CHEPY CAHYADI, 2015 SISTEM PAKAR DIAGNOSA GANGGUAN BELAJAR KHUSUS (LEARNING DISABILITY ) PADA ANAK DENGAN METODE DEMPSTER-SHAFER (DS)

dokumen-dokumen yang mirip
UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asep Zuhairi Saputra, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Waktu yang dihabiskan anak-anak di sekolah saat ini cukup besar, oleh karena itu

1. DEFINISI MURID TUNA CAKAP BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari learning disability. Learning

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini sering dijumpai siswa sekolah dasar yang mempunyai kecerdasan

DEFINISI, PENYEBAB, DAN JENIS-JENIS KESULITAN BELAJAR

KESULITAN BELAJAR SPESIFIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. komputer adalah internet atau International Networking merupakan sarana

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu penggunaan komputer telah menjadi suatu hal yang diperlukan baik di

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

METODE PERMAINAN ULAR TANGGA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERHITUNG PADA ANAK DISKALKULIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

tahun 2005 adalah orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi orang dan

BAB I PENDAHULUAN. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain

Bab 1 Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

Kesulitan belajar mengacu kepada sekelompok gangguan (disfungsi sistem saraf pusat) yang heterogen yang muncul dalam bentuk berbagai kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Momi Mahdaniar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (Permeneg PP & PA no.05 Tahun 2011).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Pendidikan Matematika. Oleh : DHIAN ENDAHWURI A

REMEDIAL TEACHING MATEMATIKA DIDASARKAN PADA DIAGNOSA KESULITAN SISWA KELAS II MADRASAH TSANAWIYAH

BAB I PENDAHULUAN. adalah program artificial inteligence ( kecerdasan buatan atau AI) yang

LEARNING DISABILITIES

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik, kesehatan mental haruslah mendapat perhatian yang sama. Bahkan gangguan

Remedial Teaching Matematika didasarkan pada Diagnosa Kesulitan Siswa Kelas II Madrasah Tsanawiyah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan membaca pada umumnya diperoleh dengan cara. mempelajarinya di sekolah. Keterampilan berbahasa ini merupakan suatu

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN DI SEKOLAH LUAR BIASA C YAYASAN SOSIAL SETYA DARMA SURAKARTA

Kuliah 3 Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan nyawa seseorang, Ironisnya gejala gejala tersebut seringkali

LAPORAN PELAKSANAAN P2M TENTANG PEMBELAJARAN MEMBACA DAN MENULIS DENGAN METODE VAKT BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR. Oleh: Ehan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau bahkan melebihi kemampuan kerja manusia.

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

KARAKTERISTIK ANAK BERKESULITAN BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. (Permendiknas No.58 Tahun 2009). Melalui pemberian rangsangan

BAB II KAJIAN TEORI. dialami oleh siswa sebagai peserta didik, untuk menentukan berhasil atau tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. untuk membantu seorang pakar/ahli dalam mendiagnosa berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi internet begitu menyentak dan membawa banyak pembaharuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM KOORDINAT DENGAN METODE DISKUSI KELOMPOK DI KELAS VIII-B SMP NEGERI 3 SUBANG

ISSN : STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR DI SMK NEGERI 2 GORONTALO. Jufri Idris, Wenny Hulukati, Rustam Husain ABSTRAK

MELATIH MOTORIK ANAK DOWN SYNDROME DENGAN METODE PERSIAPAN MENULIS DI TK PERMATA BUNDA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi (Susilo, 2008). rasional berfungsi utama pada jenis Homo sapiens, makhluk mamalia

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan. kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke.

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan tanggung jawab setiap siswa dan kualitas hasil

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan kesetiaannya. Selain itu anjing dan kucing mempunyai kesamaan yaitu sangat

1. PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh manusia. Sistem cerdas (intelligent system) adalah sistem yang

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang secara normal terutama anak, namun itu semua tidak didapatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDIDIKAN KHUSUS & PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional di bidang kesehatan adalah upaya yang. dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Skripsi merupakan salah satu syarat utama bagi mahasiswa untuk. dapat lulus dari universitas atau perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Pendidikan adalah usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk diantaranya probabilitas klasik (classical probability), probabilitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan

HUBUNGAN INTELEGENSI, STABILITAS EMOSI, DAN KREATIVITAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA N 7 PURWOREJO

BAB 1 PENDAHULUAN. militer, kini telah digunakan secara luas di berbagai bidang, misalnya Bisnis,

BAB I PENDAHULUAN. penggunaannya. Pada awalnya komputer diguna kan sebagai alat hitung. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mozart, Bach, Bethoven, dan Vivaldi dapat meningkatkan kemampuan

OPTIMALISASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENALARAN SISWA DI KELAS VIIA SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sumber daya yang berkualitas tidak hanya dilihat secara fisik namun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. setiap invidu dalam kehidupan sehari-hari. Seiring dengan berkembangnya zaman

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman. Dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka

EFEKTIVITAS BRAIN GYM DALAM MENINGKATKAN KECAKAPAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN OPERASI HITUNG BILANGAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hal ini sejalan dengan pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak-anak merupakan tahap awal manusia dalam proses belajar. Proses anak-anak inilah yang nantinya akan berdampak pada proses-proses ke depannya. Untuk itu anak harus sangat diperhatikan oleh orang tua terhadap tumbuh kembangnya. Anak-anak menjadi awal atau permulaan seseorang belajar, untuk itu jangan sampai masa belajar anak terganggu. Kadang ada anak yang menempuh kegiatan belajar dengan lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun tidak sedikit pula yang justru mengalami kesulitan atau mengalami gangguan dalam belajar dengan berbagai kesulitan. Kesulitan atau gangguan belajar khusus ini ditunjukkan oleh hambatan-hambatan tertentu untuk mencapi hasil belajar dan bersifat psikologis, sosisologis maupn fisiologis sehingga akhirnya menyebabkan prestasi belajar dibawah potensi intelektual. Kesulitan belajar khusus tersebut disebut learning disability. Kondisi dimana anak tidak bisa belajar dengan optimal dikarenakan oleh adanya gangguan pada saraf, emosi, kromosom dan neuron pada otak. Learning Disability juga diartikan sebagai kelainan dalam satu atau lebih proses psikologi dasar termasuk dalam pengertian dan penggunaan bahasa, bicara, atau menulis yang mana ditunjukkan oleh diri anak dengan tidak baiknya kemampuan untuk mendengar, berfikir, bicara, membaca, menulis, mengeja atau pengerjakan penjumlahan matematika. Menurut National Joint Comitte on Learning Disability (NJCLD) bahwa Learning Disability yaitu kelompok kelainan yang heterogen yang termanifestasi sebagai kesulitan yang bermakna dalam memperoleh dan menggunakan kemampuan untuk mendengarkkan, berbicara, menulis,

2 mengeluarkan pendapat dan matematika yang disebabkan disfungsi sistem syaraf pusat. Learning Disability ini dapat menyertai kelainan lain seperti kelainan sensorik, retardasi mental, kelainan sosial danemosional, atau pengaruh lingkungan tapi bukan akibat langsung dari kelainan atau pengaruh tersebut. Adapun macam-macam Learning Disability pada anak yang sering terjadi diantaranya (Rosdiana Dewi, 2010) ; 1. Disleksia yaitu tidak kecakapan dalam membaca yang diakibatkan lemahnya memory-visual dan kelemahan orientasi kanan-kiri. 2. Disgrafia yaitu suatu kondisi dimana anak kesulitan dalam mengekspresikan pikirannya kedalam bentuk tulisan. 3. Diskalkulia, suatu kondisi anak yang tidak bisa melakukan perhitungan angka, pengurutan dan membandingkan angka. Karakteristik umum yang biasanya terjadi adalah kesulitan mempertahankan atensi ketika menghadapi distraksi, keterampilan membaca yang buruk, strategi belajar dan memory tidak efektif, kesulitan menyelesaikan tugas-tugas yan melibatkan penalaran abstrak, kurangnya pemahaman akan diri dan memiliki motivasi rendah, keterampilan motorik yang buruk dan keterampilan sosisal yang buruk. Jadi tidak setiap anak yang tidak bisa membaca atau menulis termasuk Learning Disability, tetapi ada karateristik tertentu yang menjadi ciri-ciri seorang anak memiliki gangguan atau kesulitan belajar khusus. Perilaku bermasalah pada anak yang muncul dari kesulitan atau gangguan belajar khusus pada anak terutama terkait pada penyesuaian diri, hubungan sosial dan stabilitas emosi anak. Bagi anak sendiri kondisi ini dapat menimbulkan frustasi dalam memenuhi segala tuntutan dan tugas belajar. Bisa diartikan anak tersebut tidak mampu menguasai tugas-tugas perkembangan yang harus dicapainya.

3 Selain itu faktor keturunan atau genetik bisa jadi pemicu yang sangat dominan terhadap terjadinya anak mengalami Learning Disability. Seorang peneliti Hermann (dalam Kirk & Gallager, 1986) yang meneliti disleksia pada kembar identik dan tidak identik menemukan bahwa frekuensi disleksia pada kembar identik lebih besar daripada kembar tidak identik sehingga dia menyimpulkan bahwa ketidakmampuan mengeja, membaca dan menulis adalah sesuatu yang diturunkan. Menurut Hallahan et al (dalam Abdurahman, M, 1999) jumlah anak berkesulitan belajar meningkat secara dramatis. Hallahan dan Kauffman (1988) mengungkapkan bahwa prevalensi LD sangatlah bervariasi, dari 1% hingga 30%. Secara umum, prevalensi kesulitan belajar mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Prevalensi anak kesulitan belajar pada sekolah umum di Amerika Serikat pada tahun 1976-1977 sebesar 1,8 % (Lyon, dkk., 2001). Hallahan dan Kauffman (tahun 1988) mengemukakan bahwa menurut US Department of Education, 4,73% populasi usia sekolah mengalami kesulitan belajar pada tahun 1985-1986. Lyon, dkk. (2001) menyebutkan bahwa pada tahun 1997-1998, prevalensi kesulitan belajar mencapai 5,2%. Hal ini setara dengan yang dikemukakan oleh Graziano (2002) bahwa pada tahun 1996 diperkirakan 5-6% anak sekolah usia 6 hingga 18 tahun di Amerika Serikat mengalami kesulitan belajar. Hasil penelitian di Indonesia pun menunjukkan bahwa dari 3.215 murid kelas satu hingga kelas enam SD di DKI Jakarta, terdapat 16,52% siswa yang dinyatakan sebagai murid berkesulitan belajar oleh guru (Abdurrahman, M, 1999). Pada tahun 1997 Balai Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional melakukan penelitian terhadap 24 sekolah dasar di empat provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung, dan Kalimantan Barat. Di sana ditemukan 13,9% siswa yang beresiko kesulitan belajar. Dari jumlah tersebut, 47,4% di antaranya memiliki taraf kecerdasan normal hingga di atas normal (Abdurahman dalam Istiningrum, 2005). Dengan kata lain terdapat 6,59% siswa Indonesia yang memiliki

4 resiko kesulitan belajar. Mencermati data-data di atas, dengan demikian, diperkirakan lebih dari 6% murid sekolah dasar memiliki resiko kesulitan belajar. Data yang diambil hanya ada pada tahun 2000 kebawah dikarenakan tidak ada data pasti yang ada pada tahun 2000 ke atas, semoga penelitian yang dibuat bisa menjadi salah satu untuk membantu diagnosa anak sehingga bisa di presentasikan jumlahnya kedalam angka dan tidak menutup kemungkinan masih adanya kekurangan yang ada dalam penelitian sehingga dibutuhkan pembaharuan dalam penelitian. Dari pemaparan di atas terlihat, baik di Amerika ataupun di Indonesia anak yang mengalami Learning Disability, dengan pravalensi yang cenderung meningkat, apalagi sampai tahun 2014 kemungkinan anak yang mengalami Learning Disability semakin meningkat dikarekan banyak faktor, dari lingkungan, ekonomi dan sosial. Hal tersebut berdampak pada terhambatnya kemampuan siswa dalam menguasai tujuan belajar yang harus dicapainya, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kualitas hasil belajarnya dari akibat adanya kendala dalam proses belajar. Bagi orang tua yang sudah tahu kondisi anak yang seperti itu dapat menimbulkan kecemasan, apalagi jika orang tua tidak memahami masalah yang dialami anaknya. Untuk itu perilaku bermasalah tersebut berdampak perlu adanya penempatan dan pelayanan khusus terhadap anak tersebut. Learning Disability tersebut bisa menjadi semakin buruk ketika tidak ada penangan dari orang tua. Untuk mengetahui seorang anak mengalami gangguan belajar khusus kadang harus berkonsultasi dengan pakar atau ahli di bidangnya. Namun tidak bisa setiap saat orang tua bisa untuk berkonsultasi dan langsung memecahkan solusi. Untuk mempermudah orang tua dalam mengetahui gejala awal anak terhadap perkembangannya ketika mengalami Learning Disability, dimanfaatkanlah teknologi komputerisasi seperti sebuah aplikasi mengenai diagnosa Learning Disability pada anak. Oleh karena itu dibangun suatu

5 sistem pakar yang dapat membantu menyelesaikan masalah tersebut dengan menggunakan metode Dempster-Shafer (DS). Penulis akan menerapkan Metode Dempster-Shafer (DS) pada sistem pakar yang akan dibuat. Teori Dempster-Shafer didasarkan pada dua ide yaitu, memperoleh tingkat kepercayaan untuk sebuah pertanyaan dari probabilitas subjektif dimana dapat berdasarkan pada item independent sebuah barang bukti dan derajat dari kepercayaan dalam sebuah proporsi yang bergantung secara primer daripada jumlah jawaban (untuk pertanyaan yang berelasi) yang berisikan proposi. Banyaknya gejala membuat hasil diagnosa akan sulit ditentukan dimana adanya ketidakkonsistenan gejala yang di alami anak. Ketidakonsistenan yang dimaksud adalah akibat adanya penambahan fakta baru. Untuk ketidakkonsistenan tersebut maka dapat menggunakan penalaran dengan Metode Dempster-Shafer. Berdasarkan uraian di atas, penulis mengambil judul Sistem Pakar Diagnosa Learning Disability pada anak dengan Metode Dempster-Shafer (DS). Pemodelan sistem diagnosa potensi gangguan belajar khusus (Learning Disability) pada anak ini menggunakan pendekatan sistem pakar yang penggunaannya memakai bahasa manusia sehingga mudah dimengerti baik oleh ahlinya ataupun orang awam. Selain itu sasaran dari sistem atau aplikasi ini adalah para orang tua ataupun para user yang menjadikan aplikasi ini sebagai alat bantu untuk mendiagnosa potensi gangguan belajar pada anak sebagai langkah untuk melakukan penanganan sejak dini. Aplikasi ini pun bisa digunakan untuk para orang tua di rumah, membantu sekolah-sekolah sebagai alat bantu pengetesan pada siswa dan membantu orang-orang yang bergerak di bidang psikologi anak.

6 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan penjabaran dari pembahasan latar belakang terdapat masalah yang timbul yaitu adanya faktor-faktor penghambat anak dalam proses belajar secara normal baik itu gangguan dari lingkungan atupun keturunan. Adapun rumusan masalah yang akan menjadi pembahasan dalam penelitian ini diantaranya : a. Bagaimana mengelompokan hasil diagnosa dengan gejala yang dialami oleh anak? b. Bagaimana mengimplementasikan metode Dempster-Shafer dalam sistem pakar diagnosa Learning Disability pada anak? c. Bagaimana merancang sistem pakar untuk mendiagnosa Learning Disability? 1.3 Pembatasan Masalah Agar pembahasan dalam penelitian tidak meluas dan fokus pada sasaran diperlukan adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah tersebut antara lain : 1. Dalam penelitian yang dilakukan pada anak hanya berusia dari interval 8 12 tahun (usia masuk sekolah atau tahap belajar awal). 2. Metode yang digunakan hanya menggunakan satu metode yaitu Metode Dempster-Shafer. 3. Hanya satu orang pakar yang dipakai dalam diagnosa Learning Disability. 4. Data yang didapat dari pakar yaitu 5 gejala awal, 40 gejala dan 9 kategori hasil diagnosa. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

7 a. Mengelompokan hasil diagnosa Learning Disability menjadi lebih jelas urgensinya agar penanganannya menjadi lebih jelas. b. Mengetahui implementasi dari metode Dempster-Shafer untuk diterapkan pada sistem pakar terhadap permasalahan Learning Disability pada anak. c. Merancang sistem untuk memberikan diagnosis terhadap anak yang mengalami Learning Disability. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini yang diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara langsung maupun secara tidak langsung bagi pihak yang berkepentingan, sebagai berikut: 1. Bagi Orang Tua Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi orang tua agar bisa mengetahui gejala yang terjadi pada anaknya. Ketika anak tersebut di diagnosa mengalami sebuah gangguan belajar maka orang tua bisa melakukan antisipasi atau penanganan lebih dini dan bisa mengarahkan anaknya untuk belajar sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. 2. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi sekolah terkait anak belajar di sekolah maka sedini mungkin sebelum seorang anak masuk Sekolah Dasar, pihak sekolah setidaknya bisa tahu bagaimana kebutuhan belajar anak. Sehingga saat masuk proses belajar sudah tahu perbedaan kebutuhan belajar anak dan bisa melakukan pengajar yang sesuai dengan masing-masing perbedaan kebutuhan belajar anak tersebut. 3. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan bemanfaat juga untuk menambah wawasan dan pengetahuan secara mendalam mengenai bagaimana

8 membuat sebuah sistem yang menggantikan pakar untuk mendiagnosa seorang anak yang mengalami Learning Disability. 1.6 Sistematika Penulisan Rancangan penulisan untuk penelitian ini sebagai berikut: 1. Bab I Pendahuluan Uraian tentang pendahuluan dan merupakan bagian awal dari penulisan ini. Pendahuluan berisikan latar belakang masalah dan analisis masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, asumsi, hipotesis dan ringkasan secara singkat dan ringkas mengenai masalah yang akan diteliti. 2. Bab II Tinjauan Pustaka Pada bab ini membahas tentang teori yang berkaitan dengan Sistem Pakar, Metode Dempster-Shafer, Learning Disability dan penjelasan pustaka yang dibutuhkan dan berkaitan dengan penelitian ini. 3. Bab III Metode Penelitian Pada bab ini menjelaskan deskripsi umum tentang metodologi yang digunakan dan rancangan sistem yang dikaji dalam penelitian ini. 4. Bab IV Hasil dan Pembahasan Pada bab ini menjelaskan deskripsi umum tentang analisis metode yang digunakan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan diagnosa gangguan belajar pada anak dengan Dempster-Shafer dan disajikan dalam implementasi. 5. Bab V Penutup Berisi tentang kesimpulan dari hasil kajian penelitian ini secara ringkas dan memberikan saran-saran untuk perbaikan dari penelitian ini.