BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem ekonomi syariah atau biasa disebut dengan Ekonomi Islam, semakin popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negaranegara barat. Banyak kalangan melihat, islam dengan sistem nilai dan tatanan normatifnya sebagai faktor penghambat pembangunan. Penganut paham liberalisme dan pragmatisme sempit menilai bahwa kegiatan ekonomi dan keuangan akan semakin meningkat dan berkembang bila dibebaskan dari nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001). Bank syariah atau lebih dikenal dengan istilah Islamic Banking adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan bunga. Dan merupakan suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembiayaan serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam (Muhammad, 2005). Karakteristik dasar dari perbankan syariah yang antara lain melarang penerapan riba dan melarang transaksi yang didasarkan pada motif spekulasi, membuat bank syariah diidentikan sebagai lembaga pembiayaan yang memiliki keterkaitan erat dengan sektor riil, dan hal inilah yang menjadi keunggulan kompetitif bagi bank syariah. Operasional bank syariah yang menggunakan prinsip bagi hasil ini ternyata menjadi solusi terhadap wabah penyakit negative spread yang dialami oleh bank konvensional, karena konsekuensi 1
2 dari sistem bunga yang ditetapkan oleh bank konvensional menjadikan bank harus menanggung rugi atas kegiatan usaha penghimpunan dananya pada saat suku bunga kredit lebih rendah dibandingkan suku bunga simpanan (dana pihak ketiga yang disimpan di bank). Bank syariah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat sejak tahun 1999 hingga saat ini. Pada tahun 2012 telah tercatat 11 Bank Umum Syariah (BUS), 24 Unit Usaha Syariah (UUS), 158 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dengan jumlah kantor perbankan syariah sebanyak 2628 yang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Hal ini didukung dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah sehingga perkembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya lebih cepat lagi. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, pembiayaan perbankan syariah juga mengalami peningkatan yang tajam. Menurut Muhammad dalam Adnan (2005), faktor yang mempengaruhi besarnya pembiayaan yaitu faktor lingkungan yang secara umum dikelompokkan menjadi lingkungan umum dan lingkungan khusus. Faktor lingkungan umum yang mempengaruhi kinerja perbankan syariah antara lain kondisi politik, hukum, ekonomi, sosial dan budaya masyarakat, teknologi, kondisi lingkungan alamiah, dan keamanan lingkungan atau negara. Faktor lingkungan khusus yang berpengaruh antara lain adalah pelanggan atau nasabah, pemasok atau penabung, pesaing, serikat pekerja, dan kebijakan bank sentral atau regulator.
3 Bank syariah memiliki beberapa macam pembiayaan, salah satunya adalah pembiayaan mudharabah. Pembiayaan mudharabah diharapkan bisa mendominasi pembiayaan yang ada di bank syariah, karena dengan sistem bagi hasil diharapkan lebih bisa menggerakkan usaha yang bersifat produktif, sehingga tidak menutup kemungkinan untuk dapat menciptakan lapangan kerja yang baru. Selain itu apabila jumlah pembiayaan tinggi, hal ini akan menarik nasabah untuk lebih berani dalam menginvestasikan dana yang dimiliki ke dalam pembiayaan mudharabah. Mudharabah pada dasarnya membutuhkan rasa saling percaya yang tinggi antara pemilik dana dan pengelola dana, pembagian keuntungan harus dalam bentuk nisbah atau persentase yang telah disepakati. Apabila terjadi kerugian, yang menanggung kerugian itu hanya si pemilik dana, pengelola dana tidak menanggung kerugian tersebut, kecuali kerugian itu terjadi akibat kesalahan yang dilakukan si pengelola dana. Sedangkan rentan waktu yang digunakan dalam akad mudharabah sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan oleh kedua belah pihak. Islam mensyariatkan dan membolehkan untuk memberi keringanan kepada manusia. Terkadang sebagian orang memiliki harta, tetapi tidak berkemampuan memproduktifkan. Dan terkadang orang tidak memiliki harta, tetapi ia mempunyai kemampuan memproduktifkannya. Karena itu syariat membolehkan muamalah ini, supaya kedua belah pihak dapat mengambil manfaatnya sehingga terwujud kerja sama harta dan amal. Berdasarkan data BI tahun 2012 akad mudharabah mampu menghimpun dana relatif besar, meskipun masih kalah jauh dari murabahah. Di kalangan praktisi
4 perbankan syariah memang sering ada pendapat bahwa banyak masyarakat menyimpan uang di perbankan syariah dengan sistem mudharabah karena bagi hasilnya tinggi, sehingga masyarakat merasa diuntungkan. Sebaliknya dalam urusan pembiayaan masyarakat justru menghindari mudharabah, karena bagi hasilnya tinggi di mana yang diuntungkan adalah pemilik modal (bank). Hal ini memang sungguh disayangkan karena meskipun perbankan syariah berprinsip sistem bagi hasil, tetapi pada kenyataannya total pembiayaan dengan prinsip bagi hasil tidak pernah lebih dari setengah total pembiayaan dengan prinsip jual beli (murabahah). Hal tersebut merupakan sebuah fenomena yang menarik karena pembiayaan dengan prinsip bagi hasil diharapkan lebih mengembangkan dunia usaha dan menggerakkan sektor rill di Indonesia karena menutup kemungkinan disalurkannya dana pada kepentingan konsumtif dan hanya pada usaha produktif. Dalam pandangan Islam, uang dapat berkembang hanya dengan suatu produktivitas yang nyata. Melihat peranan bank syariah yang besar dalam industri perbankan di Indonesia dengan kemampuannya dapat bertahan saat krisis melanda, kinerja perbankan syariah di Indonesia perlu untuk lebih ditingkatkan. Penilaian kinerja suatu bank dapat dilakukan dengan analisis terhadap laporan keuangannya. Kinerja (performance) perusahaan merupakan hasil yang dicapai oleh manajemen untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan diantaranya adalah untuk menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan. Dalam hal ini, laba dapat digunakan sebagai ukuran dari prestasi yang dicapai oleh perusahaan perbankan.
5 Menurut Arifin (2009), fungsi penggunaan dana yang terpenting bagi bank komersial adalah fungsi pembiayaan. Pembiayaan merupakan indikator utama untuk mengukur perkembangan atau pertumbuhan pangsa pasar perbankan syariah nasional. Kualitas pembiayaan syariah juga menunjukkan kinerja yang membaik dengan ditunjukkan oleh membesarnya porsi pembiayaan. Sepanjang tahun 2012, kinerja industri perbankan syariah nasional yang masih didominasi struktur asetnya sekitar ±98% oleh Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) relatif cukup baik, tercermin dari (a) fungsi intermediasi berada pada tingkat yang optimal dengan rata-rata FDR sebesar 97,16%; (b) tingkat kecukupan modal (CAR) masih jauh di atas minimum 8% dengan rata-rata CAR sebesar ±15,17%; dan (c) tingkat pembiayaan bermasalah (NPF) masih di bawah 5% dengan rata-rata sebesar 2,72% dan bahkan untuk posisi Desember 2012 mencapai 2,22%. Sedangkan laba tumbuh 72,3% menjadi Rp2,5 triliun. Perkembangan perbankan syariah selama satu tahun terakhir cukup menggembirakan, dimana total asetnya meningkat menjadi Rp199,72 triliun dan melebihi tahun sebelumnya sebesar Rp187,2 triliun. Sebagai pelaksanaan salah satu fungsi pengawasan, BI telah menerapkan standar tingkat kesehatan yang berdasarkan pada lima komponen utama yaitu permodalan (capital), kualitas aset (asset quality), kualitas manajemen (management), profitabilitas (earning), dan tingkat likuiditas (iquidity) atau lebih dikenal dengan istilah CAMEL. Dalam penelitian ini akan menganalisis adanya pengaruh rasio CAMEL terhadap kinerja mudharabah. Yang terdiri dari, rasio CAR (Capital Adequacy
6 Ratio) sebagai ukuran capital, rasio NPF (Non Performing Financing) sebagai ukuran asset quality, rasio GWM (Giro Wajib Minimum) sebagai ukuran management, rasio ROA (Return On Asset) sebagai ukuran earning, dan rasio FDR (Financing To Deposit Ratio) sebagai ukuran liquidity. Beberapa penelitian yang berhubungan dengan rasio CAMEL yang terdiri dari CAR, NPF, GWM, ROA dan FDR telah dilakukan antara lain, menurut Prasetyo (2006) dalam Putri (2010), penelitiannya menunjukkan bahwa secara parsial LDR dan GWM tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perbankan. Sedangkan CAR, NPL, BOPO dan NIM mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perbankan. Secara simultan CAR, NPL, LDR, GWM, BOPO dan NIM mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perbankan. Doloksaribu (2012), meneliti tentang pengaruh CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Net Peforming Loans), NIM (Net Interest Margin), BOPO (Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional), dan LDR (Loan to Deposit Ratio) terhadap pertumbuhan laba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel CAR, dan NPL berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan laba. Variabel NIM, BOPO, dan LDR, tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Wifkiya (2008), meneliti pengaruh ROE (Return on Equity), FDR (Financing to Deposit Ratio), DR (Debt Ratio) dan CAR (Capital Adequaty Ratio) terhadap laba PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Dari hasil penelitiannya dapat diketahui bahwa secara parsial ROE dan FDR berpengaruh terhadap laba, sedangkan DR dan CAR tidak berpengaruh terhadap laba.
7 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah untuk penilaian kinerja menggunakan kinerja mudharabah diproksikan dengan laba mudharabah yang dihitung menggunakan porsi laba mudharabah, periode tahun penelitian dan mengambil tiga sampel bank umum syariah di Indonesia. Pada penelitian ini variabel independen yang digunakan yaitu CAR (Capital Adequacy Ratio), NPF (Non Performing Financing), GWM (Giro Wajib Minimum), ROA (Return On Asset) dan FDR (Financing To Deposit Ratio). Berdasarkan latar belakang masalah di atas, bahwa rasio CAMEL diduga memiliki pengaruh terhadap kinerja mudharabah. Oleh karena itu peneliti bermaksud menguji kembali hipotesis dari beberapa penelitian terdahulu dengan menggunakan rasio CAMEL. Sehingga peneliti tertarik untuk mengambil judul Kinerja Mudharabah Ditinjau Dari Rasio CAMEL Pada Bank Umum Syariah di Indonesia. 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah CAR (Capital Adequacy Ratio) berpengaruh terhadap kinerja mudharabah pada bank umum syariah di Indonesia? 2. Apakah NPF (Non Performing Financing) berpengaruh terhadap kinerja mudharabah pada bank umum syariah di Indonesia? 3. Apakah GWM (Giro Wajib Minimum) berpengaruh terhadap kinerja mudharabah pada bank umum syariah di Indonesia?
8 4. Apakah ROA (Return On Asset) berpengaruh terhadap kinerja mudharabah pada bank umum syariah di Indonesia? 5. Apakah FDR (Financing to Deposit Ratio) berpengaruh terhadap kinerja mudharabah pada bank umum syariah di Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitan ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh CAR (Capital Adequacy Ratio) terhadap kinerja mudharabah pada bank umum syariah di Indonesia. 2. Mengetahui pengaruh NPF (Non Performing Financing) terhadap kinerja mudharabah pada bank umum syariah di Indonesia. 3. Mengetahui pengaruh GWM (Giro Wajib Minimum) terhadap kinerja mudharabah pada bank umum syariah di Indonesia. 4. Mengetahui pengaruh ROA (Return On Asset) terhadap kinerja mudharabah pada bank umum syariah di Indonesia. 5. Mengetahui pengaruh FDR (Financing to Deposit Ratio) terhadap kinerja mudharabah pada bank umum syariah di Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian di atas, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
9 a. Kontribusi Praktis Memberikan informasi dan menambah pemahaman mengenai konsepkonsep yang telah dipelajari yang berkaitan dengan tema perbankan syariah yang menyangkut kinerja bank syariah dan pembiayaan mudharabah serta menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi para nasabah untuk mengambil keputusan pembiayaan. b. Kontribusi Teoretis Memberikan kontribusi terhadap pengembangan teori ilmu akuntansi syariah dan pemahaman tentang penggunaan rasio CAMEL untuk menilai kinerja mudharabah pada sektor perbankan syariah serta dapat menjadi bahan referensi dan informasi bagi peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian sejenis. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas dan tidak mengarah, maka pada penelitian ini dibatasi pada masalah kinerja mudharabah yang diproksikan dengan porsi laba mudharabah ditinjau dari rasio CAMEL. Rasio CAMEL yang digunakan adalah CAR, NPF, GWM, ROA dan FDR. Adapun obyek yang diteliti adalah bank umum syariah di Indonesia periode triwulan I tahun 2009 sampai dengan triwulan IV tahun 2012.