BAB III KRONOLOGI & DAMPAK GANGGUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pendukung di dalamnya masih tetap diperlukan suplai listrik sendiri-sendiri.

BAB III SPESIFIKASI TRANSFORMATOR DAN SWITCH GEAR

ANALISA & OPTIMALISASI KOORDINASI RELLAY PROTEKSI SISTEM 6 KV AUXILLIARY PLTU BANTEN 3 LONTAR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang memiliki kapasitas 4 X 425 MW dan 3 X 600 MW. PLTU ini. menggunakan bahan bakar batubara dalam prosesnya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilaksanakan di PT Pertamina (Persero) Refinery

ANALISA & OPTIMALISASI KOORDINASI RELLAY PROTEKSI SISTEM 6 KV AUXILLIARY PLTU BANTEN 3 LONTAR

BAB IV ANALISA GANGGUAN SWITCH GEAR 10.5 KV

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA INSTALASI TIE BREAKER MCC EMERGENCY 380 VOLT

BAB IV ANALISA DATA. Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya

BAB IV ANALISA GANGGUAN DAN IMPLEMENTASI RELAI OGS

DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR...x. DAFTAR TABEL... xii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian...

Rifgy Said Bamatraf Dosen Pembimbing Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT Dr. Dedet Chandra Riawan, ST., M.Eng.

STUDI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA SISTEM KELISTRIKAN PLTU EMBALUT, PT. CAHAYA FAJAR KALTIM

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. panasbumi Unit 4 PT Pertamina Geothermal Energi area Kamojang yang. Berikut dibawah ini data yang telah dikumpulkan :

BAB IV ANALISA GANGGUAN PLTU 2 BANTEN LABUAN

ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

DAFTAR ISI BAB II DASAR TEORI

BAB IV HASIL ANALISA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal

BAB III SISTEM KELISTRIKAN DAN PROTEKSI

BAB IV ANALISA DATA. 4.1 ETAP (Electrical Transient Analyzer Program) Vista, 7, dan 8. ETAP merupakan alat analisa yang komprehensif untuk

2.2.6 Daerah Proteksi (Protective Zone) Bagian-bagian Sistem Pengaman Rele a. Jenis-jenis Rele b.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. 1.1 Studi Kasus. PT Mayora Tbk merupakan salah satu pelanggan PT PLN

BAB III SISTEM PROTEKSI DAN SISTEM KONTROL PEMBANGKIT

2014 ANALISIS KOORDINASI SETTING OVER CURRENT RELAY

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI PERENCANAAN PENGGUNAAN PROTEKSI POWER BUS DI PT. LINDE INDONESIA GRESIK

Jurnal Teknik Mesin UNISKA Vol. 02 No. 02 Mei 2017 ISSN

Proposal Proyek Akhir Program Studi Teknik Listrik. Jurusan Teknik Elektro. Politeknik Negeri Bandung

Perencanaan Koordinasi Rele Pengaman Pada Sistem Kelistrikan Di PT. Wilmar Gresik Akibat Penambahan Daya

ABSTRAK Kata Kunci :

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

Uninterruptible Power Supply (UPS)

KOORDINASI PROTEKSI TEGANGAN KEDIP DAN ARUS LEBIH PADA SISTEM KELISTRIKAN INDUSTRI NABATI

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BACK UP SISTEM KELISTRIKAN PLTGU PT. INDONESIA POWER UBP SEMARANG DENGAN START UP DIESEL GENERATOR 6,3KV DAN 400V

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI PUSPA LITA DESTIANI,2014

STUDI KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. BOC GASES GRESIK JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. sistem tenaga listrik terdiri dari beberapa sub sistem, yaitu pembangkitan,

Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap)

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

STUDI KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DAN PENGARUH KEDIP TEGANGAN AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN PADA SISTEM KELISTRIKAN DI PT. ISM BOGASARI FLOUR MILLS SURABAYA

Koordinasi Proteksi Tegangan Kedip dan Arus Lebih pada Sistem Kelistrikan Industri Nabati

BAB I PENDAHULUAN. serta fungsinya yang ditentukan terhadap jenis gangguan yang terjadi. Apabila

KOORDINASI PROTEKSI TEGANGAN KEDIP DAN ARUS LEBIH PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. WILMAR NABATI, GRESIK JAWA TIMUR

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

Studi Perencanaan Penggunaan Proteksi Power Bus di Sistem Kelistrikan Industri Gas

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Makalah Seminar Kerja Praktek APLIKASI SISTEM PENGAMAN ELEKTRIS CADANGAN GAS TURBIN GENERATOR PADA PLTGU TAMBAK LOROK BLOK II

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA BAB I PENDAHULUAN

BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG

KAJIAN PROTEKSI MOTOR 200 KW,6000 V, 50 HZ DENGAN SEPAM SERI M41

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB IV PENGOPERASIAN PERANGKAT GENSET DAN PANEL CPGS

Analisis Kestabilan Transien dan Mekanisme Pelepasan Beban di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit (R.U.) VI Balongan Jawa Barat

UPS PLTU Labuhan Angin 2x115 MW

TES TERTULIS LEVEL : JUDUL UNIT : Memelihara Instalasi Listrik Tegangan Rendah (1) NAMA : JABATAN : UNIT KERJA : TANDA TANGAN :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap kondisi abnormal pada operasi sistem. Fungsi pengaman tenaga listrik antara lain:

PERANCANGAN KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH PADA GARDU INDUK DENGAN JARINGAN DISTRIBUSI SPINDLE

220 VDC. Sistem DC PLTU Labuhan Angin. Pada PLTU LA sistem DC terdapat pada : Sistem DC unit 2. Sistem DC BOP Sistem DC Substation

BAB II LANDASAN TEORI

SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB IV HASIL PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

STUDI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. WILMAR NABATI INDONESIA, GRESIK JAWA TIMUR. Studi Kasus Sistem Kelistrikan PT.

Koordinasi Rele Pada Jaringan Transmisi 150 kv

BAB III METODE PENELITIAN. Laptop/PC yang di dalamnya terinstal software aplikasi ETAP 12.6 (Electric

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PLTU BANTEN 3 LONTAR

BAB I PENDAHULUAN. mentransmisikan dan mendistribusikan tenaga listrik untuk dapat dimanfaatkan

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

BAB III PERALATAN LISTRIK PADA MOTOR CONTROL CENTER (MCC) WATER TREATMENT PLANT (WTP) 3

37 JURNAL TEKNIK ELEKTRO ITP, Vol. 6, No. 1, JANUARI 2017

Makalah Seminar Kerja Praktek APLIKASI SISTEM PENGAMAN ELEKTRIS UTAMA PADA GAS TURBIN GENERATOR PLTGU

BAB III METODE PENELITIAN

SISTEM PROTEKSI PADA MOTOR INDUKSI 3 PHASE 200 KW SEBAGAI PENGGERAK POMPA HYDRAN (ELECTRIC FIRE PUMP) SURYA DARMA

KOORDINASI RELAY PENGAMAN DAN LOAD FLOW ANALYSIS MENGGUNAKAN SIMULASI ETAP 7.0 PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK

Rencana Operasi Bulanan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Juni 2017

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah dapat merusak peralatan-peralatan produksi yang terhubung dalam

Studi Koordinasi Proteksi Sistem Kelistrikan di Project Pakistan Deep Water Container Port

Simulasi dan Analisis Stabilitas Transien dan Pelepasan Beban pada Sistem Kelistrikan PT. Semen Indonesia Pabrik Aceh

Abstrak. Kata kunci: padam total, kedip tegangan, relai proteksi pembangkit. Abstract

LAPORAN MINGGUAN OJT D1 MINGGU XIV. GARDU INDUK 150 kv DI PLTU ASAM ASAM. Oleh : MUHAMMAD ZAKIY RAMADHAN Bidang Operator Gardu Induk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Prinsip Dasar Proteksi a). Proteksi Sistem Tenaga

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR

Rencana Operasi Bulanan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa September 2017

BAB 3 PELEPASAN BEBAN PADA SISTEM TENAGA LISTRIK. CNOOC SES Ltd NORTH BUSINIESS UNIT DENGAN TEGANGAN OPERASI 13.8 KV

LAMPIRAN A DESKRIPSI PROYEK

RANCANG BANGUN SISTEM AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DAN AUTOMATIC MAINS FAILURE PADA GENERATOR SET 80 KVA DENGAN DEEP SEA ELECTRONIC 4420

DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1

Analisa Perancangan Gardu Induk Sistem Outdoor 150 kv di Tallasa, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Pengujian Relay Arus Lebih Woodward Tipe XI1-I di Laboratorium Jurusan Teknik Elektro

Transkripsi:

BAB III KRONOLOGI & DAMPAK GANGGUAN 3.1 Pendahuluan PLTU BANTEN 3 LONTAR memiliki system kelistrikan auxiliary untuk memenuhi kebutuhan kelistrikan di system pembangit itu sendiri yang disebut PS(pemakaian sendiri). Dalam studi ini akan menjelaskan data system dan analisa system koordinasi proteksi over current relay pada system kelistrikan PLTU banten 3 lontar. Dikarenakan setelah beroperasi selama 3 tahun ternyata ditemukan beberapa abnormal / kurang selective nya beberapa breaker dalam menghadapi gangguan. 3.2 Gangguan short circuit pada Belt Conveyor 01 Pada tanggal 20 Juli 2014 diadakan test running pada motor BC 01. Tetapi pada saat memasukkan sumber tegangan melalui breaker 6 kv di station section room, terjadi short circuit pada breaker, berdampak pada tripnya unit 1 dikarenakan tegangan bus 6 kv yang melalui sisi incoming UAT hilang serta terjadi kegagalan HBT dalam membackup tegangan. Beban-beban sisi B dalam Unit section 1 tidak mendapat supply tegangan sehingga tidak dapat bekerja yang mengakibatkan unit trip. Hal ini menandakan kurang selective nya system koordinasi proteksi dalam menghadapi gangguan hubung singkat. 26

27 Kronologi kejadian Penyebab hilangnya tegangan 6 kv pada Unit Section 1B karena UST sisi B trip akibat Breaker 6kV BC 01 diposisikan rack in kemudian dioprasikan (masuk/on) dalam kondisi grounding. Hal ini berakibat tripnya breaker Incoming 6 kv sisi UAT karena terjadi short circuit 3 phasa ke ground dan menyebabkan breaker UAT Trip dengan indikasi Overcurrent LV Branch B. HBT juga tidak bias membackup system dikarenakan system trip dengan gangguan, bukan trip karena hilang tegangan / manuver. Setelah dilakukan pengusutan lebih lanjut, indikasi OCR disebabkan oleh adanya Earthing Swicth yang masih dalam keadaan closed ketika melakukan rack in breaker. Data ini didukung dengan adanya perintah untuk memberikan tegangan pada motor BC 01 melalui breaker 6kV ketika kejadian Unit 1 trip berlangsung dan melalui trending arus motor yang masih 0 karena semua arus akan tertuju pada pentanahan yang tahanannya kecil. Keadaan ini terjadi karena terdapat kesalahan dalam melakukan manuver breaker 6 kv serta kegagalan mekanikal interlock dalam mengamankan peralatan.

28 Tabel 3.1. Kronologi gangguan PLTU Lontar Unit 1 TANGGAL JAM AKTIVITAS / KEJADIAN 09:58 Busbar 6KV Unit Section B Loss Voltage (0 KV) Normalnya Power akan Auto Transfer dari UAT ke SST Tetapi pada HBT(High Bus Transfer) B KV Unit Section B terdapat alarm ( HBT Abnormal & PT Line Broken) sehingga menyebabkan: 6KV Unit Section B Loss Voltage 380V PC Section B Loss Voltage Emergency Section B Loss Voltage 6KV Station Section A Loss Voltage 6KV Station Section B Loss Voltage Sehingga berdampak terhadap power Common untuk Coal Handling, Ash Handling, BOP 20-07-2014 Beberapa sistem dan peralatan yang terkena dampak kejadian tersebut adalah : Layar CCTV area pembangkit TRIP Layar CCTV Drum Level Local TRIP Indikator nilai-nilai pada MOV Control di area turbine hilang nilai bad/berwarna merah Beberapa peralatan 6KV yang terhubung dengan 6KV Unit Section B Trip (CWP #2, PAF B, FDF B, IDF B, MILL D, MILL E, C3WP B TRIP) Panel Bypass Hydraulic System alarm Hyd. Sta. Main Fail Alarm (bypass tidak bisa dioperasikan) MOV-MOV Control area turbine tidak bisa dikontrol dan indikasi bad. Emergency Section 1B terindikasi low voltage dan EDG Standby maka saat itu EDG Auto Start hingga dapat sinkron mem-backup Emergency Section 1B

29 Gambar 3.1 Sequence of Event (SOE) saat terjadinya trip unit #1 Gambar diatas menunjukan SOE (sequence of Event) saat terjadinya Trip unit #1 diakibatkan oleh short circuit pada swicthgear Belt Conveyor 01A pada tanggal 20 Juli 2014 pukul 09:58:400 dengan indikasi pertama adalah Tripnya UAT LV Branch B overcurrent yang menandakan adanya overcurrent pada sisi low voltage busbar B sisi trafo UAT, dan diikuti tripnya peralatan peralatan utama pembangkit lainya,dikarenakan hilangnya tegangan supplay pada peralatan, sehingga menyebabkan unit #1 PLTU banten 3 lontar trip dan lepas dari jaringann interkoneksi Jawa Bali.

30 Gambar 3.2 Daerah proteksi station section Seperti ditunjukkan gambar 2 pembagian proteksi pada 6kV station section yaitu terbagi menjadi 2 bagian section A dan section B yang masing masing memiliki sumber tegangan dari 6kV unit section A dan 6kV unit section B./ Sedangkan Unit section sendiri mendapat sumber tegangan dari trafo UAT serta memiliki standby power supplay dari trafo SSTsebagai power supplay cadangan, serta digunakan saat unit belum beroperasi. Setiap motor pada PLTU banten 3 lontar dioperasikan dengan sebuah switchgear 6kV yang dilengkapi dengan sistem proteksi berbasis mikrokontroler yang terintegrasi dengan DCS. Switchgear ini memiliki rating short circuit 40kA, dan dilengkapi dengan sistem proteksi WDZ430EX dari wiscom.ltd yang memiliki fitur yang lengkap untuk memproteksi motor maupun transformer.

31 Gambar 3.3 Switchgear 6.3 kv PLTU Lontar Gb 3.4. Trending ampere saat terjadi gangguan BC Short circuit

32 Dari trending ampere saat terjadinya short circuit, terlihat bahwa ampere tertinggi yang mampu terbaca adalah branch A LV UAT sebesar 1.468 ampere. Arus short circuit ini sebenarnya bukan ampere real saat short circuit melainkan harga tertinggi yang mampu dibaca oleh DCS dengan transmitter 4-20mA. Arus arus lain yangterlihat pada gambar ialah Arus Generator 641A, outgoing unit section to station section 1035A, dan Incoming to staion section 1245A. Semua pembacaan arus short circuit ini hanya untuk menunjukan seberapa besar perbandingan arus saat terjadinya gangguan, bukan untuk mengukur arus nyata gangguan, karena transmitter/ct yang digunakan tidak disetting/ didesign untuk mengukur arus gangguan, melainkan hanya untuk pembacaan saat peralatan beroperasi normal. Arus gangguan short circuit yang terjadi harus dihitung manual ataupun bisa dengan mensimulasikan gangguan pada sebuah software ETAP yang sudah digambar suatu sistem sesuai kondisi real dilapangan 3.3. Gangguan short circuit pada Belt Conveyor #6 HYD Pada tanggal 20 Mei 2015 terjadi kembali trip unit #2 dari overcurrent LV Branch B UAT #2, setela diusut penyebab terjadinya overcurrent pada sisi LV B UAT adalah masih tergroundingnya breaker 6 kv motor belt conveyor HYD, hal ini diperkuat dengan adanya idikasi closed pada indicator earting switch. Namun sesaat setelah yrip unit trafo SST langsung dapat memback up beban beban yang kehilangan power dari tripnya LV UAT B, dikarenakan breaker belt conveyor #6 HYD sudah trip dari under frekuensi, dengan ditandainya drop voltage pada jaringan 150kV yang saat itu ganya berada pada level 124 kv setelah unit trip. Dengan adanya kejadian

33 yang kedua inilah maka, sudah sangat perlu dilakukan re-setting relay pada proteksi trafo UAT yang terdapat pada Generator Protection Nari Relay. 3.4 Dampak Gangguan Dengan terjadinya gangguan short circuit yang sudah terulang kedua kalinya pada tanggal xx januari 2014 dan 20 juli 2014 menyebabkan berbagai macam dampak dilihat dari terjadinya trip unit. 3.4.1 Kehilangan production rate Terjadinya short circuit pada breaker motor belt conveyor mengakibatkan tripnya unit #1 PLTU BANTEN 3 LONTAR, hal ini menyebabkan kehilangannya potensi memproduksi energi listrik yang sangat besar selama kegagalan itu belum diatasi, berikut adalah data yang di ambil dari pareto loss opportunity dari divisi Perencana & Pengendaian Operasi (RendalOp). Tabel 3.2 Pareto loss trip #1 CAUSE CODE STATUS TANGGAL DURASI LAMA GANGGUAN (jam) LOSSES MWH 3661 - CIRCUIT BREAKERS FD1 - OUTAGE 20 JULI 2014 10.01-17.27 7.43 2341.50 MWh Berdasarkan pareto loss saat unit #1 trip dari short circuit dan lama nya watu penanganan gangguan, dapat dihitung besarnya kerugian yang ditanggung karena kehilangan kesempatan memproduksi listrik adalah sebagai berikut :

34 Produksi 1 unit PLTU BANTEN 3 LONTAR = 315MW = 315.000kW Harga pokok produksi komponen c tiap 1 Kwh = Rp. 458,- jadi kerugian produksi per unit tiap jamnya adalah = 315.000 x Rp. 458,- = Rp.144.270.000 / jam Durasi gangguan & penanganan sampai unit beroperasi normal 7.43 jam jadi total kerugiannya : = 7,43 x Rp.144.270.000/jam = 1.071.926.100,- (Satu miliyar tujuh puluh satu juta sembilan ratus dua puluh enam ribu seratus rupiah) Gambar 3.5 Data Pareto loss Output Agustus 2014

35 3.4.2 Kepuasan pelanggan berkurang. Apabila unit pembangkit sering mengalami gangguan melebihi batas yang diijinkan oleh dispatcher / P3B, maka akan mengurangi kepuasan / kepercayaan terhadap unit pembangkit dalam hal penyediaan sumber energy listrik yang seharusnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Sehingga pihak dispatcher akan lebih sering melakukan pemadaman pada beberapa beban yang seharusnya tetap terjaga ketersediaan energi listrik dalam area nya. 3.4.3 Kehandalan unit berkurang Dengan seringnya unit mengalami gangguan, maka akan menurunkan tingkat kehandalan / reability unit pembangkit tersebut. Dalam hal ini seharusnya unit pembangkit tidak harus mengalami trip karena gangguan short circuit pada bus station section, bila reley proteksi bekerja lebih selective melokalisir hanya pada area yang mengalami gangguan. 3.4.4 Biaya start up unit Kejadian unit 1 trip akan mengakibatkan start up ulang unit pembangkit. dengan asumsi kebutuhan HSD untuk start adalah 100.000 liter harga 1 liter HSD industrial adalah Rp 13.000,- jadi kerugian untuk biaya start up unit pembangkit adalah = 100.000 liter x Rp.13.000,- = Rp.1.300.000.000,- (Satu miliar tiga ratus juta rupiah)

36 3.4.5 Biaya Pemakaian sendiri Disaat unit pembangkit tidak memproduksi listrik, maka unit pembangkit akan menggunakan energi listrik dari jaringan maka ini adalah juga kerugian karena unit embangkit tidak dapat memasok energi listrik sendiri untuk beroperasi, berikut biaya pemakaian sendiri yang harus ditanggung disaat unit berhenti beroperasi 3.5 Data system 6 kv auxiliary PLTU BANTEN 3 LONTAR Berdasarkan data peralatan sistem kelistrikan yang terpasang di PLTU banten 3 lontar, maka akan dilakukan studi untuk menentukan setting yang tepat yang akan diterapkan pada kordinasi sistem proteksi PLTU BANTEN 3 LONTAR guna meningkatkan selektifitas sistem proteksi dalam menghadapi gangguan. Gambar 3.6 Single Line diagram ETAP PTLU BANTEN 3 LONTAR

37 Berdasarkan data peralatan maka dapat dilakukan studi perhitungan arus short sirkuit saat gangguan dengan menggunakan software ETAP 12.6 dan hasil perhitungan program akan digunakan untuk menganalisis koordinasi sistem dan menentukan setting proteksi yang lebih optimal. 3.5.1 Sumber Data Data Peralatan yang dimasukkan pada program ETAP diambil langsung pada single line diagram yang terlampir pada file lampiran, serta nilai arus pada lump load diambil dengan cara mencatat di lapangan saat unit beroperasi full load pada beban 315MW. Nilai X/R power grid Teluk Naga dan New Tangerang diambil dari data yang diberikan dari Dispatcher P3B. Beberapa data yang seperti tipe relay proteksi yangn tdak terdapat pada library ETAP 12.6 dipilih relay pada library yang sesuai dengan kondisi aktual relay yang terpasang pada peralatan PLTU BANTEN 3 LONTAR.