BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asap merupakan dispersi uap asap dalam udara yang dihasilkan dari proses

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menyerang jaringan keras gigi seperti , dentin dan sementum, ditandai

BAB I PENDAHULUAN. palatum, lidah, dan gigi. Patologi pada gigi terbagi menjadi dua yakni karies dan

I. PENDAHULUAN. memiliki potensi perikanan terbesar ketiga dengan jumlah produksi ,84

BAB I PENDAHULUAN. insisif, premolar kedua dan molar pada daerah cervico buccal.2

ANATOMI GIGI. Drg Gemini Sari

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

I.PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. bersoda dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan berkarbonasi

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Angka kejadian masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. protein, berbagai vitamin dan mineral (Widodo, 2003). Susu adalah cairan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Yaitu keausan gigi yang disebabkan oleh kontaknya gigi.makin sering kontak terjadi, makin besar keausannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. minuman yang sehat bagi tubuh untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. 1

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prevalensi yang terus meningkat akibat fenomena perubahan diet (Roberson dkk.,

PENGASAPAN. PENGASAPAN merupakan perlakuan terhadap produk makanan dengan gas yang dihasilkan dari pemanasan material tanaman (contoh : kayu)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian dan Gambaran Klinis Karies Botol. atau cairan manis di dalam botol atau ASI yang terlalu lama menempel pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Setiap individu terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang. 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif.

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

TINJAUAN PUSTAKA. Kerbau adalah hewan tergolong memamah biak subkeluarga bovinae dan

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut

TINJAUAN PUSTAKA. nabati yang penting di Indonesia. Kelapa minyak sawit mengandung kurang lebih

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. diterima oleh dokter gigi adalah gigi berlubang atau karies. Hasil survey

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Erosi gigi adalah luruhnya jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, khususnya pada pertumbuhan gigi desidui anak. Banyak orang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya di era modern ini banyak hasil pengolahan ikan yang

I. PENDAHULUAN. Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai

Pengasapan pangan. Kuliah ITP

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Pendahuluan. Harmas Yazid Yusuf 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih bervariasi. Peristiwa ini dapat dilihat dengan konsumsi pada makanan dan

I. PENDAHULUAN. Kalsium merupakan kation dengan fosfat sebagai anionnya, absorbsi

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel.

BAB I PENDAHULUAN. 90% dari populasi dunia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Jaringan ikat termineralisasi yang membalut akar gigi dan merupakan tempat tertanamnya serabut gingiva dan ligamen periodontal.

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

TINJAUAN PUSTAKA. dari pada daging domba dan sapi sehingga tingkat konsumsi daging itik di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup tinggi. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh

PENTINGNYA OLAH RAGA TERHADAP KEBUGARAN TUBUH, KESEHATAN GIGI DAN MULUT.

II. TINJAUAN PUSTAKA. karena rasanya lezat dan mengandung nilai gizi tinggi. (Sudarisman, 1996). Pramono (2002)

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi dan mulut di Indonesia. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. hemiselulosa dan lignin dan telah dikondensasi. Asap cair masih mengandung

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Hasil rata rata pengukuran kekerasan pada spesimen adalah sebagai berikut:

Bab IV Pembahasan. Pembuatan Asap cair

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahan baku utamanya yaitu susu. Kandungan nutrisi yang tinggi pada keju

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karies. Hal ini dipengaruhi oleh morfologi dan kandungan mineral penyusun gigi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mahkota (crown) dan jembatan (bridge). Mahkota dapat terbuat dari berbagai

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN

HISTOLOGI JARINGAN KERAS DAN JARINGAN LUNAK RONGGA MULUT BLOK 5: STRUKTUR SISTEM STOMATOGNATIK

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peran penting dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut (Harty and

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Menerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan industri skala kecil dan menengah berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung 83-87,5 g air; 3,3 4,9 g protein dan; 4 7,3 g lemak. Susu kambing

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berdasarkan usia, jenis kelamin, elemen gigi dan posisi gigi. Berikut tabel

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asap 2.1.1 Definisi asap Asap merupakan dispersi uap asap dalam udara yang dihasilkan dari proses distilasi kering atau pirolisa biomasa seperti kayu, kulit kayu, tempurung, sabut, bambu, daun dan lain sebagainya. 20 Asap diperoleh dari hasil pembakaran yang banyak mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin yang pembakarannya tidak sempurna, yaitu pembakaran dengan oksigen terbatas. Apabila pembakaran dilakukan dengan oksigen cukup hasilnya berupa uap air, gas asam arang dan abu. Dalam kondisi tersebut tidak terbentuk asap. Sebaliknya, jika pembakaran dilakukan dengan sedikit oksigen maka asap yang dihasilkan terdiri atas gas asam arang, alkohol dan asam organik lainnya. 21 Pembakaran kayu keras yang mengandung selulosa dan lignin akan menghasilkan senyawa formaldehida, asetaldehida, asam asam karboksilat, fenol, kresol, alkohol alkohol primer dan sekunder serta keton. Proses pirolisa selulosa akan membentuk golongan fural dan fenol, sedangkan pirolisa lignin akan menghasilkan metil ester pirogalol dan tar yang merupakan campuran dari senyawa senyawa guaikol, kresol dan fenol. 21 Bahan-bahan yang terkandung dalam asap secara umum merupakan bahan berbahaya seperti tar dan karsinogenik lainnya, sedangkan bahan yang terkandung secara detail bergantung kepada material apa yang digunakan sebagai bahan baku, 10

11 bisa kayu, tempurung kelapa, cangkang kelapa sawit, sabut kelapa dan batang ubi kayu. 21 Pekerja pengasapan ikan di Kelurahan Bandarharjo semuanya menggunakan tempurung kelapa sebagai bahan baku pengasapan. 10 Hal ini dikarenakan tempurung kelapa mudah didapat serta menghasilkan aroma dan rasa ikan asap yang sedap karena merupakan salah satu jenis kayu keras yang banyak mengandung senyawa-senyawa organik seperti selulosa, lignin dan pentosa. 22 Penelitian Girard mengatakan bahwa pada umumnya kayu keras akan menghasilkan aroma yang lebih unggul, kaya kandungan aromatik dan lebih banyak mengandung senyawa asam dibanding kayu lunak. 23 Tabel 2. Komposisi kayu 11 Komposisi Kadar (%) Air 10,43 Abu 8,94 Lignin 27,3 Selulosa 51,65 Protein 0,85 2.1.2. Penggunaan asap Asap dapat berperan sebagai bahan pengawet apabila komponen komponennya meresap ke dalam bahan yang diasap. Zaitsev menyatakan bahwa zat-zat yang ada dalam asap merupakan bahan yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri (bacteriostatic) bahkan dapat membunuh bakteri (bacteriside). 21 Darmadji melaporkan bahwa pirolisis tempurung kelapa

12 menghasilkan asap cair dengan kandungan senyawa fenol sebesar 4,13%, karbonil 11,3%, dan asam 10,2%. Adapun komponen penyusun asap cair meliputi: 11 1) Fenol Senyawa fenol diduga berperan sebagai antioksidan sehingga dapat memperpanjang masa simpan produk asapan. Beberapa jenis fenol yang biasanya terdapat dalam produk asapan adalah gualikol dan sringol. Senyawa-senyawa fenol yang terdapat dalam asap kayu umumnya berupa hidrokarbon aromatik yang tersusun dari cincin benzene dengan sejumlah gugus hidroksil yang terikat. Senyawa-senyawa fenol ini juga dapat mengikat gugus-gugus lain seperti aldehid, keton, asam dan ester. 2) Karbonil Senyawa karbonil dalam asap memiliki peranan pada pewarnaan dan pembentukan cita rasa produk asapan. Golongan senyawa ini mempunyai aroma seperti aroma karamel yang unik. Jenis senyawa karbonil yang terdapat dalam asap cair antara lain adalah vanilin dan siringai dehida. 3) Asam Senyawa-senyawa asam mempunyai peranan sebagai antibakteri dan pembentuk cita rasa produk asapan. Senyawa asam yang terkandung dalam asap antara lain asam asetat, propionat, butirat dan valerat. 4) Senyawa Hidrokarbon Polisiklik Aromatik (HPA) Senyawa ini dapat terbentuk pada proses pirolisis kayu. Menurut Girard, senyawa hidrokarbon aromatik seperti benzo(a) pirena merupakan senyawa yang memiliki pengaruh buruk karena bersifat karsinogenik.

13 5) Benzo(a) Senyawa ini mempunyai titik didih 310 o C dan dapat menyebabkan kanker kulit jika dioleskan langsung pada permukaan kulit,akan tetapi proses yang terjadi memerlukan waktu yang lama. Tabel 3. Komposisi kimia asap kayu 11 Komposisi Aldehid dengan berat molekul tinggi Keton Asam formiat Asam asetat dan asam-asam dengan berat molekul tinggi Methanol Tar Fenol Residu Air Total Ekstrak dari arang Presentase dalam satu kumpulan partikel 0,12 0,67 0,38 1,71 0,96 4,81 0,07 4,21 82,42 95,92 4,08 Pada ikan asap, fungsi utama asap selain sebagai pengawet juga untuk memberi rasa dan warna yang diinginkan pada produk. Ikan dapat awet karena penetrasi senyawa fenol dan asam asetat ke kulit dan daging ikan yang berperan sebagai antibakteri dan antioksidan. 21 Menurut Winarno, pengasapan merupakan teknik melekatkan dan memasukkan berbagai senyawa kimia asap ke dalam bahan pangan. Pada awalnya pengasapan bertujuan untuk memperpanjang umur simpan suatu bahan, tetapi

14 sejalan dengan peningkatan daya terima masyarakat terhadap produk asap maka tujuan tersebut mulai beralih ke cita rasa yaitu memberi aroma dan cita rasa yang khas dan mencegah ketengikan daging akibat oksidasi lemak. 21 Pengasapan dapat dilakukan secara tradisional maupun modern. Pengasapan tradisional dapat dilakukan secara dingin atau panas dengan membakar kayu atau bahan baku lain sehingga ikan yang diasapi kontak langsung dengan asap. Sementara itu, pengasapan modern menggunakan asap cair sebagai media pengasapan. 21 Masyarakat di daerah pesisir biasanya melakukan pengasapan dengan teknik pengasapan tradisional, termasuk masyarakat di Kelurahan Bandarharjo. Padahal, teknik ini mempunyai banyak sekali kekurangan antara lain memerlukan waktu yang lama, tidak efisien dalam penggunaan bahan baku yang dibakar, pencemaran lingkungan dan yang paling berbahaya adanya residu tar dan senyawa hidrokarbon polisiklik aromatik yang terdeposit dalam makanan. 21 2.2 Gigi 2.2.1 Definisi dan fungsi gigi Gigi adalah struktur di dalam rongga mulut yang keras, berkalsifikasi, dan normalnya berwarna putih sedikit kekuningan. Akar gigi tertanam pada maksila dan mandibula serta ditutupi oleh gusi. Ciri gigi yang sehat adalah tidak menimbulkan rasa sakit, tidak ada karies, saat mengunyah tidak terasa nyeri, leher gigi tidak nampak, tidak goyang, tidak terdapat plak, berwarna putih sedikit kekuningan, tidak terdapat karang gigi dan mahkota gigi utuh. 24

15 Fungsi gigi secara umum adalah untuk melembutkan makanan sehingga mudah untuk dicerna. Di samping itu, gigi juga memiliki fungsi khusus yang berbeda-berbeda tergantung pada tipe gigi. Berikut adalah macam-macam tipe gigi beserta fungsinya. 24 1) Insisivus Insisivus adalah delapan gigi yang terletak di bagian depan dan tengah dari rongga mulut, terbagi menjadi empat gigi di rahang atas dan empat gigi di rahang bawah. Gigi ini merupakan gigi yang pertama kali tumbuh kurang lebih pada usia 6 bulan untuk gigi susu dan usia 6-8 tahun untuk gigi tetap. Insisivus berfungsi untuk menggigit makanan. 2) Kaninus Kaninus merupakan gigi yang tumbuh setelah insisivus, merupakan gigi yang paling tajam dan digunakan untuk merobek makanan. Gigi kaninus susu erupsi pada usia 16-20 bulan, dan usia 9 tahun untuk gigi kaninus tetap rahang bawah, serta usia 11-12 tahun untuk rahang atas. 3) Premolar Premolar digunakan untuk mengunyah dan melembutkan makanan. Manusia memiliki empat buah premolar pada tiap sisi rongga mulut, dengan pembagian dua gigi pada rahang atas dan dua gigi pada rahang bawah. Premolar 1 erupsi kurang lebih pada usia 10 tahun, sedangkan premolar 2 erupsi kurang lebih setahun setelahnya.

16 4) Molar Molar juga memiliki fungsi yang sama dengan premolar yakni untuk mengunyah dan melembutkan makanan. Gigi molar susu erupsi pada usia 12-15 bulan, sedangkan gigi molar 1 tetap pada usia 6 tahun dan gigi molar 2 tetap pada usia 11-13 tahun. 5) Molar Ketiga Molar ketiga merupakan gigi terakhir yang mengalami erupsi yakni pada usia sekitar 18-20 tahun. Pada beberapa orang bahkan gigi molar ketiga bisa tidak tumbuh sama sekali karena tidak ada benih giginya atau mengalami impaksi sehingga perlu dilakukan tindakan pencabutan. 2.2.2 Anatomi gigi Gigi terbagi atas dua bagian yakni mahkota dan akar. Mahkota adalah bagian gigi yang terlapisi oleh enamel dan bisa dilihat, sedangkan akar adalah bagian yang tertanam pada rahang dan tertutup gusi. 24 Bagian-bagian penyusun gigi antara lain: 24 1) Enamel Enamel merupakan jaringan terkeras dan terluar dari mahkota gigi, berwarna putih kebiru-biruan dan transparan. Matriksnya terdiri dari 97% garam-garam kalsium dan 3% garam organik. 2) Dentin Dentin berwarna kekuning-kuningan dan semitransparan. Strukturnya terdiri dari bagian organik sebanyak 28% dan anorganik 72%. Bagian organik terdiri dari kolagen yang mengandung glikoprotein. Dentin

17 sensitif terhadap rangsangan dingin dan asam karena beberapa serabut saraf dari pulpa dentin masuk ke dalam dentin. 3) Pulpa Pulpa merupakan jaringan lunak gigi yang berisi pembuluh darah dan saraf yang memberi suplai nutrisi dan mengantarkan sinyal ke gigi, memanjang dari mahkota sampai ujung akar. 4) Sementum Sementum merupakan lapisan yang menyelimuti akar gigi, berwarna kuning terang dan dilapisi oleh gusi. Gambar 2. Anatomi gigi 24 2.2.3 Histologi gigi Enamel berasal dari epitel ektoderm dan dibentuk oleh sel-sel ameloblas. Bila dilihat dengan mikroskop, enamel terdiri dari prisma-prisma kecil yang berdiri di atas enamel prismata dan di antaranya terdapat bahan interprismatik. Pada preparat gosok penampang memanjang gigi akan terlihat bayangan konsentris gelap terang saling bergantian sebagai garis-garis dari Schreger, juga terlihat garis-garis yang jalannya oblik dari permukaan luar ke dalam sebagai garis-garis

18 dari Retzius. Permukaan enamel ditutup oleh 2 lapisan, sebelah dalam tebalnya ±1 µm merupakan sisa-sisa sel ameloblas, sebelah luar tebalnya 2-10 µm merupakan lapisan kolagen yang mengalami kalsifikasi. Beberapa prosesus matriks dentin masuk ke dalam enamel berbentuk spindel sebagai enamel spindel. 25 Dentin merupakan daerah terluas dari bagian keras gigi dan merupakan kekuatan utama gigi. Dentin berasal dari mesenkim dan dibentuk oleh odontoblas. Dentin pada penampang memanjang mempunyai garis-garis radier dari ruang pulpa ke arah perifer sebagai tubulus dentinalis. Lapisan dentin yang membungkus masing-masing tubulus dentinalis disebut selubung Neuman. Di antara tubulus dentinalis terdapat fibril-fibril kolagen bersama substansia semen yang mengandung glikoprotein sebagai matriks dentin. Kalsifikasi dalam pertumbuhan dentin tidak selalu merata sempurna. Di daerah yang kalsifikasinya tidak sempurna hanya terisi matriks organik saja disebut sebagai interglobular space. Pada sediaan gosok interglobular space ini terisi udara sehingga terlihat gelap dengan mikroskop biasa. Dentin di daerah mahkota terdapat interglobular space yang membentuk garis-garis kontur dari Owen sehingga disebut interglobular space dari Owen. Dentin di daerah akar gigi lapisan interglobular space lebih sempit membentuk lapisan granular dari Tomes. 25 Sementum merupakan kelanjutan enamel yang membungkus akar gigi, duapertiga bagian atas sementum merupakan bagian non seluler dan sepertiga bagian bawahnya seluler. Sel-sel ini disebut sementosit dan mempunyai lakuna serta kanalikuli seperti halnya osteosit. Serabut-serabut kolagen membrana

19 periodontal akan masuk ke dalam matriks sementum sebagai serabut Sharpey, dimana fungsinya untuk memperkuat kedudukan akar gigi pada tulang rahang. 25 Pulpa dentin merupakan bagian jaringan lunak gigi yang dibentuk dari papila dentin pada waktu pertumbuhan gigi. Di sini ditemukan serabut-serabut kolagen halus dengan sel-sel mesenkim berbentuk spindel atau bintang, juga ditemukan makrofag dan sel limfosit. Pulpa dentin dilapisi oleh sel-sel epiteloid yang berbentuk kolumner disebut sel odontoblas. Sel ini mempunyai tonjolan-tonjolan protoplasma yang masuk ke dalam tubulus dentinalis. 25 Gambar 3. Histologi benih gigi 25 2.3 Erosi gigi 2.3.1 Definisi erosi gigi Erosi gigi adalah keadaan hilangnya jaringan gigi yang mengandung mineral yakni enamel dan dentin, yang khususnya diakibatkan oleh serangan kimia asam selain yang dikeluarkan oleh bakteri intraoral. 26 Prosesnya diawali dengan terjadinya demineralisasi enamel sehingga permukaan gigi menjadi larut dan terjadi perubahan struktur gigi. Enamel adalah jaringan terkeras gigi, tersusun atas

20 bahan anorganik yaitu kalsium dan fosfor sebanyak 97% dan komponen anorganik yaitu protein. Komponen terpenting enamel adalah apatit yakni senyawa yang sulit larut dalam lingkungan netral tetapi mudah larut dalam lingkungan asam. Senyawa inilah yang memungkinkan terjadinya demineralisasi enamel yang akan berlanjut menjadi erosi gigi. 27 2.3.2 Etiologi erosi Ketika gigi kontak dengan senyawa yang bersifat asam baik intrinsik maupun ekstrinsik maka gigi akan mengalami demineralisasi. Asam yang asalnya dari dalam tubuh atau disebut faktor intrinsik biasanya berkaitan dengan penyakit sistemik yang menyebabkan terjadinya muntah. Hal ini menyebabkan asam lambung yang memiliki ph rendah sampai ke rongga mulut dan menstimulasi terjadinya erosi gigi. Penyakit sistemik yang dimaksud antara lain gastroesophageal reflux disease (GERD), muntah-muntah pada esofagitis, gastritis, ulkus peptikum, bulimia dan anorexia, serta muntah pada kehamilan. 3 Selain itu, xerostomia juga bisa menjadi faktor intrinsik terjadinya erosi gigi. Pada orang-orang yang mengalami xerostomia kadar salivanya kurang dari 0,12 ml/menit sehingga kemungkinan besar terjadi retensi asam di rongga mulut yang bisa mengakibatkan terjadinya erosi gigi. 4 Faktor ekstrinsik atau yang berasal dari luar tubuh biasanya berupa makanan, contohnya jeruk yang memiliki ph rendah yang dapat menyebabkan erosi jika dikonsumsi secara rutin. Minuman yang bersifat asam seperti minuman bersoda (mengandung asam bikarbonat) juga merupakan asam ekstrinsik yang bisa menjadi penyebab terjadinya erosi gigi. 28,29 Proses terjadinya erosi dapat dicegah

21 jika terdapat cukup kalsium, fosfat dan fluor yang membantu remineralisasi gigi. Menyikat gigi setiap selesai mengkonsumsi makanan yang bersifat asam dan memakai sedotan saat minum minuman yang asam juga membantu mencegah timbulnya erosi. Namun, perlu diperhatikan apabila erosi sudah mulai terjadi, menyikat gigi justru akan mempercepat proses hilangnya jaringan keras gigi. 30 Selain makanan dan minuman, obat-obatan pun dapat berpengaruh terhadap kejadian erosi gigi, contohnya vitamin C dan aspirin. 31 Gaya hidup contohnya pada alkoholik juga berpengaruh karena alkohol bersifat asam dan dapat menyebabkan muntah. 4 Erosi dapat juga berkaitan dengan pekerjaan seperti pada pekerja yang banyak terpapar senyawa yang bersifat asam (asam kromat, asam nitrat, sulfur) di tempat kerja mereka. Paparan asam di lingkungan kerja dapat terjadi melalui tiga jalur, yakni inhalasi paru, kontak langsung dan mouth breathing. Erosi gigi akan timbul bila paparan asam masuk melalui jalur mouth breathing yang memungkinkan senyawa asam bisa mencapai rongga mulut dan menempel pada jaringan keras gigi. 30 Orang orang yang rentan mengalami erosi gigi antara lain anak-anak muda yang biasanya gemar mengkonsumsi minuman bersoda, pasien yang memiliki penyakit seperti GERD, penderita anorexia dan bulimia, orang yang secara rutin mengkonsumsi buah-buahan atau jus buah, peminum alkohol, lansia yang kadar salivanya sudah menurun dan pekerja di lingkungan yang terpapar asam, contohnya pada pekerja pembuatan baterei, pekerja pabrik produksi soft drink dan penambang belerang. 32

22 2.2.3 Gejala dan tanda erosi gigi Gejala pertama erosi gigi adalah suatu white lesion yang merupakan tanda dekalsifikasi dan didahului oleh menghilangnya cekungan-cekungan gigi serta timbulnya permukaan yang mengkilap. Namun, secara umum gejala ini jarang diperhatikan. Pada fase selanjutnya semakin banyak enamel yang hilang, sehingga permukaan gigi akan semakin licin dan bagian bagian yang membulat akan menjadi rata. Pada permukaan oklusal akan terjadi cupping, yaitu berlubangnya puncak puncak gigi yang menonjol. Dapat dijumpai gejala hipersensitivitas apabila erosi sudah mencapai dentin atau pulpa. Pada keausan dini prosesnya hanya melibatkan enamel sedangkan pada tahap lanjut melibatkan dentin yang muncul ke permukaan sehingga terjadi perubahan warna gigi. 33 Tanda terjadinya erosi biasanya terdapat di permukaan oklusal gigi posterior dan permukaan palatal atau lingual gigi anterior. Ditemukan pula keadaan klinis berupa dentin yang terbuka, halus dan mengkilap. Bagian yang tidak terkena erosi akan sedikit menonjol dari jaringan sekitarnya. 33 Gambar 4. Tampilan klinis gigi yang mengalami erosi 4

23 2.2.4 Proses terjadinya erosi karena asap Senyawa yang terkandung dalam asap antara lain berupa asam-asam organik, fenol, formaldehid dan benzopirene. Di antara senyawa-senyawa tersebut yang berperan dalam proses terjadinya erosi adalah asam-asam organik dan fenol karena keduanya memiliki kandungan asam yang berpotensi melarutkan mineralmineral gigi. Asam asetat merupakan contoh asam organik yang terkandung dalam asap, sedangkan fenol tersusun atas asam karbolat. 11 Asam asetat, asam etanoat, atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C 2 H 4 O 2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH 3 COOH. Asam asetat murni adalah cairan higroskopis tak berwarna dan memiliki titik beku 16,7 C. Fenol atau asam karbolat merupakan asam organik aromatik dengan formula molekuler C 6 H 5 OH. 34 Penetrasi asam organik dan fenol ke dalam daging ikan memberikan fungsi sebagai pengawet, tapi di samping itu paparan senyawa ini juga dapat menyebabkan penurunan ph di dalam rongga mulut pekerja pengasapan. 21,30 Senyawa asam akan berikatan dengan komponen-komponen epitel dan bereaksi secara kimiawi dengan protein kimiawi dan protein di dalam sedimen saliva. Sebenarnya saliva akan menetralisir suasana asam di dalam rongga mulut secara perlahan dan mengembalikannya pada keadaan seperti semula, tetapi jika paparan terhadap asam terjadi terus menerus dalam jangka waktu yang lama maka rongga mulut tidak mempunyai cukup waktu untuk menetralisir suasana asam tersebut. Hal ini menyebabkan partikel-partikel kecil enamel akan lepas dan permukaan

24 gigi mulai hilang. 14 Pada saat zat yang bersifat asam kontak dengan gigi maka lapisan enamel akan menjadi lebih lunak. Hal ini terjadi karena pada ph kurang dari 5,5 kristal hidroksiapatit di dalam enamel akan larut dan gigi akan kehilangan bahan-bahan mineral yang terkandung didalamnya. Keadaan tersebut diperparah dengan tidak terdapatnya cukup kalsium dan fosfat untuk remineralisasi pada lesi di sekeliling erosi. Selain itu, perlu diperhatikan bahwa enamel yang lunak karena asam akan lebih peka terhadap keausan dibandingkan dengan enamel yang tidak lunak. 12 Enamel hilang sebanyak 1μm perhari, tetapi tergantung juga pada variasi tiap individu yang cukup besar. Erosi dapat diamati secara klinis setelah rata-rata enam tahun dengan minimum dua tahun. Hilangnya jaringan dapat terlihat oleh mata biasa sesudah jaringan enamel hilang sebanyak 500-1000 μm. Lesi yang cukup dalam terjadi setelah proses berlangsung tiga sampai sepuluh tahun dan akan berlangsung lebih cepat apabila telah mencapai lapisan dalam enamel yang kurang mempunyai ketahanan terhadap asam. 35 2.2.5 Tatalaksana erosi gigi Tatalaksana erosi gigi bermacam-macam, mulai dari preventif sampai kuratif. Pada erosi tahap awal bisa dilakukan tindakan berupa perubahan gaya hidup, pola makan, pola konsumsi obat atau perawatan kondisi rongga mulut. Kesemuanya itu dilakukan dalam rangka menghindari kontak lebih lanjut antara gigi dengan faktor pencetus erosi. Pada erosi tahap lanjut dilakukan manajemen prosthodontic bahkan bisa sampai rekonstruksi total gigi geligi. Semakin dini erosi dideteksi semakin cepat pula tindakan preventif dapat dilakukan sehingga bisa mencegah

25 erosi berlanjut menjadi lebih buruk. Selain itu, apabila erosi ditemukan dalam kondisi yang masih ringan tindakan kuratifnya pun mudah dan sederhana. 3