BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecepatan pertolongan pada pasien dengan kasus kegawat daruratan menjadi elemen penting dalam penanganan pasien

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindrom Koroner Akut (SKA)/Acute coronary syndrome (ACS) adalah

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik, penurunan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jantung koroner yang utama dan paling sering mengakibatkan kematian (Departemen

KEPUTUSAN DIREKTUR RS ROYAL PROGRESS NOMOR /2007 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT DIREKTUR RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk pasien yang membutuhkan perawatan akut atau mendesak. (Queensland

BAB 1 PENDAHULUAN. Penanganan gawat darurat ada filosofinya yaitu Time Saving it s Live

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merajarela dan banyak menelan korban. Namun demikian, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi klinis

BAB I PENDAHULUAN. kesembuhan dan pemulihan status kesehatan. Bersama dengan itu klien sekarang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa

PERATURAN KEPALA RUMAH SAKIT TK. II dr. SOEPRAOEN NOMOR : / / /2014 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT

PENDAHULUAN. RJP. Orang awam dan orang terlatih dalam bidang kesehatanpun dapat. melakukan tindakan RJP (Kaliammah, 2013 ).

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sakit antara lain pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Unit Gawat Darurat menurut Australlian College For Emergency Medicine

BAB 1 PENDAHULUAN. darah termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif, infark

BAB 1 PENDAHULUAN. paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan

BAB I PENDAHULUAN. dan gawat darurat (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cedera kepala merupakan masalah kesehatan, sosial, ekonomi yang penting di seluruh dunia dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. secara global, termasuk Indonesia. Pada tahun 2001, World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tentunya

BAB 1 PENDAHULUAN. tersering kematian di negara industri (Kumar et al., 2007; Alwi, 2009). Infark

DAFTAR DOKUMEN APK BERDASARKAN ELEMEN PENILAIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan Gawat Darurat bisa terjadi kapan saja, siapa saja dan dimana saja.

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di zaman yang semakin berkembang, tantangan. terhadap pelayanan kesehatan ini mengisyaratkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. jaringannya (DinKes Jawa Timur, 2013). Instalasi Gawat Darurat sebagai gerbang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ekonomi yang semakin cepat, kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah (NPB) sering disebut sebagai nyeri pinggang

BAB I PENDAHULUAN. terdapat kasus dengan berbagai tingkat kegawatan yang harus segera mendapatkan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 50% kematian disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan kendaraan. selamat akan mengalami disabilitas permanen (Widiyanto, 2007).

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB I PENDAHULUAN. secara profesional. Rumah sakit sebagai salah satu sistem pelayanan, rehabilitasi medik, dan pelayanan perawatan.

BAB I PENDAHULUAN. Prevention (CDC) memperkirakan jumlah penderita hipertensi terus

BAB 1 PENDAHULUAN. Gagal jantung (heart failure) adalah sindrom klinis yang ditandai oleh sesak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan dasar. Fakta menunjukkan banyaknya pasien yang datang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yaitu bertekad untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB 1 : PENDAHULUAN. yaitu pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. (1,2)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral secara

BAB 1 PENDAHULUAN. terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit negara-negara industri (Antman

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menentukan waktu tanggap di sebuah Rumah Sakit. Faktor-faktor tersebut

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsekuensi serius dan berkaitan dengan kehilangan nyawa. Penelitian yang berkaitan

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB I. PENDAHULUAN A.

Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester Keperawatan Gawat Darurat Fakultas Kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Chan, sekitar 1 miliar orang di dunia menderita hipertensi, dan angka kematian

C. PERANCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)

PROGRAM KERJA UNIT IGD TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. SL, Cotran RS, Kumar V, 2007 dalam Pratiwi, 2012). Infark miokard

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang sehat, kualitas pelayanan kesehatan dan jumlah pasien yang datang untuk

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Rumah Sakit di Australia, sekitar 1 % dari seluruh pasien mengalami adverse

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini telah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kondisi akut yang membutuhkan pertolongan segera (Ashour et al,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung.

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya komplikasi yang lebih berbahaya. diakibatkan oleh sepsis > jiwa pertahun. Hal ini tentu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sub sistem dari sistem pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nursalam, Manajemen Keperawatan, Ed 3, Salemba Medika, Jakarta, Hal : 295

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecepatan pertolongan pada pasien dengan kasus kegawat daruratan menjadi elemen penting dalam penanganan pasien di sebuah IRD (Instalasi Rawat Darurat) rumah sakit. Kecepatan pertolongan dapat menyelamatkan seseorang dari kecacatan atau kematian akibat suatu penyakit atau trauma yang dideritanya, disamping ketepatan dalam menetapkan diagnosis atau masalah pasien yang datang ke suatu IRD. Hal tersebut diistilahkan sebagai response time, lebih lanjut menurut Oxford Dictionaries (www.oxforddictionary.com) yang disebut dengan response time adalah the length of time taken for a person or system to react to a given stimulus or event. Mengacu pada pengertian tersebut maka response time dalam konteks sebuah instalasi rawat darurat rumah sakit dapat dikatakan sebagai waktu yang dibutuhkan petugas kesehatan sejak menetapkan seseorang dalam masalah dan membutuhkan sebuah pertolongan definitif sampai dengan saat memberikan pertolongan yang bermakna untuk masalah tersebut. Selain sebagai indikator pelayanan yang menunjukkan seberapa cepat dan tanggap petugas kesehatan dalam menangani masalah dan memberikan pertolongan medis kepada pasien yang datang di IRD sebuah rumah sakit, response time juga dapat berarti waktu emas terhadap kehidupan seorang pasien dimana dalam banyak kasus menggambarkan semakin cepat mendapatkan pertolongan definitif maka kemungkinan kesembuhan dan keberlangsungan hidup seseorang akan semakin besar didapatkan. Kenyamanan dan kepuasan pasien yang datang ke IRD rumah sakit juga akan dapat dicapai dengan response time yang cepat pula, hal ini dapat difahami ketika seorang pasien merasa tidak menunggu lama untuk mendapatkan pertolongan di IRD atau bahkan tidak ada waktu yang dipergunakan untuk menunggu adalah hal yang menjadi harapan pasien. Dengan kata lain begitu seorang pasien datang ke IRD rumah sakit maka begitu pula ia mendapatkan pertolongan. Terjadinya antrian dan waktu menunggu untuk mendapatkan pertolongan harus dihindari di sebuah IRD rumah sakit, selain karena pemahaman bahwa seorang pasien yang

2 datang sangat berharap untuk segera mendapatkan pertolongan juga kondisi pasien yang harus segera didefinisikan petugas kesehatan apakah pasien benarbenar dalam kondisi true emergency, dan membutuhkan pertolongan secepat mungkin. Petugas di IRD, baik itu petugas pendaftaran, perawat dan dokter dapat juga mendapatkan kepuasan dari pekerjaan dan tugas yang menjadi tanggung jawabnya apabila mampu menyelesaikan tugas dengan memberikan pertolongan yang cepat dan tepat sesuai target waktu yang telah ditetapkan dan mendapatkan hasil sesuai dengan harapan. Rumah sakit juga akan mendapatkan penghematan dan pendapatan dari response time yang tepat di sebuah IRD, oleh karena dengan kecepatan dan ketepatan pertolongan maka dimungkinkan biaya perawatan dan pengobatan yang timbul dari sebuah penyakit akan banyak terkurangi akibat pencegahan keparahan dari response time yang tepat di IRD. Selain hal tersebut diatas hari perawatan pasien di ruang perawatan setelah pertolongan definitif yang cepat dan tepat akibat kegawat daruratan di IRD dimungkinkan akan dapat dicapai dalam waktu singkat. Citra rumah sakit yang baik dan sesuai harapan masyarakat dapat diperoleh oleh karena ketiadaan waktu menunggu, dan ini akan menjadi sarana pemasaran yang efektif bagi rumah sakit tanpa harus melakukan promosi pemasaran yang konvesional seperti iklan, pernyataan motto dan sebagainya yang diharapkan berdampak pada bertambahnya pendapatan rumah sakit dari pelayanan IRD. Variasi cara pengukuran response time dapat timbul oleh karena kasus yang terjadi, rentang waktu ini dapat dimulai dari timbulnya serangan yang pertama kali, kontak dengan petugas kesehatan yang pertama kali atau sejak ditegakkanya diagnosis pasti sampai dengan mendapatkan pertolongan yang secara signifikan mengatasi masalah tersebut. Kegagalan response time di IRD dapat diamati dari yang berakibat fatal berupa kematian atau cacat permanen dengan kasus kegawatan organ vital pada manusia sampai hari rawat di ruang perawatan yang panjang setelah pertolongan

3 di IRD sehingga berakibat ketidakpuasan pasien dan komplain sampai dengan biaya perawatan yang tinggi. McNamara et al(2007) menyatakan bahwa mortalitas akan semakin meningkat seiring dengan lamanya penegakan diagnosis dan pemberian terapi, dan didukung oleh Ani et al(2010) bahwa terapi revaskularisasi awal dapat menurunkan angka mortalitas, setiap 1% peningkatan angka revaskularisasi sama dengan 1,176% penurunan angka kematian pada wanita dengan kasus Acute Myocard Infark. Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang selalu mengakibatkan permasalahan yang besar di kalangan medis, mengingat peningkatannya baik frekuensi maupun komplikasinya seiring dengan makin berkembangnya suatu negara. Pada awal abad ke dua puluhan penyakit kardiovaskuler hanya bertanggung jawab sebesar kurang dari 10% seluruh penyebab kematian di dunia. Pada akhir abad tersebut angka kematiannya sudah mencapai hampir 50% di negara yang sudah maju dan 25% di negara yang sedang berkembang (World Health Organization, 1999) Diramalkan pada tahun 2020, penyakit kardiovaskuler mengakibatkan kematian 25 juta penderita setiap tahunnya dan oleh karenanya penyakit jantung koroner akan merupakan penyebab kematian dan kecacatan nomer satu di dunia. (Irawan, 2007) Kompetensi petugas IRD yang dibutuhkan pada akhirnya menuntut profesi yang terkait menguasai peran masing-masing sesuai yang dibutuhkan pada kasus Sindroma Koroner Akut (SKA). Seorang perawat harus telah mendapatkan dan mempunyai sertifikat pelatihan PPGD (Penanganan Penderita Gawat Darurat) dan dokter umum IRD telah bersertifikat BTCLS (Basic Trauma Cardiac Life Suport). Data di RSUD Wonosari tentang SDM perawat dan dokter sebagian besar telah bersertifikat (tabel.1) Tabel. 1 Data SDM Perawat bersertifikat PPGD dan dokter bersertifikat BTCLS No. Profesi Jumlah Sertifikat PPGD/BCLS Prosentase 1. Perawat 16 15 93,75% 2. Dokter Umum 6 5 83,33% Data primer 2013

4 RSUD Wonosari sebagai sebuah Rumah Sakit Rujukan kelas C di wilayah Kabupaten Gunungkidul, dengan letak geografis yang cukup jauh dengan rumah sakit rujukan kelas B dan A di kota Yogyakarta dengan perjalanan darat sekitar 1 sampai dengan 1,5 jam perjalanan menjadi mempunyai peran strategis dan penting dalam response time atau penanganan segera terhadap sebuah penyakit atau trauma tertentu. Kegawatan jantung menjadi masalah serius pada populasi akibat dari pola hidup yang salah dengan kurangnya aktivitas olah raga, pola makan yang cenderung mengandung lemak, kebiasaan merokok yang berakibat pada timbulnya gejala penyakit jantung, termasuk di wilayah kabupaten Gunungkidul. Data kunjungan yang diperoleh selama kuartal pertama pada tahun 2013 akibat sindroma koroner akut berkisar antara 32 sampai dengan 37 pasien. (tabel.2) Tabel.2. Data Kunjungan Pasien Sindroma Koroner Akut (SKA) di IRD RSUD Wonosari Tahun 2013 Penyakit 2013 Jan Feb Mar Apr Pasien dengan keluhan sindroma koroner 34 37 32 34 Data primer 2013 Pasien tersebut datang dengan keluhan nyeri dada dengan berbagai gambaran dan atau sindroma koroner akut, mendapatkan pemeriksaan penunjang EKG, pemeriksaan laboratorium yang terkait dengan enzim jantung dan sebagian rawat inap di ICU atau di bangsal penyakit dalam RSUD Wonosari. Namun tentu saja tidak semua pasien yang masuk dengan nyeri dada tersebut terdiagnosis dengan SKA dan atau dirawat di RSUD Wonosari, beberapa pasien memilih untuk second opinion dengan berpindah ke RS lain atau pulang paksa dengan alasan tidak ingin dirawat.

5 Data lain terkait dengan morbiditas penyakit jantung koroner di RSUD Wonosari, pasien yang menjalani rawat inap dengan diagnosis penyakit jantung koroner menduduki rangking 6 terbanyak di seluruh rawat inap RSUD Wonosari pada tahun 2012. (tabel.3) Tabel. 3 Sepuluh penyakit terbanyak pasien rawat inap tahun 2012 No. Nama Penyakit Jumlah 1. Decompensata Cordis / Heart disease, unspecified 688 2. Hipertensi / essential (primary) Hypertension 593 3. Anemia, unspecified 562 4. Kehamilan berkepanjangan (postterm) 516 5. Diare / gastroenteritis 475 6. IHD / Penyakit Jantung Koroner / Cronic Ischaemic Heart Disease 470 7. Thyphoid Fever / Infection due to salmonella typhi 454 8. Bronchopnemonia, unspecified 371 9. Hiperbilirubinemia / Neonatal jaundice, unspecified 310 10. Hipertensi Grade II / Secondary hypertension, unspecified 279 Data primer 2012 Sedangkan jumlah pasien dirawat dan kematian akibat penyakit jantung koroner di RSUD Wonosari selama kwartal I tahun 2013 berkisar antara 19 sampai dengan 23 pasien dirawat dan dengan kematian 1 sampai 2 per bulan.(tabel.4) Tabel 4. Jumlah morbiditas dan mortalitas akibat Penyakit Jantung Koroner Penyakit Jantung Tahun 2013 Koroner Januari Februari Maret April Morbiditas 23 20 21 19 Mortalitas 2 1 1 - Data Primer 2013 B. Perumusan masalah : Dari latar belakang diatas maka perumusan masalah penelitian adalah Bagaimana response time penanganan pasien Sindroma Koroner Akut di Instalasi Rawat Darurat RSUD Wonosari Gunungkidul dan pengaruhnya terhadap outcome klinis mortalitas dan Length of Stay

6 C. Tujuan Penelitian : 1. Mengukur response time penanganan SKA di IRD RSUD Wonosari, 2. Mengetahui mutu proses klinis penanganan SKA di IRD RSUD Wonosari, 3. Mengetahui outcome klinis penanganan SKA di IRD RSUD Wonosari, 4. Mengetahui pengaruh mutu proses klisis terhadap Length of Stay dan mortalitas pasien di IRD RSUD Wonosari. 5. Mengetahui faktor yang mempengaruhi dalam response time penanganan SKA di IRD RSUD Wonosari. D. Manfaat penelitian : 1. Sebagai bahan kajian dalam menentukan standar pelayanan minimal penanganan pasien SKA di RSUD Wonosari 2. Sebagai bahan masukan dalam kebijakan klinis penanganan SKA di RSUD Wonosari. E. Keaslian Penelitian : Beberapa penelitian serupa yang pernah dilakukan oleh peneliti lain yang terkait dengan penelitian ini adalah : 1. Ellrodt G.A et al (1995) meneliti tentang Measuring and Improving Physician Compliance with Clinical Practice Guideline dengan hasil bahwa dari 230 pasien dengan chest pain yang diteliti terdapat (34%) 79 pasien dengan penanganan yang tidak sesuai guideline diperoleh length of stay 3 hari atau lebih, sedangkan (66%) 151 pasien dengan penanganan sesuai guideline diperoleh length of stay 2 hari atau kurang. Penelitian ini dengan menggunakan design penelitian retrospective analysis. Perbedaan dengan penelitian ini adalah dengan design penelitian prospective observational. 2. Yan Aslian Nor (2009) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi response time penanganan pasien instalasi gawat darurat RSUP Persahabatan menemukan bahwa jumlah pasien, proses registrasi petugas pendaftaran dan kemampuan triage oleh dokter IRD mempengaruhi response time.

7 Penelitian ini menggunakan design penelitian deskriptif analitik dengan metode survey untuk response time dan focus group discusion untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi response time di RSUP Persahabatan Jakarta. Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti juga menggunakan metode survey tetapi khusus pada kasus spesifik yaitu Sindroma Koroner Akut. 3. Syanti Ayu Anggraini (2012) melakukan pengukuran proses dan outcome klinis dalam penatalaksanaan chest pain di IGD, penelitian ini menggunakan design penelitian observasional deskriptif dengan metode cross sectional untuk response time. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang. Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti juga pada kasus spesifik yaitu Sindroma Koroner Akut tetapi bertempat di RSUD Wonosari Gunungkidul.