BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN. intermediary) antara pihak yang mempunyai dana (surplus unit) dengan pihak

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bank yang berupa penghimpunan dan penyaluran dana dapat

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya,

BAB V PENUTUP. independen yang berupa Return On Asset (ROA), BOPO, Financing to Deposit Ratio

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sistem keuangan dunia. perkembangan perekonomian dunia

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat atas pengelolaan dana yang dimiliki juga semakin meningkat. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan program pembangunanyang pada akhirnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah.

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan. konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam sumber hukum Islam yaitu Al-Qur an dan As-Sunah. Sumber. hukum Islam ini adalah dasar sebagai pedoman untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu dari sistem keuangan yang berfungsi sebagai Financial

BAB I PENDAHULUAN. juga mengalami penurunan yaitu industri perbankan Indonesia. Dengan mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan akan ketersediaan pendanaan atau biaya. Sektor perbankan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi (financial intermediary) yaitu lembaga keuangan yang berfungsi

BAB VI KESIMPULAN & SARAN

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kurangnya inisiatif perbankan. Perkembangan bank yang makin pesat

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nasabahpun juga semakin meningkat. syariah menerapkan sistem bagi hasil berdasarkan prinsip Profit Sharing

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank sebagai lembaga keuangan adalah bagian dari faktor

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri. (manufaktur), jasa, dan perbankan. Perkembangan perekonomian ini

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peran sebagai lembaga perantara antara unit-unit yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional. Bank Islam telah berkembang pesat pada dekade terakhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banking atau disebut juga Interest Free Banking. Menurut Muhammad. produknya dikembangkan berdasarkan Al-Qur an dan Hadist.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah pada dasarnya merupakan pengembangan dari konsep

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank,

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB 1 PENDAHULUAN. popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

BAB II. pendapatan total perusahaan dengan biaya totalnya. Menurut Kusnadi dkk (2004),

BAB I PENDAHULUAN. semakin popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. peran lembaga keuangan tersebut menjadi sangat penting. taraf hidup rakyat banyak (UU RI No. 10 tahun 1998).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan jasa. Sedangkan sektor moneter ditumpukan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas ekonomi. Bank untuk bisa menjaga kepercayaan masyarakat, maka harus

BAB 1 PENDAHULUAN. juga terdapat dalam Al-Qur an surat Al- Baqarah ayat 275, yang potongan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Outlook Perbankan Syariah 2011

ANALISIS KINERJA BANK SYARIAH DI INDONESIA (Studi Empiris Bank Umum Syariah)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediaries)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur an

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan prinsip bagi hasil dan menghindari unsur-unsur spekulatif yang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bisnis modern di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank merupakan salahsatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis perbankan di Indonesia era tahun 60-an dan 70-an merupakan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. Gagasan mengenai konsep ekonomi Islam secara Internasioanal muncul pada. tentang ekonomi Islam di Mekkah pada tahun 1976.

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

kemaslahatan, Keseimbangan, dan Universalisme.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perbankan syariah di Indonesia telah muncul pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki perekonomian Indonesia. Tingginya laju inflasi yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia perbankan. Jika dihubungkan dengan pendanaan, hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem ekonomi syariah atau biasa disebut dengan Ekonomi Islam, semakin popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negaranegara barat. Banyak kalangan melihat, islam dengan sistem nilai dan tatanan normatifnya sebagai faktor penghambat pembangunan. Penganut paham liberalisme dan pragmatisme sempit menilai bahwa kegiatan ekonomi dan keuangan akan semakin meningkat dan berkembang bila dibebaskan dari nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001). Bank syariah atau lebih dikenal dengan istilah Islamic Banking adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan bunga. Dan merupakan suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembiayaan serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam (Muhammad, 2005). Karakteristik dasar dari perbankan syariah yang antara lain melarang penerapan riba dan melarang transaksi yang didasarkan pada motif spekulasi, membuat bank syariah diidentikan sebagai lembaga pembiayaan yang memiliki keterkaitan erat dengan sektor riil, dan hal inilah yang menjadi keunggulan kompetitif bagi bank syariah. Operasional bank syariah yang menggunakan prinsip bagi hasil ini ternyata menjadi solusi terhadap wabah penyakit negative spread yang dialami oleh bank konvensional, karena konsekuensi 1

2 dari sistem bunga yang ditetapkan oleh bank konvensional menjadikan bank harus menanggung rugi atas kegiatan usaha penghimpunan dananya pada saat suku bunga kredit lebih rendah dibandingkan suku bunga simpanan (dana pihak ketiga yang disimpan di bank). Bank syariah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat sejak tahun 1999 hingga saat ini. Pada tahun 2012 telah tercatat 11 Bank Umum Syariah (BUS), 24 Unit Usaha Syariah (UUS), 158 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dengan jumlah kantor perbankan syariah sebanyak 2628 yang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Hal ini didukung dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah sehingga perkembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya lebih cepat lagi. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, pembiayaan perbankan syariah juga mengalami peningkatan yang tajam. Menurut Muhammad dalam Adnan (2005), faktor yang mempengaruhi besarnya pembiayaan yaitu faktor lingkungan yang secara umum dikelompokkan menjadi lingkungan umum dan lingkungan khusus. Faktor lingkungan umum yang mempengaruhi kinerja perbankan syariah antara lain kondisi politik, hukum, ekonomi, sosial dan budaya masyarakat, teknologi, kondisi lingkungan alamiah, dan keamanan lingkungan atau negara. Faktor lingkungan khusus yang berpengaruh antara lain adalah pelanggan atau nasabah, pemasok atau penabung, pesaing, serikat pekerja, dan kebijakan bank sentral atau regulator.

3 Bank syariah memiliki beberapa macam pembiayaan, salah satunya adalah pembiayaan mudharabah. Pembiayaan mudharabah diharapkan bisa mendominasi pembiayaan yang ada di bank syariah, karena dengan sistem bagi hasil diharapkan lebih bisa menggerakkan usaha yang bersifat produktif, sehingga tidak menutup kemungkinan untuk dapat menciptakan lapangan kerja yang baru. Selain itu apabila jumlah pembiayaan tinggi, hal ini akan menarik nasabah untuk lebih berani dalam menginvestasikan dana yang dimiliki ke dalam pembiayaan mudharabah. Mudharabah pada dasarnya membutuhkan rasa saling percaya yang tinggi antara pemilik dana dan pengelola dana, pembagian keuntungan harus dalam bentuk nisbah atau persentase yang telah disepakati. Apabila terjadi kerugian, yang menanggung kerugian itu hanya si pemilik dana, pengelola dana tidak menanggung kerugian tersebut, kecuali kerugian itu terjadi akibat kesalahan yang dilakukan si pengelola dana. Sedangkan rentan waktu yang digunakan dalam akad mudharabah sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan oleh kedua belah pihak. Islam mensyariatkan dan membolehkan untuk memberi keringanan kepada manusia. Terkadang sebagian orang memiliki harta, tetapi tidak berkemampuan memproduktifkan. Dan terkadang orang tidak memiliki harta, tetapi ia mempunyai kemampuan memproduktifkannya. Karena itu syariat membolehkan muamalah ini, supaya kedua belah pihak dapat mengambil manfaatnya sehingga terwujud kerja sama harta dan amal. Berdasarkan data BI tahun 2012 akad mudharabah mampu menghimpun dana relatif besar, meskipun masih kalah jauh dari murabahah. Di kalangan praktisi

4 perbankan syariah memang sering ada pendapat bahwa banyak masyarakat menyimpan uang di perbankan syariah dengan sistem mudharabah karena bagi hasilnya tinggi, sehingga masyarakat merasa diuntungkan. Sebaliknya dalam urusan pembiayaan masyarakat justru menghindari mudharabah, karena bagi hasilnya tinggi di mana yang diuntungkan adalah pemilik modal (bank). Hal ini memang sungguh disayangkan karena meskipun perbankan syariah berprinsip sistem bagi hasil, tetapi pada kenyataannya total pembiayaan dengan prinsip bagi hasil tidak pernah lebih dari setengah total pembiayaan dengan prinsip jual beli (murabahah). Hal tersebut merupakan sebuah fenomena yang menarik karena pembiayaan dengan prinsip bagi hasil diharapkan lebih mengembangkan dunia usaha dan menggerakkan sektor rill di Indonesia karena menutup kemungkinan disalurkannya dana pada kepentingan konsumtif dan hanya pada usaha produktif. Dalam pandangan Islam, uang dapat berkembang hanya dengan suatu produktivitas yang nyata. Melihat peranan bank syariah yang besar dalam industri perbankan di Indonesia dengan kemampuannya dapat bertahan saat krisis melanda, kinerja perbankan syariah di Indonesia perlu untuk lebih ditingkatkan. Penilaian kinerja suatu bank dapat dilakukan dengan analisis terhadap laporan keuangannya. Kinerja (performance) perusahaan merupakan hasil yang dicapai oleh manajemen untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan diantaranya adalah untuk menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan. Dalam hal ini, laba dapat digunakan sebagai ukuran dari prestasi yang dicapai oleh perusahaan perbankan.

5 Menurut Arifin (2009), fungsi penggunaan dana yang terpenting bagi bank komersial adalah fungsi pembiayaan. Pembiayaan merupakan indikator utama untuk mengukur perkembangan atau pertumbuhan pangsa pasar perbankan syariah nasional. Kualitas pembiayaan syariah juga menunjukkan kinerja yang membaik dengan ditunjukkan oleh membesarnya porsi pembiayaan. Sepanjang tahun 2012, kinerja industri perbankan syariah nasional yang masih didominasi struktur asetnya sekitar ±98% oleh Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) relatif cukup baik, tercermin dari (a) fungsi intermediasi berada pada tingkat yang optimal dengan rata-rata FDR sebesar 97,16%; (b) tingkat kecukupan modal (CAR) masih jauh di atas minimum 8% dengan rata-rata CAR sebesar ±15,17%; dan (c) tingkat pembiayaan bermasalah (NPF) masih di bawah 5% dengan rata-rata sebesar 2,72% dan bahkan untuk posisi Desember 2012 mencapai 2,22%. Sedangkan laba tumbuh 72,3% menjadi Rp2,5 triliun. Perkembangan perbankan syariah selama satu tahun terakhir cukup menggembirakan, dimana total asetnya meningkat menjadi Rp199,72 triliun dan melebihi tahun sebelumnya sebesar Rp187,2 triliun. Sebagai pelaksanaan salah satu fungsi pengawasan, BI telah menerapkan standar tingkat kesehatan yang berdasarkan pada lima komponen utama yaitu permodalan (capital), kualitas aset (asset quality), kualitas manajemen (management), profitabilitas (earning), dan tingkat likuiditas (iquidity) atau lebih dikenal dengan istilah CAMEL. Dalam penelitian ini akan menganalisis adanya pengaruh rasio CAMEL terhadap kinerja mudharabah. Yang terdiri dari, rasio CAR (Capital Adequacy

6 Ratio) sebagai ukuran capital, rasio NPF (Non Performing Financing) sebagai ukuran asset quality, rasio GWM (Giro Wajib Minimum) sebagai ukuran management, rasio ROA (Return On Asset) sebagai ukuran earning, dan rasio FDR (Financing To Deposit Ratio) sebagai ukuran liquidity. Beberapa penelitian yang berhubungan dengan rasio CAMEL yang terdiri dari CAR, NPF, GWM, ROA dan FDR telah dilakukan antara lain, menurut Prasetyo (2006) dalam Putri (2010), penelitiannya menunjukkan bahwa secara parsial LDR dan GWM tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perbankan. Sedangkan CAR, NPL, BOPO dan NIM mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perbankan. Secara simultan CAR, NPL, LDR, GWM, BOPO dan NIM mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perbankan. Doloksaribu (2012), meneliti tentang pengaruh CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Net Peforming Loans), NIM (Net Interest Margin), BOPO (Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional), dan LDR (Loan to Deposit Ratio) terhadap pertumbuhan laba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel CAR, dan NPL berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan laba. Variabel NIM, BOPO, dan LDR, tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Wifkiya (2008), meneliti pengaruh ROE (Return on Equity), FDR (Financing to Deposit Ratio), DR (Debt Ratio) dan CAR (Capital Adequaty Ratio) terhadap laba PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Dari hasil penelitiannya dapat diketahui bahwa secara parsial ROE dan FDR berpengaruh terhadap laba, sedangkan DR dan CAR tidak berpengaruh terhadap laba.

7 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah untuk penilaian kinerja menggunakan kinerja mudharabah diproksikan dengan laba mudharabah yang dihitung menggunakan porsi laba mudharabah, periode tahun penelitian dan mengambil tiga sampel bank umum syariah di Indonesia. Pada penelitian ini variabel independen yang digunakan yaitu CAR (Capital Adequacy Ratio), NPF (Non Performing Financing), GWM (Giro Wajib Minimum), ROA (Return On Asset) dan FDR (Financing To Deposit Ratio). Berdasarkan latar belakang masalah di atas, bahwa rasio CAMEL diduga memiliki pengaruh terhadap kinerja mudharabah. Oleh karena itu peneliti bermaksud menguji kembali hipotesis dari beberapa penelitian terdahulu dengan menggunakan rasio CAMEL. Sehingga peneliti tertarik untuk mengambil judul Kinerja Mudharabah Ditinjau Dari Rasio CAMEL Pada Bank Umum Syariah di Indonesia. 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah CAR (Capital Adequacy Ratio) berpengaruh terhadap kinerja mudharabah pada bank umum syariah di Indonesia? 2. Apakah NPF (Non Performing Financing) berpengaruh terhadap kinerja mudharabah pada bank umum syariah di Indonesia? 3. Apakah GWM (Giro Wajib Minimum) berpengaruh terhadap kinerja mudharabah pada bank umum syariah di Indonesia?

8 4. Apakah ROA (Return On Asset) berpengaruh terhadap kinerja mudharabah pada bank umum syariah di Indonesia? 5. Apakah FDR (Financing to Deposit Ratio) berpengaruh terhadap kinerja mudharabah pada bank umum syariah di Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitan ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh CAR (Capital Adequacy Ratio) terhadap kinerja mudharabah pada bank umum syariah di Indonesia. 2. Mengetahui pengaruh NPF (Non Performing Financing) terhadap kinerja mudharabah pada bank umum syariah di Indonesia. 3. Mengetahui pengaruh GWM (Giro Wajib Minimum) terhadap kinerja mudharabah pada bank umum syariah di Indonesia. 4. Mengetahui pengaruh ROA (Return On Asset) terhadap kinerja mudharabah pada bank umum syariah di Indonesia. 5. Mengetahui pengaruh FDR (Financing to Deposit Ratio) terhadap kinerja mudharabah pada bank umum syariah di Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian di atas, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

9 a. Kontribusi Praktis Memberikan informasi dan menambah pemahaman mengenai konsepkonsep yang telah dipelajari yang berkaitan dengan tema perbankan syariah yang menyangkut kinerja bank syariah dan pembiayaan mudharabah serta menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi para nasabah untuk mengambil keputusan pembiayaan. b. Kontribusi Teoretis Memberikan kontribusi terhadap pengembangan teori ilmu akuntansi syariah dan pemahaman tentang penggunaan rasio CAMEL untuk menilai kinerja mudharabah pada sektor perbankan syariah serta dapat menjadi bahan referensi dan informasi bagi peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian sejenis. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas dan tidak mengarah, maka pada penelitian ini dibatasi pada masalah kinerja mudharabah yang diproksikan dengan porsi laba mudharabah ditinjau dari rasio CAMEL. Rasio CAMEL yang digunakan adalah CAR, NPF, GWM, ROA dan FDR. Adapun obyek yang diteliti adalah bank umum syariah di Indonesia periode triwulan I tahun 2009 sampai dengan triwulan IV tahun 2012.