Efektifitas Kompres Hangat Dalam Menurunkan Demam Pada Pasien Thypoid Abdominalis Di Ruang G1 Lt.2 RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM DENGAN PERILAKU KOMPRES DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA. Skripsi

KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH PADA BALITA PUSKESMAS KETAHUN BENGKULU UTARA. Nurhasanah

BAB I PENDAHULUAN. perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan. berkembang secara optimal, baik fisik, mental, maupun sosial dan

EFEKTIFITAS KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH ANAK DEMAM USIA 1-3 TAHUN DI SMC RS TELOGOREJO SEMARANG

PERBEDAA EFEKTIVITAS KOMPRES AIR HA GAT DA KOMPRES AIR BIASA TERHADAP PE URU A SUHU TUBUH PADA A AK DE GA DEMAM DI RSUD TUGUREJO SEMARA G

PERSETUJUAN PEMBIMBING. Jurnal

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU DALAM MENANGANI HIPERTERMI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI PAUD MELATI DUSUN SLEKER DESA KOPENG KEC. GETASAN KAB.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN PENDERITA DEMAM TYPHOID DI RUANG PERAWATAN INTERNA RSUD KOTA MAKASSAR

Tasnim 1) JIK Vol. I No.16 Mei 2014: e-issn:

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi penyakit multisistemik yang disebabkan oleh kuman Salmonella

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai. kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. jamur, atau parasit (Djuwariyah, Sodikin, Yulistiani M; 2013).

TEKNIK KOMPRES DENGAN HOTPACK UNTUK MENURUNKAN DEMAM PADA KLIEN DHF DI RUANG ACACIA RUMAH SAKIT EKA BSD TANGERANG

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Ali Ahmad Keliobas J

BAB I PENDAHULUAN. proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Meskipun

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN DEMAM PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN DI DESA BAKALAN BANJARSARI SURAKARTA

Perbedaan Efektifitas Kompres Hangat Basah Dan Plester Kompres Terhadap Penuruan Suhu Tubuh Anak Demam Typhoid

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

EFEKTIVITAS PEMBERIAN KOMPRES HANGAT DI AXILLA DAN DI FEMORAL TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH PADA ANAK DEMAM USIA PRASEKOLAH DI RSUD AMBARAWA

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka

aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu

BAB II KONSEP DASAR. normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam

PENGARUH KOMPRES HANGAT DI SUPRA PUBIK TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD BATANG

Efektivitas Pemberian Kompres Hangat Pada Axilla dan Servikal (Leher) dalam Penurunan Demam Anak di RSU Kota Tangerang Selatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mahasiswa Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang 2

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh manusia antara lain sebagai alat transportasi nutrien, elektrolit dan

KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN SUHU DI RUMAH SAKIT JITRA BHAYANGKARA BENGKULU. Septi Andrianti

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kompres adalah bantalan dari linen atau meteri lainnya yang dilipat-lipat,

Volume 5, Nomor 1 Juli 2017, 25-32

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan

BAB I PENDAHULUAN. mentalnya bertambah, pada masa ini juga anak-anak sudah mulai. mengenal dunia luar sehingga pada masa ini anak-anak sangat rentan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN

Kusnanto*, Ika Yuni Widyawati*, Indah Sri Cahyanti*

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang

BAB III ANALISA KASUS

BAB I PENDAHULUAN. tubuh) terhadap penyakit (Biddulph, 1999). Salah satu penyakit. yang umumnya diderita oleh bayi dan balita adalah jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. pada usia 6-12 tahun. Dimana anak ketika dalam keadaan sakit akan. masalah maupun kejadian yang bersifat menekan.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN SIKAP KOPERATIF ANAK USIA PRA SEKOLAH SELAMA PROSEDUR INJEKSI INTRAVENA DI RSUD PROF. DR.

BAB I PENDAHULUAN. sama, tergantung nilai ambang kejang masing-masing. Oleh karena itu, setiap

Kompres Air Hangat pada Daerah Aksila dan Dahi Terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Pasien Demam di PKU Muhammadiyah Kutoarjo

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan

Andi Fatmawati (*), Netty Vonny Yanty (**) *Poltekkes Kemenkes Palu **RSUD Undata Palu

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG TUBERKULOSIS (TB) DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN TB PARU DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG PENYAKIT ISPA DI PUSKESMAS PEMBANTU SIDOMULYO WILAYAH KERJA PUSKESMAS DEKET KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah biaya kesehatan sejak beberapa tahun ini telah banyak menarik

ARTIKEL PENELITIAN. Hj.Evi Risa Mariana 1, Zainab², H.Syaifullah Kholik³ ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

STUDI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN IBU HAMIL DALAM MENGKONSUMSI TABLET BESI DI POLINDES BENDUNG JETIS MOJOKERTO.

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEPATUHAN DALAM TINDAKAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 4-12 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Wahyuningsih (2005), terapi Intravena adalah suatu

PENGARUH PEMBERIAN DIIT DM TINGGI SERAT TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PASIEN DM TIPE-2 DI RSUD SALEWANGANG KAB. MAROS

memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu. 4.

BAB I. Pendahuluan. cenderung menjadi salah satu penyebab utama kematian. Kanker adalah suatu

Jurnal Ners LENTERA, Vol. 5, No. 1, Maret 2017

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Cucu Saepuloh, Siti Jundiah, Rika Nurhasanah ABSTRAK

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang menyerang seperti typhoid fever. Typhoid fever ( typhus abdominalis, enteric fever ) adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN. besar di Indonesia bersifat sporadic endemic dan timbul sepanjang tahun. Kasus

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMAMPUAN MOBILISASI DINI IBU POST SCDI DETASEMEN KESEHATAN RUMAH SAKIT TK IV KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

PENGARUH TEKNIK BIRTHBALL TERHADAP LAMANYA PERSALINAN KALA I DI BPS HERANOVITA KABUPATEN ACEH UTARA

PERBEDAAN TINGKATAN NYERI DISMENORE DENGAN PERLAKUAN KOMPRES HANGAT PADA MAHASISWI DI STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN. Fifi Hartaningsih, Lilin Turlina

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian penyakit Tifoid (Thypus) di masyarakat.

ASUHAN KEBIDANAN PADA By U USIA 3 BULAN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA)

cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penularan penyakit demam typhoid adalah penderita yang aktif,

PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

PERBEDAAN PENURUNAN SUHU TUBUH ANTARA PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT DENGAN TEPID SPONGE BATH PADA ANAK DEMAM

BAB 1 PENDAHULUAN. kuman Salmonella Typhi (Zulkoni, 2011). Demam tifoid banyak ditemukan. mendukung untuk hidup sehat (Nani dan Muzakir, 2014).

Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan di Instalasi Rawat Inap Ruang B2 THT & Kulit Kelamin RSUP Dr. Kariadi Semarang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Padukuhan Geblagan, Tamantirto,

ASUHAN KEBIDANAN PADA An. E USIA 8 TAHUN DENGAN VARICELLA. Nur Hasanah* dan Heti Latifah** ABSTRAK

2

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. kecemasan di ruang Parikesit di RSUD Kota Semarang.

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE

BAB I PENDAHULUAN. mengalami tindakan invasif seperti pembedahan. Dilaporkan pasien mengalami

Transkripsi:

Efektifitas Kompres Hangat Dalam Menurunkan Demam Pada Pasien Thypoid Abdominalis Di Ruang G1 Lt.2 RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo, Fatmawati Mohamad Email : rifka_waty@yahoo.co.id Staf Dosen Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Gorontalo ABSTRAK Demam (hipertermi) adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih tinggi dari biasanya, dan merupakan gejala dari suatu penyakit. Menurunkan atau tepatnya mengendalikan dan mengontrol demam pada anak dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan cara kompres hangat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektifitas kompres hangat dalam menurunkan demam pada pasien thypoid abdominalis di Ruang G1(anak) Lt.2 RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen. Jumlah responden sebanyak 19 orang, yang diobservasi sebelum dan setelah dilakukan tindakan kompres hangat. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, dengan menggunakan kriteria inklusi. Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji statistik Sign test. Hasil penelitian: b (x ; n, p) < 0,05 = b (5 ; 19, ½) < 0,05 = 0,0318 < 0,05. Kesimpulan; H 0 ditolak, yang artinya tindakan kompres hangat efektif dalam menurunkan demam pada pasien thypoid abdominalis di ruang G1(anak) Lt.2 RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Kata Kunci : Kompres hangat, Thypoid Abdominalis, Demam Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut, masalah kesehatan anak diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan bangsa (Hidayat, 2009). Menjaga kesehatan anak menjadi perhatian khusus para ibu, terlebih saat pergantian musim yang umumnya disertai dengan berkembangnya berbagai penyakit. Berbagai penyakit itu biasanya makin mewabah pada musim peralihan, baik dari musim kemarau ke penghujan maupun sebaliknya. Terjadinya perubahan cuaca tersebut mempengaruhi perubahan kondisi kesehatan anak. Kondisi anak dari sehat menjadi sakit mengakibatkan tubuh bereaksi untuk meningkatkan suhu yang biasa disebut demam (hipertermi). Menurut Maryunani (2010), demam (hipertermi) adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih tinggi dari biasanya, dan merupakan gejala dari suatu penyakit.

Sebagian besar demam berhubungan dengan infeksi yang dapat berupa infeksi lokal atau sistemik. Paling sering demam disebabkan oleh penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernafasan atas, infeksi saluran pernafasan bawah, gastrointestinal, dan sebagainya. Ada beberapa kasus, penyakit infeksi yang menyerang sistem gastrointestinal pada anakanak, salah satunya adalah Thypoid Abdominalis atau dikenal dengan istilah demam tifoid. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan terdapat sekitar 16-33 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan kejadian 500-600 ribu per kasus kematian tiap tahun (R, Aden, 2010). Di Indonesia, demam tifoid masih merupakan penyakit endemik dan menjadi masalah kesehatan yang serius. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2005, kasus demam tifoid menempati urutan kedua dari data 10 penyakit utama pasien rawat inap rumah sakit dengan persentase 3,15%. Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD. Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo, tentang jumlah pasien demam tifoid yang dirawat di Ruang G1 (anak) Lt. 2 pada tahun 2011 yakni sebanyak 299 orang, dengan persentase sekitar 14,1% dari total keseluruhan pasien yang dirawat di Ruang G1 (anak) Lt. 2. Menurunkan atau tepatnya mengendalikan dan mengontrol demam pada anak dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan cara kompres. Selama ini kompres dingin atau es menjadi kebiasaan yang diterapkan para ibu saat anaknya demam. Namun kompres mengunakan es sudah tidak dianjurkan karena pada kenyataannya demam tidak turun bahkan naik dan dapat menyebabkan anak menangis, menggigil dan kebiruan, oleh karena itu, kompres menggunakan air hangat lebih dianjurkan. Hal ini dilakukan juga karena tindakan kompres hangat lebih mudah dilakukan dan tidak memerlukan biaya yang cukup besar. Selain itu, tindakan kompres hangat juga memungkinkan pasien atau keluarga tidak terlalu tergantung pada obat antipiretik. Tindakan kompres hangat merupakan salah satu tindakan mandiri dari perawat, tetapi sering diabaikan bahkan sering dibebankan pada keluarga pasien. Untuk dapat mengangkat intervensi ini ke permukaan maka perlu adanya upaya untuk membuktikan efektifitas dari tindakan ini dalam menurunkan demam khususnya pada pasien anak penderita demam tifoid. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka perlu adanya upaya untuk membuktikan Efektifitas Kompres Hangat Dalam Menurunkan Demam Pada Pasien Thypoid Abdominalis. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini menggunakan metode Quasi Eksperimen dimana peneliti ingin melihat sejauh mana efektifitas kompres hangat dalam menurunkan demam pada pasien thypoid abdominalis. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 19 orang dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan mempertimbangkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Kriteria inklusi yaitu: Pasien thypoid abdominalis yang mengalami demam (suhu >37,5 0 C), Pasien demam tifoid yang belum diberi terapi antipiretik, Pasien demam tifoid yang mau dilakukan tindakan kompres hangat, Keluarga dan pasien yang kooperatif dan Kriteria eksklusi yaitu Pasien thypoid abdominalis yang tidak mengalami demam (suhu 36-37,5 0 C), Pasien demam tifoid yang sudah diberi terapi antipiretik, Pasien demam tifoid yang tidak mau dilakukan tindakan kompres hangat. Analisis data menggunakan analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik sampel yang diukur dalam penelitian yaitu dengan cara menghitung nilai mean, minimum-maksimum, dan standar deviasi dan analisis bivariat dengan menggunakan uji tanda (sign test)

dengan tingkat kemaknaan α : 0,05 (Wilayah Kritik: b (x ; n, p) < 0,05). HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan tabel di atas, hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai rata-rata suhu tubuh responden sebelum perlakuan sebesar 38,4 ± 0,7 0 C. Sedangkan suhu tubuh responden setelah perlakuan sebesar 37,7 ± 1,0 0 C. Jika dilihat dari standar deviasi ternyata ditemukan variasi nilai yang lebih besar pada anak yang sesudah dikompres dibandingkan dengan suhu anak sebelum dikompres. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan suhu antara satu anak dengan yang lain memiliki variasi nilai penurunan yang cukup berbeda. Analisa bivariat menggunakan uji statistik: uji tanda (sign test) dengan menggunakan taraf nyata sebesar 0,05 (5%), dengan hasil/ kesimpulan yang ada diakui kebenarannya sebesar 95%, dengan wilayah kritik: b (x ; n, p) < 0,05, dengan hasil sebagai berikut: No Inisial Responden Lama Rawat Suhu Tubuh Sebelum Perlakuan Suhu Tubuh Setelah Perlakuan Tanda 1 An. ZI Hari Ke-2 38,1 37 (+) 2 An. AR Hari Ke-3 37,7 36,2 (+) 3 An. SP Hari Ke-1 38,5 37,4 (+) 4 An. MS Hari Ke-3 37,7 36,8 (+) 5 An. SDA Hari Ke-0 39,5 39,5 (-) 6 An. NA Hari Ke-2 38 37,2 (+) 7 An. FT Hari Ke-1 38 37,5 (+) 8 An. MAO Hari Ke-2 38 37,1 (+) 9 An. SFT Hari Ke-1 38,4 37,5 (+) 10 An. HP Hari Ke-1 38 37,5 (+) 11 An. AB Hari Ke-1 38,1 37,4 (+) 12 An. ZM Hari Ke-3 37,7 36,9 (+) 13 An. TH Hari Ke-1 38,2 37,2 (+) 14 An. MZM Hari Ke-0 39,4 39 (-) 15 An. AH Hari Ke-0 39,5 39,2 (-) 16 An. BA Hari Ke-0 39,8 39,8 (-) 17 An. RCN Hari Ke-1 38,5 37,3 (+) 18 An. MS Hari Ke-1 38,2 37 (+) 19 An. AD Hari Ke-0 38,9 38,5 (-) a. Ket: x = 5 (banyaknya tanda positif atau negatif yang paling sedikit) n = 19 (banyaknya sampel/ responden) p = ½ (probabilitas/ peluang diterima atau ditolak H 0 ) b. Penyelesaian

= b (x ; n, p) < 0,05 = b (5 ; 19, ½) < 0,05 = 0,0318 c. Kesimpulan Dari cara penyelesaian di atas, didapatkan nilai b (x ; n, p) < 0,05 (0,0318 < 0,05). Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa: pernyataan H 0 ditolak, yang artinya peryataan bahwa tindakan kompres hangat dapat menurunkan demam pada pasien demam thypoid dapat diterima. Berdasarkan hasil penelitian tentang kompres hangat yang dilakukan pada 19 responden yang mengalami demam tifoid, terdapat 14 responden yang hasilnya menunjukkan penurunan suhu tubuh dan 5 responden lainnya tidak menunjukkan penurunan suhu tubuh. Hal ini dikarenakan, 5 responden tersebut merupakan pasien dengan diagnosa demam thypoid H-0 yang masa infeksinya masih tinggi, dimana demam yang dialami oleh pasien tersebut juga sulit untuk menunjukkan penurunan suhu tubuh. Oleh karena itu, untuk pasien dengan demam thypoid H-0 yang masa infeksinya maupun demamnya masih tinggi perlu diberikan terapi antibiotik secara intensif dan terapi antipiretik jika perlu (demam > 38,5 0 C). Hal ini sesuai dengan teori Aden (2010) yang mengatakan antibiotik merupakan terapi yang efektif untuk demam tifoid. Tetapi, pemberian antibiotik tidak secara otomatis menurunkan demam, karena di dalam tubuh masih terjadi proses kerja dari antibiotik dalam mematikan bakteri penyebab infeksi. Dalam melakukan penelitian, responden yang dijadikan sampel telah memenuhi kriteria inklusi peneliti yaitu pasien yang belum mengkonsumsi antipiretik pada saat akan dilakukan penelitian, sehingga dapat menunjukkan hasil yang akurat dari tindakan kompres hangat dan bukan efek dari hasil pemberian antipiretik. Pemberian tindakan kompres hangat merupakan bagian dari tindakan mandiri perawat yang termasuk aman dan tidak memiliki efek samping dalam penatalaksanaannya. Sehingga perawat dapat menerapkan tindakan mandirinya sebelum dilakukan tindakan kolaborasi dengan tim medis. Tindakan kompres hangat merupakan tindakan yang cukup efektif dalam menurunkan demam. Oleh karena itu, sebaiknya penggunaan antipiretik tidak diberikan secara otomatis pada setiap keadaan demam. Dalam hasil penelitian Purwanti (2008) ditekankan bahwa, obat penurun panas hanya diberikan pada anak dengan suhu di atas 38,5 0 C atau bila anak tersebut merasa tidak nyaman (uncomfortable), selain dari itu sebaiknya jangan dulu dilakukan pemberian antipiretik. Hal ini senada dengan teori Hartanto (2003) yang menekankan bahwa antipiretik hanya diberikan untuk menurunkan suhu tubuh pada anak dengan riwayat kejang demam sebelumnya, atau ditujukan untuk mencegah terjadinya kejang demam yang sering dialami balita umur 6 bulan sampai 6 tahun. Selain itu, penggunaan antipiretik secara berkepanjangan dapat menimbulkan efek toksik bagi organ tubuh seperti yang dijelaskan oleh Pujiarto (2007) bahwa pada dasarnya tidak ada obat yang tidak berisiko menimbulkan efek samping. Pemberian obat demam bisa menimbulkan efek samping mulai dari nyeri dan perdarahan lambung (yang paling kerap), hepatitis (kerusakan sel hati yang ditandai dengan peningkatan enzim SGOT dan SGPT, pembengkakan dan rasa nyeri di daerah hati), gangguan pada sumsum tulang (produksi sel darah merah, sel darah putih dan sel trombosit tertekan), gangguan fungsi ginjal, rasa pusing, vertigo, penglihatan kabur, penglihatan ganda (diplopia), mengantuk, lemas, merasa cemas, dan

sebagainya. Risiko efek samping perdarahan saluran cerna misalnya, akan meningkat bila kita memakai lebih dari satu obat (misalnya parasetamol dengan aspirin atau parasetamol dengan ibuprofen), pemakaian jangka panjang, atau pemakaian bersama dengan steroid. Hasil penelitian tentang kompres hangat yang dilakukan pada 19 responden yang mengalami demam tifoid, didapatkan 14 responden yang mengalami penurunan suhu tubuh. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa kompres hangat dapat menurunkan suhu tubuh pasien. Hasil ini didukung oleh penelitian Nurwahyuni (2009) yang menjelaskan bahwa terdapat mekanisme tubuh terhadap kompres hangat dalam upaya menurunkan suhu tubuh yaitu dengan pemberian kompres hangat pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke hipotalamus melalui sumsum tulang belakang. Ketika reseptor yang peka terhadap panas di SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tindakan kompres hangat efektif dalam menurunkan demam pada pasien thypoid abdominalis di Ruang G1 Lt. 2 RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Saran 1. Bagi Keluarga Diharapkan dapat menerapkan tindakan kompres hangat pada perawatan pasien yang demam dan dapat menjadikannya sebagai tindakan yang pertama dan aman dilakukan pada pasien di rumah sebelum menggunakan terapi antipiretik. hipotalamus dirangsang, sistem efektor mengeluarkan sinyal yang memulai berkeringat dan vasodilatasi perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh pusat vasomotor pada medulla oblongata dari tangkai otak, dibawah pengaruh hipotalamik bagian anterior sehingga terjadi vasodilatasi. Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan/ kehilangan energi/ panas melalui kulit meningkat (berkeringat), diharapkan akan terjadi penurunan suhu tubuh sehingga mencapai keadaan normal kembali. Hal ini sependapat dengan teori yang dikemukakan oleh Aden (2010) bahwa tubuh memiliki pusat pengaturan suhu (thermoregulator) di hipotalamus. Jika suhu tubuh meningkat, maka pusat pengaturan suhu berusaha menurunkannya begitu juga sebaliknya.. 2. Bagi Rumah Sakit Diharapkan dapat menjadi bahan masukan agar penerapan tindakan kompres hangat di ruangan dapat dimaksimalkan, sehingga dapat memotivasi tenaga keperawatan yang ada di rumah sakit untuk menerapkan tindakan mandiri sebelum tindakan kolaborasi. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan untuk dapat melakukan penelitian lanjutan dengan membandingkan tindakan kompres hangat dengan tindakan keperawatan lain dalam perawatan pasien demam tifoid. DAFTAR PUSTAKA Anonimity a, 2008, Mengatasi Demam Pada Anak, http://majalahkesehatan.com/mengatasidemam-pada-anak/. Diakses 11 Februari 2012 Anonimity b, 2009, Kompres Hangat, http://nursingbegin.com/kompreshangat/. Diakses 11 Februari 2012 Anonimity c, 2011, 10 Tanya Jawab Seputar Demam, http://www.tabloidnova.com/nova/kese

hatan/umum/10-tanya-jawab-seputar- Demam/. Diakses 11 Februari 2012 Anonimity d, 2011, Metode Kompres Yang Tepat Untuk Menangani Demam, http://www.berbagaihal.com/2011/04/m etode-kompres-yang-tepat-untuk.html Diakses 11 Februari 2012 Anonimity e, 2007, Profil Kesehatan Indonesia 2005 http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.i d/download/profilkesehatanindonesia.pd f. Diakses 8 Februari 2012 Engel, Joyce, 2008, Pengkajian Pediatrik, EGC, Jakarta Hartanto, Sinarty, 2003, Anak Demam Perlu Kompres?, http://www.balipost.co.id/balipostcetak/ 2003/9/7/kel4.html. Diakses 23 Juni 2012 Hidayat, A. Aziz Alimul, 2009, Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan, Salemba Medika, Jakarta, 2009, Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data, Salemba Medika, Jakarta Kania, Nia, 2010, Penatalaksanaan Demam Pada Anak, http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/02/penatalaksanaa n_demam_pada_anak.pdf. Diakses 11 Februari 2012 Maryunani, Anik, 2010, Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan, TIM, Jakarta Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit Edisi 2, EGC, Jakarta Notoatmodjo, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta Nursalam, 2011, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta Nurwahyuni, Ika, 2009, Perbedaan Efek Teknik Pemberian Kompres Hangat Pada Daerah Aksila dan Dahi Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Klien Demam di Ruang Rawat Inap RSUP Dr. Sudirohusodo Makassar, http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstrea m/handle/123456789/484/skripsi.pdf?se quence=1. Diakses 23 Juni 2012 Purwanti, Sri, 2008, Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada Pasien Anak Hipertermia di Ruang Rawat Inap RSUD. Dr. Moewardi Surakarta, http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstrea m/handle/123456789/484/2f.pdf?sequen ce=1. Diakses 23 Juni 2012 Pujiarto, Purnamawati Sujud, 2007, Demam Pada Anak: Fever Is Functional, http://www.sehatgroup.web.id/?p=65. Diakses 23 Juni 2012 Prasetyo, Riski Vitria, 2009, Metode Diagnostik Demam Tifoid Pada Anak. www.pediatrik.com/buletin/0622411441 8-f53zji.doc. Diakses 8 Februari 2012 R, Aden, 2010, Seputar Penyakit dan Gangguan Lain Pada Anak, SIKLUS, Jogjakarta Sugiyono, 2010, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung Susanti, Nurlaili, 2012, Efektifitas Kompres Dingin dan Hangat Pada

Penatalaksanaan Demam, http://publikasiilmiah.uin.ac.id/bitstream /handle/123456789/287/saintis.pdf?sequ ence=2. Diakses 23 Juni 2012 Tamsuri, Anas, 2006, Tanda-Tanda Vital Suhu Tubuh, EGC, Jakarta