REPORT MONITORING SEAGRASS PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI KABUPATEN WAKATOBI

dokumen-dokumen yang mirip
REPORT MONITORING MANGROVE PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI KABUPATEN WAKATOBI

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati membuat laut Indonesia dijuluki Marine Mega-

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini letak batas dari Desa Ponelo: : Pulau Saronde, Mohinggito, dan Pulau Lampu

Percent cover standards

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 200 TAHUN 2004 TENTANG KRITERIA BAKU KERUSAKAN DAN PEDOMAN PENENTUAN STATUS PADANG LAMUN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian

Kerapatan dan Keanekaragaman Jenis Lamun di Desa Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

KOMPARASI STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN DI BANTAYAN KOTA DUMAGUETE FILIPINA DAN DI TANJUNG MERAH KOTA BITUNG INDONESIA

PENYUSUN Marindah Yulia Iswari, Udhi Eko Hernawan, Nurul D. M. Sjafrie, Indarto H. Supriyadi, Suyarso, Kasih Anggraini, Rahmat

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KAJIAN EKOLOGIS EKOSISTEM SUMBERDAYA LAMUN DAN BIOTA LAUT ASOSIASINYA DI PULAU PRAMUKA, TAMAN NASIONAL LAUT KEPULAUAN SERIBU (TNKpS)

SURVAI EKOLOGI KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH KABUPATEN ALOR EKOSISTEM PADANG LAMUN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Komposisi Jenis, Kerapatan Dan Tingkat Kemerataan Lamun Di Desa Otiola Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Fluktuasi Biomassa Lamun di Pulau Barranglompo Makassar

Seagrass Percentage Cover

STRUKTUR KOMUNITAS, KEPADATAN DAN POLA DISTRIBUSI POPULASI LAMUN (SEAGRASS) DI PANTAI PLENGKUNG TAMAN NASIONAL ALAS PURWO KABUPATEN BANYUWANGI.

KOMUNITAS LAMUN DI PERAIRAN PESISIR PULAU YAMDENA, KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT ABSTRACT

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

ASOSIASI GASTROPODA DI EKOSISTEM PADANG LAMUN PERAIRAN PULAU LEPAR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Oleh : Indra Ambalika Syari C

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

SEBARAN DAN BIOMASSA LAMUN DI PERAIRAN DESA MALANG RAPAT DAN TELUK BAKAU KABUPATEN BINTAN KEPULAUAN RIAU RUTH DIAN LASTRY ULI SIMAMORA

BAB I PENGANTAR 1.1.Latar Belakang

JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Lokasi pengambilan data

KONDISI PADANG LAMUN PULAU SERANGAN BALI Tyas Ismi Trialfhianty 09/286337/PN/11826

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya yang

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN PERAIRAN PULAU LOS KOTA TANJUNGPINANG

Gambar 11. Pembagian Zona UTM Wilayah Indonesia (Sumber: kampungminers.blogspot.com)

Daya Dukung Zona Pemanfaatan Kawasan Konservasi Lamun Untuk Wisata Bahari Di Desa Pengudang Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan

ANALISIS SUMBERDAYA BIVALVIA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DAN PEMANFAATANNYA DI DESA PENGUDANG KABUPATEN BINTAN

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

SIMPANAN KARBON PADANG LAMUN DI KAWASAN PANTAI SANUR, KOTA DENPASAR

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JENIS DAN KANDUNGAN KIMIAWI LAMUN DAN POTENSI PEMANFAATANNYA DI INDONESIA. Rinta Kusumawati ABSTRAK

Struktur Vegetasi Lamun di Perairan Pulau Saronde, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

Keanekaragaman Lamun di Perairan Sekitar Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara

KERAPATAN DAN DISTRIBUSI LAMUN (SEAGRASS) BERDASARKAN ZONA KEGIATAN YANG BERBEDA DI PERAIRAN PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan p-issn: , e-issn:

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang sangat tinggi. Nybakken (1988), menyatakan bahwa kawasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bahasa Gorontalo yaitu Atiolo yang diartikan dalam bahasa Indonesia yakni

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. vegetatif. Rimpangnya merupakan batang yang beruas-ruas yang tumbuh

JENIS-JENIS LAMUN DI PERAIRAN LAGUNA TASILAHA DAN PENGEMBANGANNYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN LAMUN (SEAGRASS) PADA ZONA INTERTIDAL DAN SUBTIDAL DI PERAIAN PANTAI DESA SULI. Prelly. M. J.

JurnalIlmiahPlatax Vol. 3:(2), MEY 2015 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk kedalam negara kepulauan yang memiliki garis

KARAKTERISTIK DAN STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN DI DAERAH INTERTIDAL PANTAI LITIANAK DAN PANTAI OESELI KABUPATEN ROTE NDAO NUSA TENGGARA TENGGARA TIMUR

SIMPANAN KARBON PADANG LAMUN DI KAWASAN PANTAI SANUR, KOTA DENPASAR

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Biomassa Padang Lamun di Perairan Desa Teluk Bakau Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau

Nama WAKATOBI diambil dengan merangkum nama. ngi- wangi, Kaledupa. dan Binongko

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BIOMASSA LAMUN DI PERAIRAN DESA BERAKIT KECAMATAN TELUK SEBONG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

TELAAH EKOLOGI KOMUNITAS LAMUN (SEAGRASS) PERAIRAN PULAU OSI TELUK KOTANIA KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Padang Lamun 2.2. Faktor Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di

Program Studi Biologi, Jurusan Biologi FMIPA UNSRAT Manado, * korespondensi:

PROPOSAL PRAKTIK KERJA LAPANGAN BALAI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

ADI FEBRIADI. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

Kondisi Komunitas Padang Lamun Di Perairan Kampung Bugis, Bintan Utara.

PRODUKTIVITAS BIOMASSA VEGETASI LAMUN DIPERAIRAN DESA PENGUDANG KECAMATAN TELUK SEBONG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPELAUAN RIAU

JurnalIlmiahPlatax Vol. 6:(1), Januari 2018 ISSN:

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA DIVERSITAS PADANG LAMUN PADA SATU STASIUN DI PANTAI SANUR KOTA DENPASAR PROVINSI BALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lamun (seagrasses) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae), yang

4. HASIL PEMBAHASAN. Sta Latitude Longitude Spesies Keterangan

TINJAUAN PUSTAKA. Wilayah pesisir desa Sitardas memiliki panjang garis pantai sekitar 6 km dan

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

Jenis dan Biomassa Lamun (Seagrass) Di Perairan Pulau Belakang Padang Kecamatan Belakang Padang Kota Batam Kepulauan Riau.

ANALISIS TUTUPAN LAMUN BERDASARKAN JENIS DAN SUBSTRAT DI WILAYAH TRISMADES DESA MALANG RAPAT KECAMATAN KABUPATEN BINTAN ABSTRAK

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

Jurnal Aquarine Vol. 1, No. 2, September Tahun 2010 ISSN : SUMBERDAYA TERIPANG DI PERAIRAN DESA MELAHING BONTANG KUALA KALIMANTAN TIMUR

Peran Lamun sebagai Blue Carbon

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN B O G O R

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang didominasi oleh perairan,

EKOSISTEM LAUT TROPIS (INTERAKSI ANTAR EKOSISTEM LAUT TROPIS ) ANI RAHMAWATI JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNTIRTA

Analisis Kelompok dan Tutupan Lamun di Wilayah TRISMADES Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KERUSAKAN TERUMBU KARANG KARIMUNJAWA AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI BATUBARA

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil pengamatan parameter fisik dan kimia di keempat lokasi

KOMPOSISI JENIS, KERAPATAN, KEANEKARAGAMAN, DAN POLA SEBARAN LAMUN (SEAGRASS) DI PERAIRAN TELUK TOMINI KELURAHAN LEATO SELATAN KOTA GORONTALO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

STRUKTUR KOMUNITAS PADANG LAMUN PADA KEDALAMAN YANG BERBEDA DI PERAIRAN DESA BERAKIT KABUPATEN BINTAN

Transkripsi:

REPORT MONITORING SEAGRASS PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI KABUPATEN WAKATOBI Kerjasama TNC-WWF Wakatobi Program dengan Balai Taman Nasional Wakatobi Wakatobi, Juni 2008 1

DAFTAR ISI LATAR BELAKANG... 3 MAKSUD DAN TUJUAN... 4 METODOLOGI... 5 GAMBARAN HASIL MONITORING... 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 10 LAMPIRAN... 11 2

LATAR BELAKANG Indonesia memiliki panjang garis pantai kurang lebih 81.000 km, dimana di dalamnya terdapat potensi sumberdaya wilayah pesisir dan laut yang sangat besar, di antaranya sumberdaya lamun (seagrass) yang dikenal dengan istilah lamun dan alang-alang laut. Di seluruh dunia terdiri dari 52 spesies. Lamun adalah tanaman berbunga yang berhubungan erat dengan jenis tanaman yang ada di darat, seperti bunga lili, jahe dan rumput. Mereka tumbuh dari dasar laut dengan daun yang memanjang dan tegak serta mempunyai serupa akar yang disebut rizoma yang terkubur di substrak. Komunitas lamun di daerah tropis memainkan peranan penting, berinteraksi dengan mangrove dan terumbu karang. Semua ekosistem ini membuat ekosistem pesisir menjadi stabil, sehingga menunjang faktor-faktor fisik dan biologis bagi komunitas lain. Terumbu karang berperan sebagai penghalang, memungkinkan komunitas mangrove dan lamun di belakangnya dapat tumbuh dengan baik. Lamun menjebak sedimen dan memperlambat gerakan air, sehingga menguntungkan bagi terumbu karang yang sangat rentan terhadap melimpahnya sedimen di perairan. Sedimen dari darat terperangkap di komunitas mangrove, sehingga mengurangi kemungkinan penutupan lumpur pada terumbu dan padang lamun. Kumpulan sedimen yang dikumpulkan oleh lamun, pada gilirannya dapat menjadi substrak bagi komunitas mangrove. Ketiga komunitas di atas menjebak dan memegang makanan sehingga tidak terhanyut ke laut lepas. Taman Nasional Wakatobi (TNW) merupakan kawasan konservasi laut, ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 393/Kpts-VI/1996 tanggal 30 juli 1996 dan ditetapkan berdasarkan SK. Menteri Kehutanan No. 7651/Kpts-II/2002 tanggal 19 Agustus 2002 seluas 1.390.000 Ha, meliputi seluruh perairan P. Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, Binongko, Runduma dan Perairan Pulau Moromaho yang pengelolaaanya dilakukan dengan sistem Zonasi sesuai peruntukannya. Berdasarkan penetapan zonasi TNW sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam No : SK.149/IV-KK/2007, tanggal 23 Juli 2007 yang terdiri atas : Zona Inti. Zona perlindungan bahari, zona Pariwisata, zona pemanfaatan lokal, zona pemanfaatan umum, dan zona khusus daratan memiliki Sumber Daya Alam Penting termasuk di dalamnya adalah lamun. Untuk mengetahui sebaran lamun, jenis lamun dan persentase tutupan lamun maka perlu adanya monitoring lamun dalam mendukung pengelolaan TNW yang efektif dan efisien. 3

MAKSUD DAN TUJUAN Monitoring lamun dimaksudkan untuk mengetahui sebaran lamun, tutupan lamun, dan jenis lamun di dalam kawasan Taman Nasional Wakatobi. Yang bertujuan Untuk mengukur perubahan-perubahan pada lamun dalam hal: - Komposisi jenis (spesies) padang lamun - Tutupan padang lamun - Tinggi kanopi lamun 4

METODOLOGI TEKNIK PELAKSANAAN KEGIATAN Pemantauan lamun dilakukan dengan mengukur perubahan distribusi dari komunitas lamun. Perubahannya termasuk : distribusi lamun pada posisi di quadrat transek, komposisi spesies pada kuadrat transek, kelimpahan dan penutupan lamun. Metode ini juga akan mendorong kepedulian lokal pada monitoring komunitas lamun, menggunakan standardisasi manual. Dengan 50 x 50 m Site (lokasi), letakkan 3 transek (masing-masing 50 m) paralel satu dengan lainnya, 25 m jauhnya dan tegak lurus dari pantai. (lihat contoh gambar); dimana tiap 5 meter setiap garis transek diletakan kuadrat yang ditempatkan sebagai sampling. Suatu alat kuadrat (ukuran 50 x 50 cm) besi segi empat yang digunakan untuk mengsurvei distribusi lamun pada suatu daerah yang dituju, (Manual Monitoring Seagrass yang lengkap ada pada lampiran). WAKTU DAN LOKASI 1. Waktu Kegiatan ini dilaksanakan selama 6 (enam) hari mulai tanggal 17 s/d 23 Mei 2008 2007. 2. Lokasi Lokasi monitoring lamun Meliputi : Perairan Souzu Desa`Matahora, Perairan Pulau Kapota, Perairan Pulau Hoga, Perairan Darawa, Perairan Peropah, Perairan Kelurahan Waha, Perairan Waitii dan Perairan Pulau Lintea Selatan Kawasan Taman Nasional Wakatobi. SARANA DAN PELAKSANA KEGIATAN Sarana yang digunakan dalam melakukan semua kegiatan monitoring mangrove adalah KM Menami, Speed Boat Dinggi, Speed Boat Simba dan Speed Boat Kambala. Kegiatan ini merupakan kegiatan bersama antara TNC-WWF WAKATOBI dengan Balai Taman Nasioanl Wakatobi (TNW). Adapun pelaksana Kegiatan monitoring seagrass dan mangrove berasal dari Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I, II, dan III Balai Taman Nasional Wakatobi dengan TNC-WWF yang diatur sesuai dengan kapasitas waktu, biaya dan jumlah personil yang ada di lapangan. 5

GAMBARAN HASIL MONITORING Kegiatan monitoring lamun dilakukan dengan mengukur tutupan lamun berdasarkan persentase masing-masing jenis lamun yang ada dalam kuadran dan mencatat penutupan alga serta biota laut yang ada di dalam kuadran tersebut. Hasil pelaksanaan monitoring lamun berdasarkan hasil pengamatan adalah : Berdasarkan hasil pengamatan jenis lamun ditemukan sebanyak 8 (delapan) jenis, yaitu 1. Halodule uninervis 2. Halophila ovalis 3. Enhalus acoroides 4. Halophila decipiens 5. Syringodium isoetifolium 6. Thalassia hemprichii 7. Cymodocea serrulata 8. Halodule pinifolia Sedangkan jenis lamun berdasarkan lokasi pengamatan adalah sebagai berikut : a. Perairan Sousu Desa Matahora yaitu : 1. Halodule pinifolia. 2. Halodule uninervis 3. Enhalus acoroides 4. Halophila ovalis 5. Syringodium isoetifolium 6. Halophila decipiens 7. Thalassia hemprichii b. Perairan Pulau Kapota yaitu : 1. Halodule pinifolia. 2. Halodule uninervis 3. Enhalus acoroides 4. Halophila ovalis 5. Syringodium isoetifolium 6. Halophila decipiens 7. Thalassia hemprichii 6

c. Perairan Pulau Hoga 1. Halodule uninervis 2. Enhalus acoroides 3. Halophila ovalis 4. Thalassia hemprichii d. Perairan Darawa 1. Halodule pinifolia. 2. Halodule uninervis 3. Enhalus acoroides 4. Halophila ovalis e. Perairan Peropa 1. Halodule uninervis 2. Enhalus acoroides 3. Halophila ovalis 4. Syringodium isoetifolium 5. Halophila decipiens 6. Thalassia hemprichii 7. Cymodocea serrulata f. Perairan Kelurahan Waha 1. Halodule uninervis 2. Enhalus acoroides 3. Halophila ovalis 4. Syringodium isoetifolium 5. Halodule pinifolia. 6. Thalassia hemprichii 7. Cymodocea serrulata g. Perairan waitii 1. Halodule uninervis 2. Enhalus acoroides 3. Thalassia hemprichii h. Perairan Lintea Selatan 1. Halodule uninervis 2. Enhalus acoroides 3. Halophila ovalis 7

4. Thalassia hemprichii 5. Halophila decipiens Tipe subtrat yang ditemukan 3 jenis yaitu : 1. Pasir Kasar 2. Pasir Halus 3. Pasir Berlumpur Berdasarkan jenis biota laut yang berasosiasi dengan Lamun sebagai berikut : 1. Molusca 2. Antropodae 3. Echinodermata 4. Sponge 5. Bivalvia 6. Crustacea 7. Gastropodae Hasil pengamatan lamun menunjukan bahwa sebaran jenis lamun umumnya merata di setiap lokasi pengamatan. Kekayaan jenis lamun yang ada di Wakatobi tergolong tinggi jika dibandingkan dengan kehadiran lamun di Indonesia yaitu 12 jenis. Secara umum Padang Lamun di dominasi oleh Halodule uninervis dan Thalassia hemprichii dan lokasi yang paling banyak jenis lamun ditemukan adalah di Waha, Kapota dan Matahora. Untuk secara lengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel hasil persentase tutupan padang lamun berdasarkan jenis lamun di TNW Jenis % Tutupan Lamun Rerata Halodule uninervis 13,95 Thalassia hemprichii 12,88 Syringodium isoetifolium 3,28 Halophila decipiens 0,26 Enhalus acoroides 6,79 Halodule pinifolia. 0,93 Halophila ovalis 1,52 Cymodocea serrulata 0,45 8

Tabel distribusi jenis lamun berdasarkan lokasi pengamatan di TNW No Lokasi HU TH SI HD EA HP HO CS 1 Darawa - - 2 Hoga - - - - 3 Kapota - 4 Matahora - 5 Waitii - - - - 6 Lentea Selatan - - - 7 Waha 8 Peropa - - Tabel hasil persentase tutupan padang lamun berdasarkan lokasi pengamatan di TNW No Lokasi % Tutupan Tinggi Kanopi (cm) 1 Darawa 5.94 26.70 2 Hoga 4.34 23.14 3 Kapota 4.85 18.08 4 Matahora 7.20 18.83 5 Waitii 3.91 38.56 6 Lentea Selatan 2.40 12.29 7 Waha 8.34 35.06 8 Peropa 4.38 8.96 Data hasil pengukuran disajikan dalam bentuk table terlampir. 9

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil kegiatan monitoring lamun dan mangrove dalam kawasan TNW ini dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu : 1. Jenis lamun yang ditemukan pada monitoring tersebut sebanyak 8 (delapan) jenis yang tersebar pada 8 (delapan) lokasi pengamatan. 2. Kelimpahan kemunculan Persentase tutupan lamun dominan pada jenis Halodule uninervis 13,95%, Thalasia hemprici 12,88% dan Enhalus acoroides 6,79%. B. Saran Dari hasil monitoring lamun dalam kawasan TNW tim pelaksana menyarankan bahwa : 1. Perlu adanya monitoring lamun secara periodik (2 kali pertahun) untuk mengetahui dinamika dan tingkat kerusakan lamun dalam kawasan TNW. 2. Perlu adanya perencanaan yang matang untuk pelaksanaan kegiatan lebih lanjut. 10

LAMPIRAN Peta Hasil Pemantauan Lamun (dapat dilihat dibawah) : Data hasil pengukuran lamun (format exel) Manual Monitoring lamun (format word) 11

12

This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com. The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.