PERENCANAAN DAN PEMODELAN TRANSPORTSI

dokumen-dokumen yang mirip
PEMILIHAN RUTE PERJALANAN

PERBANDINGAN BEBERAPA METODE TRIP ASSIGMENT (PEMBEBANAN PERJALANAN) DALAM PEMODELAN TRANSPORTASI FOUR STEP MODEL

PEMILIHAN MODA PERJALANAN

III. METODOLOGI. Metodologi penelitian ini bertujuan untuk mempermudah. masalah dengan maksud dan tujuan yang telah ditetapkan secara sistematis.

Juang Akbardin. Program Studi Teknik Sipil, Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Setiabudi No.207 Bandung

RUN TFTP Oleh M. Zudhi Kurniawan, ST, MT

Simulasi Pemodelan Transportasi pada Jaringan Jalan Menggunakan Aplikasi Saturn

KINERJA MODEL PEMBEBANAN LALULINTAS FUZZY DALAM BERBAGAI TINGKAT RESOLUSI SISTEM JARINGAN

PEMBUATAN PROGRAM BANTU KOMPUTER UNTUK PERHITUNGAN TRAFFIC ASSIGNMENT DENGAN RUMUS COST FUNCTION DAVIDSON (MENGGUNAKAN MICROSOFT VISUAL BASIC 6.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Langkah Perhitungan PERHITUNGAN KINERJA RUAS JALAN PERKOTAAN BERDASARKAN MKJI Analisa Kondisi Ruas Jalan. Materi Kuliah Teknik Lalu Lintas

ANALISIS JARINGAN JALAN DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM EMME/2 DAN ENIF (Studi Kasus : Simpang Jalan Tol Jalan Setia Budi, Jatingaleh Semarang)

APLIKASI SEDERHANA: INTERAKSI TATA GUNA LAHAN DAN TRANSPORTASI

PERBANDINGAN BEBERAPA ALTERNATIF MANAJEMEN LALULINTAS PADA SEKOLAH SWASTA DI PERUMAHAN PAKUWON CITY SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Indonesia, telah banyak mengalami perkembangan yang pesat dalam

TEKNIK LALU LINTAS MATERI PERKULIAHAN. Simpang ber-apill (Alat Pengatur Isyarat Lalu Lintas)

BAB III METODOLOGI 3.1 ALUR PENELITIAN

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

MODEL STOKASTIK UNTUK PEMBEBANAN LALULINTAS BANYAK-RUTE DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PERBEDAAN PERSEPSI BIAYA PERJALANAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan (demand) yaitu dengan. menggunakan metode empat tahap (four stage method).

ESTIMASI MATRIK ASAL TUJUAN DARI DATA LALU LINTAS DENGAN METODE ESTIMASI INFERENSI BAYESIAN MENGGUNAKAN PIRANTI LUNAK EMME/3

PERENCANAAN ANGKUTAN UMUM (Rute, Terminal, Tempat Henti)

ANALISIS KEBUTUHAN PENANGANAN JARINGAN JALAN DI WILAYAH KABUPATEN PRINGSEWU BERBASIS TINGKAT PELAYANAN. Andytia Pratiwi 1)

KENAPA TRANSPORTASI PERLU DIRENCANAKAN?

PERENCANAAN TRANSPORTASI

Bab IV Simulasi dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

OUTLINES PERKULIAHAN

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODOLOGI PENELITIAN. Suatu analisis dalam penelitian membutuhkan suatu tahapan perencanaan

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP PEMODELAN TRANSPORTASI PADA ANGKUTAN BARANG

EFFECT OF INCORPORATING INTERSECTION DELAYS ON ROUTE ASSIGNMENTS IN AN URBAN ROAD NETWORK

BAB V ANALISIS DATA 5.1 UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting karena

SIMULASI MANAJEMEN LALU LINTAS UNTUK MENINGKATKAN KINERJA JARINGAN JALAN RAYA JEMURSARI DAN JALAN MARGOREJO INDAH

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa

11 Analisis sebaran pergerakan (metode analogi)

KAJIAN DAMPAK SKENARIO PARKIR DI BADAN JALAN TERHADAP KINERJA JARINGAN JALAN KOTA BANDUNG

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DepartemenTeknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada. Pertemuan Ke 13. PERENCANAAN ANGKUTAN UMUM (Frekuensi, Headway, dan Jumlah Armada)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ABSTRAK. Kata kunci : Distribusi perjalanan, trip assignment, software Visum versi 15

PERENCANAAN TRANSPORT TKW SKS DR. Ir. Ken Martina K, MT. BAB IV PENGENDALIAN LALU LINTAS

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.9, Agustus 2013 ( ) ISSN:

RUTE TERBAIK DAN WAKTU TEMPUH TERCEPAT DARI SALON ANATA JALAN PASIRKALIKI-KAMPUS UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA JALAN PROF. DRG. SURYA SUMANTRI BANDUNG

PENGARUH PERUBAHAN GUNA LAHAN TERHADAP PENYEDIAAN JARINGAN JALAN DI KOTA KEPANJEN

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Lokasi Penelitian. Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISA KINERJA LALU LINTAS AKIBAT DAMPAK DARI PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN STUDI KASUS PADA PROYEK PERUMAHAN BANANA PARK RESIDENCE SIDOARJO

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DAN MOBILITAS KENDARAAN PADA JALAN PERKOTAAN (STUDI KASUS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN)

Penentuan Tingkat Pelayanan Ruas Jalan Di Kabupaten Sleman Dengan Fuzzy Logic

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara detil metodologi analisis dampak lalulintas Kegiatan Pembangunan

3.1. METODOLOGI PENDEKATAN MASALAH

PENGARUH KINERJA PERSIMPANGAN TERHADAP PROSES PEMILIHAN RUTE PADA JARINGAN JALAN PERKOTAAN. Wiradat Anindito. Abstrak

MODEL PEMILIHAN RUTE DAN PEMBEBANAN PERJALANAN DENGAN SISTEM FUZZY

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

KINERJA RUAS JALAN KORIDOR JALAN TJILIK RIWUT AKIBAT TATA GUNA LAHAN DI SEKITAR KORIDOR BERDASARKAN KONTRIBUSI VOLUME LALU LINTAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan

ANALISIS KINERJA LALU LINTAS JAM SIBUK PADA RUAS JALAN WOLTER MONGINSIDI

BAB II STUDI PUSTAKA

PEMODELAN LALU LINTAS PADA SIMPANG BERSINYAL DI KOTA YOGYAKARTA (STUDI KASUS SIMPANG PINGIT

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Survei Kendaraan. Tabel 5. 1 Jumlah untuk jenis kendaraan LV

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN COKROAMINOTO AKIBAT BANGKITAN PERGERAKAN DI LOKASI SEMENTARA PASAR BADUNG

ANALISA KARAKTERISTIK TARIKAN LALU LINTAS AKIBAT ADANYA MALL GRAND CITY SURABAYA DARI ZONA SURABAYA SELATAN DENGAN METODE DETROIT TUGAS AKHIR

STUDI PERBANDINGAN ALTERNATIF DESAIN PERSIMPANGAN AHMAD YANI RAYA JEMURSARI. Abstrak

ANALISIS PEMBEBANAN JARINGAN JALAN (TRIP ASSIGNMENT) PADA KORIDOR MALANG-SURABAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

JURNAL ANALISA KAPASITAS DAN TINGKAT PELAYANAN RUAS JALAN H.B YASIN BERDASARKAN MKJI Oleh RAHIMA AHMAD NIM:

BAB III ALGORITMA ANT DISPERSION ROUTING (ADR)

TINJAUAN PUSTAKA. suatu pola rute yang stabil setelah beberapa kali mencoba-coba.

PENGARUH JALAN TOL SOLO-KERTOSONO DAN SOLO- SEMARANG TERHADAP KINERJA JARINGAN JALAN KOTA SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. Perkotaan yang mengalami perkembangan selalu menghadapi permasalahan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Mulai

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Proposal disetujui. Persiapan materi penelitian: Cek persiapan penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI TINGKAT PELAYANAN JALAN AKIBAT PEMBANGUNAN MALANG TOWN SQUARE PADA RUAS JALAN VETERAN

IDENTIFIKASI KINERJA JARINGAN JALAN ARTERI PRIMER DI KOTA SRAGEN TUGAS AKHIR. Oleh : S u y a d i L2D

KAJIAN MANAJEMEN LALU LINTAS SEKITAR KAWASAN PASAR SINGOSARI KABUPATEN MALANG

Metode Numerik Newton

MODEL RUTE ANGKUTAN UMUM PENUMPANG DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) (Studi Kasus: Kota Semarang) TUGAS AKHIR

SIMULASI MANAJEMEN LALULINTAS UNTUK MENGURANGI KEMACETAN DI JALAN JEMURSARI DAN RAYA KENDANGSARI

II. LANDASAN TEORI. A. Gambaran Prasarana dan Sarana Transportasi Provinsi Lampung

SIMULASI ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS MENGGUNAKAN PTV VISTRO (STUDI KASUS : KOMPLEK RUKO BERJAYA BATAM)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RINGKASAN SKRIPSI ANALISIS TINGKAT PELAYANAN JALAN SISINGAMANGARAJA (KOTA PALANGKA RAYA)

STUDI EVALUASI KINERJA JARINGAN JALAN PADA RUAS JALAN WARU - SIDOARJO. Kata Kunci: Permasalahan Transportasi, Sistem Transportasi, Volume Lalu-lintas

Penentuan Daerah Studi dan Parameter Kinerja. Tahap I Persiapan. Identifikasi Kinerja Eksisting

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah suatu pergerakan barang dan orang dari suatu tempat ke tempat lain. Transportasi digunakan

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 48 Tahun

Dr. NINDYO CAHYO KRESNANTO. Blog.: nindyocahyokresnanto.wordpress.com .: -

KAJIAN PERSEBARAN LALU LINTAS KAWASAN JALAN SEMERU DAN JALAN KAWI ATAS KOTA MALANG

BAB I. MASALAH TRANSPORTASI KHUSUS

Transkripsi:

Materi Kuliah PERENCANAAN DAN PEMODELAN TRANSPORTSI --- PEMILIHAN RUTE PERJALANAN --- PENDAHULUAN Setiap pelaku perjalanan mencoba mencari rute terbaik yang meminimumkan biaya perjalanannya. Dari beberapa rute alternatif akhirnya berakhir pada suatu pola rute yang stabil setelah beberapa kali mencoba. Dr.Eng. Muhammad Zudhy Irawan, S.T., M.T. Magister Sistem dan Teknik Transportasi, Universitas Gadjah Mada Jika setiap pelaku perjalanan tidak dapat lagi mencari rute yang lebih baik untuk mencapai zona tujuannya maka kondisi ini dikenal dengan kondisi Keseimbangan Jaringan Jalan. 1

Dalam pembebanan rute perjalanan terdapat beberapa inputan: 1. Data OD (Matrik Asal-Tujuan Perjalanan), 2. Jaringan jalan: volume, panjang, lebar, kendala, dll 3. Fungsi keandalan jaringan 4. Data jalan tol 2. Membebankan MAT ke jaringan jalan dengan proporsi yang sesuai yang menghasilkan volume pergerakan pada setiap ruas di jaringan jalan 3. Mencari konvergensi, beberapa teknik mengikuti pola pengulangan dari pendekatan menuju ke solusi. Setiap model memiliki tahapan yang harus dilakukan secara berurutan. Fungsi dasarnya adalah: 1. Mengidentifikasi beberapa set rute yang akan diperkirakan menarik bagi pelaku perjalanan, rute ini akan disimpan dalam struktur data yang disebut pohon, karena itulah tahapan ini disebut tahapan pembentukan pohon Output dari pembebanan jaringan lalu lintas diantaranya adalah: 1. Volume lalulintas jaringan (v/c ratio), 2. kecepatan perjalanan, 3. waktu tempuh perjalanan 4. rute yang terpilih 2

METODE PEMILIHAN RUTE PERJALANAN 1. All or Nothing Assignment Beberapa metode dalam pemodelan pembebanan rute perjalanan, diantaranya adalah: 1. All or Nothing Assignment 2. Stochastic Traffic Assignment 3. Incremental Assignment 4. User Equilibrium Assignment 5. Capacity Restraint Assignment Metode ini merupakan model pemilihan rute paling sederhana, yang mengasumsikan bahwa: Semua pengendara berusaha meminimumkan biaya perjalanan tergantung pada karakteristik jaringan jalan dan asumsi pengendara. Semua perjalanan dari zona asal (i) ke zona tujuan (j) akan mengikuti rute tercepat. Faktor biaya dianggap tetap dan tidak dipengaruhi oleh faktor kemacetan. 3

CONTOH 1 Jaringan Jalan 1 9 3 1 10 2 7 3 8 5 2 4 6 4 Waktu Tempuh Link # ta 1 5 2 15 3 6 4 8 5 7 6 8 7 15 8 7 9 5 10 6 Matriks OD T 14 = 150 T 12 = 250 1 9 3 1 10 2 7 3 8 5 Jawab: T 121 = 250 2 4 6 4 1 ke 2 Rute Komponen Link TT 1 1 5 2 3, 5, 6 21 3 2, 6 23 1 ke 4 Rute Komponen Link TT 1 2 15 2 1, 4 13 3 3, 5 13 Pertanyaan: Hitung volume lalu lintas di ruas jalan No. 1! T 142 = T 143 = 150/2 = 75 4

LATIHAN SOAL 1 Pertanyaan: Suatu jaringan jalan menghubungkan 2 area pemukiman: A dan B dengan 2 area perbelanjaan: L dan M. Waktu tempuh pada setiap ruas jalan ditunjukkan dalam gambar tersebut dan dinyatakan dalam menit. Semua ruas jalan diasumsikan memiliki 2 arah. Semua variabel yang tidak disebutkan di atas dianggap sama dengan nol. a. Tentukan rute tercepat dari titik asal A dan B menuju tujuan L dan M, berapakah waktu tempuhnya? b. Dari hasil survei, saat jam puncak pada hari sabtu diketahui jumlah pergerakan dari A dan B menuju L dan M adalah sebagai berikut: A L : 600 kendaraan B L : 300 kendaraan A M : 400 kendaraan B M : 400 kendaraan Tentukan jumlah arus lalulintas pada tiap ruas jalan di periode jam puncak pada hari sabtu tersebut! Gunakan metode all or nothing! 5

All or Nothing Assignment dengan Algoritma Biaya Minimal Meskipun algoritma sebelumnya sangatlah mudah, namun hal tersebut membutuhkan sistem pengurutan yang rumit Perlu metode yang lebih terstruktur di dalam perhitungannya Karenanya, digunakan algoritma biaya minimal Terlebih jika jaringan jalan sangat kompleks Salah satu algoritma biaya minimal yang sering digunakan adalah yang disebut dengan Algortima Pape and Moore Misalnya: kasus jaringan jalan kota Yogyakarta, dari A ke B rute mana yang dipilih? A B 6

Algoritma Pape and Moore Memulai Iterasi ke 0 1. Buatlah node asal (i) = 0 (sebagai gil),0 2. Buatlah node yang lainnya = (sebagai gil), blank 3. Tentukan link mana yang dapat mendistribusikan bangkitan dari node asal (i) 4. Tentukan nilai ga = 0 di semua link 5. Tentukan nilai gik = waktu perjalanan dalam link di point (3) Jika tidak: a. Isi kolom node-x dengan: waktu perjalanan menuju node-x, node sebelum node-x b. Tentukan link mana yang dapat mendistribusikan bangkitan dari node-x c. Tentukan nilai ga = waktu perjalanan pada link yang menuju node-x d. Tentukan nilai gik = waktu perjalanan dalam link di point (b) Iterasi ke 2 : Kembali ke langkah 6, dan seterusnya Proses Iterasi Iterasi ke 1 Iterasi Selesai Jika list of link = YA 6. Cek, apakah g ik + g a >= g il Jika ya, ke list of link berikutnya 7

3 1 3 10 Iterasi Ke 5 8 1 9 2 7 2 4 6 4 Link # Nodes (gil, node) 1 2 3 4 0 0, 0,,, 1 2 3 1 0, 0 5, 1 6, 1 15, 1 4 5 2 0, 0 5, 1 6, 1 13, 2 atau 3 ta 1 5 2 15 3 6 4 8 5 7 Link a g a + gi k > g il? 6 7 8 Link # ta 6 8 7 15 8 7 9 5 10 6 0 + 5 > N 0 + 15 > N 0 + 6 > N 5 + 8 > 15 N 6 + 7 > 15 N 13 + 8 > 5 Y 13 + 15 > 0 Y 13 + 7 > 6 Y Jawab: T 1-4 = 150 T 1-2-4 = T 1-3-4 = 150/2 = 75 Bandingkan dengan Contoh 1: T 142 = T 143 = 150/2 = 75 8

2. Stochastic Traffic Assignment Model ini lebih realistis karena menyebarkan arus yang ada ke banyak rute dengan memperhatikan kecenderungan setiap pengendara dalam memilih rute. Metode ini mengasumsikan pelaku perjalanan akan mengambil rute tercepat, tetapi tidak yakin mana rute tercepat tersebut. Waktu tempuh untuk setiap rute yang dianggap pelaku perjalanan sebagai rute tercepat dihasilkan dengan seleksi secara acak sebaran yang mempunyai rata-rata waktu tempuh sebenarnya dari rute tersebut. Hanya satu rute yang akan digunakan antara setiap pasangan zona i dan j, penjumlahan arus lalu lintas antara zona i dan j menghasilkan tingkat keacakan pembebanan tersebut. 3. Incremental Assignment Model ini adalah proses di mana volume lalu lintas ditambahkan secara bertahap. Dalam setiap langkah, jumlah tetap dari demand total dianalisis, berdasarkan hasil model all or nothing. Setelah setiap langkah, waktu perjalanan rute dihitung ulang berdasarkan volume rute. Bila ada banyak penambahan demand, arus lalu lintas mungkin mirip model equilibrium assignment, namun metode ini tidak menghasilkan solusi keseimbangan. Akibatnya, akan ada inkonsistensi antara volume rute dan waktu perjalanan yang dapat menyebabkan kesalahan dalam langkahlangkah evaluasi. 9

Algoritma Incremental Assignment / Pembebanan Bertahap Memulai Iterasi ke 0 1. Tentukan nilai arus = 0 CONTOH 2 Terdapat pergerakan dari A ke B sebesar 2000 kendaraan. Hitunglah arus lalu lintas di setiap ruas jalannya dengan fraksi pembebenan seragam 25 %! Proses Iterasi Iterasi ke 1 2. Tentukan fraksi pembebanan dan nilai arus nya (F) 3. Bebankan nilai arus (F) dengan metode all or nothing 4. Hitunglah nilai arus di setiap rute (V) yang baru V n+1 = V n + F 5. Ulangi langkah - 3 Iterasi Selesai Cek apakah sudah konvergen n min rute 1 V * t t V * t rute rute total min Rute 2 Rute 1 A Rute 3 Waktu perjalanan di setiap rute adalah sebagai berikut: Rute 1 t = 10 + 0,02 * Volume lalu lintas Rute 2 t = 15 + 0,005 * Volume lalu lintas Rute 3 t = 12,5 + 0, 015 * Volume lalu lintas B 10

Jawab 25 % x 2000 = 500 pergerakan di setiap iterasi dan ada 4 iterasi Iterasi Ke - Arus Rute 1 Rute 2 Rute 3 Arus WT Arus WT Arus WT LATIHAN SOAL 2 Dengan menggunakan soal pada contoh 2, jika digunakan fraksi pembebenan seragam 50 %, bagaimana jumlah arus lalu lintas di setiap rutenya? 0 0 0 10 0 15 0 12,5 1 500 500 20 0 15 0 12,5 2 500 500 20 0 15 500 20 3 500 500 20 500 17,5 500 20 4 500 500 20 1000 20 500 20 Nilai konvergensi = 500 (20-20) + 1000 (20-20) + 500(20-20) / (2000 x 20) = 0 Arus di rute 1 = rute 3 = 500 kendaraan Arus di rute 2 = 1000 kendaraan 11

4. User Equilibrium Assignment 5. Capacity Restraint Assignment Apabila efek stokastik diabaikan dan batasan kapasitas menjadi salah satu mekanisme proses penyebaran pergerakan dalam suatu jaringan dan mengaitkan fungsi pergerakan dengan waktu tempuh inilah yang disebut prinsip keseimbangan. Ada dua karakteristik dasar umum untuk model batasan-kapasitas, Hubungan non-linear dan Digunakan rasio volume-kapasitas atau v/c sebagai faktor umum. Premis yang mendasari model pengendalian kapasitas adalah bahwa waktu tempuh pada rute apapun yang berkaitan dengan volume lalu lintas pada rute tersebut. Hal ini analog dengan kriteria tingkat pelayanan (LOS), di mana LOS berkaitan dengan v/c rendah dan kecepatan kendaraan lebih tinggi. LOS tingkat E sama dengan v/c = 1 merupakan batasan kapasitas. 12

Fungsi Tundaan dalam Capacity Restraint Assignment Algoritma dalam Capacity Restraint Assignment Fungsi tundaan berguna dalam menentukan berapa tundaan (menit) yang terjadi akibat arus lalu lintas yang lewat pada suatu ruas jalan dengan kapasitas tertentu Persamaan yang digunakan (BPR, 1964): t a ta : waktu tempuh pada ruas jalan a t0 a : waktu tempuh pada ruas jalan a pada kondisi FFS V a C a = t0 a 1 + 0,15 (V a / C a ) 4 : arus lalu lintas pada ruas jalan a : kapasitas pada ruas jalan a Memulai 1. Mulai dengan t0 a 2. Lakukan pemilihan rute dengan metode all or nothing 3. Tentukan nilai t a 4. Hitung nilai t a yang baru yaitu dari 0,75 * t a (pada langkah 3) + 0,25 * t0 a (pada langkah 1) Proses Iterasi 5. Kembali ke langkah No. 2 6. Lakukan sampai beberapa kali iterasi, kemudian arus lalu lintas di setiap link dirata-ratakan 13

CONTOH 3 T 13 = 100 kend/jam T 24 = 100 kend/jam 1 2 4 3 Link Waktu (menit) Kapasitas (kend/jam) 1 2 15 100 2 3 10 100 1 4 10 100 3 4 5 100 2 4 20 100 THANK YOU Hitung arus lalu lintas pada tiap ruas jalan dengan metode capacity restraint! 14