Praktikum M.K. Oseanografi Hari / Tanggal : Dosen : 1. Nilai PASANG SURUT. Oleh. Nama : NIM :

Perbandingan Akurasi Prediksi Pasang Surut Antara Metode Admiralty dan Metode Least Square

ANALISIS PASANG SURUT PERAIRAN MUARA SUNGAI MESJID DUMAI ABSTRACT. Keywords: Tidal range, harmonic analyze, Formzahl constant

Oleh : Ida Ayu Rachmayanti, Yuwono, Danar Guruh. Program Studi Teknik Geomatika ITS Sukolilo, Surabaya

PERAMALAN PASANG SURUT DI PERAIRAN PELABUHAN KUALA STABAS, KRUI, LAMPUNG BARAT

PENGANTAR OCEANOGRAFI. Disusun Oleh : ARINI QURRATA A YUN H

PRAKTIKUM 6 PENGOLAHAN DATA PASANG SURUT MENGGUNAKAN METODE ADMIRALTY

PENGARUH PASANG SURUT PADA PERGERAKAN ARUS PERMUKAAN DI TELUK MANADO. Royke M. Rampengan (Diterima Tanggal 15 September 2009) ABSTRACT PENDAHULUAN

Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Jl. A. H. Nasution No. 264 Bandung

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 2 DATA DAN METODA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman Online di :

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015, Halaman Online di :

MODUL PELATIHAN PEMBANGUNAN INDEKS KERENTANAN PANTAI

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di :

STUDI KARAKTERISTIK DAN PERAMALAN PASANG SURUT PERAIRAN TAPAKTUAN, ACEH SELATAN Andhita Pipiet Christianti *), Heryoso Setiyono *), Azis Rifai *)

STUDI PENENTUAN DRAFT DAN LEBAR IDEAL KAPAL TERHADAP ALUR PELAYARAN (Studi Kasus: Alur Pelayaran Barat Surabaya)

PENGOLAHAN DATA PASANG SURUT DENGAN METODE ADMIRALTY

Simulasi Pola Arus Dua Dimensi Di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Pada Bulan September 2004

Online di :

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN :

IDA AYU RACHMAYANTI T.GEOMATIKA FTSP-ITS 2009

BAB III PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2. TINJAUAN PUSTAKA. utara. Kawasan pesisir sepanjang perairan Pemaron merupakan kawasan pantai

II TINJAUAN PUSTAKA Pas Pa ang Surut Teor 1 Te Pembentukan Pasut a. Teor i Kesetimbangan

PENGARUH SIMULASI AWAL DATA PENGAMATAN TERHADAP EFEKTIVITAS PREDIKSI PASANG SURUT METODE ADMIRALTY (STUDI KASUS PELABUHAN DUMAI)

Studi Tipe Pasang Surut di Pulau Parang Kepulauan Karimunjawa Jepara, Jawa Tengah

Karakteristik Pasang Surut di Alur Pelayaran Sungai Musi Menggunakan Metode Admiralty

KAJIAN PASANG SURUT DAN ARUS PASANG SURUT DI PERAIRAN LAMONGAN

Perubahan Garis Pantai

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 1 (2014), Hal ISSN :

II. KAJIAN PUSTAKA. mengkaji penelitian/skripsi sebelumnya yang sama dengan kajian penelitian

ANALISIS PASANG SURUT DI PANTAI NUANGAN (DESA IYOK) BOLTIM DENGAN METODE ADMIRALTY

BAB II LANDASAN TEORI SUNGAI DAN PASANG SURUT

Pembuatan Alur Pelayaran dalam Rencana Pelabuhan Marina Pantai Boom, Banyuwangi

PERHITUNGAN PASANG SURUT SEBAGAI DATA PENDUKUNG DALAM PENATAAN KAWASAN DAERAH PESISIR TELUK BETUNG BANDAR LAMPUNG

Analisis Pasang Surut Di Pantai Bulo Desa Rerer Kecamatan Kombi Kabupaten Minahasa Dengan Metode Admiralty

ANALISIS DATA ARUS DI PERAIRAN MUARA SUNGAI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN ANALYSIS OF FLOW DATA ON ESTUARINE BANYUASIN RIVER IN SOUTH SUMATERA

STUDI KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI PERAIRAN KENDAL

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. (suhu manual) dianalisis menggunakan analisis regresi linear. Dari analisis

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGUKURAN LOW WATER SPRING (LWS) DAN HIGH WATER SPRING (HWS) LAUT DENGAN METODE BATHIMETRIC DAN METODE ADMIRALTY

PENENTUAN CHART DATUM PADA SUNGAI YANG DIPENGARUHI PASANG SURUT

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alur perhitungan struktur dermaga dan fasilitas

PENENTUAN CHART DATUM DENGAN MENGGUNAKAN KOMPONEN PASUT UNTUK PENENTUAN KEDALAMAN KOLAM DERMAGA

Simulasi pemodelan arus pasang surut di kolam Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta menggunakan perangkat lunak SMS 8.1 (Surface-water Modeling System 8.

KARAKTERISTIK PASANG SURUT DI DELTA MAHAKAM (STUDI KASUS DI BEKAPAI DAN TUNU)

STUDI KARAKTERISTIK POLA ARUS DI PERAIRAN SELAT LAMPA, KABUPATEN NATUNA, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Lampiran 1. Data komponen pasut dari DISHIDROS

BAB III 3. METODOLOGI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH MONSUN MUSIM PANAS LAUT CHINA SELATAN TERHADAP CURAH HUJAN DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN I.1.

SPESIFIKASI PEKERJAAN SURVEI HIDROGRAFI Jurusan Survei dan Pemetaan UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

PEMETAAN POLA DAN KECEPATAN ARUS PASANG SURUT DAN BATIMETRI PERAIRAN PULAU MUDA MUARA SUNGAI KAMPAR KECAMATAN TELUK MERANTI KABUPATEN PELALAWAN

PENENTUAN CHART DATUM DENGAN MENGGUNAKAN KOMPONEN PASUT UNTUK PENENTUAN KEDALAMAN KOLAM DERMAGA

Karakteristik Pasang Surut dan Pola Arus di Muara Sungai Musi, Sumatera Selatan

ANALISIS SEBARAN SEDIMEN DASAR AKIBAT PENGARUH ARUS SEJAJAR PANTAI (LONGSHORE CURRENT) DI PERAIRAN MAKASSAR

MENATA WILAYAH PESISIR, PULAU KECIL, DAN TANAH REKLAMASI

BAB 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang

2. TINJAUAN PUSTAKA. Letak geografis Perairan Teluk Bone berbatasan dengan Provinsi Sulawesi

Menentukan Tipe Pasang Surut dan Muka Air Rencana Perairan Laut Kabupaten Bengkulu Tengah Menggunakan Metode Admiralty

KAJIAN POLA ARUS DI TELUK UJUNGBATU JEPARA

Analisis Harmonik Pasang Surut untuk Menghitung Nilai Muka Surutan Peta (Chart Datum) Stasiun Pasut Sibolga

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di :

ANALISIS SURUT ASTRONOMIS TERENDAH DI PERAIRAN SABANG, SIBOLGA, PADANG, CILACAP, DAN BENOA MENGGUNAKAN SUPERPOSISI KOMPONEN HARMONIK PASANG SURUT

ANALISIS KOMPONEN PASANG SURUT UNTUK MENENTUKAN ELEVASI DERMAGA PELABUHAN KUALA TANJUNG

Bathymetry Mapping and Tide Analysis for Determining Floor Elevation and 136 Dock Length at the Mahakam River Estuary, Sanga-Sanga, East Kalimantan

III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang langsung bertemu dengan laut, sedangkan estuari adalah bagian dari sungai

3 Kondisi Fisik Lokasi Studi

SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Padang Cermin merupakan bagian dari Kabupaten Pesawaran, Secara

STUDI KARAKTERISTIK ARUS LAUT DI PERAIRAN MARUNDA, JAKARTA UTARA

Jl Pasir Putih 1 Ancol Timur Jakarta Telp : (021) , Fax : (021)

PERBANDINGAN AKURASI PREDIKSI PASANG SURUT ANTARA METODE ADMIRALTY DAN METODE LEAST SQUARE

Simulasi Pemodelan Arus Pasang Surut di Luar Kolam Pelabuhan Tanjung Priok Menggunakan Perangkat Lunak SMS 8.1

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman Online di :

Pengujian Ketelitian Hasil Pengamatan Pasang Surut dengan Sensor Ultrasonik (Studi Kasus: Desa Ujung Alang, Kampung Laut, Cilacap)

ANALISA LAJU SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI CILAUTEUREUN GARUT

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman Online di :

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI POLA ARUS LAUT DI PERAIRAN PANTAI KABUPATEN ACEH TIMUR

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Oleh: Ikhsan Dwi Affandi

ANALISIS PASANG SURUT DI PULAU KARAMPUANG, PROVINSI SULAWESI BARAT Tide Analysis in Karampuang Island of West Sulawesi Province SUDIRMAN ADIBRATA

Transkripsi:

Komparasi Hasil Pengamatan Pasang Surut...Dengan Prediksi Pasang Surut Tide Model Driver (Ramdhan, M.) KOMPARASI HASIL PENGAMATAN PASANG SURUT DI PERAIRAN PULAU PRAMUKA DAN KABUPATEN PATI DENGAN PREDIKSI PASANG SURUT TIDE MODEL DRIVER Muhammad Ramdhan 1) 1) Peneliti pada Loka Penelitian Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir, Balitbang Kelautan dan Perikanan KKP Diterima tanggal: 13 Februari 211; Diterima setelah perbaikan: 2 April 211; Disetujui terbit tanggal Mei 211 ABSTRAK Data pasut air (pasut) laut sangat diperlukan dalam penentuan garis pantai dan pelaksanaan survey bathimetri. Paper ini akan membandingkan hasil pengamatan pasut di lapangan dengan suatu prediksi yang dihasilkan dari perangkat lunak Tide Model Driver (TMD). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa untuk wilayah perairan kepulauan, tipe pasut dari data pengamatan lapangan berbeda dengan tipe pasut yang diperoleh dari prediksi TMD. Sedangkan untuk wilayah perairan terbuka, tipe pasut dari data pengamatan lapangan sama dengan tipe pasut yang diperoleh dari prediksi TMD. Kata Kunci: pasut, prediksi pasut, tipe pasut, Tide Model Driver ABSTRACT Tidal data for sea water level are needed to determine the coastline and the bathymetric survey. This paper will compare the results of tidal observations in the field with a prediction generated from the Tide Model Driver (TMD) software. The results show that for the islands waters, tipe of tidal data from the field observation was different with the tipe of tidal predictions obtained from TMD. As for the open sea water, tidal data from the field observation match with the tipe of tidal predictions are obtained from TMD. Keywords: tide, tide prdiction, tide tipe, Tide Model Driver PENDAHULUAN Data pasang surut (pasut) air laut memiliki arti penting dalam mengimplementasikan Undangundang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2 (UU2/2) tentang pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulaupulau Kecil. Perairan Pesisir oleh UU2/2 didefinisikan sebagai laut yang berbatasan dengan daratan meliputi perairan sejauh (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai, perairan yang menghubungkan pantai dan pulaupulau, estuari, teluk, perairan dangkal, rawa payau, dan laguna. Dalam UU2/2 tidak dinyatakan secara eksplisit tentang garis pantai mana yang digunakan Korespondensi Penulis: Jl. Raya PadangPainan Km.1,Bungus,Padang255. Email: m.ramdhan@kkp.go.id sebagai dasar penarikan batas area perairan pesisir. Namun dalam UU ini diterangkan bahwa sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Sehingga secara tersirat UU2/2 mengambil titik pasang tertinggi (Highest Water Level HWL) sebagai awal rezim yurisdiksi perairan pesisir. Titik pasang tertinggi dapat diperoleh dari pengamatan pasut air laut. Fenomena pasut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik bendabenda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi (Pariwono,1). Sedangkan menurut Dronkers (14) pasut laut merupakan suatu 1

J. Segara Vol. No. 1 Agustus 211: 1 fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari bendabenda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. Untuk mengetahui posisi titik pasut terendah atau tertinggi di suatu wilayah pengamatan pasut yang ideal dilakukan adalah selama 1, tahun (Dahuri et al., 1; Djunarsjah, 2; Malik, 2). Menurut Wyrtki (11), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 tipe yaitu: 1. Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide). Merupakan pasut yang hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, ini terdapat di Selat Karimata. Gambar 3. Pola gerak pasut harian campuran condong harian tunggal (Malik,2). 4. Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal) merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali. Surut dengan memiliki tinggi dan waktu yang berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan Jawa dan Indonesia Bagian Timur. Gambar 1. Pola gerak pasut harian tunggal (diurnal tide) (Malik,2). Gambar 4. Pola gerak pasut harian campuran condong harian ganda (Malik,2). 2. Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide). Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama dalam satu hari, ini terdapat di Selat Malaka hingga Laut Andaman. Gambar 2. Pola gerak pasut harian gandal (semidiurnal tide) (Malik,2). 3. Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing Diurnal). merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat. Pola gerak muka air pasut di wilayah Indonesia didominasi oleh tipe harian ganda. Secara umum pola tersebut dapat dilihat pada gambar 5. Dari data hasil pengamatan pasut yang akan dilakukan pada kegiatan pengamatan pasut salah satu tujuannya adalah untuk memperoleh informasi tentang tipe pasang surut apa yang berlaku di daerah kegiatan berlangsung. Inti dari dilakukannya pengamatan pasut adalah untuk memperoleh data tinggi muka air laut, kemudian digunakan untuk menentukan datum vertikal yang akan digunakan dalam survey penetapan legal coastline (Andriani, 2). METODE PENELITIAN Paper ini akan menyajikan data hasil pengamatan langsung pasang surut di dua lokasi kegiatan, yaitu wilayah Pulau Pramuka dan Kabupaten Pati. Dimana wilayah tersebut merupakan wilayah studi kasus dalam kegiatan aplikasi survey legal coastline untuk mendukung penetapan hak pengusahaan perairan pesisir tahun 2 2

Komparasi Hasil Pengamatan Pasang Surut...Dengan Prediksi Pasang Surut Tide Model Driver (Ramdhan, M.) Gambar 5. Pola tipe pasut di Indonesia (digambar ulang dari Anugerah, 1 Triatmodjo, 1) di Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir (Puslitbang SDLP), Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP). Lama waktu pengamatan pasut di lokasi kegiatan belum bisa memenuhi kondisi ideal, oleh sebab itu akan digunakan data modelling sebagai alat bantu untuk mendapatkan titik tertinggi di wilayah tersebut. Koordinat stasiun pengamatan pasut untuk kegiatan ini dapat di lihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Lokasi stasiun pengamatan No. Lokasi Lintang Bujur Stasiun 1. Pulau Pramuka 5,425,13 2. Kabupaten pati,45 111,511 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengamatan langsung Dari data yang diperoleh, Secara visual dapat terlihat bahwa di kawasan pulau Pramuka pada tanggal Agustus 2 jam 2: WIB hingga 13 Agustus 2 jam 2: WIB terjadi dua kali pasang dan satu kali surut dengan surut terendah terjadi pada 13 Agustus 2 jam. WIB, dan pasang tertinggi pada pada Agustus 2 jam 22. WIB. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan oleh Wyrtki (11) bahwa wilayah P. Pramuka yang berada di kawasan pantai utara Jawa Barat tergolong dalam tipe pasang surut campuran Gambar. Lokasi daerah kegiatan pengamatan pasut 3

J. Segara Vol. No. 1 Agustus 211: 1 condong harian tunggal. Grafik hasil pengamatan pasang surut di P. Pramuka dapat dilihat pada Gambar. 14 Grafik pasang surut permukaan air laut P. Pramuka tanggal 1 Agustus 2 13 1 Ketinggian (cm) 5 //2 /13/2 /13/2 /14/2 3 /14/2 4 //2 //2 2 /1/2 4 2:: :: 2:: :: 2:: :: 2:: :: Gambar. Grafik Pengamatan pasut pulau Pramuka. Tinggi Pasut (cm) Ratarata Maksimum Minimum, 133, 5, Di stasiun pasut Banyutowo Kab. Pati dilakukan pengamatan pada tanggal 2 Oktober 2 jam 13: WIB hingga 4 November 2 jam 13: WIB. Hasil pengamatan menunjukkan terjadi (tujuh) kali pasang tinggi dan (tujuh) kali surut rendah dengan surut terendah terjadi pada 2 Oktober 2 jam 11. WIB dengan ketinggian pasut 5 cm, dan pasang tertinggi pada pada 3 Oktober 2 jam. WIB dengan ketinggian pasut 11 cm. Hal ini menunjukkan bahwa tipe pasut di wilayah tersebut adalah pasang surut harian tunggal (diurnal tide). Grafik hasil pengamatan pasang surut di Kabupaten Pati dapat dilihat pada Gambar. Gambar. Grafik Pengamatan pasut Kab. Pati. Tinggi Pasut (cm) Ratarata Maksimum Minimum 1,34 11, 5, 4

Komparasi Hasil Pengamatan Pasang Surut...Dengan Prediksi Pasang Surut Tide Model Driver (Ramdhan, M.) 2. Hasil model TMD Tidal Model Driver (TMD) adalah perangkat lunak / software yang dapat digunakan untuk melakukan ramalan (prediksi) ketinggian pasut di permukaan bumi dengan platform Matlab, Software ini dikembangkan pada tahun 23 di Universitas Oregon State Amerika Serikat. Secara global, Software tersebut menggunakan konstantakonstanta pasut yang telah di generate secara global dari berbagai sumber. Untuk mendapatkan gambaran kondisi pasut sepanjang tahun di daerah lokasi kegiatan, TMD di setting untuk dapat memberikan hasil prediksi selama 35 hari pada tahun 2. TMD menggunakan konstanta pasut m2, s2, k1, o1, n2, p1, k2, q1 dalam menghitung prediksi ketinggian pasut di suatu titik. Grafik prediksi pasut hasil pemodean TMD untuk lokasi kedua kegiatan dapat dilihat pada Gambar dan Gambar. Tipe pasang surut dapat ditentukkan berdasarkan bilangan Formzahl (F) yang dinyatakan dalam bentuk: Tabel 2. Konstanta pasut yang digunakan dalam pemodelan TMD m2 s2 k1 o1 n2 p1 k2 q1 Amplitudo P. 3,3 4,45 25,,3 1,,2, 2, (cm) Pramuka g o 1,,3 35,3 1, 1,3 25,3,4 2,43 Kab. Pati Amplitudo (cm) 4,31,5 4,3,5 1,2 11,5,1 1,1 g o 332,5 223,3 23,22 12,4 25,1 23,1,2, Gambar. Grafik pasut untuk P. Pramuka hasil pemodelan TMD. Maksimum (cm) Minimum (cm) 52,21 4, 5

J. Segara Vol. No. 1 Agustus 211: 1 Gambar. Grafik pasut untuk Kab. Pati hasil pemodelan TMD. Maksimum (cm) Minimum (cm),, F = [A(o1) + A(k1)]/[A(m2) + A(s2)]...1) Dimana: F : bilangan Formzahl A(k1) : amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan & matahari A(o1) : amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan A(m2) : amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan A(s2) : amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik matahari dengan ketentuan : F d.25 : Pasang surut tipe harian ganda,25<fd 1.5 : Pasang surut tipe campuran condong harian ganda 1.5<Fd 3. : Pasang surut tipe campuran condong harian tunggal F > 3. : Pasang surut tipe harian tunggal Untuk lokasi pulau Pramuka, dari konstanta pasut yang digunakan oleh TMD diperoleh nilai F sebesar 4,25313. Hal ini menunjukkan bahwa TMD menggolongkan tipe pasut di lokasi tersebut kedalam pasang surut harian tunggal. Hasil ini berbeda dengan apa yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan. Di lokasi Kab. Pati diperoleh nilai F sebesar 4,5. TMD menggolongkan tipe pasut di wilayah Kab. Pati sebagai tipe pasang surut harian tunggal, hasil yang sesuai dengan pengamatan langsung di lapangan. Hasil berbeda yang diperoleh di stasiun pulau Pramuka diduga karena TMD menggunakan konstanta pasut yang global, sehingga kurang mampu untuk memprediksi secara akurat tipe pasut di wilayah pulaupulau kecil seperti pulau Pramuka. Pada tabel 25 Lampiran. disajikan secara lengkap data hasil pengamatan pasut dan data prediksi hasil modeling dengan TMD. 3. Perbandingan data Insitu dengan data TMD Grafik pada gambar 11 dan menunjukkan perbedaan data hasil pengamatan langsung di P.Pramuka dan Kab. Pati dengan data yang dihasilkan oleh TMD. Data pengamatan di masingmasing tempat ditumpang susunkan dengan data yang dihasilkan oleh TMD.

Komparasi Hasil Pengamatan Pasang Surut...Dengan Prediksi Pasang Surut Tide Model Driver (Ramdhan, M.) Gambar 11. Grafik perbandingan data pasut pengamatan P.Pramuka dengan TMD Gambar. Grafik perbandingan data pasut pengamatan Kab. Pati dengan TMD Data pengamatan di Pulau Pramuka memiliki nilai RMS error sebesar, cm. Dari grafik dapat terlihat bahwa pada beberapa bagian data hasil pengamatan menunjukkan hasil tren pasut yang menurun, namun data TMD menunjukkan data tren pasut naik. Seperti pada data pengamatan jam 1. WIB tanggal 13 Agustus 2. Hal ini dikarenakan hasil model TMD mengklasifikasikan daerah perairan P. Pramuka memiliki tipe pasut harian tunggal, namun pada kenyataannya P. Pramuka memiliki tipe pasut campuran cenderung harian tunggal. Data pengamatan di Kab. Pati memiliki RMS error yang lebih kecil dari pada data P. Pramuka yaitu sebesar,4 cm. Untuk bentuk grafik, dapat dilihat bahwa tren kenaikan dan penurunan pasut relatif sama antara data pengamatan lapangan dengan data yang di hasilkan TMD. Kesimpulan dan Saran Pulau pramuka, yang terletak di gugusan Pulau Seribu, memiliki tipe pasut campuran condong harian tunggal, hal tersebut didukung oleh data hasil pengamatan lapangan dan literatur. Namun dari hasil prediksi pasut TMD, tipe pasut yang diperoleh untuk pulau Pramuka adalah tipe harian tunggal. Penyebabnya dapat dikarenakan TMD menggunakan konstanta pasut global dalam perhitungan prediksi pasutnya, atau adanya

J. Segara Vol. No. 1 Agustus 211: 1 komponen pasut lain yang dominan di perairan kepulauan yang belum dimasukkan dalam formula model prediksi perangkat lunak TMD. Untuk perairan terbuka seperti wilayah perariran Kab. Pati yang terletak di Laut Jawa, tipe pasut yang diperoleh dari data pengamatan lapangan dan prediksi TMD menunjukkan hasil yang sama, yaitu tipe harian tunggal. Prediksi pasut dari TMD disarankan baik untuk digunakan pada wilayah perairan terbuka. Namun untuk perairan kepulauan, prediksi pasut TMD harus dimodifikasi ulang konstanta pasutnya, sesuai dengan data pengamatan lapangan. PERSANTUNAN Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Endhay Kusnendar, MS sebagai Kepala BalitbangKP, Dr. Budi SulistiyoKepala Puslitbang Sumberdaya Laut dan Pesisir. DAFTAR PUSTAKA Abdul Malik, 2. Power Point Bahan kuliah Pasang Surut, http://www.slideshare.net/guest1cdf1/pasangsurutpasut, diakses tanggal Oktober 2. Dahuri, R., J. Rais, S. P. Ginting, M. J. Sitepu. 1. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu. PT Pradnya Paramita. Jakarta. Djunarsjah, E., 2, Konsep penentuan batas laut, KK sains dan rekayasa hidrografi, FTSLITB, Bandung. Nontji, A., Dr. 1. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta Pariwono, J.I. 1. Gaya Penggerak Pasang Surut. Dalam Pasang Surut. P3O LIPI. Jakarta. Triatmodjo, B. 1. Pelabuhan. Beta Offset. Yogyakarta Andriani,V. 2. Kajian Legal Coastline dalam Mendukung Pelaksanaan Kadaster Kelautan di Indonesia, Tesis Magister FTSLITB, Bandung. Wyrtki, K.11. Naga report: scientific results of marine investigations of the. South China Sea and the Gulf ofthailand, 1511. vol. 2. UndangUndang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2 tentang pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulaupulau Kecil. LAMPIRAN Tabel 1. Data hasil pengamatan pasut dan prediksi TMD Lokasi Tinggi Muka Air laut (cm) Stasiun MSL* MAX** MIN*** Pulau Pramuka Tungang pasut (cm), 133 5 Kab. Pati 1,34 11 5 5 Pulau Pramuka 52,21 4, 1,1 Kab. Pati,, 14, Tipe Pasut tipe campuran condong harian tungal tipe harian tungal tipe harian tungal tipe harian tungal Selang Waktu (hari) 4 35 35 Ket: * Mean Sea Level, ** Ketinggian Maksimum, *** Ketinggian Minimum

Komparasi Hasil Pengamatan Pasang Surut...Dengan Prediksi Pasang Surut Tide Model Driver (Ramdhan, M.) Tabel 2. Data hasil pengamatan Lapangan P. Pramuka Tgl ketinggian dalam cm Jam 1 2 3 4 5 11 13 14 1 1 1 1 2 21 22 23 //21 13//21 11 5 14//21 //21 3 1//21 4 5 5 4 4 5 2 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 4 4 4 5 11 11 11 11 11 11 11 11 5 3 3 5 5 11 13 13 5 5 3 3 5 5 4 11 4 2 Tabel 3. : Data hasil pengamatan Lapangan Banyutowo, Kab. Pati ketinggian dalam cm Tgl Jam 1 2 3 4 5 11 13 14 1 1 1 1 2 21 22 23 2//2 11 13 1 1 4 4 4 2 4 2 2 2//2 1 1 14 13 11 13 1 1 2 5 4 5 5 1 3 4 2 /3/2 1 1 1 1 14 13 11 11 1 1 1 5 5 4 2 4 2 4 4 2 2 5 5 5 2 /31/2 1 1 1 1 13 11 11 13 3 3 5 3 4 4 2 2 2 4 4 2 4 2 1/11/21 1 1 14 13 11 11 13 14 5 4 2 5 5 2 2 4 4 4 2/11/21 1 1 1 1 1 13 11 13 4 2 4 2 4 2 2 2 2 2 2 3/11/21 1 1 1 14 13 11 11 11 13 13 2 4 4 4 2 4 2 4 2 4 2 4/11/21 14 1 1 14 13 11 2 2 2 2 2 4 2

J. Segara Vol. No. 1 Agustus 211: 1 Tabel 4. Data TMD untuk P. Pramuka Tgl ketinggian dalam cm Jam //2 13//2 14//2 //2 1//2 1 2 3 4 5 11 13 14 1 1 1 1 2 21 22 23 22 1 1 14 5 2 4 1 3 1 13 22 1 1 1 23 21 13 14 1 23 1 14 22 1 11 3 1 1 2 4 13 1 1 5 1 2 4 5 3 1 5 11 11 5 1 2 3 1 13 1 1 1 1 1 14 11 3 3 13 1 2 22 25 22 1 11 3 Tabel 5. : Data TMD untuk Banyutowo, Kab. Pati ketinggian dalam cm Tgl Jam 2//2 2//2 /3/2 /31/2 1/11/2 2/11/2 3/11/2 4/11/2 1 2 3 4 5 11 13 14 1 1 1 1 2 21 22 23 5 5 51 4 2 11 5 2 2 5 4 33 1 1 3 5 1 51 3 21 4 21 1 4 2 54 41 25 54 54 42 2 11 5 45 52 54 5 4 2 11 5 3 43 4 43 35 23 2 35 3 35 2 1 3 11 34 3 2 21 1 1 1 22 44 41 3 32 2 2 2 3 51 4 44 3 33 31 3 33 54 52 4 41 3 31 3 31 54 53 4 43 3 3 2 2 5 51 4 42 34 2 22 2 45 4 4 41 33 1 3 42 42 3 32 23 13 2 34 3 3 3 21 11 1 3 31 2 21 4 23 3 4 5 13 2 1 1 1 31 45 5 22 3 51 1 2 13 2 43 5 1 33 1 13 25 4 2 2 2 1 2 3 5 13 1