BAB I PENDAHULUAN. tentang pendirian PT. PT didirikan oleh dua orang atau lebih, yang dimaksud

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam

Mata Kuliah - Kewirausahaan II-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Komanditer atau sering disebut dengan CV (Commanditaire. pelepas uang (Geldschieter), dan diatur dalam Kitab Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Mengenai definisi perusahaan dapat ditemukan dalam Undang-Undang Nomor. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. orang lain berkewajiban untuk menghormati dan tidak mengganggunya dan

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007

Bab 2 Badan usaha dalam kegiatan bisnis. MAN 107- Hukum Bisnis Semester Gasal 2017 Universitas Pembangunan Jaya

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum

PERSEROAN TERBATAS. Copyright by dhoni yusra. copyright by dhoni yusra 1

BAB I PENDAHULUAN. autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana yang telah di atur

I. PENDAHULUAN. kemampuan dan keahlian masing-masing serta cara yang berbeda-beda dalam

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. suatu wadah agar dapat bertindak melakukan perbuatan hukum dan

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan usaha dengan cara mendirikan suatu badan usaha atau perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan akhir dari perjalanan kehidupan seorang manusia dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan suatu hubungan hukum yang dikategorikan sebagai suatu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

STIE DEWANTARA Subyek Hukum Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

Perbandingan Hukum Orang di Belanda dan Indonesia.

BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERSEROAN TERBATAS DAN PENERAPAN ASAS PIERCING THE CORPORATE VEIL ATAS TANGGUNG JAWAB DIREKSI

BAB I PENDAHULUAN. Tanah yang merupakan kebutuhan pokok bagi manusia akan berhadapan dengan

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang perumahsakitan.

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada warga. organ pemerintah yang melaksanakan tugas dan kewenangannya agar

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi Perseroan secara elektronik yang diselenggarakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri.

BAB II HUBUNGAN HUKUM INDUK PERUSAHAAN DENGAN ANAK PERUSAHAAN. A. Status Badan Induk perusahaan dan Anak Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris 2

BAB I PENDAHULUAN. dalam Putusan Kasasi Mahkamah Agung Nomor 318 K/Pdt/2010 tertanggal 26 Juli

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SYARAT-SYARAT SAHNYA PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS (PT) DI INDONESIA 1 Oleh : Nicky Yitro Mario Rambing 2

BAB V PENUTUP. penelitian yang dilakukan beserta dengan pembahasan yang telah diuraikan, dapat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang terjadi di negara-negara berkembang pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria


KEWIRAUSAHAAN, ETIKA. Perseroan Terbatas. Dr. Achmad Jamil M.Si. Modul ke: 15Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Magister Akuntansi

TANGGUNG JAWAB YURIDIS PENYELENGGARAAN DAFTAR PEMEGANG SAHAM MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN1995

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 5/Mei/2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Definisi Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut Perseroan) menurut

TINJAUAN YURIDIS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS JOHN EDONG / D

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dari putusan Mahkamah Agung Nomor 2365 K/Pdt/2006 yang penulis analisis dapat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

BAB II PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM PRIVAT. Dari kata Perseroan Terbatas dapat diartikan bahwa, kata Perseroan

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor industri tercipta produk-produk barang maupun jasa yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), namun KUHD sendiri tidaklah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. seperti jual beli, hibah, dan lain-lain yang menyebabkan adanya peralihan hak milik

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini jumlah perkara tindak pidana korupsi yang melibatkan Badan Usaha Milik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam pelaksanaan administrasi pertanahan data pendaftaran tanah yang

ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat terkenal yaitu Ubi Societas Ibi Ius ( dimana ada masyarakat disana

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bertumbuh pesat. Menurut Peneliti terbukti dengan sangat banyaknya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yaitu UUD 1945 pada Pasal 1 ayat (3) yang menyebutkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. penundaan kewajiban pembayaran utang yang semula diatur dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dapat menghasilkan suatu peristiwa-peristiwa tersebut dapat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-13/PM/1997 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam. kerjasama yang mengikat antara dua individu atau lebih.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak As

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PERSEROAN TERBATAS YANG SETORAN MODALNYA BERASAL DARI TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Pengantar Hukum Bisnis Persekutuan Firma dan Persekutuan Komanditer

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut PT) menjadi badan hukum yang ideal di

B A B I PENDAHULUAN. penunjang antara lain tatanan hukum yang mendorong, menggerakkan dan mengendalikan

BAB I PENDAHULUAN. mahkluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan

SEMULA ANGGARAN DASAR PT. BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk.

BAB II PERAN NOTARIS DALAM PERUBAHAN PERUSAHAAN BERBENTUK PERSEROAN KOMANDITER MENJADI PERSEROAN TERBATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Daerah. Bentuk hukum ini sangat kurang lazim di dalam lingkungan bisnis nasional

BAB I PENDAHULUAN. hukum adalah kehendak untuk bersikap adil (recht ist wille zur gerechttigkeit).

BAB I PENDAHULUAN. Perseroan terbatas merupakan salah satu bentuk Maskapai Andil Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Pengesahan Badan Hukum. Perubahan Anggaran Dasar. Data. Perseroan Terbatas. Pengajuan. Tata Cara.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Definisi otentik Perseroan Terbatas (PT) ditemukan dalam Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 (UUPT), pasal ini menyebutkan bahwa PT merupakan badan hukum yang merupakan persekutuan modal, yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi atas saham. 1 Pendirian PT harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh UUPT. Salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah Pasal 7 ayat (1) UUPT tentang pendirian PT. PT didirikan oleh dua orang atau lebih, yang dimaksud dengan orang adalah orang perseorangan atau badan hukum. Ketentuan sekurang-kurangnya dua orang, menegaskan prinsip yang dianut oleh Undang-Undang Perseroan Terbatas dimana PT sebagai badan hukum dibentuk berdasarkan perjanjian antara 2 (dua) orang. Ketentuan tentang kepemilikan saham harus dimiliki oleh 2 (dua) orang atau lebih ini harus terus berlaku selama PT masih berdiri, hal tersebut berkaitan dengan unsur-unsur PT. Jika PT tersebut telah mempunyai status badan hukum dan pemegang sahamnya ternyata menjadi kurang dari 2 (dua) orang, pemegang saham yang bersangkutan wajib mengalihkan sebagian sahamnya kepada pihak lain atau 1 Ridwan Khairandy, 2009, Perseroan Terbatas Doktrin, Peraturan Perundang-undangan dan Yurisprudensi, Cetakan kedua, Total Media, Yogyakarta, hlm. 4

2 perseroan mengeluarkan saham baru kepada orang lain dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak keadaan tersebut. 2 Apabila jangka waktu 6 (enam) bulan tersebut terlampaui, maka pemegang saham bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan dan kerugian perseroan. Atas permohonan yang berkepentingan, Pengadilan Negeri dapat membubarkan perseroan tersebut. 3 Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UUPT) menentukan bahwa setiap pendiri wajib mengambil bagian saham pada saat perseroan didirikan. Hal tersebut berkaitan dengan PT yang merupakan persekutuan modal dan dalam melakukan kegiatan usaha PT dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham. Pasal 34 ayat (1) UUPT menyatakan bahwa penyetoran atas modal saham dapat dilakukan dalam bentuk uang dan/ atau dalam bentuk lainnya. Menurut penjelasan pasal ini, pada umumnya penyetoran saham adalah dalam bentuk uang. Tetapi tidak ditutup kemungkinan penyetoran saham dalam bentuk lainnya dengan ketentuan: 4 1. Baik berupa benda berwujud maupun benda tidak berwujud; 2. Dapat dinilai dengan uang; 3. Secara nyata telah diterima oleh Perseroan; 4. Penyetoran saham dalam bentuk lain selain uang, harus disertai rincian yang menerangkan nilai atau harga, jenis atau macam, 2 Lihat Pasal 7 ayat (5) Undang-Undang Perseroan Terbatas 3 Lihat Pasal 7 ayat (6) Undang-Undang Perseroan Terbatas 4 M. Yahya Harahap,2011, Hukum Perseroan Terbatas, Cetakan Ketiga, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 238

3 status, tempat kedudukan dan lain-lain yang dianggap perlu demi kejelasan mengenai penyetoran tersebut. Dalam UUPT dijelaskan bahwa sebuah PT terdiri dari 3 (tiga) organ penting, yakni: 1. Rapat Umum Pemegang Saham; 2. Direksi; 3. Komisaris. Ketiga organ diatas mempunyai wewenang, tugas dan fungsi masingmasing yang saling terkait satu sama lainnya, sehubungan diantara organ tersebut bersifat organis dan fungsional sebagaimana yang telah diatur di dalam UUPT. Merujuk pada Pasal 1 angka (4) UUPT dijelaskan bahwa kewenangan organ Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) mempunyai keistimewaan yang tidak diberikan kepada Direksi atau Komisaris dalam batas yang ditentukan oleh UUPT dan atau anggaran dasar. Melalui RUPS tersebutlah para pemegang saham sebagai pemilik (eigenaar, owner) Perseroan melakukan kontrol terhadap kepengurusan yang dilakukan Direksi maupun terhadap kekayaan serta kebijakan kepengurusan yang dijalankan manajemen perseroan. 5 Anggota RUPS adalah seluruh pemegang saham yang telah menyetorkan modalnya kepada perseroan sesuai dengan besar jumlah saham yang dimilikinya. 6 Para pemegang saham diberi hak dalam mengambil suatu keputusan yang terkait dengan anggaran dasar perseroan beserta beberapa hal 5 Ibid, hlm. 306. 6 Orinton Purba, 2011, Petunjuk Praktis bagi RUPS, Komisaris, dan Direksi Perseroan Terbatas agar Terhindar dari Jerat Hukum, Cetakan Pertama, Raih Asa Sukses, Jakarta, hlm. 28

4 yang telah diatur dalam UUPT, antara lain mengenai pembelian kembali saham atau pengalihan saham, penambahan atau pengurangan modal perseroan, laporan keuangan perseroan, laporan tahunan pertanggungjawaban direksi dan komisaris, penggunaan laba bersih perseroan, penggabungan, peleburan, pengambil alihan dan pembubaran. 7 Berbeda halnya ketika pemegang saham tidak dapat hadir dalam RUPS dikarenakan sakit parah sehingga sulit berkomunikasi, maka pemegang saham tersebut dapat diampu dengan memintakan penetapan pengampuan ke pengadilan negeri setempat. Pasal 433 Kitab Undang-Undang Hukum perdata (KUHPerdata) menyatakan bahwa: Setiap orang dewasa, yang selalu berada dalam keadaan dungu, sakit otak, atau mata gelap harus ditaruh di bawah pengampuan, pun jika ia kadang-kadang cakap mempergunakan pikirannya. Seorang dewasa boleh juga ditaruh di bawah pengampuan karena keborosannya. Syarat menjadi pengampu juga di terangkan dalam Pasal 434 KUHPerdata yang menyatakan bahwa setiap keluarga sedarah berhak meminta pengampuan seorang keluarga sedarahnya, berdasar atas keadaan dungu, sakit otak atau mata gelap. 7 Lihat Pasal 19, Pasal 38, Pasal 41, Pasal 44, Pasal 45, Pasal 64, Pasal 69, Pasal 71, Pasal 105, dan Pasal 123 Undang-Undang Perseroan Terbatas.

5 Hakim pengadilan negeri dalam hal menetapkan permohonan pengampuan harus melihat syarat-syarat yang ditetapkan oleh peraturan yang berlaku, sehingga penetapan tersebut tidak dapat dimintakan pembatalan. Namun pada kasus penetapan pengampuan Pengadilan Negeri Surabaya No: 505/ Pdt/2009/PN. Sby dibatalkan oleh Putusan Pengadilan Negeri Surabaya No. 694/Pdt.G/2009/ PN.Sby. Dimana putusan Pengadilan Negeri Surabaya tersebut dikuatkan pula oleh Putusan Pengadilan Tinggi No. 532/ Pdt/ 2010/PT.Sby dan Putusan Mahkamah Agung No. 2257 K/ Pdt/2011. Dalam penetapan pengampuan Pengadilan Negeri Surabaya No: 505/ Pdt/2009/PN. Sby, Hakim Pengadilan Negeri Surabaya menetapkan Sdr. Siani Widjojo (anak dari perkawinan pertama) sebagai wali pengampu terhadap ayahnya yaitu Soewito Widjojo karena kondisi kesehatannya tidak dapat melakukan tindakan atau perbuatan hukum selaku direktur maupun selaku pemegang saham 85% PT. Rejeki Saka Jaya. Kemudian penetapan tersebut digugat oleh Soesiana sebagai komisaris dan pemegang saham 15% PT. Rejeki Saka Jaya serta istri dari perkawinan ke dua Soewito Widjojo. Dari uraian di atas tersebut membuat penulis ingin mengkaji lebih lanjut tentang Akibat Hukum Pembatalan Penetapan Pengampuan Pemegang Saham sekaligus Direktur terhadap Perbuatan Hukum yang dilakukan pengampu dalam Perseroan (Studi Penetapan Pengadilan Negeri Surabaya No. 505/ Pdt.P/ 2009/ PN.SBY dan Putusan Pengadilan Negeri Surabaya No. 694/ Pdt. G/ 2009/ PN. SBY).

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis merumuskan beberapa permasalahan yang relefan dengan judul yang dipilih, Adapun rumusan masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Mengapa Hakim Pengadilan Negeri Surabaya dalam perkara No: 694/Pdt.G/2009/PN.Sby menggugurkan Penetapan Pengadilan Negeri Surabaya No: 505/ Pdt.P/PN.Sby tentang Pengampuan Pemegang Saham dan Direktur? 2. Bagaimana Akibat Hukum Pembatalan Pengampuan Pemegang Saham Sekaligus Direktur Terhadap Perbuatan Hukum yang Dilakukan Pengampu Dalam Perseroan (Studi Penetapan Pengadilan Negeri Surabaya No. 505/ Pdt.P/ 2009/ PN.SBY dan Putusan Pengadilan Negeri Surabaya No. 694/ Pdt. G/ 2009/ PN. SBY)? C. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang telah penulis lakukan, ditemukan beberapa hasil penelitian tesis terkait dengan permasalahan yang dikaji oleh penulis, yaitu: 1. Tinjauan Tentang Pembatalan Akta Perubahan Anggaran Dasar Yayasan (Studi Kasus putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta nomor 12/ Pdt.G/2001/PN.Yk, Putusan Pengadilan Tinggi Yogyakarta No. 30/Pdt/2002/PT.Yk dan Putusan Mahkamah Agung No. 318 K/Pdt/2003) yang ditulis oleh Gina Indri Andriyana, Magister

7 Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Tahun 2008. Penulisan tersebut mengambil permasalahan dasar pertimbangan hakim dalam memutus kasus pembatalan akta notaris dan akibat hukum dari putusan yang dijatuhkan oleh pengadilan terhadap yayasan dan notaris. Dasar pertimbangan hakim dalam memutus perkara adalah terdapat pihak-pihak dalam membentuk kepengurusan yang baru tidak meminta persetujuan dari Pendiri yang lain, sehingga tidak memenuhi ketentuan Undang-Undang Yayasan no 16/2001 dan tidak memenuhi unsur 1338 KUHPerdata. Akibat hukum terjadinya pembatalan adalah dikembalikannya kepengurusan yayasan seperti sedia kala. Perbuatan hukum yang dilakukan dengan pihak lain diambil alih serta penyerahan aset yayasan kepada pengurus lama. 8 2. Implikasi Yuridis Terhadap Penyesuaian Anggaran Dasar Perseroan Terbatas menurut Undang-Undang No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas yang ditulis oleh, Stevia Widyatmasari, Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Tahun 2010. Penulisan tersebut mengambil permasalahan mengenai tanggung jawab notaris terhadap kewajiban penyesuaian Anggaran Dasar Perseroan Terbatas menurut UUPT terhadap perseroan terbatas yang akta pendinya dibuat oleh notaris tersebut. Implikasi yuridis bagi PT yang tidak atau belum menyesuaikan anggaran dasarnya sesuai dengan batas waktu yang telah 8 Gina Indri Andriyana, 2008, Tinjauan Tentang Pembatalan Akta Perubahan Anggaran Dasar Yayasan (Studi Kasus putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta nomor 12/ Pdt.G/2001/PN.Yk, Putusan Pengadilan Tinggi Yogyakarta No. 30/Pdt/2002/PT.Yk dan Putusan Mahkamah Agung No. 318 K/Pdt/2003), Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hlm.6

8 ditentukan secara otomatis bubar menurut undang-undang atau dapat diajukan gugatan ke Pengadilan Negeri dari pihak kejaksaan, atau pihak ketiga yang memiliki kepentingan. Tangung jawab notaris terhadap adanya kewajiban penyesuaian anggaran dasar PT berdasarkan UUPT terhadap PT yang akta pendirinya dibuat olehnya hanya merupakan tanggung jawab moral notaris. 9 Dari dua judul hasil penelitian di atas, tidak identik dengan penelitian penulis, yang berjudul Akibat Hukum Pembatalan Penetapan Pengampuan Pemegang Saham sekaligus Direktur terhadap Perbuatan Hukum yang dilakukan pengampu dalam Perseroan (Studi Penetapan Pengadilan Negeri Surabaya No. 505/ Pdt.P/ 2009/ PN.SBY dan Putusan Pengadilan Negeri Surabaya No. 694/ Pdt. G/ 2009/ PN. SBY). Penulis mengangkat topik permasalahan tentang pertimbangan Hakim Negeri Surabaya dengan nomor perkara 694/ Pdr.G/ 2009/ PN.Sby yang menggugurkan penetapan Pengadilan Negeri Surabaya No. 505/ Pdt.P/ 2009/ PN. Sby dan akibat hukum pembatalan pengampuan pemegang saham sekaligus direktur terhadap perbuatan hukum yang dilakukan pengampu dalam perseroan (Studi Penetapan Pengadilan Negeri Surabaya No. 505/ Pdt.P/ 2009/ PN.SBY dan Putusan Pengadilan Negeri Surabaya No. 694/ Pdt. G/ 2009/ PN. SBY). 9 Stevia Widyatmasari, 2010, Implikasi Yuridis Terhadap Penyesuaian Anggaran Dasar Perseroan Terbatas menurut Undang-Undang No. 40/ 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hlm. 6.

9 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, yaitu: 1. Secara Teoritis Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan hukum pada umumnya, khususnya di bidang hukum perdata dalam hal akibat hukum terhadap pembatalan penetapan pengampuan pemegang saham dan direktur dalam perseroan terbatas. 2. Secara Praktis Diharapkan dapat memberikan pedoman dan masukan kepada masyarakat umum bagi pelaksanaan hukum di bidang perdata, khususnya dalam akibat hukum terhadap pembatalan penetapan pengampuan pemegang saham dan direktur dalam perseroan terbatas. E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengkaji pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Surabaya No: 694/Pdt.G/2009/PN.Sby yang menggugurkan Penetapan Pengadilan Negeri Surabaya No: 505/ Pdt.P/PN.Sby tentang pengampuan pemegang saham sekaligus direktur; 2. Mengkaji akibat hukum pembatalan penetapan pengampuan pemegang saham sekaligus Direktur terhadap perbuatan hukum yang dilakukan pengampu dalam Perseroan (Studi Penetapan Pengadilan Negeri

10 Surabaya No. 505/ Pdt.P/ 2009/ PN.SBY dan Putusan Pengadilan Negeri Surabaya No. 694/ Pdt. G/ 2009/ PN. SBY).