3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG

IV. POLA KONSUMSI RUMAH TANGGA MISKIN DI PULAU JAWA

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Pada tahun 2010 prevalensi merokok

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, karena dalam

Katalog BPS:

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan. Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

PERANAN PERTANIAN DALAM SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA (MODUL 2)

BAB I PENDAHULUAN. Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari tanaman Nicotiana

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

sebanyak 158,86 ribu orang atau sebesar 12,67 persen. Pada tahun 2016, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, yaitu se

pareparekota.bps.go.id

BAB IV GAMBARAN UMUM

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUMKOTA YOGYAKARTA. Yogyakarta merupakan ibu kota Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan

INDEKS TENDENSI KONSUMEN JAWA TENGAH TRIWULAN I-2014

KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016 RINGKASAN

Katalog :

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN

sebanyak 160,5 ribu orang atau sebesar 12,98 persen. Pada tahun 2015, jumlah penduduk miskin mengalami sedikit kenaikan dibanding tahun sebelumnya, ya

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2014

INDEKS TENDENSI KONSUMEN JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2012

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2010

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari konsumen dihadapkan dengan berbagai

PERANAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP.

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2014

PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014

KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2015

KEMISKINAN SUMATERA UTARA MARET 2017

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat hal ini

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2009

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

Kesejahteraan Masyarakat dan Kemiskinan

A. Keadaan Geografis Dan Topografi

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2014

KETERSEDIAAN BAHAN MAKANAN & PENGELUARAN PENDUDUK

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU


PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2013

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014

PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2016

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2012

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA

BAB IV DISTRIBUSI PENDAPATAN MASYARAKAT

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2016 RINGKASAN


Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

PROFIL KEMISKINAN DAN TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI ACEH MARET 2017

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015

Sekapur Sirih. Metro, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kota Metro. Muhammad Sholihin, SE., MM.

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat.

GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser


PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2016

I. PENDAHULUAN. dalam hal ekonomi rumah tangga mereka. Banyak petani padi sawah khususnya. di pedesaan yang masih berada dalam garis kemiskinan.

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2008

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2017 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2016

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Maluku Utara Maret 2009 September 2015

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SEKAPUR SIRIH. Bengkulu, Agustus 2010 Kepala BPS Kota Bengkulu. Isbullah,SE

BAB IV GAMBARAN UMUM

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Transkripsi:

3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia Manusia pada hakekatnya merupakan mahluk Tuhan yang sangat kompleks, dimana secara hirarki penciptaan manusia dilatarbelakangi adanya asal usul manusia sebagai mahluk yang mempunyai jiwa, fisik, yang mana keduanya mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut Van den Daele ada dua proses perubahan yang saling terjadi secara bersamaan selama kehidupan manusia itu berlangsung, yaitu proses perkembangan dan perubahan yang mendasar dari pengaruh internalisasi dan eksternalisasi pada manusia itu sendiri. Kesadaran untuk merubah dirinya sendiri merupakan hal yang terpenting dalam pembangunan manusia yang secara sederhana dapat dikatakan sebagai bentuk partisipasi masyarakat atau gotong royong untuk memperbaiki kehidupannya, yang secara sederhana kondisi pembanguan manusia dapat dinilai dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Namun perlu disadari bahwa investasi pembangunan dalam rangka pembangunan manusia hasilnya tidak instant langsung berdampak, investasi pembangunan manusia memang merupakan pembangunan jangka panjang. Ada kerancuan antara konsep pembangunan manusia dan Indeks Pembangunan Manusia. Pemahaman yang berkembang tentang IPM, IPM dilihat sebagai indeks, bukan sebagai alat ukur untuk mengukur kinerja komprehensif dari pembangunan manusia. IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 17

Kemajuan pembangunan manusia sesungguhnya ditujukan untuk manusia dan oleh manusia. Partisipasi/gotong royong akan mempercepat proses pembangunan manusia. Dengan partisipasi/gotong royong merupakan modal sosial yang tinggi, masyarakat akan lebih mudah menyelesaikan berbagai problem kolektif yang mereka hadapi. Partisipasi/gotong royong akan memberikan energi kolektif untuk dapat mendorong roda perubahan yang cepat di tengah masyarakat dan memperluas kesadaran bersama bahwa banyak jalan yang bisa dilakukan oleh setiap anggota kelompok untuk memperbaiki kesejahteraan dan mutu kehidupan secara bersama-sama serta bertanggung jawab atas kenyamanan, kebersihan, dan keamanan lingkungan tempat tinggalnya. Mereka akan memiliki daya tangkal yang tinggi terhadap berbagai gangguan dan dampaknya akan lebih aman dari berbagai tindak kriminalitas. Pada bahasan berikut disajikan beberapa karakteristik pembangunan manusia yang mencakup kondisi penduduk dan rumahtangga di Kabupaten Subang secara sederhana dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Subang, sehingga dapat memunculkan upaya yang lebih kuat dari berbagai komponen masyarakat Kabupaten Subang untuk melakukan perbaikan ke depan terhadap berbagai indikator pembangunan dasar, seperti kesehatan, pendidikan dan kemampuan daya beli. Kabupaten Subang berada di sebelah utara Jawa Barat, mempunyai potensi geografis yang cukup tinggi. Wilayah Kabupaten Subang terdiri dari tiga tofologi wilayah, yaitu pegunungan, pedataran dan pantai. Hal ini menjadikan Kabupaten Subang memiliki penduduk yang mempunyai adat istiadat, karakter, dan permasalahan yang berbeda. IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 18

Jumlah penduduk berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 mencapai 1.465.157 orang, dengan rincian 739.923 laki-laki dan 725.234 perempuan dengan sex ratio 102. Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kabupaten Subang antar sensus Tahun 2000-2010 mencapai 0,97 persen. Kabupaten Subang pertumbuhan penduduknya masih relatif rendah, merupakan indikasi bahwa Kabupaten Subang bukan merupakan daerah tujuan urbanisasi. Kebijakan pemerintah yang memposisikan Kabupaten Subang sebagai salah satu lumbung padi Jawa Barat, juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan penduduk serta kepadatan penduduk di wilayah ini. Penduduk berjumlah besar sekaligus berkualitas merupakan modal pelaksanaan pembangunan dan potensi bagi peningkatan pembangunan di segala bidang. Namun penduduk yang berjumlah besar tanpa diupayakan pengembangan kualitasnya akan menjadi beban bagi pembangunan yang seharusnya dinikmati oleh keseluruhan penduduk tersebut. Penduduk, baik yang menetap maupun penduduk komuter pada dasarnya hidup dan berinteraksi mulai dalam masing-masing kelompoknya, dan pada akhirya bersosialisasi dengan lingkungan dan berinteraksi dengan kelompok-kelompok lainnya. Namun demikian, pada dasarnya setiap penduduk akan lebih banyak berinteraksi dengan penduduk lain baik menurut kelompok etnis, kelompok budaya, kelompok kepentingan, kelompok profesi, dan sebagainya. Menghadapi kondisi demikian, maka pembangunan sumberdaya manusia harus dilakukan melalui pendekatan kultural yang dimulai dari kelompok-kelompok yang ada. Hal demikian dimaksudkan untuk mendorong pembentukan norma dan nilai tradisi yang bersifat guyub, dimana pada gilirannya dapat IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 19

mendorong perwujudan masyarakat madani, yang merupakan landasan bagi tercapainya sasaran untuk mewujudkan kerangka dasar yang mantap bagi kehidupan warga Kabupaten Subang. Untuk mendorong tercapainya sasaran tersebut, dalam Program Pembangunan Daerah Kabupaten Subang telah digariskan berbagai program yang terkait dengan pembangunan Kualitas Sumber Daya Manusia untuk diimplementasikan dalam pembangunan daerah pada setiap tahunnya. Dalam rencana Pembangunan Tahunan Kabupaten Subang mendatang, program-program yang harus terkandung dalam masing-masing program pada bidang pembangunan kualitas sumber daya manusia antara lain dengan pengendalian Indeks Pembangunan Manusia (IPM). 3.2. Kependudukan Tiga hal pokok yang merupakan komponen utama terbentuknya suatu negara adalah : penduduk, wilayah dan pemerintahan. Tiga hal pokok tersebut saling berhubungan satu dengan lainnya. Mustahil suatu negara akan terbentuk apabila salah satu dari ketiga komponen tersebut dihilangkan. Karakteristik yang paling mewakili dalam menentukan gambaran suatu wilayah adalah masalah kependudukan. karena penduduk sebagai suatu subyek pokok suatu wilayah merupakan komponen yang selalu mengalami perkembangan (dinamic component) dari waktu ke waktu. IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 20

Tabel 3.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Subang Tahun 2000-2010-2011 Komponen SP2000 SP2010 2011 [1] [2] [3] [4] Penduduk 1 329 838 1 465 157 1 492 144 LPP 1.01 0.97 1.84 Kepadatan 648 714 727 Sumber : Sensus Penduduk (SP) dan Survei IPM 2011 Penduduk Kabupaten Subang pada tahun 2011 ini berjumlah 1.492.144 orang, dengan rincian 754.705 laki-laki dan 737.439 perempuan dengan pertumbuhan penduduk sebesar 1.84 persen, sedangkan Laju Pertumbuhan Penduduk antar Sensus (SP2000- SP2010) rata rata pertahun sebesar 0,97 persen. Dengan luas Kabupaten Subang sebesar 2051,76 km 2, maka tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Subang pada tahun 2011 mencapai 727 jiwa/km 2. Pertumbuhan penduduk selalu dipengaruhi oleh faktor tingkat kelahiran/kematian dan tingkat urbanisasi. Di sini perlu mendapat perhatian untuk menekan laju urbanisasi ke wilayah Kabupaten Subang, guna menghindari kepadatan penduduk yang semakin tinggi, karena kepadatan ini akan menimbulkan masalah sosial yang komplek. 3.3. Pendidikan Pendidikan merupakan modal dasar pembangunan. karena pelaksanaan pembangunan tidak cukup mengandalkan kepada sumber daya alam (SDA) saja, tetapi juga harus meningkatkan sumber daya manusianya (SDM). Suatu wilayah yang mempunyai IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 21

kepadatan yang tinggi tanpa dibarengi dengan mutu SDM yang tinggi maka akan menimbulkan kerawanan sosial atau bahkan penduduk tersebut akan menjadi beban pembangunan. Jalur yang paling realistis untuk meningkatkan SDM adalah jalur pendidikan. Sejak tahun 1994 Pemerintah telah melakukan kebijakan untuk perbaikan dunia pendidikan yaitu dengan dicanangkannya Program Wajib Belajar sembilan tahun. Tentunya hal tersebut merupakan hal yang menggembirakan karena kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang setinggi tingginya bagi seluruh rakyat semakin terbuka. Perkembangan mutu pendidikan penduduk Kabupaten Subang salah satunya dapat dilihat dari kemampuan baca/tulis, pendidikan yang ditamatkan dan lain-lain. Tabel 3.2. Jumlah dan Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas Kabupaten Subang Menurut Jenis Kelamin dan Kepandaian Membaca Dan Menulis Tahun 2011 Dapat Membaca dan Menulis Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan Jumlah % Jumlah % Jumlah % [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] Huruf Latin 581 801 93.83 527 176 86.40 1 108 977 90.14 Huruf Lainnya 1 266 0.20 2 900 0.48 4 166 0.34 Tidak Dapat 36 981 5.97 80 112 13.12 117 093 9.52 Sumber : Survei IPM 2011 Dari hasil survei IPM tahun 2011 dapat diperoleh gambaran bahwa penduduk 10 tahun ke atas di kabupaten Subang yang IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 22

dapat membaca dan menulis huruf latin sebesar 90.14 persen, huruf lainnya 0.34 persen, sedangkan yang tidak dapat membaca dan menulis sebesar 9.52 persen seperti terlihat pada tabel 3.2. Bila dilihat dari pendidikan tertinggi yang ditamatkan tabel 3.3 penduduk Kabupaten Subang masih terbesar di tamatan SD/MI sebesar 41.29 persen, SLP/MTs sederajat 18.12 persen. Tabel 3.3. Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas Kabupaten Subang Menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Tahun 2011 Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan [1] [2] [3] [4] Tidak/Belum Pernah Sekolah 7.69 13.83 10.74 Tidak/Belum Tamat SD 13.35 14.11 13.73 SD/MI 41.32 41.25 41.29 SLTP/MTSn Sederajat 18.53 17.71 18.12 SLTA Sederajat 14.13 9.87 12.01 SM Kejuruan 1.84 0.79 1.32 D1/D2 0.47 0.52 0.49 D3/Sarmud 0.65 0.62 0.64 D4/S1 Keatas 2.02 1.30 1.66 Sumber : SP 2010 Jumlah 100.00 100.00 100.00 3.4. Ketenagakerjaan Konsep usia kerja yang dipakai disini adalah 10 tahun ke atas, walaupun kadang untuk hal-hal tertentu dipakai usia 15 tahun ke IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 23

atas. Penduduk usia kerja dibagi kedalam angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, dimana angkatan kerja itu sendiri dibedakan lagi menjadi penduduk yang bekerja dan mencari pekerjaan. Sejalan dengan pertambahan penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya, secara otomatis angkatan kerja pun terus meningkat. Pertambahan tersebut seharusnya diimbangi dengan penciptaan lapangan kerja baru. Namun hal ini tidak mudah untuk dilakukan karena berbagai faktor yang merupakan kendala dalam penciptaan lapangan kerja baru. Tentunya yang menjadi fokus perhatian adalah penduduk usia kerja yang masuk kategori angkatan kerja, karena kelompok ini memiliki sensitivitas yang cukup tinggi terhadap pasar tenaga kerja. Perubahan yang terjadi pada kelompok ini akan mempengaruhi sisi permintaan (demand) dan penawaran (supply) tenaga kerja. Tiga golongan lain (sekolah,mengurus rumahtangga dan lainnya), yang secara ekonomis tidak aktif, dikategorikan sebagai bukan angkatan kerja (non economically active population). IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 24

Bagan Ketenagakerjaan Menurut Konsep BPS P E N D U D U K PENDUDUK Usia dibawah 10 tahun PENDUDUK Usia diatas 10 tahun ANGKATAN KERJA BUKAN ANGKATAN KERJA BEKERJA MENCARI PEKERJAAN SEKOLAH MENGURUS RUMAH TANGGA LAINNYA Sumber : BPS, Pedoman Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 25

Gambaran umum tentang ketenagakerjaan di Kabupaten Subang, baik tentang keadaan angkatan kerja maupun lapangan usaha yang diserap oleh penduduk Kabupaten Subang dapat dilihat pada tabel 3.4. dan tabel 3.5. Tabel 3.4. Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas Dirinci Menurut Jenis Kelamin Dan Kegiatan Utama Selama Seminggu Yang Lalu di Kabupaten Subang Tahun 2011 Kegiatan Utama Seminngu yang Lalu Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan [1] [2] [3] [4] Angkatan Kerja : 78.34 41.57 60.10 Bekerja 95.95 92.09 94.62 Mencari Pekerjaan 4.05 7.91 5.38 Bukan Angkatan Kerja : 21.66 58.43 39.90 Sekolah 71.83 25.09 37.88 Mengurus Rumah Tangga 9.63 72.56 55.34 Lainnya 18.54 2.35 6.78 J u m l a h 100.00 100.00 100.00 Sumber : Survei IPM 2011. IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 26

Tabel 3.5. Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas Dirinci Menurut Jenis Kelamin dan Lapangan Usaha Utama Di kabupaten Subang Tahun 2011 Lapangan Usaha Utama Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan [1] [2] [3] [4] Pertanian 47.47 43.43 45.61 Pertambangan & Penggalian 0.29 0.00 0.15 Industri 6.70 12.91 9.78 Listrik, Gas dan Air 0.12 0.00 0.06 Kontruksi 8.48 0.27 4.40 Perdagangan 18.39 32.09 25.19 Angkutan & Komunikasi 6.50 0.36 3.45 Keuangan 0.47 0.08 0.27 Jasa 10.26 10.05 10.16 Lainnya 1.03 0.81 0.93 J u m l a h 100.00 100.00 100.00 Sumber : Survei IPM 2011 IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 27

3.5. Konsumsi/Pengeluaran Informasi lain yang mendukung untuk memberikan gambaran umum tentang Kabupaten Subang adalah pola konsumsi/pengeluaran penduduk. Dibandingkan pendekatan melalui pendapatan rumah tangga, pola konsumsi/pengeluaran ini lebih mudah dilaksanakan di lapangan mengingat beberapa alasan : - Pengeluaran merupakan aktivitas sehari-hari penduduk, sehingga pertanyaan tentang berapa uang yang dikeluarkan untuk makanan, minuman, perumahan, biaya anak, dan lainlain menjadi lebih dimengerti oleh penduduk. - Pengeluaran merupakan gambaran nyata keadaan ekonomi rumahtangga yang bersangkutan. Sedangkan untuk mendapatkan informasi langsung pendapatan rumah tangga cenderung lebih susah karena selain rumah tangga yang bersangkutan ketakutan kalau ada hubungannnya dengan pajak, juga sebagian besar masyarakat kadang masih menganggap tabu untuk mengungkapkan data pendapatan rumah tangganya. Oleh karena itu analisis pola pengeluaran/konsumsi rumah tangga berarti sekaligus mencerminkan pendapatan rumah tangga yang bersangkutan. Bila dilihat dari tabel 3.6 dapat tergambar bahwa pola pengeluaran konsumsi penduduk kabupaten subang 2 tahun terakhir masih di konsumsi makanan sebesar 63,51 persen, dan untuk konsumsi tembakau cukup tinggi sebesar 15,78 persen diatas konsumsi Ikan, daging, telur dll. IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 28

No. Tabel 3.6. Nilai dan Persentase Pengeluaran Per Kapita Sebulan Menurut Jenis Komiditi Di kabupaten Subang Tahun 2010-2011 Jenis Komoditi Rupiah/orang/bulan Tahun 2010 2011 Nilai % Nilai % [1] [2] [3] [4] [5] [5] 1 Padi-padian 50 182 11,53 74 387 24,79 2 Umbi-umbian 831 0,19 1 410 0,47 3 Ikan 12 478 2,87 16 585 5,53 4 Daging 6 179 1,42 9 684 3,23 5 Telur dan Susu 12 594 2,89 17 020 5,67 6 Sayuran 10 256 2,36 13 304 4,43 7 Kacang-kacangan 6 847 1,57 9 300 3,10 8 Buah-buahan 6 831 1,57 9 111 3,04 9 Minyak dan Lemak 6 610 1,52 10 029 3,34 10 Bahan Minuman 7 743 1,78 12 494 4,16 11 Bumbu-bumbuan 5 661 1,30 7 580 2,53 12 Bahan Makanan Lainnya 7 918 1,82 9 820 3,27 13 Makanan/Minuman Jadi 86 096 19,78 62 017 20,66 14 Tembakau dan Sirih 37 743 8,67 47 370 15,78 Konsumsi Makanan 257 969 59,29 300 111 63,51 1 Perumahan 86 354 19,85 96 267 55,82 2 Aneka Barang Dan Jasa 50 254 11,55 54 198 31,43 3 Pakaian, Alas kaki 12 929 2,97 10 941 6,34 4 Barang Tahan lama 18 783 4,32 5 443 3,16 5 Pajak dan Asuransi 4 026 0,93 4 329 2,51 6 Keperluan Pesta & Upacara 4 780 1,10 1 283 0,74 Konsumsi Non Makanan 177 126 40,71 172 461 36,49 Konsumsi Per Kapita 435096 100,00 472 572 100,00 sebulan Sumber : Susenas 2010, Survei IPM 2011 IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 29

3.6. Kesehatan Mewujudkan masyarakat yang sehat, tanpa membedakan jenis kelamin laki-laki atau perempuan merupakan salah satu tujuan dari pembangunan nasional. Undang-Undang Kesehatan No.23 Tahun 1992 menyebutkan bahwa Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. (Profil Kesehatan Indonesia, 98:1). Adanya keterbatasan dana, sarana, dan prasarana pemerintah, dalam pelaksanaannya, pembangunan kesehatan disusun berdasarkan prioritas-prioritas utama yang akan dicapai. Karena itu hasilnya mungkin tidak dapat dirasakan secara merata oleh semua lapisan masyarakat. Pada tabel 3.7 terlihat persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan menurut jenis keluhan Tabel 3.7. Persentase Penduduk di Kabupaten Subang Yang Mengalami Keluhan Kesehatan Utama Menurut Jenis keluhan Kesehatan Tahun 2010 2011 Jenis Keluhan Kesehatan 2010 2011 L P L +P L P L +P [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] Panas 9,47 8,12 8,81 8,56 8,32 8,44 Batuk 9,44 8,86 9,15 12,30 13,02 12,66 Pilek 10,18 9,98 10,08 10,58 12,45 11,51 Asma/Nafas Sesak 1,01 1,20 1,11 1,28 1,10 1,19 Diare/Buang Air 0,72 1,23 0,97 1,16 1,11 1,13 Sakit Kepala 1,46 3,21 2,32 2,98 4,31 3,63 Sakit Gigi 0,99 1,20 1,09 1,04 1,60 1,32 Lainnya 9,89 12,64 11,24 6,79 8,33 7,55 Sumber : Susenas 2010, Survei IPM 2011 IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 30

Penyuluhan kesehatan yang rutin dan tepat sasaran mungkin akan merubah pola pikir masyarakat, misalnya pada saat melahirkan bayi lebih baik dibantu oleh tenaga medis daripada non medis. Gambaran selengkapnya tentang penolong persalinan pertama dan terakhir penduduk Kabupaten Subang tahun 2010-2011, dapat dilihat pada tabel 3.8 Hal yang cukup menggembirakan, bahwa selama tiga tahun terakhir penduduk Kabupaten Subang lebih banyak menggunakan tenaga medis terutama bidan untuk menolong persalinannya. Hal tersebut diduga, selain biaya yang dikeluarkan untuk bidan cenderung lebih murah dibanding dengan dokter, juga tempat praktek bidan yang hampir ada di setiap wilayah menyebabkan masyarakat menjadi lebih dekat, mudah dan cepat dalam memperoleh pelayanan yang mereka butuhkan. Tabel 3.8. Jumlah dan Persentase Balita di Kabupaten Subang Menurut Penolong Persalinan Terakhir, Tahun 2010-2011 Penolong Persalinan Terakhir 2010 2011 Jumlah % Jumlah % [1] [4] Dokter 18 009 14.36 7 165 5.67 Bidan 86 465 68.97 86 147 68.15 Tenaga Medis Lain 412 0.33 3 441 2.72 D u k u n 20 483 16.34 24 476 23.46 Jumlah 125 370 100.00 126 411 100.00 Sumber : Susenas 2010, Survei IPM2011 IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 31

3.7. Perumahan Perumahan dalam kehidupan manusia merupakan cermin dari taraf kehidupan dan perilaku pribadi dari yang menempatinya. Rumah sebagai tempat tinggal keluarga harus dapat memberi rasa aman, sehat, nyaman, bebas dan memberikan privacy bagi penghuninya. Luas lantai rata-rata untuk masing-masing anggota rumahtangga serta jenis lantai rumah merupakan fasilitas penting tempat tinggal, terutama untuk kesehatan dan kenyamanan. Lantai tanah misalnya, kurang baik untuk kesehatan terutama bagi anak balita. Peningkatan kesejahteraan penduduk dapat tercermin antara lain dari peningkatan kualitas lantai rumah. Pada tabel 3.9 dapat tergambarkan bahwa rumah tangga di kabupaten subang yang lantai terluasnya bukan tanah/bambu sebesar 81,64 persen, dan masih ada 17,11 persen rumah tangga yang lantai terluasnya dari tanah dan 1,25 persen dari bambu. Tabel 3.9. Persentase Rumahtangga di Kabupaten Subang Menurut Kecamatan dan Jenis Lantai Terluas, Tahun 2011 Jenis Lantai Terluas Tahun Bukan Jumlah Tanah Bambu Tanah/Bambu [1] [2] [3] [4] [5] 2 0 1 1 81.64 17.11 1.25 100.00 Sumber : Survei IPM 2011 IPM Kabupaten Subang Tahun 2011 32