DENSITY FUNCTIONAL THEORY UNTUK PENENTUAN GEOMETRI DAN KARAKTERISTIK IKATAN DARI KOMPLEKS Ni(II)-DIBUTILDITIOKARBAMAT DAN Co(II)-DIBUTILDITIOKARBAMAT

dokumen-dokumen yang mirip
STRUKTUR HIDRASI KOBALT(II) BERDASARKAN SIMULASI DINAMIKA MOLEKUL QUANTUM MECHANICAL CHARGE FIELD

THE INTERACTION OF Co 2+ -AMMONIA MODELLING: THE COMPARATIVE STUDY BETWEEN AB INITIO AND ELECTRON CORRELATION METHODS

Reaksi Hidrogenasi Metoksida Menjadi Metanol pada Klaster Pd6Ni

Kimia Koordinasi Teori Ikatan Valensi

REAKSI Cr, Cr 2, Mn, Mn 2, Fe, DAN Fe 2 DENGAN F 2, H 2, N 2, DAN O 2 : KAJIAN TEORI FUNGSIONAL KERAPATAN

4 Hasil dan Pembahasan

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

Senyawa Koordinasi (senyawa kompleks)

STUDI TEORITIS MOLEKUL FNO 2 DAN FONO

PEMODELAN INTERAKSI ETER MAHKOTA BZ15C5 TERHADAP KATION Zn 2+ BERDASARKAN METODE DENSITY FUNCTIONAL THEORY

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER. Mata Kuliah : KIMIA KOMPUTASI Semester: VI (ENAM) sks: 3 Kode: D

BAB I PENDAHULUAN I.1

KIMIA KOMPUTASI Pengantar Konsep Kimia i Komputasi

STUDI SIFAT KOOPERATIF IKATAN HIDROGEN PADA CH 3 CHO.2H 2 O DAN CH 2 ClCHO.2H 2 O MENGGUNAKAN METODE DFT

MANY BODY EFFECTS ON Zn 2+ -H 2 O COMPLEX. Himmatul Barroroh 1 ABSTRACT

MAKALAH KARAKTERISTIK POTENSIAL BADAN-3: SISTEM Zn(II)-AIR-AMONIAK

Senyawa Koordinasi. Ion kompleks memiliki ciri khas yaitu bilangan koordinasi, geometri, dan donor atom:

Studi Teoretis Struktur Elektronik dan Sifat Transisi Spin Kompleks [Fe(dpa) 2 (NCS) 2 ]

PAH akan mengalami degradasi saat terkena suhu tinggi pada analisis dengan GC dan instrumen GC sulit digunakan untuk memisahkan PAH yang berbentuk

S. Hadisaputra, et al., ALCHEMY jurnal penelitian kimia, vol. 11 (2015), no. 2, hal

PENGARUH ORIENTASI PADA INTERAKSI TiO 2 - POLISTIRENA TERSULFONASI (PST) TERHADAP POTENSI TRANSFER PROTON

PENGARUH ENKAPSULASI Be TERHADAP KARAKTERISASI SILICON NANOTUBE ARMCHAIR

Studi Adsorpsi Molekul Nh 3 Pada Permukaan Cr(111) Menggunakan Program Calzaferri

STRUKTUR SOLVASI ION SKANDIUM(I) DALAM AMMONIA BERDASARKAN METODE MEKANIKA KUANTUM DAN MEKANIKA KLASIK

Austrian-Indonesian i Centre (AIC) for Computational ti lchemistry, Jurusan Kimia i. KIMIA KOMPUTASI Konsep Perhitungan Mekanika Kuantum 2 (Basis Set)

ENERGI TOTAL KEADAAN EKSITASI ATOM LITIUM DENGAN METODE VARIASI

SENYAWA KOMPLEKS. Definisi. Ion Kompleks. Bilangan koordinasi, geometri, dan ligan RINGKASAN MATERI

PENENTUAN STOPPING POWER DAN INELASTIC MEAN FREE PATH ELEKTRON DARI POLIETILEN PADA ENERGI 200 ev 50 kev

LAPORAN RESMI PAKTIKUM KIMIA KOMPUTASI. Analisis Butana. Oleh : AMRULLAH 13/347361/PA/ Jum at, 4 Maret 2016 Asisten Pembimbing : Wiji Utami

STUDI AB INITIO: STRUKTUR MEMBRAN NATA DE COCO TERSULFONASI

UNESA Journal of Chemistry Vol. 1, No. 1, May 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Struktur Porfirin (Jaung, 2005)

KARAKTERISASI TEORITIS SEMIKONDUTOR SILICON NANOTUBE ARMCHAIR MENGGUNAKAN METODE DFT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGANTAR KIMIA KOMPUTASI

ENERGI TOTAL KEADAAN DASAR ATOM BERILIUM DENGAN TEORI GANGGUAN

Indo. J. Chem. Sci. 2 (1) (2013) Indonesian Journal of Chemical Science

Ikatan Kimia. 2 Klasifikasi Ikatan Kimia :

Pembelajaran Reaksi Isomerisasi HOCN-HNCO Melalui Studi Komputasi AB INITIO

ESTIMASI pk a dan pk b BERDASARKAN PENDEKATAN KIMIA KOMPUTASI DENGAN METODA SEMIEMPIRIK PM3

1.1 Senyawa Koordinasi (Coordination Coumpond)

Grafit sebagai Peyimpan Hidrogen dalam Sistem Fuel Cells: Studi Kimia Komputasi Material untuk Energi Terbarukan

DOCKING ANALOG KURKUMIN TURUNAN PIPERAZINDION DENGAN TUBULIN (1TUB) RANTAI MENGGUNAKAN VINA DAN AUTODOCK 1

Indo. J. Chem. Sci. 2 (1) (2013) Indonesian Journal of Chemical Science

KAJIAN MEKANISME REAKSI HIDROLISIS N-FENIL-3- HIDROKSI PIKOLINAMIDA DALAM KONDISI BASA MENGGUNAKAN METODE DFT DAN POST-SCF

SIMULASI EFEKTIVITAS SENYAWA OBAT ERITROMISIN F DAN 6,7 ANHIDROERITROMISIN F DALAM LAMBUNG MENGGUNAKAN METODE SEMIEMPIRIS AUSTIN MODEL 1 (AM1)

STRUKTUR LEWIS DAN TEORI IKATAN VALENSI

Struktur Molekul:Teori Orbital Molekul

Ni 2+ ION IN WATER; FORMATION OF INTERMOLECULAR POTENTIAL FUNCTION

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS KOBALT(II) DENGAN BENZOKAIN

kimia REVIEW I TUJUAN PEMBELAJARAN

IJCR-Indonesian Journal of Chemical Research p. ISSN: Vol.3 No.1-2, Hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

COORDINATION COMPOUND. Disusun oleh : Bintang Ayu Kalimantini NIM : KELAS D 10.30

ORBITAL DAN IKATAN KIMIA ORGANIK

TUGAS KIMIA ANORGANIK TEORI IKATAN VALENSI DAN HIBRIDISASI ORBITAL

MOLECULAR MODELLING OF M n+.[dbz16c5] COMPLEXES, M = Li +, Na + AND Zn 2+ BASED ON MNDO/d SEMIEMPIRICAL METHOD

Pemodelan Interaksi Serium(III) dan Air dengan Teori Perhitungan Ab Initio serta Penentuan Himpunan Fungsi Basisnya

Kegiatan Belajar 4 Kimia Unsur. Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada materi Kimia Unsur.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

Senyawa Koordinasi. Kompleks ion dengan pusat d B memiliki empat ligan dengan dengan bentuk persegi planar (B)

TEORI IKATAN VALENSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Indo. J. Chem. Sci. 3 (1) (2014) Indonesian Journal of Chemical Science

RINGKASAN Kimia Anorganik

ANALISIS SOAL UJIAN HARIAN KELAS XI BAB: TEORI ATOM MEKANIKA KUANTUM, BENTUK MOLEKUL, DAN GAYA ANTARMOLEKUL

Dr. rer. Nat. Agustino Zulys M.Sc.

SISTEM PERIODIK UNSUR

J. Pijar MIPA, Vol. XI No.1, Maret 2016: ISSN (Cetak) ISSN (Online)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAJIAN TEORITIS UNTUK MENENTUKAN CELAH ENERGI KOMPLEKS 8-HIDROKSIQUINOLIN TERKONJUGASI LOGAM BESI DENGAN MENGGUNAKAN TEORI KERAPATAN FUNGSIONAL

Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2 ISSN STUDI KOMPUTASI SENYAWA DOPAMIN DAN DOPAMIN-TI(OH) 2 UNTUK APLIKASI SEL SURYA TERSENSITASI ZAT WARNA

Alur/flowchart perhitungan kimia komputasi

KATA PENGANTAR Preparasi Ligan Anilinditiokarbamat sebagai Pengompleks Logam Transisi melalui Ekstraksi Cair-cair Vera Mufsiroh, 2013

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH KIMIA DASAR (KD) KODE / SKS : KD / 3 SKS

Intisari Konsep Kimia Dasar Jilid-1

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3

Bentuk Molekul. Membuat struktur lewis menggunakan aturan octet, yaitu setiap atom mengisi kulit terluarnya dengan 8 elektron dan 2 untuk hydrogen.

! " "! # $ % & ' % &

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN KIMIA

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

BAB 3 GEOMETRI DAN KEPOLARAN MOLEKUL

PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA TERPADU GRUP IMC (INTERMOLECULAR CHEMISTRY) OLEH : Dr. Parsaoran Siahaan, MS

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstualitas pada materi

MODUL KIMIA SMA IPA Kelas 10

Teori medan kristal adalah model yang hampir secara menyeluruh menggantikan teori ikatan valensi, pertama kali dimunculkan oleh Hans Bethe pada 1929.

IKATAN KIMIA MAKALAH KIMIA DASAR

Perhitungan Nilai Eigen Sistem Quantum Dots Dengan Teori Kerapatan Fungsional Menggunakan Pendekatan Densitas Lokal. Fathi Fadhlur Rabbani

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum

STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA

No. Dokumen : FTK-FR-AKD-001 FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN Tgl. Terbit : 02 September2013. SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG Hal : 1/2 SILABUS

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

Bab II Bentuk Molekul dan Gaya Antarmolekul

Komponen Materi. Kimia Dasar 1 Sukisman Purtadi

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN KIMIA

Research and Development on Nanotechnology in Indonesia, Vol.1, No.1, 2014, pp ISSN :

TERHADAP PERUBAHAN UKURAN WINDOW

Transkripsi:

DENSITY FUNCTIONAL THEORY UNTUK PENENTUAN GEOMETRI DAN KARAKTERISTIK IKATAN DARI KOMPLEKS Ni(II)-DIBUTILDITIOKARBAMAT DAN Co(II)-DIBUTILDITIOKARBAMAT Pongajow, N.T., 1 Juliandri 2 dan Hastiawan, I. 3 1 Pascasarjana Unpad, Jl. Dipati Ukur No 35, Bandung, 40132 2 Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung Sumedang Km.21 Jatinagor e-mail : nicolinpongajow@yahoo.com ABSTRAK DENSITY FUNCTIONAL THEORY UNTUK PENETUAN GEOMETRI DAN KARAKTERISTIK IKATAN DARI KOMPLEKS Ni(II)-DIBUTILDITIOKARBAMAT DAN Co(II)- DIBUTILDITIOKARBAMAT.DFT merupakan salah satu metode komputasi yang digunakan untuk perhitungan kimia.metode ini memudahkan kimiawan untuk meramalkan struktur dan karakteristik dari suatu senyawa. Dalam penelitian ini akan ditentukan geometri dan karaktersitik ikatan dari senyawa kompleks Ni(II)-dibutilditiokarbamat dan Co(II)-dibutilditiokarbamat menggunakan metode DFT dengan fungsi B3LYP dan B3PW91. Basis set yang akan digunakan adalah LANL2DZ dan perangkat lunak Gaussian 03W.Hasil optimasi geometrimenunjukkan bentuk struktur yang sama dengan data pembanding Ni(II)-dietilditiokarbamat, yaitu persegi planar. Keterisian elektron pada ikatan Ni S adalah 1,8873 elektron, yang merupakan 20,24 % elektron dari Ni dan 79,76 % dari S. Untuk ikatan Co S, keterisian elektronnya adalah 1,8971 elektron dengan kontribusi elektron dari Co adalah 19,43% dan S adalah 80,57%. Bentuk geometri persergi planar dibuktikan dengan hasil analisis NBO yang menunjukkan hibridisasi Ni(II)-dibutilditiokarbamat adalah d 1,05 sp 2.05 dan Co(II)-dibutilditiokarbamat adalah d 1,04 sp 2,04. Kata kunci: DFT,dibutilditiokarbamat, geometri, karakteristik ikatan, senyawa kompleks ABSTRACT DENSITY FUNCTIONAL THEORY FOR GEOMETRY CALCULATION AND BOND CHARACTERIZATION OF Ni(II)-DIBUTYLDITHIOCARBAMATE AND Co(II)- DIBUTYLDITHIOCARBAMATE.Density Functional Theory (DFT)is one of computational method that used for chemical calculation. This method helps chemist to predict structure and bonding characters of complex compounds. In this study the geometriesandbond charactersofni(ii)- dibutyldithiocarbamate and Co(II)-dibutyldithiocarbamate complex compoundswill be determined. The functions used in this study areb3lypandb3pw9. All calculations were performed at LANL2DZlevel of basis set as implemented in Gaussian03W.The geometries ofco(ii)-, and Ni(II)- dibutyldithiocarbamateshow a similarity to theexperimentalsquare-planar Ni(II)-dietyldithiocarbamate. The electronic occupation of Ni S molecular orbital is 1.8873 electrons, with 20.24% and 79.76% contribution from Ni and S respectively. For the Co Smolecular orbital, the electronic occupation is 1.8971, with 19.43% and 80.57% contibution from Co and Srespectively. Square-planar geometrieswere proved by NBO analysis that produce the hybridization of Ni(II)-dibutyldithiocarbamateand Co(II)- dibutyldithiocarbamateared 1.05 sp 2.05 and d 1.04 sp 2.04 respectively. Keywords: DFT, dibutyldithiocarbamate, geometry, bond characters, complexes compounds 197

1. PENDAHULUAN Senyawa ditiokarbamat memiliki berbagai kegunaan baik dalam industri maupun di laboratorium. Salah satu kegunaan dari senyawa ini adalah bisa bereaksi sebagai ligan sehingga bisa digunakan dalam pemisahan suatu logam. Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam pemisahan maka karakteristik dari ligan yang akan digunakan juga harus diketahui. Perkembangan teori mekanika kuatum, telah memberi kemudahan bagi kimiawan untuk memprediksi sifat-sifat dari suatu senyawa dengan hasil yang akurat. Untuk melakukan prediksi terhadap suatu senyawa, saat ini telah berkembang suatu cabang baru dalam ilmu kimia yang dikenal dengan istilah kimia komputasi. Penggunaan kimia komputasi memberikan kemudahan kepada kimiawan karena bisa menghitung suatu senyawa yang bersifat kompleks dan meramalkan sifat dari senyawa tersebut. Salah satu metode yang digunakan dalam perhitungan komputasi adalah metode Density Functional Theory (DFT). DFT adalah cara cerdas untuk menyelesaikan persamaan Schrodinger untuk sistem banyak-partikel [1]. Dasar pemikiran dari metode ini adalah energi dari suatu molekul dapat ditentukan dari kerapatan elektron dari molekul tersebut [2].Dalam metode ini tidak menghitung elektron secara keseluruhan karena cara perhitungannya berdasarkan kerapatan elektronnya. Penggunaan metode ini memberikan kemudahan karena bisa menghitung dengan hasil yang mendekati eksperimen dan tidak membutuhkan waktu yang cukup lama. Beberapa penelitian terdahulu yang telah berhasil dengan penggunaan metode DFT diantaranya adalah : penentuan geometri pada senyawa Zn-dibutilditiokarbamat [3], penentuan distribusi muatan dan karakteristik ikatan pada senyawa kompleks Co-dietilditiokarbamat dan Ni-dietilditiokarbamat [4], serta memprediksi energi dan geometri senyawa [5]. Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan suatu kajian tentang senyawa kompleks Co-dibutilditiokarbamat dan Ni dibutilditiokarbamat dalam penentuan geometri dan karakterisasi yang dimiliki dari kedua kompleks ini. Keadaan geometri bisa mempengaruhi sifat-sifat fisis dan kimia dari suatu senyawa. Diharapkan dengan adanya informasi tentang geometri dari senyawa Codibutilditiokarbamat dan Nidibutilditiokarbamat dapat membantu kimiawan dalam penggunaan senyawa ini baik di laboratorium maupun dunia industri. 2. TEORI Metode DFT umum digunakan untuk optimasi geometri dan stuktur elektron kompleks logam transisi. Metode ini cukup akurat, mudah digunakan, dan cukup cepat untuk mempelajari molekul yang relatif besar dari kompleks logam transisi. Keakuratan perhitungan DFT dapat diuji dengan cara mencocokkan data perhitungannya dengan data eksperimen, seperti data XRD, UV-Vis, FTIR, dan NMR [6]. Metode ini telah menjadi metode pilihan untuk senyawa logam transisi [7]. Dalam perhitungan komputasi dengan metode DFT diperlukan suatu fungsi/fungsional yang merupakan pendekatan dari beberapa teori dalam perhitungan komputasi. Beberapa fungsi yang sering digunakan dalam penelitian adalah B3LYP, B3PW91, BLYP, HFS, VWN, G96, P86, B96 dan B3P86 [2]. B3LYP dan B3PW91 disebut juga sebagai fungsi Hybrid karena merupakan hasil kombinasi perkiraan Hartree-Fock dengan pertukaran energi dan perkiraan DFT dengan pertukaran energi, semuanya dikombinasikan dalam fungsional yang meliputi korelasi elektron. Berikut ini adalah persamaan dari metode Hybrid B3LYP [8]: (1) dengan a, b, dan c adalah konstanta semiempiris dengan nilai a = ~ 0,2; b = ~ 0,7 dan c = ~ 0,8. Fungsional B3PW91 menunjukkan penggunaan dari tiga-parameter, dan juga pertukaran GGA dan fungsi korelasi B dan PW91, dengan persamaan sebagai berikut [9] : (2) dimana a, b, dan c masing-masing adalah 0,20; 0,72, dan 0,81. Untuk perhitungan elektron, diperlukan adanya fungsi basis yang telah memiliki nilai koefisien di dalamnya. Dalam penelitian ini, LANL2DZ bisa digunakan sebagai fungsi basis untuk senyawa kompleks yang akan dikaji. LANL2DZ cocok digunakan untuk kompleks Ni-dibutilditiokarbamat dan Codibutilditiokarbamat karena termasuk kompleks 198

dengan sistem banyak-elektron. Fungsi basis LANL2DZ hanya akan menghitung elektron valensi dari masing-masing atom saja sehingga tidak memerlukan waktu komputasi yang lama tapi bisa memberikan hasil yang mendekati data percobaan. sekitar 0,1 0,2. Misalnya panjang ikatan Ni S1 hasil perhitungan komputasi adalah 2.3194 Å (B3LYP); 2.3011 Å (B3PW91); dan2.3362 Å (BLYP) sedangkan data eksperimen adalah 2.2011 Å. 3. TATA KERJA (BAHAN DAN METODE) Perangkat lunak yang akan digunakan yaitu Gaussian 03W [10] untuk melakukan optimasi geometri dan perhitungan frekuensi. Metode komputasi yang digunakan adalah DFT dengan fungsi B3LYP (Becke, 1993) dan B3PW91 pada basis set LANL2DZ [11]. B3LYP adalah Fungsional hybrid yang dikemukakan Becke. B3PW91 adalah fungsi hybrid tiga paramete Becke dan fungsi korelasi gradien terkoreksi PW91 [12]. Basis set LANL2DZ diaplikasikan untuk atom H, Li-La, Hf-Bi. Tahapan percobaan meliputi : pemodelan struktur dengan perangkat lunak Gauss View, dibuat input pada Gaussian 03W dengan basis set LANL2DZ untuk masing-masing metode yaitu B3LYP dan B3PW91, proses perhitungan, diperoleh data hasil perhitungan, dibandingkan dengan data pembanding untuk analisis data. Data pembanding yang digunakan yaitu Ni(II)- dietilditiokarbamat [4]. Tujuannya untuk validasi metode yang digunakan. Untuk mendapatkan karakterisasi ikatan digunakan analisis Natural Bond Orbital [13]. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Molekul Ni(II)-dietilditiokarbamat Untuk mendapatkan keakuratan hasil perhitungan dan validasi metode yang digunakan maka dibuat pemodelan untuk senyawa Ni(II)-dietilditiokarbamat guna dibandingkan dengan data ekperimen. Gambar 1. berikut ini adalah hasil optimasi geometri yang diperoleh dengan metode komputasi. Hasil optimasi geometri menunjukkan bentuk struktur senyawa Ni(II)-dietilditiokarbamat adalah persegi planar. Bentuk struktur ini sesuai dengan geometri pada data eksperimen yaitu persegi planar. Berikut ini adalah tabel perbandingan data hasil perhitungan secara ekperimen dengan komputasi. (Tabel 1.) Perbandingan panjang ikatan Ni(II)- dietilditiokarbamat singlet secara komputasi dan ekperimen menunjukkan hasil yang baik dengan selisih panjang ikatan 0,1 Å dan sudut ikatan Gambar 1. Ni(II)-dietilditiokarbamatsinglet Tabel 1. Panjang ikatan dan sudut ikatan dari Ni(II)-dietilditiokarbamat singlet Panjang Komputasi Ikatan (Å) dan Eksperimen Sudut Ikatan B3LYP B3PW91 ( ) Ni S1 2,201 2,319 2,301 S2 C1 1,723 1,787 1,779 C1 N 1,318 1,346 1,343 N C2 1,475 1,491 1,484 C2 C4 1,512 1,542 1,536 S1 Ni S2 79,55 79,48 79,81 Ni S1 C1 85,33 84,21 84,03 S1 C1 N 124,9 123,9 123,9 C1 N C2 121,2 120,9 120,7 C2 N C3 117,4 118,1 118,6 C1 N C3 121,3 120,9 120,7 Sudut ikatan S1 Ni S2 dari data eksperimen adalah 79,55 sedangkan data perhitungan komputasi adalah 79,48 (B3LYP), 79,81 (B3PW91) dan 79,27 (BLYP). Adanya selisih panjang dan sudut ikatan ini diperkirakan karena perbedaan wujud zat dari senyawa kompleks yang disimulasi secara komputasi dengan eksperimen di laboratorium. Dalam simulasi komputasi, kompleks dianggap dalam wujud gas sedangkan dalam eksperimen laboratorium kompleks tersebut dalam bentuk padatan. Selisih panjang dan sudut ikatan yang diperoleh tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan sehingga bisa dikatakan metode DFT dengan fungsi B3LYP, B3PW91 dan BLYP bisa digunakan untuk optimasi geometri pada senyawa kompleks yang akan dikaji. 199

4.2 Geometri senyawa Ni(II)- dibutilditiokarbamat Bentuk geometri yang diperoleh untuk senyawa kompleks Ni(II)-dibutilditiokarbamat dalam keadaan singlet adalah persegi planar. Bentuk persegi planar menunjukkan bahwa orbital hibrida yang digunakan dalam pembentukan kompleks adalah dsp 2. Gambar 2. Ni(II)-dibutilditiokarbamatsinglet tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan meskipun rantai alkilnya berbeda tapi bentuk geometrinya sama yaitu persegi planar. 4.3 Geometri senyawa Co(II)- dibutilditiokarbamat Hasil optimasi geometri menunjukkan bentuk struktur persegi planar untuk senyawa kompleks Co(II)- dibutilditiokarbamatdoublet.orbital hibrida yang digunakan dalam pembentukan kompleks adalah dsp 2. Dari hasil ini dapat diamati adanya kesamaan bentuk geometri antara senyawa Co(II)-dibutilditiokarbamat dengan Ni(II)- dibutilditiokarbamat. Bentuk geometri yang sama ini diduga karena atom pusat Co dan Ni memiliki sifat yang sama. Hal ini dilatarbelakangi oleh bilangan oksidasi yang dimiliki atom Co dan Ni adalah sama-sama +2 dan +3 sehingga memungkinkan diperolehnya bentuk geometri yang sama. Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan panjang dan sudut ikatan dari kompleks ini. Tabel 2. Panjang ikatan dan sudut ikatan dari Ni(II)-dibutilditiokarbamat singlet PanjangIkatan(Å) dan MetodeKomputasi Sudut Ikatan ( o ) B3LYP B3PW91 Ni S1 2,319 2,300 S2 C1 1,788 1,779 C1 N 1,345 1,342 N C2 1,489 1,482 C2 C4 1,545 1,539 S1 Ni S2 79,49 79,83 Ni S1 C1 84,21 84,03 S1 C1 N 123,96 123,95 C1 N C2 120,90 120,67 C2 N C3 118,18 118,65 C1 N C3 120,91 120,68 Hasil perhitungan komputasi untuk senyawa kompleks Ni(II)-dibutilditiokarbamat dengan Ni(II)-dietilditiokarbamat menunjukkan hasil yang hampir sama. Misalnya panjang ikatan Ni S1 untuk kompleks Ni-dibutilditiokarbamat singlet dengan metode B3LYP diperoleh hasil 2,319 Å dan untuk Ni(II)-dietilditiokarbamat singlet adalah 2,319 Å. Sudut ikatan S1 Ni S2 untuk Ni(II)-dibutilditiokarbamat singlet adalah 79,49 sedangkan untuk Ni(II)- dietilditiokarbamat singlet adalah 79,48. Perbandingan dengan data eksperimen juga Gambar 3. Co(II)-dibutilditiokarbamatdoublet Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan panjang dan sudut ikatan untuk kompleks ini. Tabel 3. Panjang ikatan dan sudut ikatan dari Co(II)-dibutilditiokarbamat doublet PanjangIkatan(Å), Sudut Komputasi Ikatan ( o ) B3LYP B3PW91 Co S1 2,334 2,315 S2 C1 1,789 1,781 C1 N 1,346 1,343 N C2 1,490 1,482 C2 C4 1,545 1,539 S1 Co S2 79,03 79,36 Co S1 C1 84,37 84,21 S1 C1 N 123,88 123,89 C1 N C2 120,93 120,70 C2 N C3 118,13 118,59 C1 N C3 120,93 120,70 Perbandingan panjang dan sudut ikatan 200

antara Co(II)-dibutilditiokarbamat dan Ni(II)- dibutilditiokarbamat menunjukkan hasil yang hampir sama baik metode B3LYP dan B3PW91. Hasil ini juga membuktikan akan kemiripan sifat yang dimiliki antara atom pusat Co dan Ni. 4.4 Karakteristik Ikatan Keterisian elektron pada ikatan Ni-S senyawa kompleks Ni(II)-dibutilditiokarbamat (singlet) dianalisis dengan NBO (Natural Bond Orbital). Hasil analisis menunjukkan bahwa keterisian elektron dalam pada ikatan Ni S adalah 1,8873 elektron dimana atom Ni menyumbangkan elektron sebesar 20,24 % dan atom S sebesar 79,76 % elektron. Untuk senyawa Co(II)-dibutilditiokarbamat, keterisian elektron pada ikatan Co S adalah 1,8971 elektron dengan kontribusi elektron dari Co adalah 19,43% dan S adalah 80,57%. Hasil analisis ini membuktikan bahwa atom pusat juga memiliki kontribusi dalam pembentukan kompleks. Elektron yang berikatan tidak hanya berasal dari ligan saja tetapi juga dari atom pusat. Adanya kontribusi dari atom pusat dalam pembentukan kompleks juga dibuktikan dengan perubahan muatan pada atom pusat dari Ni 2+ menjadi Ni 0,02+ dan untuk Co 2+ berubah menjadi Co 0,01+. Hasil analisis NBO juga membuktikan hibridisasi yang terjadi pada kompleks Ni(II)- dibutilditiokarbamat singlet adalah d 1,05 sp 2,05 dan untuk kompleks Co(II)-dibutilditiokarbamat singlet adalah d 1,04 sp 2,04. 5. KESIMPULAN Perhitungan komputasi dengan metode DFT telah berhasil digunakan dalam penentuan geometri dan karakteristik ikatan pada kompleks logam Ni(II)-dibutilditiokarbamat singlet dan Co(II)-dibutilditiokarbamat doublet. Hasil optimasi geometri menunjukkan bahwa kedua kompleks ini memiliki bentuk geometri persegi planar. Hibridisasi yang terbentuk adalah d 1,05 sp 2.05 untuk Ni(II)-dibutilditiokarbamat dan d 1,04 sp 2.04 untuk Co(II)-dibutilditiokarbamat yang juga dibuktikan dengan analisis NBO. Dalam pembentukkan kompleks, ternyata atom pusat juga memberikan kontribusi elektron ketika berikatan. Hal ini dibuktikan secara komputasi dengan perubahan muatan yang terjadi pada atom pusat. 6. DAFTAR PUSTAKA 1. FIOLHAIS, C.,NOGUEIRA, F. and MARQUES, M., A Primer in Density Functional Theory, Springer, Germany (2002). 2. YOUNG, D.C., Computational Chemistry : A Practical Guide for ApplyingTechniquesto Real- WorldProblems, Wiley & Sons, Inc. New York (2001). 3. KHOTIB, M., Tesis, Jurusan Kimia, Tesis, Institus Pertanian Bogor, Bogor (2010) 4. LEE, C.R., TAN, L.Y. dan WANG, Y. Charge density distribution and bond characterization of metal dialkyldithiocarbamate complexes (M = Co,Ni). J.Phy.Chem.Solids 62.613-1628. (2001). 5. LI, QIAN-SHU., XU, XIU-DONG., ZHANG, S. Predicting energies and geometries for reactions involved in atmosphere chemistry: a comparison study between hybrid DFT methods. J. Chem.Phy Letters 384, 20-24. (2003). 6. SUNARTO, Y.N., Tesis, Jurusan Kimia, ITB, Bandung (2012) 7. TROMBA and HAMBLEY., Molecular Modeling of Inorganic Compounds, Wiley-VHC, Germany (2001). 8. JENSEN, F., Introduction to Computational Chemistry, Wiley& Sons, Chicester (2007). 9. Cramer, C. J., Essentials of Computational Chemistry, John Wiley and Sons, Chicester (2004). 10. FRISCH, M. J., G. W. TRUCKS, H. B. SCHLEGEL, G. E. SCUSERIA, M. A. ROBB, J. R. CHEESEMAN, V. G. ZAKREWSKI, J. A. MONTGOMERY, Jr., R. E. STARTMANN, J. C. BURATN, S. DAPPRICH, J. M. MILLAM, A. D. DANIELS, K. N. KUDIN, M. C. STRAIN, O. FARKAS, J. TOMASI, V. BARONE, M.COSSI, R. CAMMI, B. MENUCCI, C. POMELLI, C. ADAMO, S. CLIFFORD, J. OCHTERSKI, G. A. PETERSSON, P. Y. AYALA, Q. CUI, K. MOROKUMA, D. K. MALICK, A. D. RABUCK, K. RAGHAVACHARI, J. B. FORESMAN, J. CIOSLOWSKI, J. V. ORTIS, A. G. BABOUL, B. B. STEFANOV, G. LIU, A. LIASHENKO, P. PISKORZ, I. KOMAROMI, R. GOMPERTS, R. L. MARTIN, D. J. FOX, T. KEITH, M. Al-LAHAM, C. Y. PENG, A. NAYAKKARA, C. GONZALES, M. CHALLACOMBE, P. 201

M. W. GILL, B. JOHNSON, W. CHEN, M. W. WONG, J. L. ANDREAS, C. GONZALES, M. HEAD-GORDON, E. S. REPLOGE and J. A. POPLE.Gausian 03Rev, E.01., Gausian, Inc., Pittsburgh (2003). 11. HAY, P. J andwadt, W. R. J. Chem. Phys.82, 270 (1985). 12. PERDEW, J. P., BURKE, K., andwang, Y.,Phys. Rev. B54, 16533 (1996). 13. REED, A.E., CARPENTER, J.E., WEINHOLD, F., NBO version 3.1. DISKUSI Aan Harvian: Apa tidak lebih baik penggunaan XAR? Nicolin Tirza Pongajow: Tujuan penelitian melihat kestabilan kompleks, jadi memang belum pernah mencoba dengan XAR. 202