KAJIAN KANDUNGAN FENOLAT DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL TEMPE GEMBUS DARI BERBAGAI WAKTU INKUBASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tempe merupakan makanan tradisional khas Indonesia, sebagian besar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental, karena

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SKRIPSI PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN WAKTU MASERASI TERHADAP PEROLEHAN FENOLIK, FLAVONOID, DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK RAMBUT JAGUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

BAB III METODE PENELITIAN

BIOKIMIA (Kode : F-13)

Bab III Bahan dan Metode

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) TERHADAP DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYL HYDRAZYL) ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn eissn

Pengaruh Cara Pengeringan terhadap Perolehan Kadar Senyawa Fenolat dan Aktivitas Antioksidan dari Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.

PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI MASERASI DAN REFLUKS TERHADAP KADAR FENOLIK DARI EKSTRAK TONGKOL JAGUNG (Zea mays L.)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

Pengaruh Perebusan Terhadap Kadar Senyawa Fenolat Total dan Daya Antioksidan Dari Daun Kol (Brassica oleracea L. Var. capitata L,)

39 Universitas Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. ini berlangsung selama 4 bulan, mulai bulan Maret-Juni 2013.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Tahapan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODE PENELITIAN. kandungan fenolik total, kandungan flavonoid total, nilai IC 50 serta nilai SPF

B.A. Martinus, Afdhil Arel, Adi Gusman Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Perintis Padang ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

Antioksidan dalam Bakso Rumput Laut Merah Eucheuma cottonii

BAB II METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. antara kacang-kacangan tersebut, kedelai paling banyak digunakan sebagai bahan

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

Farikha Maharani, Indah Riwayati Universitas Wahid Hasyim, Semarang *

Jurnal Akademi Farmasi Prayoga ISSN-Online : X Diterbitkan Oleh Akademi Farmasi Prayoga Padang jurnal.akfarprayoga.ac.

Pengaruh Cara Pengeringan terhadap Perolehan Kadar Senyawa Fenolat dan Aktivitas Antioksidan pada Tumbuhan Meniran (Phyllanthus niruri, Linn.

EVALUASI SENYAWA FENOLIK ( Asam Ferulat dan Asam p-kumarat ) PADA BIJI, KECAMBAH DAN TEMPE KACANG TUNGGAK (Vigna unguiculata)

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul kelarutan senyawa fenolik dan aktivitas antioksidan

METODOLOGI PENELITIAN

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KULIT BUAH KAKAO MASAK DAN KULIT BUAH KAKO MUDA

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang didapatkan dari 20 kg buah naga merah utuh adalah sebanyak 7 kg.

BAB III METODE PENELITIAN

EKSTRAKSI SENYAWA BIOAKTIV DARI DAUN MORINGA OLEIFERA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2016 Mei 2017 di

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

Lampiran 1 Hasil Determinasi Tanaman

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

PERBANDINGAN KADAR SENYAWA FENOLAT DAN DAYA ANTIOKSIDAN PADA TEH CELUP DENGAN TEH KILOAN DARI BEBERAPA PRODUK TEH YANG BEREDAR

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium,

BAB 4 PEMBAHASAN Hasil Kerja Ekstraksi Jahe

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEMPE YANG TAHAN DISIMPAN. Disusun Oleh :

3 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Bahan Alat Metode Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

BIOKIMIA (Kode : H-10)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

KAJIAN SINTESIS GIPSUM DARI BATU GAMPING ASAL SULAWESI TENGAH [STUDY SYNTHESIS OF GYPSUM FROM LIMESTONE IN CENTRAL SULAWESI]

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 Mei 2015 di. Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI PEMBUATAN PAKAN IKAN DARI CAMPURAN AMPAS TAHU, AMPAS IKAN, DARAH SAPI POTONG, DAN DAUN KELADI YANG DISESUAIKAN DENGAN STANDAR MUTU PAKAN IKAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain neraca analitik,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Konsumsi tempe rata-rata per orang per

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

Transkripsi:

KAJIAN KANDUNGAN FENOLAT DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL TEMPE GEMBUS DARI BERBAGAI WAKTU INKUBASI [Study of Content Phenolic and Antioxidant Activity Extract Ethanol Tempeh Gembus of a Variety of Incubation] Mohammad Sidiq 1*), Mappiratu 1), Nurhaeni 1) 1) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Tadulako, Palu Jl. Soekarno Hatta Km.9, Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu, Telp. 0451-422611 Diterima 25 April 2016, Disetujui 7 Juni 2016 ABSTRACT The research about study of content phenolic and antioxidant activity extract ethanol tempeh gembus of a variety of incubation has been done. This study aims to know the time of incubation and time extraction that produced levels of the total phenolic and the best antioxidant activity. Determination of total phenolic using the method of folin-ciocalteu and antioxidant activity using the method DPPH. The achievement of goals be done through the application of the treatment of the time of incubation and time extraction of level of phenolic and antioxidant activity. The influence of the time of incubation is applied five levels of 0 hours; 12 hours; 24 hours; 36 hours and 48 hours. While the influence of time extraction is 1 hours, 1.5 hours, 2 hours, 2.5 hours, and 3 hours. From the result obtained by the incubation is at the time of incubation 36 hours which resulted in levels of total phenolic of 7.75 % and the value of IC 50 0f 1098.88 µg/ml. The use of time extraction is 1,5 hours that produces levels of total phenolic of 5.26 % and the value of IC 50 of 1198.95 µg/ml. Keyword: tempeh gembus, total phenolic, antioxidant activity, time of incubation, time extraction ABSTRAK Penelitian mengenai kajian kandungan fenolat dan aktivitas antioksidan ekstrak etanol tempe gembus dari berbagai waktu inkubasi telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu inkubasi dan waktu ekstraksi yang menghasilkan kadar fenolat total dan aktivitas antioksidan terbaik. Penentuan kadar fenolat total menggunakan metode folin-ciocalteu sedangkan aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH. Pencapaian tujuan dilakukan melalui penerapan perlakuan pengaruh waktu inkubasi dan waktu ektraksi terhadap kadar fenolat dan aktivitas antioksidan. Pada pengaruh waktu inkubasi diterapkan lima tingkatan yaitu 0 jam; 12 jam; 24 jam; 36 jam dan 48 jam. Sedangkan pengaruh waktu ekstraksi yaitu 1 jam; 1,5 jam; 2 jam; 2,5 jam dan 3 jam. Dari hasil penelitian diperoleh waktu inkubasi yang baik adalah pada waktu inkubasi 36 jam yang menghasilkan kadar fenolat total sebesar 7,75 % dan nilai IC 50 sebesar 1098,88 µg/ml. penggunaan waktu ekstraksi yang baik adalah 1,5 jam yang menghasilkan kadar fenolat total sebesar 5,26 % dan nilai IC 50 sebesar 1198,95 µg/ml. Kata kunci: tempe gembus, kadar fenolat total, aktivitas antioksidan, waktu inkubasi, waktu ekstraksi. *)Coresponding Author: Mohsidiq65@gmail.com 1

LATAR BELAKANG Pemanfaatan bahan sisa prosesproses pengolahan pangan yang banyak sekali terdapat di Indonesia, belum banyak mendapat perhatian. Masih banyak bahan sisa pengolahan bahan pangan yang belum dimanfaatkan dengan baik. Di samping mengatasi pencemaran lingkungan, pemanfaatan bahan sisa juga dapat membantu mengatasi masalah kekurangan gizi, khususnya kekurangan protein. Ampas tahu merupakan salah satu bahan sisa proses pengolahan tahu yang banyak terdapat di Indonesia. Kacang kedelai yang merupakan sumber bahan baku tahu mengandung senyawa flavonoid golongan isoflavon. Isoflavon yang ditemukan dalam kedelai, yaitu daidzein (7,4 -dihidroksi isoflavon), genistein (5,7,4 -trihidroksiisoflavon), dan glisitein (6-metoksi-7,4 -dihidroksi isoflavon). Di samping itu ditemukan juga bentuk glikosida dari isoflavon tersebut, yaitu daidzin (daidzein 7-oglikosida), genistin (genistein 7-o-glikosida), dan glisitin (glisitein 7-o-glikosida) (Purwoko dkk, 2001). Senyawa bioaktif isoflavon yang mengandung gugus fenolik mempunyai kemampuan sebagai antioksidan dan mencegah terjadinya kerusakan akibat radikal bebas (Astuti, 2008). Radikal bebas menimbulkan masalah kesehatan berupa penyakit degeneratif seperti kanker, arterosklerosis, penyakit jantung coroner dan diabetes mellitus (Kumalaningsih, 2006). Mengacu pada kandungan senyawa kimia tempe yang bersifat antioksidan, maka tempe dapat berperan sebagai pangan fungsional, yakni pangan yang dapat mencegah dan menanggulangi penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas. Tempe gembus merupakan salah satu produk fermentasi, selama proses fermentasi terdapat faktor-faktor yang sangat mempengaruhi proses fermentasi tersebut, antara lain : suhu, kadar ragi dan lamanya proses fermentasi. Ekstraksi senyawa fenolat dalam suatu bahan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain suhu ekstraksi, jenis pelarut, waktu ekstraksi dan rasio pelarut terhadap bahan. Untuk ekstraksi senyawa fenolat dan aktivitas antioksidan ekstrak etanol, faktor yang sangat berpengaruh adalah waktu ekstraksi (Wulandari, 2011; Pelima dkk., 2012). Penelitian tentang kandungan fenolat dan aktivitas antioksidan pada tempe telah dilakukan oleh beberapa peneliti, akan tetapi kandungan fenolat dan aktivitas antioksidan pada tempe yang diolah dari kedelai belum ditemukan publikasi mengenai pengaruh waktu ekstraksi. Widiyanti (2007) melakukan kajian kandungan fenolat total dan aktivitas antioksidan pada tempe yang diolah dari biji lamtoro gung. Kadar fenolat ditentukan menggunakan metode Follin-Ciocalteu dan aktivitas antioksidan ditentukan menggunakan metode asam tiobarbiturat (TBA). Ningsih (2007) melakukan kajian aktivitas antioksidan tempe yang diolah dari kacang tunggak menggunakan 2

metode DPPH. Untuk mengetahui peranan tempe kedelai sebagai pencegah berbagai jenis penyakit yang disebabkan radikal bebas, perlu dilakukan kajian kandungan fenolat dan aktivitas antioksidan ekstrak etanol tempe gembus. METODE PENELITIAN Bahan dan Peralatan Bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah ampas tahu dari pabrik tahu di kelurahan Bayaoge, kecamatan Palu Barat dan inokulum tempe (RAPRIMA produksi Aneka Fermentasi Industri (AFI)). Bahan lain sebagai pengekstrak dan bahan kimia untuk analisis mencakup etanol 96%, etanol p.a, n-heksan teknis, reagen folinciocalteu, asam galat, natrium karbonat p.a, DPPH (2,2-difenil-1-pikrihidrazil) p.a, asam askorbat, akuades. Peralatan yang digunakan adalah ayakan 60 mesh, blender, sterilisator, shaker, rotary vakum evaporator, spektrofotometer UV-VIS, neraca analitik, kuvet, alat press, oven, dan alat-alat gelas yang umum digunakan dalam Laboratorium Kimia. Prosedur Penelitian Tahap Pembuatan Tempe Gembus (Purwoko dkk, 2003) Ampas tahu direndam dalam air selama 2 jam dan dihilangkan airnya dengan cara dipres. Selanjutnya ampas tahu disterilisasi dalam sterilisator (121 o C, 15 menit). kemudian ampas tahu yang telah steril diinokulasi menggunakan ragi tempe (2,5 Kg ampas tahu diinokulasi dengan 5 g ragi tempe). Ampas tahu yang telah diinokulasi selanjutnya diinkubasi pada suhu ruang dengan variasi waktu inkubasi 0 jam (A), 12 jam (B), 24 jam (C), 36 jam (D), dan 48 jam (E). Tahap Ekstraksi Tepung Tempe Gembus (Purwoko dkk, 2003) Tempe hasil inkubasi dikeringkan pada suhu 60 o C selama 24 jam. Tempe yang telah kering diblender menjadi tepung kemudian diayak menggunakan ayakan 60 mesh. Selanjutnya tepung tempe sebanyak 30 g diekstrak 2 kali dengan 150 ml etanol 80% dan 30 ml etanol 80% hingga diperoleh filtrat dan ampas. Proses ektraksi dilakukan dengan cara pengocokan di atas mesin kocok (shaker) selama 2 jam. Ampas dibuang dan ekstrak dikumpulkan, kemudian filtrat dievaporasi dengan rotary vakum evaporator pada suhu 40-50 o C sampai kering. Ekstrak kering ditambahkan 5 ml etanol 50% dan 10 ml n-heksan untuk menghilangkan lemak. Lapisan atas dibuang dan lapisan bawah diambil. Ekstrak yang telah dipisahkan dievaporasi kembali hingga kering dan ditambahkan 5 ml etanol 96% lalu dikeringkan dengan oven pada suhu 50 o C. Tahap Ekstraksi Tepung Tempe Gembus Untuk Perlakuan Pengaruh Waktu Ekstraksi (Purwoko dkk, 2003) Tempe hasil inkubasi dikeringkan pada suhu 60 o C selama 24 jam. Tempe yang telah kering diblender menjadi tepung kemudian diayak menggunakan ayakan 60 mesh. Selanjutnya tepung tempe sebanyak 30 g diekstrak 2 kali 3

dengan 150 ml etanol 80% dan 30 ml etanol 80% hingga diperoleh filtrat dan ampas. Proses ektraksi dilakukan dengan cara pengocokan di atas mesin kocok (shaker) dengan variasi waktu ekstraksi 1 jam (A); 1,5 jam (B); 2 jam (C); 2,5 jam (D) dan 3 jam (E). Ampas dibuang dan ekstrak dikumpulkan, kemudian filtrat dievaporasi dengan rotary vakum evaporator pada suhu 40-50 o C sampai kering. Ekstrak kering ditambahkan 5 ml etanol 50% dan 10 ml n-heksan untuk menghilangkan lemak. Lapisan atas dibuang dan lapisan bawah diambil. Ekstrak yang telah dipisahkan dievaporasi kembali hingga kering dan ditambahkan 5 ml etanol 96% lalu dikeringkan dengan oven pada suhu 50 o C. Penentuan Kadar Fenolat Ekstrak Etanol Tempe Gembus (Pratiwi dkk, 2010) a. Pembuatan Kurva Baku Asam galat sebanyak 0,1 g ditambahkan akuades sampai 100 ml untuk mendapatkan larutan induk 1000 mg/l. Larutan induk selanjutnya diencerkan dengan akuades sehingga dihasilkan konsentrasi 100 mg/l, 200 mg/l, 300 mg/l, 400 mg/l, 500 mg/l, dan 600 mg/l asam galat. Sebanyak 0,2 ml larutan dari berbagai konsentrasi diencerkan dengan 15,8 ml akuades dan direaksikan dengan 1 ml reagen folinciocalteu, kemudian larutan dikocok dan didiamkan selama 8 menit. Sebanyak 3 ml larutan Na 2 CO 3 20% ditambahkan ke dalam larutan, kemudian dikocok hingga larutan homogen dan didiamkan selama 2 jam pada suhu kamar. Selanjutnya absorbansi dari larutan standar diukur pada panjang gelombang 765 nm menggunakan spektrofotometer uv-vis. Kurva standar diperoleh dari hubungan antara konsentrasi asam galat (mg/l) dengan absorbansi. b. Analisis Sampel Ekstrak tempe gembus yang diperoleh sebelumnya dilarutkan hingga 25 ml dengan etanol 50%. Sebanyak 0,2 ml larutan ekstrak ditambahkan dengan 15,8 ml akuades dan direaksikan dengan 1 ml reagen folin-ciocalteu, kemudian larutan dikocok dan didiamkan selama 8 menit. Sebanyak 3 ml larutan Na 2 CO 3 20% ditambahkan ke dalam larutan, kemudian dikocok hingga larutan homogen dan didiamkan selama 2 jam pada suhu kamar. Selanjutnya absorbansi dari larutan ini diukur pada panjang gelombang 765 nm menggunakan spektrofotometer uv-vis. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Tempe Gembus (Pratiwi dkk, 2010) Larutan ekstrak etanol 1 mg/ml dibuat dengan melarutkan 0,25 mg ekstrak dalam 25 ml etanol. Selanjutnya diencerkan dengan menambahkan etanol hingga diperoleh konsentrasi 10 µg/ml, 30 µg/ml, 50 µg/ml, 70 µg/ml dan 90 µg/ml. Penentuan aktivitas antioksidan dilakukan terhadap berbagai konsentrasi dengan memasukkan 0,2 ml larutan sampel ke dalam vial dan direaksikan dengan 3,8 ml larutan DPPH 50 µm. 4

Absorbansi KOVALEN, 2(3):1-9, Desember 2016 ISSN: 2477-5398 Campuran dihomogenkan dan didiamkan selama 30 menit di tempat gelap. Absorbansi diukur pada panjang gelombang 517 nm. Sebagai pembanding digunakan asam askorbat dengan konsentrasi 2 µg/ml, 3 µg/ml, 4 µg/ml, 5 µg/ml, 6 µg/ml dengan perlakuan yang sama dengan sampel uji. Aktivitas antioksidan sampel ditentukan oleh besarnya hambatan serapan radikal DPPH melalui perhitungan persentase inhibisi serapan DPPH dengan menggunakan rumus : fenolat yang tinggi, diterapkan lima tingkatan waktu fermentasi yaitu 0 jam; 12 jam; 24 jam ; 36 jam dan 48 jam. Penentuan kadar senyawa fenolat total dilakukan dengan membuat kurva standar asam galat dengan konsentrasi 100-600 mg/l pada panjang gelombang 765 nm. Penggunaan asam galat sebagai standar dikarenakan senyawa tersebut sangat efektif untuk membentuk senyawa kompleks dengan reagen folin-ciocalteu. Kurva standar dibuat sebagai pembanding ekivalen senyawa fenolat yang terdapat dalam tempe gembus, dengan demikian kurva tersebut berguna dalam membantu menentukan kadar fenolat total. Penelitian Nilai IC 50 masing-masing konsentrasi sampel dihitung dengan menggunakan rumus persamaan regresi linear. terhadap larutan standar asam galat menghasilkan persamaan regresi y = 0.0011x 0,031 dengan koefisien determinasi ( R 2 ) sebesar 0,9993. HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Fenolat Total dan Aktivitas Antioksidan Tempe Gembus pada Berbagai Waktu Inkubasi Salah satu makanan hasil olahan kedelai adalah tahu. Proses pembuatan tahu menghasilkan limbah padat yang disebut ampas tahu. Ampas tahu dapat diolah menjadi makanan terfermentasi, 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 y = 0,001x - 0,031 R² = 0,9993 0 100 200 300 400 500 600 Konsentrasi (mg/l) yaitu oncom dan tempe gembus. Mikroba dalam pembuatan oncom adalah Neurospora sitophita dan Rhizopus oligosporus, sedangkan pada pembuatan tempe gembus adalah R. orizae dan R. oligosporus (Purwoko dkk, 2003). Untuk mengetahui waktu fermentasi Gambar 1. Kurva standar asam galat Hasil yang diperoleh (Gambar 2) menunjukkan kadar fenolat total mengalami peningkatan hingga waktu inkubasi 36 jam dan penurunan pada waktu inkubasi 48 jam. tempe gembus yang menghasilkan kadar 5

Kadar Fenolat Total (%) KOVALEN, 2(3):1-9, Desember 2016 ISSN: 2477-5398 10,00 8,00 6,99 7,75 6,94 isoflavon aglikon, karena ampas tahu masih mengandung isoflavon glikosidik 6,00 (Wang dkk, 1998 dalam Purwoko dkk, Gambar 2. 4,00 1,77 2,00 0,00 Kurva hubungan antara kadar fenolat total terhadap waktu inkubasi Hal ini diduga karena selama inkubasi terjadi aktivitas mikroba yang bervariasi dan pembentukan aglukan sudah berhenti. Tempe terbaik dengan tekstur kompak diselimuti miselia putih tebal terjadi pada inkubasi 36 jam. Namun setelah itu pada waktu inkubasi 48 jam sudah terjadi pembusukkan, diduga karena Rhizopus mengalami fase pembusukkan atau fermentasi lanjut yang menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah bakteri dan jumlah asam lemak bebas, pertumbuhan jamur menurun dan pada kadar air tertentu pertumbuhan jamur terhenti, terjadinya perubahan flavor karena degradasi protein sehingga terbentuk amoniak dan mikroba pembusuk mulai tumbuh. Istiani (2010) menemukan bahwa penurunan kandungan isoflavon pada koro pedang utuh dan rajang terjadi setelah fermentasi 1 hari sedangkan pada kedelai penurunan kandungan isoflavon setelah fermentasi 2 hari, namun meningkat pada fermentasi 4 hari. 2,19 0 12 24 36 48 Waktu Inkubasi (Jam) Aktivitas antioksidan ampas tahu terfermentasi tidak terlepas dari kemampuan mikroba dalam menghasilkan 2003). Isoflavon aglikon diperoleh dari transformasi isoflavon glikosidik dan diperantarai oleh enzim β-glukosidase dan perendaman dalam suasana asam. Glukosa yang terdapat dalam isoflavon glikosidik diperlukan mikroba untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu, mikroba mensintesis enzim β-glukosidase yang dapat memecah isoflavon glikosidik menjadi isoflavon aglikon dan glukosa. Metode pengujian aktivitas antioksidan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode DPPH (2,2- difenil-1-pikrihidrazil). Metode DPPH digunakan secara luas untuk pengujian kemampuan penangkapan radikal bebas dari beberapa komponen alam. Metode DPPH sering digunakan untuk mendeteksi kemampuan antiradikal suatu senyawa karena hasilnya terbukti akurat, relatif cepat dan praktis (Pezzuto dalam Widoyo, 2010). Besarnya aktivitas antioksidan ditandai dengan nilai IC 50, yaitu konsentrasi larutan sampel yang dibutuhkan untuk menghambat 50% radikal bebas DPPH. Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH terhadap ekstrak tempe gembus dengan konsentrasi 10 µg/ml, 30 µg/ml, 50 µg/ml, 70 µg/ml dan 90 µg/ml. Pembuatan variasi konsentrasi sampel digunakan untuk menentukan nilai IC 50. Penghambatan 50% tersebut diperoleh 6

Kadar Fenolat Total (%) % Inhibisi KOVALEN, 2(3):1-9, Desember 2016 ISSN: 2477-5398 dari kurva antara % inhibisi terhadap konsentrasi ekstrak etanol tempe gembus dari persamaan regresi y = 0,0267x + 20,66 sehingga nilai IC 50 yang diperoleh sebesar 1098,88 µg/ml. 24,0000 23,5000 23,0000 22,5000 22,0000 y = 0,0267x + 20,66 R² = 0,9083 gembus berbanding lurus dengan persen inhibisi. Hal ini disebabkan pada sampel yang semakin banyak, maka makin tinggi kandungan antioksidannya sehingga berdampak juga pada tingkat penghambatan radikal bebas yang dilakukan oleh zat antioksidan tersebut. Kandungan Fenolat Total dan Aktivitas Antioksidan Tempe Gembus Pada Berbagai Waktu Ekstraksi Untuk mengetahui pengaruh waktu ekstraksi tempe gembus terhadap kadar fenolat total yang dihasilkan, diterapkan lima tingkatan waktu ekstraksi masingmasing 1 jam; 1,5 jam; 2 jam; 2,5 jam dan 3 jam. Adapun tempe gembus yang digunakan untuk proses ekstraksi ini yaitu tempe gembus dengan waktu inkubasi 36 jam yang menghasilkan kadar fenolat terbaik pada perlakuan sebelumnya. Hasil yang diperoleh menunjukkan kadar fenolat total terbaik pada waktu ekstraksi 1,5 jam yaitu sebesar 5,26 %. Pada waktu ekstraksi 2 jam hingga 3 jam kadar fenolat total mengalami penurunan hingga 3,77 %. Nilai tersebut relatif lebih 21,5000 rendah jika dibandingkan temuan pada 21,0000 20,5000 perlakuan pengaruh waktu inkubasi. 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 6,00 5,26 Konsentrasi (µg/ml) 4,56 4,57 5,00 Gambar 3. Kurva hubungan antara % inhibisi 4,00 terhadap konsentrasi ekstrak etanol tempe gembus 3,00 3,85 3,77 Hasil pengujian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol 2,00 1,00 0,00 tempe gembus maka semakin tinggi pula 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 persen inhibisi yang diperoleh. Dengan Waktu Ekstraksi (Jam) kata lain konsentrasi ekstrak etanol tempe Gambar 4. Kurva hubungan antara kadar fenolat total terhadap waktu ekstraksi Hasil yang diperoleh (Gambar 4) menunjukkan kadar fenolat total pada selang waktu ekstraksi 1 jam sampai 1,5 jam mengalami peningkatan. Penurunan kadar fenolat total ekstrak etanol tempe gembus pada penggunaan waktu ekstraksi di atas 1,5 jam diduga disebabkan oleh terjadinya kerusakan komponen kimia terekstrak terutama komponen antioksidannya. Wulandari (2011) juga menemukan hal yang sama dimana terjadi penurunan kadar fenolat ekstrak etanol kulit ari biji kakao pada perlakuan pengaruh waktu ekstraksi. Penghambatan 50% diperoleh dari kurva antara % inhibisi terhadap 7

% Inhibisi % Inhibisi KOVALEN, 2(3):1-9, Desember 2016 ISSN: 2477-5398 konsentrasi ekstrak tempe gembus dari persamaan regresi y = 0,0391x + 3,121 sehingga nilai IC 50 yang diperoleh sebesar 1198,95 µg/ml. Kurva regresi menunjukkan hubungan yang erat antara konsentrasi ekstrak etanol tempe gembus terhadap % inhibisi. 8,0000 7,0000 6,0000 5,0000 4,0000 3,0000 2,0000 1,0000 0,0000 Gambar 5. Kurva hubungan antara % inhibisi terhadap konsentrasi ekstrak etanol tempe gembus Hasil pengujian (Gambar 5) menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol tempe gembus maka semakin tinggi pula persen inhibisi yang diperoleh. Dengan kata lain konsentrasi sampel berbanding lurus dengan persen inhibisi. Hal ini disebabkan pada sampel yang semakin banyak, maka makin tinggi kandungan antioksidannya sehingga berdampak juga pada tingkat penghambatan radikal bebas yang dilakukan oleh zat antioksidan tersebut. Dalam penelitian ini digunakan asam askorbat sebagai pembanding sebab asam askorbat merupakan salah satu senyawa yang berperan sebagai pengikat oksigen sehingga tidak mendukung reaksi oksidasi. Aktivitas antioksidan tempe gembus relatif jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan aktivitas antioksidan y = 0,0391x + 3,121 R² = 0,9969 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Konsentrasi (µg/ml) asam askorbat yaitu sebesar 27,7623 µg/ml. Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut dapat diketahui bahwa tingkat kekuatan antioksidan tempe gembus tergolong antioksidan lemah (IC 50 > 150 µg/ml). 20,0000 15,0000 10,0000 5,0000 0,0000 Gambar 6. Kurva hubungan antara % inhibisi terhadap konsentrasi asam askorbat Penelitian yang dilakukan oleh Purwoko dkk (2003) menemukan aktivitas antioksidan ampas tahu terfermentasi (400 ppm) N. sitophila, R. oligosporus, R. oryzae terhadap oksidasi minyak kedelai masing-masing sebesar 97,7%; 98%; dan 95,3%. Istiani (2010) menemukan bahwa aktivitas antioksidan tertinggi pada tempe koro pedang utuh dan rajang dan tempe kedelai terjadi pada fermentasi 3 hari yaitu masing-masing 77,32%; 68,63% dan 81,43%. Sementara itu, Widoyo (2010) menemukan bahwa tempe kedelai hitam dengan perlakuan lama fermentasi 42 jam memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dibandingkan dengan tempe dari varietas kedelai lainnya yaitu sebesar 67,40%. KESIMPULAN y = 1,5318x + 7,4737 R² = 0,9779 0 1 2 3 4 5 6 Konsentrasi (µg/ml) Waktu inkubasi terbaik pada fermentasi tempe gembus adalah 36 jam. Pada waktu inkubasi tersebut diperoleh 8

kadar fenolat total sebesar 7,75 % dengan nilai IC 50 sebesar 1098,88 µg/ml. Sedangkan waktu ekstraksi terbaik pada proses ekstraksi fenolat dari tempe gembus adalah 1,5 jam. Pada waktu ekstraksi tersebut diperoleh kadar fenolat total sebesar 5,26 % dengan nilai IC 50 sebesar 1198,95 µg/ml. DAFTAR PUSTAKA Astuti, S. 2008. Isoflavon Kedelai dan Potensinya sebagai Penangkap Radikal Bebas. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian. 13 (2): 126-136. Istiani, Y. 2010. Karakterisasi Senyawa Bioaktif Isovlafon dan Uji Aktivitas Antioksidan Dari Ekstrak Etanol Tempe Berbahan Baku Koro Pedang (Canavalia ensiformis). [Tesis]. Surakarta: Program Studi Biosains Universitas Sebelas Maret. Kumalaningsih, S. 2006. Antioksidan Alami Penangkal Radikal Bebas : Sumber, Manfaat, Cara Penyediaan dan Pengolahan. Surabaya: Trubus Agrisarana. Ningsih, W. 2007. Evaluasi Senyawa Fenolik (Asam Ferulat dan Asam p- Kumarat) pada Biji, Kecambah dan Tempe Kacang Tunggak (Vigna unguiculata). [Skripsi]. Bogor: Departemen Teknologi Industri Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Pelima, J.N., Mappiratu., R.Dg. Rahmatu. 2012. Kajian Kandungan Fenolat dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Ubi Banggai (Dioscorea) dari Berbagai Varietas. Palu: [Tesis]. Program Pascasarjana. Universitas Tadulako. Pratiwi, P., M. Suzery., B. Cahyono. 2010. Total Fenolat dan Flavonoid Dari Ekstrak dan Fraksi Daun Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus B.) Jawa Tengah serta Aktivitas Antioksidannya. Jurnal sains & matematika (JSM). 18 (4): 140 148. Purwoko, T., Pawiroharsono, S., Gandjar, I. 2001. Biotransformasi Isoflavon Oleh Rhizopus oryzae UICC 524. Jurnal BioSMART. 3 (2): 7 12. Purwoko, T., Nurkhayati, R. Arumsari. 2003. Aktivitas Antioksidasi Ampas Tahu Terfermentasi Terhadap Oksidasi Minyak Kedelai. Jurnal BioSMART. 5 (1): 13 16. Widiyanti. 2007. Aktivitas Antioksidan Tempe Lamtoro Gung (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) Hasil Fermentasi Rhizopus oligosporus. [Skripsi]. Surakarta: Jurusan Kimia. Fakultas MIPA. Universitas Sebelas Maret. Widoyo, S. 2010. Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kadar Serat Kasar dan Aktivitas Antioksidan Tempe Beberapa Varietas Kedelai (Glycine sp). Surakarta: [Skripsi]. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Wulandari, S.A. 2011. Ekstraksi dan Analisis Kandungan Fenolat Ekstrak Etanol Kulit Ari Biji Kakao (Theobroma cacao, L.). [Skripsi]. Palu: Program Studi Kimia. FMIPA. Universitas Tadulako. 9