BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. akademik (Intelligence Quotient atau sering disebut IQ ) mulai dari bangku

BAB I PENDAHULUAN. Ai Nuraeni, 2014 Pembelajaran PAI Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah proses

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Isni Agustiawati,2014

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN, seperti AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan suatu bangsa. Pendidikan itu sendiri adalah usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. hanya memberikan informasi saja atau mengarahkan ke satu tujuan saja.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diadakan di Negara tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Negara kesatuan Republik Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang ada dalam diri peserta didik. Pendidikan dianggap sebagai. diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

2014 MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2016 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PERMAINAN EFTOKTON TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

, 2014 Program Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Kebiasaan Belajar Siswa Underachiever Kelas Iv Sekolah Dasar Negeri Cidadap I Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003, telah di gariskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan UUD 1945 Alinea ke-iv yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia {human resources), pada

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional termasuk didalamnya bidang pendidikan, itulah sebabnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan. negara (Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, 2013: 1).

PENDAHULUAN Latar Belakang

KELUARGA ADALAH MINIATUR PERILAKU BUDAYA. Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 PEMBELAJARAN PAI PADA PROGRAM AKSELERASI DI SD AR-RAFI BALEENDAH

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

2015 KONTRIBUSI PROGRAM PEMBINAAN KESISWAAN TERHADAP PEMENUHAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan wadah bagi individu untuk mengembangkan aspek-aspek

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

Silabus Bimbingan Konseling (01) Sekolah : SMA... Kelas : XI (Sebelas) Mata Pelajaran / Layanan : Bimbingan dan Konseling Semester : 1 ( Ganjil )

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Disadari atau tidak, setiap orang mempunyai dua sifat yang saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. keluarga maupun masyarakat dalam suatu bangsa. Pendidikan bisa. dikatakan gagal dan menuai kecaman jika manusia - manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk tercapainya tujuan nasional tersebut harus ada perhatian dari. pemerintah dan masyarakat yang sungguh-sungguh.

BAB I PENDAHULUAN. terduga makin mempersulit manusia untuk meramalkan atau. dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki fitrah (potensi) yang harus dikembangkan untuk melangsungkan hidupnya di alam semesta ini. Tiga potensi yang dimiliki oleh manusia yang harus dikembangkan adalah jasmani, rohani dan akal pikirannya. Semua potensi yang ada dalam diri manusia itu akan seimbang dalam perkembangannya apabila manusia mempunyai pendidikan. Sehingga dengan pendidikan itulah manusia akan menyejahterakan tiga potensi yang dimilikinya. Pendidikan dalam batasan yang sempit adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan di lembaga pendidikan formal (madrasah/sekolah). Sedangkan pendidikan dalam arti luas adalah segala pengalaman belajar yang dilalui oleh peserta didik dengan segala lingkungan dan sepanjang hayat (Ramayulis, 2011, hlm. 14). Lebih jelas, Redja Mudyahardjo dalam Sub Koodinator MKDP Landasan Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (2010, hlm. 29) bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan yang berlangsung di sekolah ataupun di luar sekolah selama ia hidup guna mempersiapkan siswa untuk memainkan peranan dalam lingkungan hidup di masa yang akan datang. Sedangkan secara sempitnya merupakan pengajaran yang dilakukan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Ramayulis (2011, hlm. 14) mengungkapkan bahwa istilah Pendidikan dalam Islām adalah tarbiyyah, ta lim dan ta dib. Dalam Al-Qur`ān tidak di temukan kata tarbiyyah, menurut Abul A la Al-Maududi kata tarbiyyah mempunyai pecahan kata yaitu kata (rabb) yang terdiri dari huruf rā`, bā` dan bā` yang berarti pendidikan, pengasuh, perlengkapan pertanggung jawaban, perbaikan, penyempurnaan, predikat bagi suatu kebesaran, keagungan, dan

2 kepemimpinan. Mushtafa Al-Maraghiy membagi kegiatan Al-Tarbiyyah dengan dua macam. Pertama, tarbiyyah khalqiyyah, yaitu penciptaan, pembinaan dan pengembangan peserta didik agar dapat menjadikan sarana untuk pengembangan jiwanya. Kedua, tarbiyyah dῑniyyah tahżῑbiyyah, yaitu pembinaan jiwa manusia dan kesempurnaannya melalui petunjuk ilahi. Sedangkan Ta lim menurut Rasyid Ridha adalah proses tranmisi berbagai ilmu pengetahuan pada ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu. Dan ta dib menurut Al-Nauqib Al-Attas, Al-Ta dῑb adalah pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu yang didalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing kearah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan didalm tatanan wujud dan Keberadaannya. Selain ketiga itu Al-Ghazali menawarkan Istilah Al-Riāḍah. Baginya Al- Riāḍah adalah proses pelatihan individu pada masa kanak-kanak. Proses belajar yang merupakan bagian dari pendidikan, dalam prosesnya peserta didik dituntut untuk secara aktif mengembangkan potensi dirinya, sehingga bisa tercapai sumber daya manusia yang berkualitas agar bisa bermanfaat bagi bangsa dan negara. Belajar adalah proses perubahan dari tidak tahu menjadi tahu yang terjadi dalam jangka waktu tertentu. Dalam proses belajar orangtua dan guru sering memberikan pelajaran untuk mengasah kecerdasan intelegensi (IQ), seperti les tambahan, memberikan privat dan kecerdasan emosionalnya (EQ), untuk menghasilkan siswa yang diharapkan oleh guru yaitu tercapainya tujuan dari pendidikan itu sendiri. Sebagaimana dalam UU Sisdiknas no 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 dinyatakan : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Tugas perkembangan yang harus dikembangkan oleh siswa SMA menurut Yusuf & Nani (2011, hlm. 16) dalam bukunya Perkembangan Peserta didik adalah

3 1) mencapai kematangan dalam beriman dan Bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, 2) mencapai kematangan berprilaku etis, 3) mencapai kematangan emosi, 4) mencapai kematangan intelektual, 5) memiliki kesadaran tanggung jawab sosial, 6) mencapai kematangan perkembangan pribadi, 7) mencapai kematangan hubungan dengan teman sebaya, 8) memiliki kemandirian prilaku ekonomis, Senada dengan hal itu Havigurst dalam Sulaeman (1995, hlm. 4) mengungkapkan tugas-tugas perkembangan bagi para remaja adalah 1) mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman-teman sebayanya, baik dengan teman-teman sejenis, maupun dengan temanteman yang beda jenis kelaminnya, 2) dapat menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin masing-masing, 3) menerima kenyataan (realitas) jasmaniahnya serta menggunakannya seefektif-seefektifnya dengan perasaan puas, 4) mencapai kepuasan emosional dari orangtua atau orang dewasa lainnya, Siswa SMA merupakan remaja yang banyak berhadapan dengan masalahmasalah yang dihadapinya, adapun masalah-masalah yang hangat dalam kehidupan para remaja adalah masalah keyakinan yang kebanyakan para remaja menganut suatu keyakinan yang dirumuskan dalam kepercayaan-kepercayaan yang tidak diutarakan, kemudian masalah pencarian akan makna sesuatu dimana para remaja ingin sekali mendapatkan kepastian tentang arti atau makna dari segala sesuatu, begitupun masalah pilihan yang mana para remaja yang sedang bersiap-siap ingin terjun kedalam kehidupan terus-menerus dihadapkan dengan keharusan untuk mengambil pilihan dalam segala sesuatu, dan masalah tujuantujuan yang berkaitan dengan usaha untuk mencari makna dari segala sesuatu serta membuat segala pilihan-pilihan, para remaja menetapkan tujuan-tujuan yang akan mereka capai. (Sulaeman, 1995, hlm. 7). Selain dari itu masalah yang timbul bertalian dengan perkembangan perilaku, sosial, moralitas dan keagamaan para remaja adalah pertama, ketertarikan hidup dalam gang (peers group) yang tidak terbimbing yang mudah menimbulkan kenakalan remaja yang berbentuk perkelahian antar kelompok, pencurian, prostitusi, dan bentuk-bentuk kenakalan remaja lainnya. Kedua,

4 konflik dengan orangtua yang mungkin berakibat tidak senang dirumah, bahkan sering minggat dari rumah. Ketiga melakukan kegiatan-kegiatan yang justru bertentangan dengan nilai dan norma dengan masyarakat atau agamanya seperti, menghisap ganja, narkotika, dan sebagainya. (Makmun, 2007, hlm. 136). Dari masalah-masalah remaja yang telah diungkapkan di atas, maka kewajiban sekolahlah salah satunya untuk mangatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh remaja. Guru yang berperan penting di sekolah dalam membina siswa menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU Sisdiknas no 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 yaitu agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, Masyarakat, Bangsa dan Negara. Selama ini siswa dalam proses pembelajaran hanya diasah pada aspek intelektual saja untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. sedangkan pada kenyataanya siswa belum mencapai pada apa yang diharapkan guru dalam menempuh pendidikannya hanya sedikit yang menyentuh aspek spiritual yang akibatnya banyak siswa yang pintar hanya pengetahuannya saja, sedikit yang pintar dalam aspek moralitas, norma dan nilai yang harusnya dimiliki oleh manusia untuk hidup dimasyarakat. Sebagaimana tujuan pendidikan nasional maka penting dalam membina siswa bukan hanya mengasah kemampuan intelektual dan emosi saja tetapi penting juga untuk mengasah kecerdasan spiritual (SQ) untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut dan dalam mengatasi masalah-masalah yang ada dalam kehidupannya. Zohar & Marshall (2001, hlm. 65) mengungkapkan bahwa Kecerdasan spiritual merupakan penyatu dari kecerdasan-kecerdasan lain seperti IQ dan EQ, dimana SQ mempunyai frekwensi osilasi 40 Hz didalam otak, fungsi dari osilasi ini adalah menggabungkan proses inderawi dan intelektual di seluruh bagian otak.

5 Dengan kata lain osilasi-osilasi ini menempatkan aktivitas neuron teransang kedalam konteks yang lebih besar dan lebih bermakna. Penelitian yang dilakukan Zohar dan Marshall terhadap siswa SMA Swedia, ditemukan para siswa SMA di Swedia banyak mengalami masalah spiritual yang mengakibatkan kebingungan akan masa depannya, gagap menjalani hidup secara bermakna dan mereka sudah gelap terhadap diri mereka sendiri. Hal ini menunjukan bahwa kecerdasan spiritual sangat diperlukan oleh para remaja. Prestasi belajar merupakan indikator keberhasilan peserta didik dalam menangkap materi yang disampaikan oleh guru, siswa akan fokus terhadap mata pelajaran apabila mereka dapat menyelesaikan masalah-masalah yang ada dalam dirinya, sehingga harapannya dapat menyerap materi yang di ajarkan guru. Dalam memecahkan suatu masalah, tidak semua masalah dapat dipecahkan dengan cara berfikir. Sebagaimana dalam bukunya Ari Ginanjar (2003, hlm. 166) Albert Einstein berkata, suatu masalah tidak dapat dipecahkan dengan cara berfikir/memikirkannya ketika masalah itu terjadi. Artinya dalam memecahkan masalah harus dengan paradigma spiritual. Prestasi belajar pada umumnya berkenaan pada aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik (Arifin, 2012, hlm. 12). Oleh karena itu guru dalam mendidik siswa harus memperhatikan kecerdasan spiritual siswa, salah satu faktor yang mempengaruhi kecerdasan spiritual siswa adalah keberhasilan dalam mata pelajaran PAI dan kegiatankegiatan kesiswaan yang membentuk spiritual siswa. Dari pemaparan di atas peneliti akan mengungkap upaya apa saja yang telah dilakukan di SMA Negeri 4 dalam mengembangkan kecerdasan spiritual dan keterampilan dalam memecahkan permasalahan-permasalah spiritual yang dihadapinya. Pada penelitian ini peneliti akan mengambil sampel siswa kelas XI di SMA Negeri 4. SMA Negeri 4 merupakan salah satu SMA Negeri rintisan yang bertaraf internasional yang banyak diminati oleh masyarakat dan merupakan salah satu SMA Negeri favorit di bandung. Banyak kegiatan

6 keagamaan yang dilakukan oleh SMA Negeri 4 ini salah satunya siswa dituntut untuk menghapalkan Al-Qur an 1 Juz dalam tiga tahun, kemudian menghapal ayat-ayat yang sesuai dengan kompetensi pada mata pelajaran PAI. Begitupun prestasi yang ditorehkan oleh SMA Negeri 4 ini tidak sedikit, salah satunya juara satu Graffitty contest di ITB oleh rancang bangun, juara tiga english debate di Aloysius oleh FEC, dan banyak lagi yang lainnya. Kecerdasan spiritual tidak terlepas dengan Pendidikan Agama Islām (PAI), untuk itu peneliti akan mengungkap bagaimana hubungan prestasi belajar PAI dengan kecerdasan spiritual siswa serta besarnya pengaruh dari prestasi belajar PAI terhadap kecerdasan spiritual siswa. Dari pemaparan di atas peneliti berhipotesa bahwa ada hubungan yang signifikan antara prestasi belajar PAI dengan kecerdasan spiritual siswa, semakin baik prestasi belajar siswa semakin tinggi kecerdasan spiritual siswa. Untuk membuktikan hipotesa di atas menurut peneliti perlu dibuktikan kebenarannya melalui penelitian dengan judul Hubungan Prestasi Belajar PAI dengan Kecerdasan Spiritual Siswa kelas XI SMA Negeri 4

7 B. Identifikasi Masalah Peningkatan prestasi belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islām di SMA Negeri 4 akan terlaksana serta memiliki implikasi yang baik apabila faktor-faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar dan kecerdasan spiritual dapat diidentifikasi secara ilmiah, menggunakan penelitian dan pengembangan proses pembelajaran yang berkualitas, berdasarkan uraian di atas dapat ditemukan beberapa permasalahan yaitu 1. Dalam sistem pembelajaran, terdapat banyak komponen yang mendorong tercapainya pembelajaran yang efektif yang akan meningkatkan kemampuan siswa, yaitu : komponen tujuan, guru, siswa, materi pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, model pembelajaran, media pembelajaran, lingkungan dan evaluasi. Siswa yang merupakan salahsatu bagian dari komponen sistem pembelajaran, kadang-kadang guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran kurang memperhatikan komponen sistem pembelajaran dengan secara detail, sehingga pembelajaran yang diberikan kurang efektif. (Tim pengembangan MKDP kurikulum dan pembelajaran, 2011, hlm. 46) 2. Kecerdasan yang dikembangkan kepada siswa. Dalam proses pembelajaran seyogyanya siswa diasah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritualnya. Kadang-kadang guru dalam pembelajaran hanya menitikberatkan pada kecerdasan intelektualnya saja padahal ketiga kecerdasan tersebut harus di kembangkan kepada siswa. 3. Adanya fenomena Ujian Nasional, sedikit banyak telah mengurangi motivasi belajar Pendidikan Agama Islām (PAI) pada siswa, hal ini di karenakan keriteria kelulusan siswa ditentukan malalui nilai Ujian Nasionalnya. Sehingga banyak jam tambahan yang diberikan sekolah untuk mata pelajaran umum.

8 C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut di atas, dapat dirumuskan permasalah sebagai berikut : 1. Bagaimana prestasi belajar PAI siswa kelas XI di SMA Negeri 4? 2. Bagaimana kecerdasan spiritual siswa kelas XI di SMA Negeri 4? 3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara prestasi belajar PAI dengan kecerdasan spiritual siswa kelas XI di SMA Negeri 4? 4. Bagaimana pengaruh prestasi belajar PAI terhadap kecerdasan spiritual siswa kelas XI di SMA Negeri 4? D. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Mengidentifikasi bagaimana prestasi belajar PAI siswa kelas XI di SMAN 4. 2. Mengidentifikasi bagaimana kecerdasan spiritual siswa kelas XI di SMAN 4. 3. Menganalisis apakah ada hubungan yang signifikan antara prestasi belajar PAI dengan kecerdasan spiritual siswa kelas XI di SMA Negeri 4. 4. Menganalisis apakah ada pengaruh yang signifikan antara prestasi belajar PAI terhadap kecerdasan spiritual siswa kelas XI di SMA Negeri 4. E. Kegunaan Hasil Penelitian Secara umum hasil penelitian ini akan berguna untuk mengetahui hubungan prestasi belajar PAI dengan kecerdasan spiritual siswa kelas XI di SMA Negeri 4.

9 1. Manfaat teoritis Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi pendidikan, berupa kesadaran bagi kita bahwa begitu pentingnya kecerdasan spiritual siswa di sekolah untuk mengembangkan dirinya dalam menjalani kehidupan. 2. Manfaat Oprasional Adapun kegunaan hasil penelitian, penyusun berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak terutama pihak-pihak yang bergelut di dunia pendidikan seperti: a. Bagi tenaga pendidik, hasil penelitian ini mampu menjadi bahan referensi tambahan dalam meningkatkan kualitas mengenai faktor kecerdasan spiritual yang harus dimiliki oleh siswa. b. Bagi civitas akademik Universitas Pendidikan Indonesia, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan kepada calon-calon guru bahwa pentingnya mengetahui faktor yang meningkatkan kecerdasan spiritual siswa di sekolah. c. Bagi program studi ilmu pendidikan agama islām, hasil penelitian ini mampu menjadi sumber literatur tambahan dalam meningkatkan kualiatas pendidikan. d. Bagi peniliti selanjutnya, penelitian ini mampu menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya. e. Bagi para orang tua, penelitian ini dapat memberikan masukan positif tentang faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah. f. Bagi SMA Negeri 4, hasil penelitian ini untuk mengevaluasi kinerja pembelajaran di sekolah. g. Bagi Siswa, penelitian ini dapat memberikan kesadaran bahwa pentingnya meningkatkan kecerdasan spiritual untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupannya.

10 F. Struktur Organisasi Skripsi Sturktur organisasi skripsi dalam penelitian ini terdiri atas lima bab, dengan uraian sebagai berikut: Bab I merupakan bab yang berisikan pendahuluan. Bab ini memberikan gambaran mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan, dan manfaat dari penelitian yang dilakukan serta struktur organisasi skripsi. Bab II berisi tinjauan pustaka yang berisi tentang teori-teori yang digunakan dalam penyusunan skripsi, kerangka pemikiran, serta hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini. Bab III menjelaskan mengenai metode penelitian yang digunakan. Bab ini berisi tentang variabel penlitian dan definisi operasional, penentuan sampel, jenis dan sumber data, dan metode analisis yang akan digunakan. Bab IV merupakan penjabaran hasil penelitian beserta pembahasan mengenai prestasi belajar PAI siswa, kecerdasan spiritual siswa serta hubungan antara prestasi belajar PAI dengan kecerdasan spiritual siswa. Bab V merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini, keterbatasan penelitian, serta saran-saran yang berkaitan dengan kesimpulan yang diperoleh, daftar pustaka, lampiran dan riwayat hidup peneliti.