PENGARUH UKURAN BUTIRAN MAKSIMUM 12,5 MM DAN 19 MM TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-WC

dokumen-dokumen yang mirip
METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

III. METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data. Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

3. pasir pantai (Pantai Teluk Penyu Cilacap Jawa Tengah), di Laboratorium Jalan Raya Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam

BAB III METODE PENELITIAN. aspal dan bahan tambah sebagai filler berupa abu vulkanik.

BAB III LANDASAN TEORI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

BAB III LANDASAN TEORI

METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

Gambar 4.1 Bagan alir penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. aspal optimum pada kepadatan volume yang diinginkan dan memenuhi syarat minimum

optimum pada KAO, tahap III dibuat model campuran beton aspal dengan limbah

NASKAH SEMINAR INTISARI

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas

BAB IV PENGUJIAN JOB MIX FORMULA

dahulu dilakukan pengujian/pemeriksaan terhadap sifat bahan. Hal ini dilakukan agar

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Pada pembuatan aspal campuran panas asbuton dengan metode hot mix (AC

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan

BAB III METODELOGI PENELITIAN. (AASHTO,1998) dan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan tahun 2010.

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA

PENGGUNAAN SPEN KATALIS PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRTE-WEARING COURSE ABSTRAK

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PENAMBAHAN FILLER GRANIT DAN KERAMIK PADA CAMPURAN LASTON AC-WC TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHALL

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dipresentasikan pada gambar bagan alir, sedangkan kegiatan dari masing - masing

BAB III LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

ABSTRAKSI. Kata kunci : filler lumpur lapindo, HRS, laston, parameter uji Marshall, kadar aspal optimum

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian pada penulisan ini merupakan serangkaian penelitian

Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

Penelitian ini dilakukan sesuai dengan diagram alur seperti pada gambar 5.1.

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

BAB III METODE PENELITIAN. perihal pengaruh panjang serabut kelapa sebagai bahan modifier pada campuran

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

M. M. ADITYA SESUNAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2010

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun tahapan pelaksanaan pekerjaan selama penelitian di laboratorium adalah sebagai berikut:

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Yogyakarta dapat disimpulkan sebagai berikut : meningkat dan menurun terlihat jelas.

PENGARUH VARIASI KADAR ASPAL TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

STUDI PENGARUH WAKTU CURING TERHADAP PARAMETER MARSHALL CAMPURAN AC - WC FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

Transkripsi:

PENGARUH UKURAN BUTIRAN MAKSIMUM 12,5 MM DAN 19 MM TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-WC Ronni Olaswanda 1 Anton Ariyanto, M.Eng 2 dan Bambang Edison, S.Pd, MT 2 Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian e-mail : ronniolaswanda@gmail.com ABSTRAK Kerusakan dini pada struktur perkerasan aspal merupakan masalah yang sering dijumpai pada saat ini. Hal ini di akibatkan beban muatan kendaraan yang melebihi beban perencanaan. Dengan begitu diperlukan peningkatan mutu perkerasan dengan memperhatikan agregat sebagai bahan pengisi maupun aspal sebagai bahan pengikat. Untuk mendapatkan mutu perkerasan aspal maka kita perlu memperhatikan stabilitas atau kekuatan campuran beton aspal dan pemadatannya dengan cara melakukan pengujian Marshall. Persiapan dan hasil pengujian meterial agregat dan aspal telah memenuhi persyaratan campuran AC-WC. Selanjutnya dilakuakan pengujian untuk tahap I untuk mencari kadar aspal optimum. Kemudian dilakuakan tahap II mencari nilai karakteristik marshall dengan masing- masing kadar aspal optimum. Dari hasil pengujian marshall maka nilai kadar aspal optimum untuk butiran maksimum 19 mm didapat 5,5% dan butiran maksimum 12,5 mm didapat 5%. Untuk nilai karakteristik marshall KAO 5,5% semuanya memenuhi syarat ketentuan sifat-sifat campuran laston AC-WC dengan nilai Stabilitas 1172,43 Kg sedangkan KAO 5% nilai stabilitas 1252,1 Kg. Kata kunci: Butiran maksimum 12,5 mm dan 19 mm, Marshall, campuran AC-WC, Stabilitas, Flow, VMA, VFA, VIM, MQ.. PENDAHULUAN Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin tinggi, maka kebutuhan sarana dan prasarana transportasi juga meningkat. Hal ini mengakibatkan jalan mengalami kerusakan akibat pembebanan yang terlalu berat dan banyaknya arus yang lewat atau oleh karna fungsi drainase yang kurang baik. Kerusakannya seperti jalan bergelombang dan naiknya aspal ke permukaan (bleeding). Maka kita perlu meningkatkan mutu perkerasan jalan tersebut, dengan memperhatikan penggunaan agregat sebagai bahan pengisi maupun aspal sebagai bahan pengikat. faktor yang mempengaruhi campuran aspal salah satunya adalah gradasi agregat, sebab gradasi agregat sangat mempengaruhi besarnya rongga antar butir yang akan menentukan stabilitas atau kekuatan campuran beton aspal. Sedangkan faktor lainnya adalah pemadatan, yaitu suatu upaya untuk memperkecil jumlah rongga dalam campuran dan memperluas bidang sentuh antar batuan. Maka penulis mencoba meneliti seberapa besar pengaruh terhadap ukuran maksimum 12,5 mm dan 19 mm dengan variasi pemadatan karakteristik marshall campuran AC-WC. Sehingga diharapkan dapat diperoleh suatu hasil penelitian yang dapat memberi masukan kapada penanggung jawab Pembina jalan dan semua pihak yang terkait dalam pekerjaan beton aspal dengan nilai karakteristik marshall jenis laston AC- WC, kepada unsur perencana, pelaksana maupun pengawas. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk Menganalisis pengaruh penggunaan butiran maksimum 12,5 mm dan 19 mm terhadap karakteristik marshall campuran AC-WC. manfaat dari penelitian ini yaitu menentukan kadar aspal optimum dengan menggunakan butir maxsimum 12,5 dan 19 pada laston AC-WC. Untuk memberi masukan kepada perencana, pelaksana maupun pengawas dalam pembuatan beton aspal dengan kepadatan yang bagus sehingga prasarana transportasi kita jadi tahan lama. LANDASAN TEORI Alat Marshall merupakan alat tekan yang dilengkapi dengan proving ring (cincin penguji) berkapasitas 22,2 KN (=5000 lbf) dan flowmeter. Proving ring digunakan untuk mengukur nilai stabilitas, dan flow meter untuk mengukur kelelehan plastis atau flow. Benda uji Marshall berbentuk silinder berdiameter 4 inci ( =10,2 cm) dan tinggi 2,5 inci (=6,35 cm). Langkah- langkah pengujian Marshall: a. Dilakukan penimbangan agregat sesuai dengan prosentase pada target gradasi yang diinginkan untuk masing fraksi dengan berat campuran kirakira 1200 gram untuk diameter 4 inchi kemudian dilakukan pengeringan campuran agregat tersebut sampai beratnya tetap sampai suhu (105±5)ºC. b. Dilakukan pemanasan aspal untuk pencampuran pada viskositas kinematik 100±10 centitokes. Agar temperature campuran agregat dan aspal tetap maka (1). Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Pasir Pengaraian (2). Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Pasir Pengaraian 1

pencampuran dilakukan diatas pemanas dan diaduk hingga rata. c. Setelah temperatur pemadatan tercapai yaitu pada viskositas kinematik 100 ± 10 centitokes, maka campuran tersebut dimasukkan kedalam cetakan yang telah dipanasi pada temperature 100 hingga 170º dan diolesi vaselin terlebih dahulu, serta dibagian bawah cetakan diberi sepotong kertas filter atau kertas lilin yang telah dipotong sesuai diameter cetakan sambil ditusuk-tusuk sebanyak 15 kali dibagian tepi dan 10 kali dibagian tengah. d. Pemadatan standard dilakuakan dengan pemadat manual dengan jumlah tumbukan 75 kali dibagian sisi atas kemudian dibalik dan di sisi bagian bawah juga ditumbuk 75 kali juga. e. Setelah pemadatan selesai benda uji didiamkan supaya suhunya turun, setelah dingin benda uji dikeluarkan dengan ejector dan diberi kode. f. Benda uji dibersihkan dari kotoran yang menempel dan diukur tinggi benda uji dengan ketelitian 0,1 mm dan ditimbang berat nya di udara. g. Benda uji direndam dalam air selama 10-24 jam supaya jenuh. h. Setelah jenuh benda uji ditimbang dalam air. i. Benda uji dikeluarkan dari bak dan dikeringkan dengan kain pada permukaan agar kondisi kering permukaan jenuh kemudian di timbang. j. Benda uji direndam dalam bak perendaman pada suhu 60±1ºC selama 30 hingga 40 menit. Untuk uji perendaman mendapatkan stabilitas sisa pada suhu 60±1ºC selama 24 jam. k. Bagian dalam permukaan kepala penekan dibersihkan dan dilumasi agar benda uji mudah dilepas setelah pengujian. l. Benda uji dikeluarkan dari bak perendaman, lalu diletakkan tepat ditengah pada bagian bawah kepala penekan kemudian bagian atas kepala diletakkan dengan memasukkan lewat batang penuntun. Setelah pemasangan sudah lengkap maka diletakkan ditengah pembebanan. Kemudian arloji kelelehan dipasang pada dudukan diatas salah satu batang penuntun. m. Kepala penekan dinaikkan sehingga menyentuh atas cicin penguji, kemudian diatur kedudukan jarum arloji penekan dan arloji kelelehan pada angka nol. n. Pembebenan dilakukan dengan kecepatan tetap 51 mm per menit, hingga kegagalan benda uji terjadi yaitu pada saat arloji pembebenan berhenti dan mulai kembali berputar menurun, pada saat itu pula dibuka arloji kelelehan. Tititk pembacaan pada saat benda uji mengalami kegagalan adalah merupakan nilai stabilitas Marshall. o. Setelah pengujian selesai, kepala penekan diambil, bagian atas dibuka dan benda uji dilepaskan.waktu yang diperlukan dari saat diangkatnya benda uji dari rendaman air sampai tercapainya beban maksimum tidak boleh lebih 60 detik. p. Untuk pembuatan benda uji dilakukan dengan menggunakan jenis aspal Pertamina dengan tingkat penetrasi 60/70. q. Campuran agregat aspal standard dimasukkan kedalam cetakan dan ditumbuk tiap sisi 2x75 kali pada temperature ±160ºC. r. Selanjutnya campuran agregat dengan aspal dicampur dengan suhu ±160ºC, sedangkan suhu pemadatannya ditetapkan dengan suhu 140ºC. s. Setelah proses pemadatan selesai, benda uji didinginkan selama ± 4 jam dan kemudian dilakukan tes marshall. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan, mulai dari persiapan bahan, pemeriksaan bahan, perencanaan campuran, sampai dengan pengujian dengan Marshall Test. Adapun tahapan penelitian ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Mulai Persiapan Bahan Pengujian Bahan Perkerasan Pemeriksaan Aspal Pen.60/70 1. Penetrasi 2. Titik lembek 3. Titik nyala 4. Berat jenis Pemeriksaan Agregat Kasar 1. Berat Jenis Semu 2. Penyerapan Agregat terhadap air 3. Berat Volume/ Isi Pemeriksaan Agragat Halus 1. Berat Jenis Semu 2. Penyerapan Agregat terhadap air 3. Berat Volume/ Isi Pemeriksaan Filler Spesifisikasi Tidak A 2

A Benda Uji dengan KA Perkiraan Analisisa Marshall 1.Stabilitas 2.Flow 3.MQ 4.Density Benda Uji KA Optimum Analisisa Marshall 1.Stabilitas 2.Flow 3.MQ 4.Density Hasil Uji Marshall Pembahasan Kesimpulan dan Saran Akhir Gambar 1. Diagram alur penelitian Bahan Penelitian Bahan dan material yang dipergunakan penelitian ini antara lain : 1. Bahan ikat: Aspal minyak Pertamina Pen 60/70. 2. Agregat: a. Batu Maks. 12,5 mm, 19 mm dari sungai Batang Lubuh. b. Pasir dari sungai Batang Lubuh. 3. Filler Jumlah Sampel Selama pengujian Marshall, benda uji yang dibutuhkan adalah: 1. Untuk mencari KA : Pb = % Kadar Aspal Perkiraan Untuk butiran 12,5 mm = 15 benda Uji Untuk butiran 19 mm = 15 benda Uji 2. Untuk mencari KA Optimum : KAO = % Kadar Aspal Optimum Untuk butiran 12,5 mm = 15 benda Uji Untuk butiran 19 mm = 15 benda Uji Jadi Total benda Uji = 30 benda Uji HASIL PENELITIAN Dari seluruh hasil uji marshall maka kita akan menghitung kadar aspal optimum. Kadar aspal optimum yang didapatkan dari ke tiga jenis campuran dengan masing-masing butiran maksimum hampir sama pada proses evaluasinya. kemudian untuk lebih mudah proses pengujian marshall berikutnya, maka dilihat dari nilai rentang diagram kadar aspal perkiraan pada perencanaan campuran AC-WC dengan masingmasing tumbukan 2x75 tumbukan. Pemilihan kadar aspal optimum pada butiran maksimum 19 mm untuk perencanaan campuran AC- WC ditampilkan pada gambar 2 berikut ini: Sumber: Hasil Penelitian, 2013. Gambar 2.Pemilihan Kadar Aspal Optimum Pada 2x75 Tumbukan 3

Seluruh rentang kadar aspal untuk sifat-sifat marshall seperti di gambar 2 maka kadar aspal yang baik digunakan untuk perencanaan campuran AC-WC pada butiran maksimum 19 mm adalah kadar aspal antara 5,4% - 5,5%, maka pekerjaan menggunakan kadar aspal 5,5%. Dan dari seluruh hasil uji marshall maka kita akan menghitung kadar aspal optimum untuk butiran maksimum 12,5 mm. Kadar aspal perkiraan yang didapatkan dari ke tiga jenis campuran dengan masingmasing butiran maksimum hampir sama pada proses evaluasinya. kemudian untuk lebih mudah proses pengujian marshall berikutnya, maka dilihat dari nilai rentang diagram kadar aspal perkiraan pada perencanaan campuran AC-WC dengan masing-masing tumbukan 2x75 tumbukan. Dari gambar 3 berikut ini dapat dilihat pemilihan kadar aspal optimum pada butiran maksimum 12,5 mm untuk perencanaan campuran AC-WC Sumber: Hasil Penelitian, 2013. Gambar 3.Pemilihan Kadar Aspal Optimum Pada 2x75 Tumbukan Seluruh rentang kadar aspal untuk sifat-sifat marshall seperti di gambar 3 maka kadar aspal yang baik digunakan untuk perencanaan campuran AC-WC pada butiran maksimum 12,5 mm adalah kadar aspal 5% - 5,4%, maka pekerjaan menggunakan kadar aspal 5%. Analisa Marshall Kadar aspal optimum (KAO) A. Pengujian Kadar aspal optimum butiran maksimum 19 mm. 1. VMA (Voids in the mineral aggregate) VMA merupakan banyaknya pori diantara butirbutir agregat di dalam beton aspal padat, dinyatakan dalam prosentase. Didalam pengujian ini VMA 15,115% jadi VMA memenuhi standar dalam ketentuan campuran laston AC-WC. 2. VIM (Void in the mix) VIM didapat dari persentase rongga udara terhadap volume total campuran setelah dipadatkan. VIM dalam pengujian ini adalah 4,396%,sedangkan ketentuannya 4%-5% jadi VIM memenuhi standar dalam ketentuan sifatsifat campuran laston AC-WC. 3. VFA(Void Filled With Asphalt) Nilai ini menunjukan persentase rongga campuran yang berisi aspal, nilainya akan naik berdasarkan naiknya kadar aspal sampai batas tertentu, yaitu pada rongga telah penuh. Pada pengujian ini rongga 4. Stabilitas Nilai stabilitas ini didapat dari hasil pembacaan arloji stabilitas pada saat pengujian marshall. Hal yang utama dari stabilitas marshall adalah untuk mengevaluasi perubahan stabilitas dengan adanya perubahan kadar aspal dengan tujuan untuk menentukan kadar aspal optimum. Stabilitas kadar aspal nya 1172,43 Kg sedangkan ketentuannya 800 Kg jadi untuk kadar aspal ini memenuhi standar ketentuan campuran laston. 5. Kelelehan (Flow) Flow menunjukan deformasi benda uji akibat pembebanan (sampai beban atas). Kelelehan kadar aspal ini 2,24% sedangkan ketentuannya 2%. 6. Marshall Quontient (MQ) Hasil bagi antara nilai stabilitas dan nilai kelelehan, nilai MQ menunjukam fleksibilitas campuran agregat aspal. Dalam pengujian ini nilai MQ 513,14% dalam ketetapannya adalah 200%. 7. Berat jenis aspal Berat jenis kadar aspal dalam pengujian ini adalah 2,390 B. Pengujian Kadar aspal optimum butiran maksimum 12,5mm. 1. VMA (Voids in the mineral aggregate) VMA merupakan banyaknya pori diantara butirbutir agregat di dalam beton aspal padat, dinyatakan dalam prosentase. Didalam pengujian ini VMA 15,325% maka VMA memenuhi standar ketentuan campuran laston AC-WC. 2. VIM (Void in the mix) VIM didapat dari persentase rongga udara terhadap volume total campuran setelah dipadatkan. VIM dalam pengujian ini adalah 4,997%,sedangkan ketentuannya 4%-5% jadi VIM memenuhi syarat standar ketentuan sifatsifat campuran laston untuk AC-WC. 3. VFA(Void Filled With Asphalt) Nilai ini menunjukan persentase rongga campuran yang berisi aspal, nilainya akan naik berdasarkan naiknya kadar aspal sampai batas tertentu, yaitu pada rongga telah penuh. Pada pengujian ini rongga campuran aspal nya 69,869% maka telah memenuhi standar ketentuan laston AC-WC. 4. Kelelehan (Flow) Flow menunjukan deformasi benda uji akibat pembebanan(sampai beban atas). Kelelehan kadar aspal ini 2% sedangkan ketentuannya 2%. 5. Marshall Quontient (MQ) Hasil bagi antara nilai stabilitas dan nilai kelelehan, nilai MQ menunjukam fleksibilitas campuran agregat aspal. Dalam pengujian ini 4

nilai MQ 613,80% dalam ketetapannya adalah 200%. 6. Berat jenis BULK. Berat jenis kadar aspal dalam pengujian ini adalah 2,412. Jalan, Laboratorium Transportasi Jurusan Teknik Sipil UNDIP. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: A. Ukuran butiran maksimum 19 mm. 1. Kadar aspal optimum (KAO) pada butiran maksimum 19 mm untuk perencanaan campuran AC-WC adalah 5,5%. 2. Nilai Stabilitas nya 1172,43 Kg sedangkan ketentuannya 800 Kg maka memenuhi standar ketentuan laston untuk campuran AC-WC. 3. Nilai Karakteristik Marshall untuk kadar aspal optimum (KAO) semuanya memenuhi dalam ketentuan sifat-sifat campuran laston AC-WC. B. Ukuran butiran maksimum 12,5 mm. 1. Kadar aspal optimum (KAO) pada butiran maksimum 12,5 mm untuk perencanaan campuran AC-WC adalah 5%. 2. Nilai Stabilitas nya 1252,1 Kg sedangkan ketentuannya 800 Kg maka memenuhi standar ketentuan laston untuk campuran AC-WC. 3. Nilai Karakteristik Marshall untuk kadar aspal optimum (KAO) semuanya memenuhi ketentuan sifat-sifat campuran laston AC-WC. C. Semakin kecil kelelehan (Flow) maka nilai Stabilitas semakin besar. D. Dari kedua butiran maksimum yang diuji maka nilai stabilitas yang tinggi butiran maksimum 12,5 mm. DAFTAR PUSTAKA Asphalt Institute, 1993, Mix Design Methods For Asphalt Concrete and Other Hot-Mix Types, asphalt Institute Manual Series No.2 (MS-2) Depertemen Pekerjaan Umum, 1983, Petunjuk Pelaksanaan Lapis Asphal Beton (LASTON). No.13/PT/B/1983, Yayasan Badan Penerbit PU. Depertemen Pekerjaan Umum, 1987, Petunjuk Pelaksanaan Lapis aspal Beton (LASTON) untuk Jalan Raya, Yayasan Penerbit PU. Kurniawan, R, 2003, Analisa Perbandingan Antara Superpave Dan AC Konvensional Dengan Diameter yang Sama (19 mm), Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UNDIP. Kusli, M, 2001, Pengaruh Penambahan Jumlah Tumbukan Terhadap Kinerja Campuran Hot Rolled Sheet (HRS) Tipe B, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM. Sukirman, S, 1999, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit Nova Jakarta.,1998, Praktikum Pemeriksaan Dan Pengujian Bahan Perkerasaan 5