II. TINJAUAN PUSTAKA. dua belah pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang

TINJAUAN PUSTAKA. Istilah asuransi berasal dari bahasa Belanda Verzekering atau Assurantie. Oleh

I. PENDAHULUAN. pesat saat ini. Peningkatan ini dapat dilihat dari semakin tingginya kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Bahaya kebakaran pada kehidupan manusia banyak yang mengancam. keselamatan harta kekayaan, jiwa, dan raga manusia.

BAB II LANDASAN TEORI. dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam asuransi. Adapun definisi

I. PENDAHULUAN. Manusia di dalam hidupnya selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. Hubungan antara Risiko dengan Asuransi 11/8/2014

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin pesat, dan untuk itu masyarakat dituntut untuk bisa mengimbangi

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. 02-Dec-17

TINJAUAN PUSTAKA. Istilah asuransi adalah serapan dari istilah bahasa Belanda assurantie, dalam

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASAS SUBROGASI DAN PERJANJIANASURANSI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Asuransi dan Pengaturan Asuransi. sehingga kerugian itu tidak akan pernah terjadi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ASURANSI. Prepared by Ari Raharjo

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Asuransi Pengertian Asuransi

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI JIWA DAN KLAIM ASURANSI JIWA

Klaim Ganti Rugi dalam Perjanjian Asuransi Kendaraaan Bermotor

νµθωερτψυιοπασδφγηϕκλζξχϖβνµθωερτ ψυιοπασδφγηϕκλζξχϖβνµθωερτψυιοπα σδφγηϕκλζξχϖβνµθωερτψυιοπασδφγηϕκ χϖβνµθωερτψυιοπασδφγηϕκλζξχϖβνµθ

BAB II PENGATURAN ASURANSI DI INDONESIA. A. Pengertian dan Dasar Hukum Asuransi. diharapkan. Disamping itu dapat pula berupa peristiwa negatif yang

MAKALAH HUKUM KOMERSIAL HUKUM ASURANSI. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Komersial Dosen Pembimbing : Disusun oleh : Kelompok 8

BAB II TINJAUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DAN SYARAT-SYARAT PERJANJIAN ASURANSI BERDASARKAN KUHD

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pengertian Prosedur menurut Mulyadi (2008:5) Pengertian Prosedur menurut M. Nafarin (2009:9)

BAB II PERJANJIAN ASURANSI DAN BENTUK-BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERJANJIAN ASURANSI

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ASURANSI ATAS PEMBATALAN PERJANJIAN BAKU PADA POLIS ASURANSI JIWA di KOTA DENPASAR

I. PENDAHULUAN. rasa tidak aman yang lazim disebut sebagai risiko. kelebihan. Oleh karena itu manusia sebagai makhluk yang mempunyai sifat-sifat

PERANAN POLIS ASURANSI JIWA DALAM PENUNTUTAN KLAIM (STUDI PADA PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE DENPASAR)

Manfaat Dan Mekanisme Penyelesaian Klaim Asuransi Prudential. Ratna Syamsiar. Abstrak

PERUSAHAAN ASURANSI ATA 2014/2015 M6/IT /NICKY/

I. PENDAHULUAN. orang lain dan harta bendanya. Risiko yang dimaksud adalah suatu ketidaktentuan

ASURANSI. Created by Lizza Suzanti 1

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya manusia juga tidak bisa terlepas dari kejadian-kejadian yang tidak

I. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam KUHD asuransi jiwa diatur dalam Buku 1 Bab X pasal pasal 308

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu kita perlu memahami tentang asuransi. Kebutuhan akan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya selalu dipenuhi dengan risiko. Risiko adalah kemungkinan

I. PENDAHULUAN. Setiap orang sering menderita kerugian akibat dari suatu peristiwa yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

BAB III TINJAUAN TEORI. 1. Pengertian Asuransi dan Pengaturannya. a. Pengertian Asuransi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI. Asuransi atau dalam bahasa Belanda Verzekering yang berarti

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HAK-HAK TERTANGGUNG DALAM ASURANSI JIWA. bahasa Belanda disebut verzekering yang berarti pertanggungan atau asuransi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu risiko. Risiko yang dihadapi oleh setiap orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi masyarakat untuk melakukan berbagai kegiatan telah berkembang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan dirinya dalam perkembangan yang sangat pesat, seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. jenis polis, salah satunya pada saat sekarang ini yaitu BNI Life Insurance.

BAB I PENDAHULUAN. barang-barang dicuri, dan sebagainya. Kemungkinan akan kehilangan atau

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang

BAB II TINJAUAN UMUM PERJANJIAN ASURANSI

Dokumen Perjanjian Asuransi

KEABSAHAN PERJANJIAN ASURANSI DALAM HUKUM KEPERDATAAN

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Syarat-syarat dan Prosedur Pengiriman Barang di Aditama Surya

I. PENDAHULUAN. Perjalanan hidup manusia di dunia ini dikepung oleh masalah-masalah yang

POLIS STANDAR ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR INDONESIA

BAB II KARAKTERISTIK ASAS INDEMNITAS DALAM PERJANJIAN ASURANSI. yang dilakukan oleh tertanggung. Asas asas dalam asuransi adalah: ganti kerugian.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA. 2.1 Pengertian Perjanjian Kerjasama dan Tempat Pengaturannya

HUKUM ASURANSI. Lecture: Andri B Santosa

Common Law Contract Agreement Agree Pact Covenant Treaty. Civil Law (Indonesia) Kontrak Sewa Perjanjian Persetujuan Perikatan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI MENURUT HUKUM

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan

SOAL JAWAB 110 : HUKUM DAN ASURANSI 26 SEPTEMBER 2000

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

SISTEM INFORMASI ASURANSI. Materi 1 PENGENALAN ASURANSI

BAB I PENDAHULUAN. untuk melindungi dirinya sendiri maupun keluarga dari kemungkinan kejadian

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jaminan dan perlindungan berkaitan dengan semakin tingginya

TIU: Mahasiswa memlki pengetahuan dan keterampilan tentang peusahaan asuransi dan apa macamnya yang ditanggung oleh perusahaan asuransi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI

BAB I PENDAHULUAN. otomatis terkait dengan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh manusia. Dalam

II. LANDASAN TEORI. Asuransi atau pertanggungan, di dalamnya tersirat pengertian adanya suatu resiko,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh manusia. Salah satu cara untuk mengurangi risiko tersebut di

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SYARAT-SYARAT UMUM POLIS ASURANSI JIWA Pasal 1 ARTI BEBERAPA ISTILAH

BAB I. mobil baru dengan banyak fasilitas dan kemudahan banyak diminati oleh. merek, pembeli harus memesan lebih dahulu ( indent ).

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. Istilah perjanjian secara etimologi berasal dari bahasa latin testamentum,

DIMAS WILANTORO NIM: C.

BAB X ASURANSI A. DEFINISI ASURANSI

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seperti telah dimaklumi, bahwa dalam mengarungi hidup dan

Financial Check List. Definisi Asuransi. Apa Manfaat dan Fungsi Asuransi? Kapan Sebaiknya Membeli Asuransi?

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar mengenai orang sakit

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. KUH Perdata di mana PT KAI sebagai pengangkut menyediakan jasa untuk mengangkut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori

BAB III JENIS ASURANSI

ANALISIS HUKUM PEMBERATAN RISIKO DALAM ASURANSI JIWA PADA PERUSAHAAN AJB BUMIPUTERA 1912 BANDAR LAMPUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hakikat sebagai makhluk sosial. Proses interaksi tersebut bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang semakin kuat sangat berpengaruh dalam pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari masa ke masa pun selalu meningkat. Usaha seseorang untuk

HUKUM PENGANGKUTAN LAUT DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, kesehatan, keamanan termasuk juga kecelakaan kerja. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Risiko seperti ini akan selalu ada dan rentan terjadi pada setiap orang, baik

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Asuransi Kendaraan Bermotor Berdasarkan Pasal 1 sub (1) UU No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, dinyatakan bahwa pengertian asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua belah pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada pihak tertanggung, dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung, karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak-pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Menurut ketentuan Pasal 246 KUHD dinyatakan bahwa: Asuransi adalah suatu perjanjian, seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa tak tentu.

Asuransi kendaraan bermotor merupakan asuransi kerugian yang tidak mendapat pengaturan khusus dalam KUHD. Perjanjian asuransi kendaraan bermotor timbul karena kebutuhan manusia, untuk mengalihkan risiko yang dapat merugikan, baik bagi dirinya, keluarganya maupun harta kekayaannya. Mereka yang memiliki harta kekayaan, kemungkinan mengalami suatu peristiwa yang tidak diinginkan yang dapat menyebabkan timbulnya kerugian pada kendaraan bermotor. Kemungkinan menderita kerugian dimaksud disebut risiko. Secara sederhana, risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan menderita suatu kerugian. Untuk mengatasi risiko, salah satunya dapat dilakukan dengan cara mengalihkan kepada pihak yang menerima alihan risiko tersebut. Sekarang ini, usaha mengalihkan atau membagi risiko dimaksud banyak dilakukan dengan melalui perjanjian asuransi. 1. Syarat Sah Perjanjian Asuransi Kendaraan Bermotor Syarat sah perjanjian kendaraan bermotor tidak mendapat pengaturan khusus dalam KUHD. Oleh karena itu semua ketentuan umum asuransi kerugian dalam KUHD berlaku terhadap asuransi kendaraan bermotor. Disamping ketentuan umum mengenai asuransi kerugian, kesepakatan bebas yang dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis. Karena asuransi kendaraan bermotor merupakan suatu perjanjian, maka secara umum sahnya suatu perjanjian asuransi kendaraan bermotor harus memenuhi ketentuan-ketentuan Pasal 1320 KUHPdt. Menurut ketentuan pasal tersebut, ada empat syarat sahnya suatu perjanjian yaitu:

a. Kesepakatan (consensus) penanggung dan tertanggung sepakat mengadakan perjanjian asuransi. Kesepakatan tersebut pada pokoknya meliputi benda yang menjadi objek asuransi, pengalihan risiko dan pembayaran premi, evenemen dan ganti kerugian, syarat-syarat khusus asuransi, dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis. Kesepakatan antara penanggung dan tertanggung itu dibuat secara bebas, artinya tidak berada di bawah pengaruh, tekanan, atau paksaan pihak tertentu. b. Kewenangan (authority) Kedua belah pihak penanggung dan tertanggung berwenang melakukan perbuatan hukum yang diakui oleh undang-undang. Kewenangan berbuat tersebut ada yang bersifat subjektif dan ada yang bersifat objektif. Kewenangan subjektif artinya kedua belah pihak sudah dewasa, sehat ingatan, tidak berada dibawah perwalian, dan pemegang kuasa yang sah. Kewenangan objektif artinya tertanggung mempunyai hak atas kendaraan bermotor yang di asuransikan bila terjadi evenemen. c. Objek tertentu (fixed object) Objek tertentu dalam perjanjian asuransi adalah objek yang diasuransikan, dapat berupa harta kekayaan dan kepentingan yang melekat pada harta kekayaan, dapat berupa pula jiwa atau raga manusia. Objek tertentu berupa harta kekayaan dan kepentingan yang melekat pada harta kekayaan terdapat pada perjanjian kerugian asuransi. Sedangkan objek tertentu adalah kendaraan bermotor. Objek tersebut

diancam bahaya seperti kerusakan, kehilangan, sehingga menimbulkan kerugian bagi pihak yang berkepentingan atas barang tersebut. d. Kausa yang halal (legal cause) Kausa yang halal adalah isi perjanjian asuransi itu tidak dilarang undang-undang, tidak bertentangan dengan kepentingan umum, dan tidak bertentangan dengan kesusilaan. Berdasarkan kausa yang halal tersebut, tujuan yang hendak dicapai oleh penanggung dan tertanggung adalah beralihnya risiko atau objek asuransi yang diimbangi dengan pembayaran premi. Asuransi kendaraan bermotor selain harus memenuhi ketentuan Pasal 1320 KUHPdt, diberlakukan lagi syarat khusus kewajiban pemberitahuan (Pasal 251 KUHD). Penanggung tidak diwajibkan membayar klaim ganti kerugian tanpa adanya kepentingan, jadi setiap asuransi kendaraan bermotor harus ada kepentingan. Dengan demikian kepentingan merupakan syarat mutlak dalam asuransi kendaraan bermotor (Pasal 250 KUHD). Setelah adanya kesepakatan mengenai transaksi kendaraan bermotor antara (penanggung dan tertanggung) keluar covernote sebagai bukti telah terjadi kesepakatan yang selanjutnya dituangkan dalam bentuk polis. Menurut ketentuan Pasal 255 KUHD, Polis adalah akta tertulis yang menyatakan telah terjadi perjanjian asuransi kendaraan bermotor antara tertanggung dan penanggung, berisi syarat dan ketentuan yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Berdasarkan ketentuan Pasal 255 KUHD tersebut dapat diketahui bahwa fungsi polis adalah sebagai alat bukti tertulis bahwa telah terjadi perjanjian asuransi antara tertanggung dan penanggung. Sebagai alat bukti tertulis, isi yang dicantumkan dalam

polis harus jelas, tidak boleh mengandung kata-kata atau kalimat yang memungkinkan perbedaan interpretasi. Hal tersebut mempersulit tertanggung dan penanggung merealisasikan hak dan kewajiban mereka dalam pelaksanaan asuransi. Polis menyatakan semua ketentuan dan kesepakatan mengenai syarat-syarat khusus untuk mencapai tujuan asuransi. 2. Unsur Perjanjian Asuransi Kendaraan Bermotor Menurut ketentuan Pasal 246 KUHD, dalam perjanjian asuransi kendaraan bermotor harus memenuhi unsur-unsur perjanjian asuransi sebagai berikut: a. Benda Asuransi Benda asuransi adalah benda yang menjadi objek perjanjian asuransi, yang berupa harta kekayaan yang mempunyai nilai ekonomi, yang dapat dihargai dengan sejumlah uang. Benda asuransi selalu berwujud, dalam hal ini adalah kendaraan bermotor. b. Saat Kepentingan Harus Ada Adalah logis bahwa setiap orang yang mengadakan asuransi itu ada kepentingan, baik bagi dirinya sendiri ataupun bagi pihak ketiga. Jika tidak mempunyai kepentingan, buat apa mengadakan perjanjian asuransi dan mengeluarkan uang untuk membayar premi. Kepentingan berkaitan dengan tujuan untuk apa dilakukan sebuah perjanjian asuransi kendaraan bermotor. Sebagai contohnya adalah guna melindungi kendaraan bermotor dari kerusakan atau kehilangan.

c. Jumlah yang Diasuransikan Adalah jumlah yang dipakai sebagai ukuran untuk menentukan jumlah ganti kerugian yang wajib dibayar oleh penanggung dalam suatu asuransi kerugian. Jumlah yang diasuransikan biasanya dilihat dari nilai barang yang diasuransikan. d. Nilai Benda Asuransi Nilai ini dapat berubah-ubah dari waktu ke waktu bergantung pada sifat dan keadaan benda tersebut. Benda tetap seperti rumah dan tanah nilainya tidak akan mengalami banyak perubahan, bahkan mungkin tetap atau meningkat. Demikian juga apabila nilai benda tersebut dihubungkan dengan tujuan penggunaannya, seperti mobil atau motor, maka nilai benda tersebut dapat berubah. Dengan kata lain, nilai benda pada waktu diadakan asuransi berbeda dengan nilai benda pada waktu terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian itu. e. Premi Asuransi Berdasarkan rumusan Pasal 246 KUHD, dapat diketahui bahwa premi adalah salah satu unsur penting dalam asuransi karena merupakan kewajiban utama yang wajib dipenuhi oleh tertanggung kepada penanggung, dan merupakan syarat mutlak untuk menentukan perjanjian asuransi dilaksanaka atau tidak. Kriteria premi asuransi adalah sebagai berikut: (1) Dalam bentuk sejumlah uang. (2) Dibayar lebih dahulu oleh tertanggung. (3) Sebagai imbalan pengalihan risiko. (4) Dihitung berdasarkan persentase terhadap nilai resiko yang dialihkan.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa asuransi kendaraan bermotor merupakan asuransi kerugian yang tidak mendapat pengaturan khusus dalam KUHD. Perjanjian asuransi kendaraan bermotor ini terjadi karena adanya perjanjian antara dua belah pihak atau lebih yang saling mengikatkan diri satu sama lain. Pihak penanggung mengikatkan diri kepada pihak tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan. Mengenai asuransi kendaran bermotor ini, sebelum melakukan perjanjian asuransi kendaraan bermotor harus diperhatikan terlebih dahulu mengenai syarat sah perjanjian dan unsur perjanjian. Syarat sah perjanjian asuransi kendaraan bermotor harus ada kesepakatan, kewenangan, objek tertentu, dan kausa yang halal. Unsurunsur dalam perjanjian asuransi kendaraan bermotor harus ada benda yang diasuransikan, kepentingan perjanjian asuransi harus jelas, jumlah yang diasuransikan yakni yang mempunyai nilai benda. Setelah jelas mengenai nilai benda yang diasuransikan timbul premi dari pihak tertanggung kepada pihak penanggung yang menentukan kepastian besarnya jumlah premi yang harus dibayar oleh tertanggung. B. Subjek dan Objek Asuransi Kendaraan Bermotor 1. Subjek Asuransi Kendaraan Bermotor Pada perundang-undangan ditentukan bahwa semua orang cakap (berwenang) membuat perjanjian (Pasal 1329 KUHPerdata) dan hal ini tidak terkecuali dalam

perjanjian asuransi. Namun ada pengecualian bagi mereka yang tergolong sebagai berikut. a. Orang yang belum dewasa. b. Orang yang ditempatkan di bawah pengampuan. c. Wanita bersuami. d. Orang yang dilarang oleh undang-undang untuk melakukan perbuatan tertentu (Pasal 1330 KUHPerdata). Orang yang cakap membuat suatu perjanjian akan menjadi subjek hukum perjanjian yang artinya yaitu sesuatu yang mempunyai hak dan kewajiban. Subjek hukum asuransi terdiri dari menusia pribadi dan badan hukum. Dengan tidak memandang agama, kebudayaan dari lahir sampai meninggalnya seseorang (C.S.T. Kansil, 1992;85). Subjek asuransi kendaraan bermotor adalah pihak-pihak dalam asuransi kendaraan bermotor, yaitu penanggung (orang yang mempunyai kendaraan bermotor yang mengalihkan risiko) dan tertanggung (yang menerima pengalihan risiko) yang mengadakan perjanjian asuransi. Penanggung dan tertanggung adalah pendukung kewajiban dan hak. Penanggung wajib memikul risiko yang dialihkan kepadanya dan berhak memperoleh pembayaran premi, sedangkan tertanggung berkewajiban membayar premi dan berhak memperoleh penggantian jika timbul kerugian atas harta kekayaan atas miliknya.

Mengenai perjanjian asuransi kendaraan bermotor penanggung harus berstatus sebagai perusahaan badan hukum, dapat berbentuk perseroan terbatas (PT), perusahaan perseroan (persero) atau koperasi. Tertanggung berstatus sebagai pemilik atau sebagai pihak yang berkepentingan atas kendaraan bermotor yang diasuransikan. Namun dalam asuransi kendaraan bermotor ini, tertanggung adalah pembeli. Ketika terjadi sesuatu evenemen yang tercantum dalam polis, maka pembeli selaku tertanggung dapat mengajukan klaim keperusahaan asuransi melalui dealer. 2. Objek Asuransi Kendaraan Bermotor Berdasarkan ketentuan Pasal 1 Ayat (2) UU No.2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan objek asuransi adalah benda atau jasa, jiwa dan raga kesehatan manusia, tanggung jawab hukum, serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi dan atau berkurang nilainya. Objek asuransi dapat berupa benda, hak atau kepentingan yang melekat pada benda dan sejumlah uang yang disebut premi atau ganti kerugian. Polis Standar Asuransi Kendaraan Bermotor Indonesia (PSAKBI) menyebutkan bahwa kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan tehnik yang berada pada kendaraaan itu, tidak termasuk kendaraan yang berjalan diatas rel. Melalui objek asuransi tersebut ada tujuan yang ingin dicapai oleh pihak-pihak. Penanggung bertujuan memperoleh pembayaran sejumlah premi sebagai imbalan pengalihan risiko. Tertanggung bertujuan bebas dari risiko dan memperoleh penggantian jika timbul kerugian atas harta miliknya (Abdulkadir Muhammad, 2006;8).

Berdasarkan uraian di atas, subjek dalam perjanjian asuransi kendaraan bermotor adalah PT Asuransi Wahana Tata yang mengambil pengalihan risiko dari pihak tertanggung bila terjadi evenemen. Sedangkan objek dalam perjanjian asuransi kendaraan bermotor ini adalah kendaraan bermotor yang tergolong dalam bentuk benda berwujud dan bergerak yang mempunyai nilai ekonomis. Dengan objek ini, ada tujuan yang ingin dicapai oleh masing-masing pihak. Pihak penanggung bertujuan memperoleh pembayaran sejumlah premi sebagai imbalan pengalihan risiko, sedangkan tertanggung bertujuan bebas dari risiko dan memperoleh penggantian jika timbul kerugian atas harta miliknya. C. Risiko dan Evenemen Kecelakaan Kendaraan Bermotor 1. Risiko Risiko adalah beban kerugian yang mengancam benda pertanggungan yang diakibatkan karena suatu peristiwa diluar kesalahan (HMN. Puwosutjipto, 1990;47). Pada asuransi kendaraan bermotor dikenal istilah risiko sendiri (own retention) yang artinya besarnya risiko yang ditanggung oleh tertanggung apabila terjadi evenemen yang menimbulkan kerugian. Hal ini dimaksudkan agar tertanggung berhati-hati dalam berkendara. Kendaraan bermotor merupakan alat transportasi yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Dikatakan penting karena dapat digunakan kebanyakan orang dalam pelaksanaan pemenuhan kebutuhan. Walaupun alat transportasi memenuhi persyaratan tehnis yang telah dinyatakan layak jalan,

bahaya selama berkendara tetap selalu ada sewaktu-waktu dapat mengancam keselamatan bagi pengendara. Bahaya-bahaya yang mungkin timbul dalam berkendara melalui jalan raya ini adalah kecelakaan lalu lintas jalan, yang akibatnya dapat merugikan orang yang berkepentingan dalam berkendara tersebut. Bahaya kecelakaan kendaraan bermotor tersebut sifatnya tidak terduga dan tidak dapat diperhitungkan terlebih dahulu. Karena itu pihak tertanggung mencari usaha yang dapat mengatasi kemungkinan timbul kerugian akibat kecelakaan lalu lintas jalan, yaitu dengan mengadakan perjanjian asuransi. Sesuai dengan diadakannya perjanjian asuransi yaitu mengalihkan risiko kerugian, dengan membayar sejumlah premi. Setelah terjadi adanya kesepakatan mengenai perjanjian asuransi kendaraan bermotor antara pihak penanggung dan pihak tertanggung, dalam berkendara selalu ada bahaya yang dapat mengancam keselamatan pengendara yang datangnya tidak dapat diperkirakan yang disebut risiko asuransi kendaraan bermotor. Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa risiko adalah kerugian yang tidak pasti yang menimpa tertanggung yang sifatnya tidak terduga dan tidak dapat diperhitungkan terlebih dahulu. Mengenai hal ini, risiko mempunyai dua unsur yaitu ketidakpastian dan kerugian. Oleh karena itu apapun yang dapat menyebabkan kerugian disebut sebagai risiko. 2. Evenemen

Pada KUHD ada dua pasal yang menentukan jenis evenemen yaitu Tentang Kebakaran (Pasal 290 KUHD) dan Asuransi Laut (Pasal 637 KUHD). Namun demikian meskipun KUHD telah menentukan jenis peristiwa yang digolongkan sebagai evenemen tidak berarti harus terikat pada semua jenis peristiwa itu. Oleh karena itu penanggung dan tertanggung bebas menentukan peristiwa atau bahaya apa saja yang dapat digolongkan sebagai evenemen dalam asuransi dan dicantumkan dalam polis sehingga penanggung hanya terikat pada evenemen yang telah dicantumkan dalam polis. Persoalan evenemen erat sekali hubungannya dengan persoalan ganti kerugian (compensation). Tetapi tidak setiap kerugian akibat evenemen harus mendapat ganti kerugian. Perlu di perhatikan terlebih dahulu apakah evenemen yang terjadi itu adalah evenemen yang di tanggung oleh penanggung dan dicantumkan dalam polis. Hal tersebut dinyatakan pula oleh Purwosutjipto (1990;82) yaitu satu sarat mutlak dalam perjanjian asuransi ialah bahwa kerugian yang menjadi beban penanggung harus merupakan akibat dari evenemen yang dicantumkan dalam polis. Pada hukum asuransi, evenemen adalah bahaya yang menjadi beban penanggung. Evenemen adalah peristiwa yang menurut pengalaman manusia normal tidak dapat dipastikan terjadi, atau walaupun sudah pasti terjadi saat terjadinya itu tidak dapat ditentukan dan juga tidak diharapkan akan terjadi. Jika terjadi juga, mengakibatkan kerugian (Abdulkadir Muhammad. 1999;114). Peristiwa tidak tentu adalah peristiwa yang normaliter (biasanya), menurut pengalaman manusia, belum tentu terjadi (Purwosutjipto. 1990;42).

Mengenai jenis-jenis kecelakaan kendaraan bermotor yang ditanggung oleh penanggung ini harus dijelaskan didalam polis. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 256 KUHD tentang isi polis, yaitu salah satunya harus memuat bahaya-bahaya atau evenemen yang ditanggung oleh penanggung, sehingga jelas sampai dimana batas tanggung jawab penanggung terhadap bahaya (evenemen) yang telah dicantumkan dalam polis. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa evenemen adalah suatu peristiwa terhadap mana benda itu diasuransikan. Peristiwa tersebut tidak dapat diketahui sebelumnya dan tidak diharapkan terjadinya. Selama belum terjadi bahaya yang mengancam ini disebut risiko. Evenemen harus merupakan sebab langsung dari kerugian tertanggung. Hubungan antara evenemen dengan kerugian itu harus kausal (hubungan sebab akibat). Dengan terjadinya evenemen, timbullah kewajiban kepada penanggung untuk mengganti kerugian kepada tertanggung. Kerugian yang harus diganti oleh penanggung itu adalah kerugian yang benar-benar diderita langsung oleh tertanggung mengenai kecelakaan kendaraan bermotor. D. Kerugian Akibat Kecelakaan Kendaraan Bermotor Satu syarat mutlak dalam perjanjian asuransi adalah bahwa kerugian yang menjadi beban penanggung harus merupakan akibat dari suatu evenemen, yaitu suatu peristiwa tak tentu. (Purwosutjipto. 1990;48) menyatakan bila suatu evenemen itu terjadi, dan benda yang menjadi objek asuransi terkena, maka tertanggung akan

menderita kerugian. Karena benda asuransi yang menjadi miliknya itu akan berkurang, rusak, dan lenyap. Asuransi kendaraan bermotor, peristiwa tak tentunya adalah kecelakaan kendaraan bermotor. Apabila kerugian sudah dapat ditentukan akibat dari kecelakaan kendaraan bermotor, maka tertanggung berhak mengajukan klaim ganti kerugian dengan memenuhi syarat dan prosedur yang telah ditentukan. Prosedur pengajuan klaim adalah tata cara pengajuan tuntutan ganti kerugian oleh tertanggung, apabila terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian atas benda yang diasuransikan. Pengertian syarat dalam hal pengajuan klaim ganti kerugian adalah dokumendokumen atau surat-surat bukti yang harus desertakan dalam pengajuan klaim. Apabila tertanggung telah memenuhi syarat dan prosedur tersebut maka penanggung harus memberikan ganti kerugian yang benar-benar diderita oleh tertanggung berdasarkan ketentuan perjanjian. Terhadap pelaksanaan ganti kerugian yang menentukan besarnya ganti kerugian adalah jumlah yang diasuransikan (the sum insured), karena jumlah yang diasuransikan adalah jumlah yang dipakai sebagai ukuran untuk menentukan jumlah maksimum ganti kerugian yang wajib dibayar oleh penanggung dalam suatu asuransi kerugian (Abdulkadir Muhammad. 1999;93). Jumlah yang diasuransikan erat sekali hubungannya dengan nilai benda asuransi. Setelah ditentukannya jumlah yang diasuransikan, dapat diketahui apakah asuransi itu dibawah nilai benda asuransi (under insurance) atau sama dengan nilai benda asuransi (full insurance), atau malah melebihi nilai benda asuransi (over insurance).

Kerugian ini menjadi tanggung jawab penanggung, artinya penanggung berkewajiban mengganti kerugian itu sesuai dengan ketentuan perjanjian, sedangkan kewajiban dari pihak tertanggung adalah membayar premi pada pihak penanggung. Premi merupakan syarat mutlak dalam suatu perjanjian asuransi. Setelah tertanggung membayar premi, maka sejak itu pula risiko kerugian beralih kepada penanggung (Purwosutjipto. 1981;88). Akibat dari evenemen tersebut, kendaraan tertanggung mengalami kerusakan yang cukup parah terutama di bagian depan kiri atas dan kanan belakang dimana kaca depan pecah, quarter kanan ringsek, kaca quarter kanan pecah dan sepion kiri pecah. Adapun bagian-bagian yang mengalami kerusakan antara lain bumper belakang robek, roof ringsek, sepion kanan patah, lampu reem kanan hancur, pintu kanan tengah peyok dan lain-lain. E. Tanggung Jawab Asuransi Kendaraan Bermotor Salah satu unsur yang terdapat dalam pengertian asuransi menurut Pasal 246 KUHD adalah hak dan kewajiban para pihak, yaitu penanggung berhak atas premi sebagai imbalan dari pengalihan risiko, dan berkewajiban mengganti kerugian kepada tertanggung. Apabila premi dibayar maka sejak itulah risiko ganti kerugian beralih kepada penanggung. Hal ini juga dinyatakan dalam Pasal 1 angka (1) Undang- Undang Nomor 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Berdasarkan undangundang tersebut maka dinyatakan bahwa yang berhak atas ganti kerugian adalah tertanggung, apabila tertanggung mengalami kecelakaan dan menimbulkan adanya

kerugian, maka tertanggung berhak mengajukan klaim kepada pihak penanggung dan pihak penanggung berhak mengganti kerugian tersebut. F. Kerangka Pikir 1 3 2 PT Wahana Tata (Penanggung) Asuransi Kendaraan bermotor Konsumen (Tertanggung) Risiko dan Evenemen 4 Prosedur Pengjuan Klaim Ganti Kerugian 5 Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi 6 Hambatan Dalam Pengajuan Klaim 7 Berdasarkan kerangka pikir diatas terhadap kecelakaan kendaraan bermotor roda 4 (empat) dengan nomor polis 008.1050.301.2007.000092.00 maka dapat diberi penjelasan sebagai berikut: 1. PT Wahana Tata (Penanggung) sebagai pengambil alih risiko dari pihak tertanggung berhak atas premi dan berkewajiban memberikan ganti kerugian yang ditimbulkan oleh pihak tertanggung akibat dari suatu evenemen yang dicantumkan dalam polis.

2. Tertanggung sebagai pemberi alihan risiko kepada pihak penanggung berkewajiban membayar premi, berhak atas ganti kerugian. 3. Untuk mengatasi hal yang tidak diinginkan, tertanggung mengadakan perjanjian asuransi dengan penanggung. Tujuan perjanjian asuransi adalah untuk mengalihkan risiko bila terjadi evenemen. 4. Apabila risiko yang dipertanggungkan benar-benar terjadi sebagai akibat dari evenemen yang menimbulkan kerugian, maka pihak tertanggung dapat mengajukan klaim ganti kerugian kepada pihak penanggung. 5. Setelah terjadi evenemen, saat tertanggung mengajukan klaim ganti kerugian kepada pihak penanggung, tertanggung harus memenuhi syarat dan prosedur yang ada dalam perjanjian asuransi yang dicantumkan dalam polis. 6. Akibat dari evenemen tersebut, penanggung wajib mengganti kerugian yang dialami tertanggung sesuai ketentuan yang dicantumkan dalam polis. 7. Adapun hambatan yang dialami tertanggung dalam pengajuan klaim ganti kerugian kendaraan bermotor roda 4 (empat) berupa penunjukan bengkel rekanan yang tidak sesuai dengan keinginan tertanggung serta pengerjaan dari pihak bengkel yang tidak maksimal.