Yaherwandi. Dosen Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Faperta Unand Padang Abstract

dokumen-dokumen yang mirip
STRUKTUR KOMUNITAS HYMENOPTERA PARASITOID PADA EKOSISTEM SAYURAN DAN VEGETASI NON-CROP DI SUMATERA BARAT. Yaherwandi

Struktur Komunitas Hymenoptera Parasitoid Pada Berbagai Lanskap Pertanian Di Sumatra Barat

KEANEKARAGAMAN HYMENOPTERA PARASITOID PADA BERBAGAI EKOSISTEM PERTANIAN DI SUMATERA BARAT 1)

KEANEKARAGAMAN HYMENOPTERA PARASITOID PADA PERTANAMAN PADI KONVENSIONAL DAN SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI)

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN

MANIPULASI HABITAT SEBAGAI SOLUSI TERJADINYA OUTBREAK WERENG COKLAT

Keanekaragaman Parasitoid dan Parasitisasinya pada Pertanaman Padi di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun


KOlONISASI DAN SUKSESILABA-LABA (Araneae) PADA PERTANAMAN PADI 1)

Keanekaragaman dan Parasitisasi Parasitoid Telur Leptocorisa Acuta pada Berbagai Pola Tanam Padi

Pengaruh Habitat Sekitar Lahan Persawahan dan Umur Tanaman Padi terhadap Keanekaragaman Hymenoptera Parasitika

Gambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian.

KEANEKARAGAMAN SERANGGA HYMENOPTERA (KHUSUSNYA PARASITOID) PADA AREAL PERSAWAHAN, KEBUN SAYUR DAN HUTAN DI DAERAH BOGOR TJUT AHMAD PERDANA R.

SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT BIODIVERSITAS INDONESIA UNAND PADANG, 23 APRIL Biodiversitas dan Pemanfaatannya untuk Pengendalian Hama

Jurnal ILMU DASAR, Vol. 10 No. 2, Juli 2009 :

ASOSIASI SERANGGA PREDATOR DAN PARASITOID DENGAN BEBERAPA JENIS TUMBUHAN LIAR DI EKOSISTEM SAWAH. Evi Masfiyah, Sri Karindah, Retno Dyah Puspitarini

Keanekaragaman Hayati Serangga Parasitoid Kutu Kebul (Bemisia Tabaci Genn) dan Kutu Daun (Aphid Spp.) pada Tanaman Kedelai

Keanekaragaman dan Parasitasi Parasitoid Telur Walang Sangit pada Lanskap Pertanian Berbeda di Lombok Timur

KOLEKSI HYMENOPTERA PARASITOID DENGAN KOMBINASI JARING SERANGGA DAN SEPARATOR AGUSTIN IRIANI

KEMAPANAN PARASITOID Telenomus remus (HYMENOPTERA : SCELIONIDAE) PADA AGROEKOSISTEM SEDERHANA DAN KOMPLEKS

Sistem Populasi Hama. Sistem Kehidupan (Life System)

STRUKTUR POPULASI Eriborus argenteopilosus Cameron (Hymenoptera: Ichneumonidae) PADA BEBERAPA TIPE LANSEKAP DI SUMATERA BARAT

ASOSIASI SERANGGA PREDATOR DAN PARASITOID DENGAN BEBERAPA JENIS TUMBUHAN LIAR DI EKOSISTEM SAWAH ABSTRACT

Keragaman predator dan parasitoid pada pertanaman bawang merah: Studi kasus di Daerah Alahan Panjang, Sumatera Barat

SKRIPSI. Oleh Okky Ekawati H

TEKNIK PENGAMATAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN (PNH 3162, SKS 2/1) A. SILABUS

Keragaman dan Kelimpahan Musuh Alami Hama pada Habitat Padi yang Dimanipulasi dengan Tumbuhan Berbunga

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERSAWAHAN IRIGASI DI KALIMANTAN SELATAN STUDI KASUS DI DESA SUNGAI RANGAS

Permasalahan OPT di Agroekosistem

Efek Refugia terhadap Arthropoda Tanaman Padi (Oryza sativa) di Sawah Pasang Surut

DESAIN KONSERVASI PREDATOR DAN PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA PERTANAMAN PADI

KEANEKARAGAMAN PARASITOID PADA AREAL SAWAH, KEBUN SAYUR, DAN HUTAN DI DAERAH BOGOR SRI NINGSIH

KEANEKARAGAMAN SERANGGA DAN LABA-LABA PADA PERTANAMAN PADI ORGANIK DAN KONVENSIONAL

BAB VII PEMBAHASAN UMUM. Komunitas laba-laba pada ekosistem padi sangat penting untuk

TEKNIK PENGAMATAN POPULASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DAN MUSUH ALAMI SERTA ANALISIS KERUSAKAN

USULAN TUGAS AKHIR YUNI SARIANTI

BAB VII PEMBAHASAN UMUM

Konsep Keanekaragaman METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA

Pengaruh Pemanfaatan Tanaman Pembatas Pinggiran Terhadap Populasi Hama dan Musuh Alami Pada Pertanaman Kubis (Brassica Oleracea L.

Kumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat

HAMA DAN PREDATORNYA PADA PERTANAMAN KACANG PANJANG (Vigna sinensis (L.) Savi Ex Has) DI PADANG, SUMATERA BARAT ABSTRACT

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

(HYMENOPTERA: BRACHONIDAE), PARASITOID

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

Kelimpahan dan Keanekaragaman Spesies Serangga Predator Selama Satu Musim Tanam Padi Ratun di Sawah Pasang Surut

E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: Vol. 3, No. 1, Januari 2014

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

Hidrayani dan Yulmira Yanti 2

KEANEKARAGAMAN HYMENOPTERA PARASITOID PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PTPN VIII CINDALI, BOGOR

KOMUNITAS BURUNG DI BAWAH TAJUK: PENGARUH MODIFIKASI BENTANG ALAM DAN STRUKTUR VEGETASI IMANUDDIN

EKOLOGI. KOMUNITAS bag. 2 TEMA 5. Program Studi Tadris Biologi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Jember

Keanekaragaman Spesies Parasitoid Telur Hama Lepidoptera dan Parasitisasinya pada Beberapa Tanaman di Kabupaten Solok, Sumatera Barat

ANALISIS KEMIRIPAN KOMUNITAS ARTROPODA PREDATOR PENGHUNI PERMUKAAN TANAH SAWAH RAWA LEBAK DI SUMATERA SELATAN DENGAN LAHAN PINGGIR DI SEKITARNYA

DIVERSITY OF SPIDERS (Araneae) ON WETLAND ECOSYSTEM WITH SOME PLANTING PATTERN IN PADANG

BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR, 2(2):12-18, 2017

Keragaman Serangga Musuh Alami Kutu Sisik Lepidosaphes beckii Pada Jeruk Keprok Dan Jeruk Manis

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN

TINJAUAN PUSTAKA Serangga Ordo Hymenoptera

FITOPLANKTON DI PERAIRAN AREAL PERTAMBANGAN NIKEL BULI HALMAHERA TIMUR PHYTOPLANKTON IN NICKEL AREA GULF OF BULI EAST HALMAHERA

PENGARUH PENGELOLAAN HAMA BERBASIS EKOLOGIS TERHADAP KEANEKARAGAMAN MUSUH ALAMI DAN TINGKAT

Kelimpahan Populasi Parasitoid Sturmia Sp. (Diptera: Tachinidae) Pada Crocidolomia pavonana

DINAMIKA INTERAKSI PARASITOID DENGAN INANGNYA,

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya melebihi 80% dari hewan yang ada di dunia (Grimaldi dan Engel,

III. METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN PARASITOID DAN ARTROPODA PREDATOR PADA PERTANAMAN KELAPA SAWIT DAN PADI SAWAH DI CINDALI, KABUPATEN BOGOR HERNI DWINTA PEBRIANTI

J. HPT Tropika. ISSN Afifah et al. Pengaruh Perbedaan Pengelolaan Agroekosistem 53 Vol. 15, No. 1: 53 64, Maret 2015

TINJAUAN PUSTAKA Keanekaragaman Hayati

MATA KULIAH PENGELOLAAN HAMA TERPADU (PAE 321) Pengajar:

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

LAMPIRAN 2. GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

EKSPLORASI PARASITOID TELUR Plutella xylostella PADA PERTANAMAN KUBIS Brassica oleracea DI DAERAH MALANG DAN KOTA BATU ABSTRACT

Struktur Komunitas Hama Pemakan Daun Kubis dan Investigasi Musuh Alaminya

POLA FLUKTUASI POPULASI Plutella xylostella (L.) (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) DAN MUSUH ALAMINYA PADA BUDIDAYA BROKOLI DENGAN PENERAPAN PHT DAN ORGANIK

Menurut Borroret al (1992) serangga berperan sebagai detrivor ketika serangga memakan bahan organik yang membusuk dan penghancur sisa tumbuhan.

ASAS- ASAS DAN KONSEP KONSEP TENTANG ORGANISASI PADA TARAF KOMUNITAS

Gulma... Tak Selamanya Merugikan

J. Agroland 22 (2) : , Agustus 2015 ISSN : X E-ISSN :

Keanekaragaman Serangga di Ekosistem Mangrove

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Seminar Nasional PEI, Jogjakarta 2 Oktober 2010

BABV STRUKTUR KOMUNITAS HYMENOPTERA PARASITOID PADA TUMBUHAN LIAR DI SEKITAR PERTANAMAN PADI

INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA DI BERBAGAI TIPE LAHAN SKRIPSI OLEH : ANNA SARI SIREGAR AGROEKOTEKNOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2012 di Rawa Bujung Raman

Inventarisasi Parasitoid Hama Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Minahasa Utara. Inventory Parasitoid on Rice Crop Pest in The North District Minahasa

BAB IV METODE PENELITIAN

Konsep Ekologi PHT. Dr. Akhmad Rizali

KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT

` SATUAN ACARA PERKULIAHAN

INTERAKSI ANTARA AGROEKOSISTEM DENGAN EKOSISTEM ALAMI

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS BIODIVERSITAS SERANGGA DI HUTAN KOTA MALABAR SEBAGAI URBAN ECOSYSTEM SERVICES KOTA MALANG PADA MUSIM PANCAROBA

KERAGAMAN SERANGGA PADA TANAMAN CABAI (CAPSICUM ANNUUM) YANG DIBERI PESTISIDA SINTETIS VERSUS BIOPESTISIDA RACUN LABA-LABA (NEPHILA SP.

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BIODIVERSITAS 3/31/2014. Keanekaragaman Hayati (Biodiversity) "Ragam spesies yang berbeda (species diversity),

Transkripsi:

Struktur Komunitas Hymenoptera Parasitoid Pada Ekosistem Sayuran dan Vegetasi Non-Crop di Sumatera Barat (Community structure of Parasitoid Hymenoptera in Vegetable Ecosystem and Non-Crop Vegetation in West Sumatera) Yaherwandi Dosen Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Faperta Unand Padang E-mail: yaherwandi@faperta.unand.ac.id Abstract Hymenoptera parasitoids have an important role in agroecosystem because of their ability in suppressing pest population. Their presences in the field are seen as the key to agricultural ecosystem. Their presence can be influenced by the availability of non-crop vegetation. Some adult Hymenoptera parasitoids require food in the form of pollen and nectar of wild flowers to ensure effective reproduction and longevity. The objective of this research is to study Hymenoptera parasitoid communities in vegetable field and non-crop vegetation at Alahan Panjang and Kayu tanduak agricultural landscapes. Insects were sampled by two trapping techniques (farmcop and sweep net) in one lines of transect for each landscape. Total of 62species from 19 families of Hymenoptera parasitoid were collected invegetable field and non-crop vegetation at Alahan Panjang and Kayu Tanduak landscape. Landscape structure affected the species richness, diversity and evenness of Hymenoptera parasitoid invegetable field and noncrop vegetation. Keywords: Hymenoptera, Parastoid, Vegetable, Non-crop vegetation PENDAHULUAN Struktur komunitas merupakan suatu konsep yang mempelajari susunan atau komposisi spesies dan kelimpahannya dalam suatu komunitas (Schowalter 1996). Secara umum ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk menggambarkan struktur komunitas yaitu keanekaragaman spesies, interaksi spesies dan organisasi fungsional (Schowalter 1996). Masing-masing pendekatan memberikan informasi yang sangat berguna dan pemilihan pendekatan yang akan digunakan tergantung pada tujuan dan pertimbangan praktisnya. Pendekatan yang digunakan untuk mempelajari struktur komunitas Hymenoptera parasitoid pada penelitian ini adalah keanekaragaman spesies. Keanekaragaman dan kelimpahan spesies parasitoid pada skala spasial yang lebih luas (lanskap) dipengaruhi oleh struktur fisik sistem produksi pertanian (Marino dan Landis 1996). Keanekaragaman dan parasitisme parasitoid dari ulat grayak Pseudaletia unipuncta lebih tinggi pada pertanaman jagung dengan struktur lanskap yang kompleks (polikultur) dar ipada pertanaman jagung dengan struktur lanskap yang sederhana (monokultur) (Marino dan Landis 1996). Selanjutnya dilaporkan keanekaragaman parasitoid ulat grayak P. unipuncta lebih tinggi di pinggir pertanaman jagung yang berdekatan dengan vegetasi noncrop daripada di tengah pertanaman jagung (Menalled et al. 1999). Vegetasi non-crop merupakan komponen agroekosistem yang penting, karena secara positif dapat mempengaruhi biologi dan dinamika musuh alami (Altieri dan Nicholls 2004). Vegetasi non-crop pada lanskap persawahan di Sumatera Barat umumnya terdapat di pematang sawah, tepian saluran irigasi, dan lahan bera. Adanya vegetasi non-crop di sekitar pertanaman sayuran memberikan beberapa keuntungan dalam konservasi musuh alami. Pertama, bila kondisi lingkungan yang mengancam seperti penyemprotan pestisida, pemanenan dan pemberaan, maka vegetasi non-crop dapat sebagai tempat berlindung, pengungsian dan/atau mendapatkan inang alternatif serta makanan tambahan bagi mago. Kedua, bila saat panen atau pemberaan parasitoid dapat bertahan hidup pada vegetasi non-crop tersebut, maka musim tanam berikutnya musuh alami dapat lebih mudah merekolonisasi pertanaman (van Emden 1991). Ketiga, vegetasi non-crop yang

tumbuh di pematang sawah dan pinggiran saluran irigasi disamping sebagai tempat pengungsian juga sebagai koridor perpindahan bagi musuh alami antara suatu habitat dengan habitat lainnya (Herlinda 1999). Di Indonesia masih banyak petani yang menganggap bahwa vegetasi non-crop yang tumbuh di sekitar pertanaman sayuran sebagai sumber hama dan penyakit tanaman. Petani membersihkan pematang sawah dan pinggiran saluran irigasi dari vegetasi noncrop pada awal musim tanam. Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman mereka terhadap peranan vegetasi non-crop sebagai tempat berlindung, pengungsian dan reservoar parasitoid. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang struktur komunitas Hymenoptera parasitoid pada ekosistem sayuran dan vegetasi non-crop yang tumbuh di sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari keanekaragaman Hymenoptera parasitoid pada ekosistem sayuran dan vegetasi noncrop. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan pada dua lokasi, yaitu Alahan Panjang, ketinggian sekitar 1300 m di atas permukaan laut (dpl) dengan pola tanam sayuran monokultur (dominant bawang merah), sedikit sayuran lain dan habitat non-crop. Kayu Tanduak dengan ketinggian sekitar 850 m dpl dengan pola tanam sayuran polikultur, padi, palawija dan habitat non-crop. Penelitian dilakukan antara bulan Maret sampai Oktober 2006. Pelaksanaan Penelitian Pada masing-masing lokasi dibuat satu jalur transek dengan panjang lebih kurang 1000 m atau sepanjang pertanaman yang ada. Sepanjang jalur transek ditentukan titik pengambilan sampel yang berjarak 100 m, jadi pada masing-masing transek terdapat 10 titik sampel. Pengambilan sampel pada ekosistem sayuran dan vegetasi non-crop dilakukan secara bersamaan. Pengambilan sampel di lapangan dilakukan satu kali untuk setiap lokasi. Pengambilan sampel serangga pada setiap titik sampel pada jalur transek dilakukan dengan menggunakan jaring ayun (sweep net) dan farmcop. Jaring ayun berbentuk kerucut, mulut jaring terbuat dari kawat melingkar berdiameter 30 cm dan jaring terbuat dari kain kasa. Pengambilan sampel serangga setiap titik sampel dilakukan dengan mengayunkan jaring ke kiri dan ke kanan secara bolak balik sebanyak 20 kali sambil berjalan. Semua serangga yang tertangkap dimasukan ke dalam tabung flim yang telah berisi alcohol 70%. Serangga ini dibawa ke laborstorium untuk diidentifikasi. Farmcop terbuat dari mesin penghisap debu ( vacum cleaner) yang dilengkapi dengan aki, kabel, selang dan wadah penampung serangga (Heong et al 1991). Farmcop digunakan untuk menghisap serangga pada tajuk tanaman. Pengambilan sampel serangga dengan farmcop dilakukan dengan cara mengarahkan ujung selang pengisap ke petakan tanaman sampel yang berukuran 100 x 100 cm selama lima menit. Semua serangga yang terhisap akan masuk ke dalam wadah penampung serangga yang telah berisi alkohol 70%. Selanjutnya semua serangga yang diperoleh dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi. Identifikasi serangga dilakukan di Laboratorium Ekologi Serangga Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian, Universitas Andalas. Semua serangga yang diperoleh dipisahkan berdasarkan ordonya. Khusus bagi ordo Hymenoptera parasitoid, identifikasi dilanjutkan sampai tingkat famili dan morfospesies (hanya diberi kode). Saya memilih bekerja sampai tingkat famili karena taksonomi Hymenoptera parasitoid sampai tingkat Genus dan spesies di indonesia belum banyak diketahui dan referensi untuk tingkat tersebut tidak tersedia. Identifikasi serangga untuk tingkat famili dilakukan dengan mengacu buku Goulet dan Huber (1993) dan Noyes (2003). Analisis Data Keanekaragaman dan kelimpahan morfospesies Hymenoptera parasitoid dianalisis dengan menggunakan Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner, kemerataan morfospesies dianalisis dengan indeks kemerataan Simpson (Magurran, 1988; Spellerberg 1995 dan Krebs 1999). Untuk menghitung kekayaan morfospesies, indeks Shannon-Wienner dan indeks kemerataan Simpson digunakan program Ecological metodology (Krebs 2000). Untuk memperoleh nilai estimasi kekayaan spesies Hymenoptera parasitoid berdasarkan Jackknife-1 estimator digunakan

program EstimateS 6.0b1 (Colwell dan Coddington 1994 dan Cowell 2000). Hasil estimasi kekayaan spesies tersebut digunakan untuk membuat kurva akumulasi morfospesies. HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Penggunaan Lahan Jenis penggunaan lahan di lansekap persawahan Kayu tanduk adalah sayuran polikultur, padi, dan jagung. Jenis sayuran yang banyak ditanam di lanskap persawahan antara lain bawang daun, caysin, wortel, seladri, kacang buncis, tomat dan cabe. Pertanaman sayuran ini umumnya diperlakukan dengan pestisida satu kali seminggu untuk pengendalian hama dan penyakit. Pestisida yang banyak digunakan petani sayur adalah Decis (Deltametrin 25 grm/l), Matador (Lamdasihalotrin 25 grm/l) dan Tamaron (Profenofos 500 grm/l). Varietas padi yang ditanam di lanskap persawahan Kayu Tanduak adalah varietas local yang berumur panjang ( + 5 bulan). Disamping tanaman pertanian juga terdapat vegetasi non-crop yang biasanya tumbuh di pematang sawah, saluran irigasi dan lahan bera. Lanskap persawahan di Alahan Panjang jenis penggunaan lahannya adalah sayuran monokultur yang didominasi oleh tanaman bawang merah, sedikit sekali sayuran lain seperti kol, cabe, dan tomat. Seperti halnya lanskap persawahan Kayu Tanduak, vegetasi non-crop juga ditemukan di Alahan Panjang. Pertanaman sayuran di Alahan Panjang juga diperlakukan dengan pestisida sebanyak satu sampai dua kali seminggu. Pestisida yang digunakan petani sayur di Alahan Panjang sama dengan yang digunakan petani di Kayu Tanduak. Struktur komunitas Hymenoptera Parasitoid pada Pertanaman sayuran dan vegetasi Non-Crop Total jumlah Hymenoptera parasitoid yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini adalah 19 famili dan 62 spesies. Jumlah Hymenoptera yang dikumpulkan pada lanskap Alahan Panjang yaitu 4 famili dan 7 spesies dan lanskap Kayu Tanduak 18 famili dan 61 spesies Tabel 1). Hasil ini menunjukkan bahwa lanskap Kayu Tanduak yang terdiri dari ekosistem sayuran, padi, dan palawija (polikultur) mempunyai jumlah famili dan spesies Hymenoptera parasitoid yang lebih tinggi daripada lanskap Alahan Panjang yang terdiri dari ekosistem sayuran monokultur. Hasil yang mirip dilaporkan oleh Yaherwandi et al. (2006) bahwa struktur lanskap persawahan yang kompleks di Daerah Aliran Sungai (DAS) Cianjur memiliki jumlah individu, famili, dan spesies Hymenoptera parasitoid lebih tinggi daripada lanskap yang sederhana (manokultur). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa struktur lanskap pertanaman sayuran mempengaruhi struktur komunitas Hymenoptera parasitoid yang menghuninya. Dari 19 famili Hymenoptera parasitoid yang telah dikumpulkan, lima famili yaitu Braconidae, Encyrtidae, Eulophidae, Ichneumonidae dan Scelionidae. adalah famili yang mempunyai spesies terbanyak yang ditemukan pada lanskap Alahan Panjang dan Kayu Tanduak (Tabel 1). Jika berdasarkan kelimpahan relatif maka Braconidae, Encyrtidae, Eulophidae dan Ichneomonidae merupakan famili yang kelimpahan relatifnya tertinggi (> 10%) pada kedua lanskap tersebut (Tabel 1). Hasil penelitian ini mirip dengan yang dilaporkan Heong et al (1991). Mahrub (1998), dan Yaherwandi et al (2006) bahwa Braconidae, Eulophidae, Ichneumonidae, dan Scelionidae merupakan famili yang dominan pada berbagai eksosistem pertanian seperti ekosistem padi. Hal ini adalah karena sebagian besar spesies dari famili-famili tersebut merupakan parasitoid dari serangga hama tanaman pertanian dari ordo Homoptera, Diptera dan Lepidoptera. Berdasarkan metode atau alat koleksi yang digunakan terdapat perbedaan jumlah individu, spesies, dan famili yang terkumpul untuk masing-masing metode pada kedua lanskap. Metode farmcop total jumlah Hymenoptera parasitoid yang tertangkap adalah 147 individu, 34 spesies, dan 15 famili (Tabel 2). Metode jaring ayun diperoleh 270 individu, 39 spesies, dan 13 famili Hymenoptera parasitoid (Tabel 2). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode jaring ayun adalah metode yang paling efektif untuk mengkoleksi Hymenoptera parasitoid. Sebelumnya, Yaherwandi et al (2006) melaporkan bahwa metode jaring ayun efektif untuk koleksi Hymenoptera parasitoid yang mendiami tajuk tanaman, sedangkan Farmcop yang dimodifikasi dari alat pengisap debu berukuran kecil dan mudah dibawa menjadi alat yang efektif untuk

koleksi Hymenoptera parasitoid yang mendiami pangkal tanaman padi atau relung yang sulit dicapai oleh jaring ayun. Hal ini karena ujung selang pengisap farmcop dapat langsung diarahkan ke pangkal tanaman padi atau relung yang tersembunyi. Estimasi Spesies Hymenoptera Parasitoid Dari kurva akumulasi spesies terlihat bahwa jumlah keseluruhan spesies yang dikumpulkan dari keuda lanskap ada peningkatan (Gambar 1 dan 2). Menurut Krebs (1999) jumlah spesies tertinggi yang diestimasi oleh Jacknife estimator adalah dua kali jumlah spesies yang diperoleh. Selanjutnya dikatakan bahwa Jackknife estimator dipengaruhi oleh total jumlah spesies, ukuran sample dan jumlah spesies unik (rare spesies) (Krebs 1999). Dari hasil penelitian ini jumlah spesies yang dikumpulkan pada lanskap Alahan Panjang telah mencapai 80% (Gambar1) dan 62 % lanskap Kayu tanduak (Gambar 2) dari Hymenoptera parasitoid yang ada berdasarkan Jacknife-1 estimator. Banyak ahli ekologi yang tidak setuju dengan Jackknife estimator diantaranya adalah Heltshe dan Forrester (1983b dalam Krebs 1999) karena estimasi kekayaan spesies dalam komunitas oleh Jackknife estimator cenderung bias positif atau lebih tinggi (overestimate). Tetapi, Palmer (1990 dalam Krebs 1999) menemukan bahwa Jackknife estimator lebih akurat dari delapan estimator lain yang dia gunakan. Tabel 1. Famili, jumlah spesies, dan kelimpahan relatif Hymenoptera parasitoid pada tanaman sayuran dan vegetasi non-crop di lanskap persawahan Alahan Panjang dan Kayu Tanduak. Lanskap / Lokasi Alahan Panjang Kayu Tanduak Famili Sayuran Vege. Non-crop Sayuran Vege. Non-crop Jlh sp Jlm. Indiv. Jlh sp Kelim. relatif Jlh. sp Kelim relatif Jlh sp Kelim relatif Aphelinidae 0 0.00 0 0.00 0 0.00 1 3.28 Bethylidae 0 0.00 0 0.00 2 1.67 2 3.28 Braconidae 2 82.56 2 91.33 5 5.00 8 24.59 Ceraphronidae 0 0.00 0 0.00 2 2.50 0 0.00 Chalcididae 0 0.00 0 0.00 0 0.00 1 1.64 Diapriidae 0 0.00 0 0.00 3 3.33 0 0.00 Encyrtidae 0 0.00 0 0.00 3 45.00 3 14.75 Eucoilidae 1 2.33 1 2.67 1 0.83 0 0.00 Eulophidae 0 0.00 0 0.00 5 13.33 5 19.67 Euphelmidae 0 0.00 1 0.67 0 0.00 0 0.00 Eurytomidae 0 0.00 0 0.00 0 0.00 1 1.64 Ichneumonidae 3 15.12 1 5.33 2 9.17 4 8.20 Mymaridae 0 0.00 0 0.00 3 4.17 2 4.92 Platygastridae 0 0.00 0 0.00 0 0.00 1 1.64 Pteromalidae 0 0.00 0 0.00 1 1.67 2 3.28 Scelionidae 0 0.00 0 0.00 7 6.67 4 8.20 sierolomorphidae 0 0.00 0 0.00 1 3.33 0 0.00 Signiphoridae 0 0.00 0 0.00 0 0.00 1 1.64 Tetracampidae 0 0.00 0 0.00 1 3.33 1 3.28 Total 6 100.00 5 100.00 36 100.00 36 100.00

Tabel 2. Famili, jumlah spesies, dan jumlah individu Hymenoptera Parasitoid yang dikoleksi dengan jaring ayun (sweepnet) dan mesin pengisap serangga (farmcop) Metode Koleksi Famili Jaring Farmcop Jml.sp Jml indiv Jml.sp Jml indiv Aphelinidae 0 0 1 2 Bethylidae 3 3 1 1 Braconidae 8 132 5 97 Ceraphronidae 0 0 2 3 Chalcididae 1 1 0 0 Diapriidae 0 0 3 4 Encyrtidae 3 60 2 3 Eucoilidae 1 4 1 3 Eulophidae 5 20 3 8 Euphelmidae 1 1 0 0 Eurytomidae 1 1 0 0 Ichneumonidae 5 30 3 7 Mymaridae 2 3 2 5 Platygastridae 0 0 1 1 Pteromalidae 2 4 0 0 Scelionidae 5 6 6 7 sierolomorphidae 0 0 2 4 Signiphoridae 0 0 1 1 Tetracampidae 2 5 1 1 Total 39 270 34 147 Jumlah spesies 10 8 6 4 2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Sampel Observasi Jack-1 Gambar 1. Kurva akumulasi spesies Hymenoptera parasitoid pada lanskap Alahan Panjang berdasarkan data estimasi Jack-1

Jumlah spesies 120 100 80 60 40 20 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Sampel Observasi Jack-1 Gambar 2. Kurva akumulasi spesies Hymenoptera parasitoid pada lanskap Kayu tanduak berdasarkan data estimasi Jack-1 Kekayaan, Kemerataan, dan Keanekaragaman Spesies Hymenoptera Parasitoid Keanekaragaman habitat dan struktur lanskap berpengaruh terhadap kekayaan, keanekaragaman dan kemerataan spesies Hymenoptera parasitoid. Keanekaragaman spesies Hymenoptera parasitoid baik pada sayuran maupun pada vegetasi non-crop lebih tinggi di lanskap Kayu tanduak daripada lanskap Alahan Panjang (Gambar 3). Nilai keanekaragaman spesies adalah resultante dari nilai kekayaan dan kemerataan spesies (Ludwig dan Reynolds 1988). Lanskap Kayu Tanduak yang terdiri dari berbagai habitat (padi, sayur-sayuran dan vegetasi non-crop) membentuk struktur lanskap yang lebih kompleks daripada lanskap Alahan Panjang. Habitat-habitat tersebut menyediakan berbagai sumberdaya seperti inang alternatif, makanan serangga dewasa seperti serbuk sari dan nektar, habitat tanaman lain sebagai tempat berlindung, kontinuitas ketersediaan makanan dan iklim mikro yang sesuai bagi kelangsungan hidup dan keanekaragaman parasitoid. Semua sumberdaya tersebut hanya diperoleh pada sistem pertanian yang polikultur (Dryer dan Landis 1996; Dryer dan Landis 1997). Hasil yang mirip juga pernah dilaporkan Heong et al. (1991) di Philipina bahwa keanekaragaman parasitoid pada pertanaman padi polikultur di Kiangan lebih tinggi daripada pertanaman padi monokultur di Bayombong. Kemerataan spesies dalam komunitas Hymenoptera parasitoid pada pertanaman sayuran di lanskap Kayu Tanduak dan Alahan Panjang relatif kecil dibanding kemerataan spesies pada vegetasi non-crop, yaitu kecil dari 0,3 (Gambar 3). Hasil ini menunjukkan bahwa kelimpahan spesies dalam komunitas Hymenoptera parasitoid pada tanaman sayuran di kedua lanskap tidak merata. Dengan kata lain ada satu atau dua spesies yang sangat dominan pada lanskap tersebut. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1, kelimpahan relatif famili Braconidae, Encyrtidae,.Eulophidae, dan Ichneumonidae jauh lebih tinggi dari famili lainnya. Dengan demikian dapat dikatakan indeks kemerataan spesies (E) sangat sensitif terhadap kelimpahan spesies di dalam sampel (Magurran 1988). Nilai kemerataan spesies akan cenderung menuju nol apabila komunitas tersebut didominasi oleh satu spesies (Heong et al. 1991). SIMPULAN Lanskap Kayu Tanduak lebih beragam daripada lanskap Alahan Panjang, jika dilihat dari jenis penggunaan lahannya. Jumlah total spesies yang telah dikoleksi untuk kedua lanskap adalah 62 spesies yang termasuk ke dalam 19 famili Hymenoptera parasitoid. Kekayaan spesies Hymenoptera parasitoid yang dikoleksi pada pertanaman sayuran dan vegetasi non-crop di kedua > 60% dari spesies yang ada berdasarkan Jacknife-1 estimator. Dengan demikian peluang untuk memperoleh jumlah spesies yang lebih banyak masih ada, dilihat dari kurva akumulasi spesies yang masih

meningkat. Lanskap Kayu Tanduak memiliki kekayaan dan keanekaragaman spesies Hymenoptera parasitoid yang lebih tinggi daripada lanskap Alahan Panjang. Kekayaan spesies (S) 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Sayuran Vege.non-crop Alahan Panjang Kayu Tanduak A Habitat Kemerataan spesies (E) 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 Sayuran Vege. Non-crop Alahan Panjang Kayu Tanduak B Habitat Keanekaragaman spesies (H) 6 5 4 3 2 1 0 Sayuran Vege. Non-crop Alahan Panjang Kayu Tanduak C Habitat Gambar 3. Kekayaan (A), kemerataan (B), dan keanekaragaman spesies (C) hymenoptera parasitoid pada tanaman sayuran dan vegetasi non-crop di lanskap Alahan Panjang dan Kayu Tanduak

DAFTAR PUSTAKA Altieri MA, Nicholls CI. 2004. Biodiversity and Pest management in Agroecosystem. Second Edition. New York: Food Product Press. Arnett RH. 1985. American Insect: A Handbook of the Insects of America North of Mexico. New York: Van Nostrand Reinhold Company. Baggen LR, Gurr GM. 1997. The influence of food on Copidosoma koehleri (Hym: Encyrtidae), and the use of flowering plants as a habitat management tool to enhance biological control of potato moth, Phtorimaea operculella (Lep: Gelechiidae). Biological Control, 11: 9-17. Colwell RK, Coddington JA. 1994. Estimating terrestrial biodiversity through extrapolation. Philosophical Transactions of Royal Society London 345: 101-118. Doutt RL, Nakata J. 1973. Rubus leafhopper and its egg parasitoid: an endemic biotic system useful in grape pest management. Environ. Entomol. 3: 381 386. Driesche RG, Bellows TS. 1996. biological Control. New York: Chapman & Hall. Dryer LE, Landis DA. 1996. Effect of habitat, temprature and sugar availability on longevity of Eriborus terebrans (Hym: Ichneumonidae). Environ. Entomol. 25: 1192 1201. Dryer LE, Landis DA. 1997. influence of non-crop habitat on distribution of Eriborus terebrans (Hym: Ichneumonidae) in cornfields. Environ. Entomol. 26: 924-932. Gaston KJ. 1991. The manitude of global insect species richness. Conservation Biology 5: 283-296. Gauld ID, Gaston KJ. 1992. Plant allelochemicals, tritrophic interactions and the anomalous diversity of tropical parasitoid: the nasty host hypothesis. Oikos 65: 353-357. Goulet H, Huber JT. 1993. Hymenoptera of The world: An Identification Guide to Families. Ottawa: Research Branch Agruculture Canada Publication. Heong KL, Aquino GB, Barrion AT. 1991. Arthropod community structure of rice ecosystem in the Philippines. Bulletin of Entomological Research 81: 407-416. Idris AB, Grafius E. 1995. Wildflowers as nectar sources for Diadegma insulare (Hym: Ichneumonidae), a Parasitoid of Diamondback moth (Lep: Yponomeutidae). Environ. Entomol. 24: 1726 1735. Kartosuwondo U. 1994. pupulasi Plutella xylostella (L.) (Lep: Yponomeutidae) dan parasitoid Diadegma semiclausum Helen (Hym: Ichneumonidae) pada kubis dan dua jenis Brassicaceae liar. Bul HPT 7: 39 49. Krebs CJ. 1999. Ecological Metodology. Second Edition. New York: An imprint of Addison Wesley Longman, Inc. Krebs JC. 2000. Program for ecological methodology [software]. Second Edition. New York: An imprint of Addison Wesley Longman, Inc. Kruess A, Tschartntke T. 1994. Habitat fragmentation, species loss and biological control. Science 264: 1581-1584 Kruess A, Tschartntke T. 2000. Spesies richness and parasitism in a fragmented landscape: experiments and field studies with insects on vicia sepium. Oecologia 122: 129-137. Kruess A. 2003. Effects of landscape structure and habitat type on a plant-herbivore-parasitoid community. Ecography 26: 283-290. LaSalle J. 1993. Parasitic Hymenoptera, biological control and biodiversity. Di dalam: LaSalle J, Gaul ID, editor. Hymenoptera and Biodiversity. London: C.A.B. International.

LaSalle J, Gauld ID. 1993. Hymenoptera: Their diversity, and their impact on the diversity of other organisms. Di dalam. LaSalle J, Gauld ID, editor. Hymenoptera and Biodiversity. Wallingfor, UK: CAB International. p 1-26. Landis DA. 1994. Arthropod sampling in agricultural landscapes : Ecological considerations. Di dalam: Pedigo LP, Butin GD. Editor. Handbook of Sampling Methods for Pests in Agriculture. London: CRC Press. Landis DA, Wratten SD, Gurr GM. 2000. Habitat management to conserve natural enemies of arthropod pests in agriculture. Annul. Rev. Entomol. 45: 175-201. MacDonald G. 2003. Biogeography: Introduction to Space, Time and Life. Los Angeles: John Willey & Sons, Inc. Magurran AE. 1996. Ecological Diversity and Its Measurement. London: Chapman and Hall. Marino PC, Landis DA. 1996. Effect of lanscape structure on parasitoid diversity and parasitism in agroecosystem. Ecological Application 6(1); 276-284. Marino PC, Landis DA. 2000. Parasitoid community structure: implications for biological control in agricultural landscapes. Di dalam: Ekbon B, Irwin ME, Robert Y, editor. Interchanges of Insects between Agriculturan and Surrounding Landscapes. Boston: Kluwer Academic Publishers. Menalled FD, Marino PC, Gage SH, Landis DA. 1999. Does agricultural landscape structure affect parasitism and parasitoid diversity?. Ecological Application 9(2): 634-641. Noyes JS. 1989. A study of methods of sampling Hymenoptera (Insecta) in tropical rainforest, with special reference to the parasitica. Journal Of Nature History 23: 285-298 Noyes JS. 2003. Universal Chalcidoidea Database. http://www.nhm.ac.- uk/entomology [donwload 15 Juni 2004]. Powell W. 1986. Enhancing parasitoid activity in crop. Di dalam: Waage J, Greathead D, editor. Insect Parasitoids. Orlando: Academic Press. p. 319 340. Primack RS. 1998. Biologi konservasi. Primack RS, Supriatna J, Indrawan M, Kramadibrata P, penerjemah. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Terjemahan dari: A Primer of Conservation Biology. Rizali A, Buchori D, triwidodo H. 2002. Keanekaragaman serangga pada tepian hutan-lahan persawahan: indicator untuk kesehatan lingungan. Hayati 9: 41-48. Spellerberg IF. 1995. Monitoring Ecological Change. Melbourne: Cambridge University Press. Schoenly K, Justo HD, Barrion AT, Harris MK, Bottrell DG. 1998. Analysis of invertebrate biodiversity in a Philipine farmer s irrigated rice field. Environ. Entomol. 21(5): 1125-1136. Schowalter TD. 1996. Insect Ecology: An Ecosystem Approach. San Diego: Academic Press. Suana IW, Duryadi D, Buchori D, Manuwoto S, Triwidodo H. 2004. Komunitas laba-laba pada lanskap persawahan di Cianjur. Hayati 11 (4): 145 152. [Statsoft] Statistical Software. 1997. Statistica for Windows, 5.0. Tulsa: Statsoft. Thies C, Tcharntke T. 1999. Landscape structure and biological control in agroecosystems. Science 285: 893-895. van Emden HF. 1991. Plant diversity and natural enemy efficiency in agroecosystems. Di dalam: Mackkauer M, Ehler LE, Roland J, editor. Critical Issues in Biological Control. Great Britain: Atheneum Press. hlm 63-80.

Whitfield JB. 1998. Phylogeny and evolution of host parasitoid interaction in Hymenoptera. Annu. Rev. Entomol. 43: 129-151. Yaherwandi, Manuwoto S, Buchori D, Hifayat P, Budiprasetyo L. 2006. Keanekaragaman Hymenoptera pada berbagai struktur lanskap pertanian di Daerah Aliran Sungai Cianjur. Jurnal Hayati (In Press).