TAHU SEBAGAI ANDALAN INDUSTRI PARIWISATA DI SUMEDANG. Oleh : Dadang Sungkawa *)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan

2014 IMPLEMENTASI D ATA ENVELOPMENT ANALYSIS (D EA) UNTUK MENGUKUR EFISIENSI INDUSTRI TAHU D I KABUPATEN SUMED ANG

Profile Daerah Kabupaten Sumedang Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti saat ini, usaha kecil dan menengah semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tempe merupakan makanan yang terbuat dari biji kedelai atau beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri dapat berlangsung dengan baik apabila didukung oleh

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku untuk sektor industri. Produksi sektor

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI SUMEDANG

PERIODE JANUARI- MARET 2010 PERIODE APRIL-SEPTEMBER 2010 PERIODE OKT-DES 2010

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat perekonomian nasional mengalami stagnasi, usaha mikro, kecil

BAB I PENDAHULUAN. mutu dan keamanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia,

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. kedelai yang tinggi protein, sedikit karbohidrat, mempunyai nilai gizi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG

Profile Daerah Kabupaten Sumedang Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan

BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF. dapat dibagi menjadi makanan berat dan juga makanan ringan atau bisa juga

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tetapi sebagai tempat usaha yang cukup banyak menyerap tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor industri tetapi banyak berkembangnya sektor industri kecil

BAB I PENDAHULUAN. prospek ekonomi yang cukup baik dan dapat bersaing dengan industri besar lainnya di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROFIL USAHA KRIPIK TALES

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG. Salah satu bisnis industri makanan yang terus merangkak naik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, menaikan devisa negara serta mengangkat prestise nasional.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

LAMPIRAN 1 DAFTAR TABEL

AGROINDUSTRI TAHU PENYOKONG PENDAPATAN MASYARAKAT DI DESA TEJA TIMUR KABUPATEN PAMEKASAN. Zainol Arifin*)

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein nabati dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

Analisis usaha industri tempe kedelai skala rumah tangga di kota Surakarta

I. PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah mengakibatkan

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

EKSISTENSI HOME INDUSTRI TAPE KETAN DI DESA TARIKOLOT KECAMATAN CIBEUREUM KABUPATEN KUNINGAN

BAB I PENDAHULUAN. indikator perkembangan ekonominya. Perkembangan ekonomi yang telah

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Sumedang Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

1 repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Permasalahan bangsa Indonesia untuk jangka waktu yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan nilai tambah yang lebih agar mampu memenuhi kebutuhan dan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PEMANFAATAN AMPAS TAHU UNTUK OLAHAN PANGAN DARI LIMBAH PENGOLAHAN INDUSTRI TAHU DI KELURAHAN TUNGGULWULUNG KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan energi dan untuk proses metabolisme dalam tubuh. Mengkonsumsi

I. PENDAHULUAN. Kedelai (genus Glycine) merupakan jenis tanaman pangan yang tergolong

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang sudah modern. Perkembangan jumlah UMKM periode

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 26 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. industri yang berbasis pertanian atau biasa disebut agroindustri. Istilah

I. PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, usaha kecil mikro, dan menengah adalah usaha

SEGMENTASI PASAR PEMBELI TAHU SUMEDANG (Studi Kasus pada Perusahaan Tahu Bungkeng Kabupaten Sumedang) Oleh NING SRIMENGANTI Universitas Winaya Mukti

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pilihan yang banyak disukai masyarakat (Anonim, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia mengalami kelesuan. Hal ini tentu berdampak pula pada

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi perhatian

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian di Indonesia mempunyai peranan yang cukup penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan peradaban dan pola berpikir manusia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

BAB I PENDAHULUAN. Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, mengingat. pentingnya kebutuhan pangan untuk mencapai angka kecukupan gizi.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di subsektor perikanan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan,

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

KONDISI GEOGRAFIS. Luas Wilayah (Ha)

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PAGU INDIKATIF KECAMATAN KABUPATEN SUMEDANG TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1. PENDAHULUAN. masyarakat dan kesadaran masyarakat pentingnya mengkonsumsi protein nabati, utamanya adalah bungkil kedelai (Zakaria, 2010).

TUGAS AKHIR MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS TAHU KEDELAI DISUSUN OLEH GUNTUR OCTOSA YUDHA WIJAYA

I. PENDAHULUAN. terhadap eksistensi dan ketahanan hidup manusia, baik dari segi kuantitas maupun

melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya yang ada.

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan tersebut dapat dilihat dalam berbagai sektor, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Faktor-faktor yang menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tapioka. Kerupuk sudah banyak dimodifikasikan dengan berbagai cita rasa

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

BAB 1 PENDAHULUAN. ikan laut yang dicampur dengan bahan-bahan, seperti cabe kering yang dihaluskan

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. posisinya sebagai penghasil terbesar komoditi tersebut di tataran nasional serta

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

2015 PENGEMBANGAN PRODUK BROWNIES BAKAR BERBASIS TEPUNG KACANG MERAH TERHADAP DAYA TERIMA KONSUMEN

I. PENDAHULUAN. dalam negeri maupun ekspor. Hewan ini sangat digemari, terutama di negaranegara

Pengolahan hasil pertanian dalam pelatihan ini dimaksudkan untuk mengubah bentuk bahan baku menjadi bahan

BAB I PENDAHULUAN. gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN TAHU DI GAMPONG PANTE GAJAH KECAMATAN PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

TAHU SEBAGAI ANDALAN INDUSTRI PARIWISATA DI SUMEDANG Oleh : Dadang Sungkawa *) Abstrak Bila kita berbicara Kabupaten Sumedang maka yang terlintas dalam pikiran kita adalah tahu Sumedang yang merupakan makanan khas dari kota ini. Setiap orang mulai dari anak - anak hingga orang tua suka dengan tahu sebagai makanan yang banyak mengandung protein. Tahu bisa dimakan bersama nasi atau sebagai makanan cemilan dalam perjalanan di kendaraan atau sebagai oleh - leh apabila dibawa ke rumah atau tempat tujuan. Tahu Sumedang berbeda dengan tahu - tahu yang dibuat di tempat lain di Jawa Barat karena memiliki rasa khas yang empuk, enak, dan gurih. Perbedaan rasa tahu inilah yang menyebabkan Sumedang sebagai kota atau daerah tahu. Perkembangan industri tahu di Sumedang ini berdampak positif terhadap kemajuan ekonomi masyarakat Sumedang. Kata kunci: Industri, Pariwisata. *) Drs. Dadang Sungkawa, M.Pd adalah dosen Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI

1. Pendahuluan Kabupaten Sumedang merupakan wilayah yang dilalui oleh jalur lalu -lintas antara dua kota yaitu Bandung dan Cirebon. Kendaraan yang melalui daerah ini tiap harinya sangat padat baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum, khususnya kendaar besar seperti bus dan truk, yang bukan hanya tujuan Cirebon, namun banyak juga yang menuju Tegal, Pekalongan dan Purwokerto. Bila kita naik kendaraan pribadi atau kendaraan umum dari Bandung menuju Cirebon, maka apabila memasuki wilayah Sumedang kita akan menemui banyak PTS (=Pedagang Tahu Sumedang) baik yang berada di pinggir - pinggir jalan seperti kios - kios dan toko tahu maupun para pedagang asongan yang menjajakan tahu di dalam bus - bus jurusan Cirebon. Perdagangan tahu di Wilayah Sumedang nampaknya makin lama makin berkembang,hal ini dapat di lihat dari bertambahnya para PTS yang menjajakan barangnya diluar Sumedang, seperti di Cileunyi dan Cicalengka atau daerah Kadipaten. Begitu populernya tahu Sumedang ini sekarang makanan ini bisa dibeli di luar Kabupaten Sumedang karena banyak PTS dari luar Sumedang yang mengadu untung dengan berjualan tahu. Selain tahu andalan barang dagangan lainnya dari Sumedang adalah sawo yang sepanjang tahun dipasarkan di sepanjang jalan legok oleh para WTS (= Wanita Tukang Sawo ). Sawo dari daerah ini selalu ada sepanjang tahun karena sawo di daerah ini berbuah terus menerus tidak ditentukan oleh musim. Sawo dari jalan legok ini juga menjadi barang dagangan pariwisata sebagai oleh - oleh bagi orang - orang yang melewati wilayah ini. 2. Faktor historis dan geografis yang mendukung eksistensi industri tahu di Kabupaten Sumedang Secara historis diketahui bahwa tahu pertama kali dibuat di Cina sekitar tahun 200 SM, dengan tidak sengaja. Pembuatan tahu pertama kali diperkenalkan oleh Liu An pada tahun 164 SM, pada zaman

pemerintahan Dinasti Han. Selanjutnya pembuatan tahu disebarkan ke berbagai negara termasuk Indonesia oleh para biksu sambil mengajarkan agama Budha. Kata tahu berasal dari bahasa Cina yaitu Tao hu atau Teu hu. Teu artinya kedelai dan hu artinya lumat atau menjadi bubur, jadi tahu adalah kedelai yang dilumatkan atau dibuat bubur. Tahu Sumedang pertama kali dibuat oleh Emigran dari Cina yang bernama Ong Kin No pada tahun 1900-an. Kelezatan tahu yang dibuatnya menarik perhatian pangeran sumedang untuk datang ke rumahnya di kawasan pusat kota Sumedang. Sejak saat itu tahu buatan Ong Kin No mulai dikenal orang. Sejak itu Ong Kin No menjadi pembuat dan penjual tahu. Tahu Sumedang lebih berkembang dengan pesat setelah ditangani oleh putra Ong Kin No yaitu Ong Bung Keng. Tahu buatannya dikenal dengan nama tahu Bung Keng. Tahu Bung Keng sekarang dikelola oleh generasi keempat dan berkembang bukan hanya di Sumedang tetapi juga di Jawa Barat. Tahu Sumedang mempunyai keunikan sendiri dibandingkan dengan jenis tahu lainnya seperti rasanya yang gurih dan mempunyai kulit luar yang berbintik bintik. Faktor geografis yang mendukung keberadaan industri tahu di Sumedang berdasarkan penelitian Tati Sumiati (2007 : 69) adalah mudah memperoleh bahan mentah, tersedianya tenaga kerja dan dekat dengan tempat pemasaran sehingga industri tahu ini cukup menguntungkan bagi para pengusaha. Bahan baku utama pembuatan tahu adalah kacang kedelai sedangkan bahan penunjang lainnya adalah air, penggumpal (koagulan), anti busa, pengawet, minyak goreng dan bumbu. Kacang kedelai mudah diperoleh di Sumedang, baik kacang kedelai lokal (berbiji kecil dan berwarna kuning) maupun kacang kedelai impor (berbiji besar, berbentuk bulat dan warnanya putih) yang bisa diperoleh dari pasar atau koperasi tahu dan tempe. Pada umumnya pembuat tahu di Sumedang lebih suka memilih kacang kedelai lokal karena hasilnya lebih banyak dan rasanya gurih dibandingkan dengan kedelai impor.

Faktor tenaga kerja untuk pembuatan tahu di Sumedang bukan masalah, karena mudah diperoleh dan mereka secara tradisional terampil dalam pembuatan tahu. Demikian pula faktor pemasaran tahu di Sumedang bukan masalah sebab setiap tempat yang lokasinya di pinggir jalan langsung menjadi tempat pemasaran tahu. Berdasarkan hasil wawancara dengan para pedagang dan pembeli tahu, kenyataan sekarang tahu Sumedang ini memiliki rasa yang berbeda - beda karena perbedaan dalam kualitas bahan baku yaitu kacang kedelai, sistim pengolahan, bumbu yang dipakai dan minyak goreng yang digunakan. Menurunnya kualitas tahu Sumedang dapat mengurangi jumlah konsumen, karena itu untuk mempertahankan dan meningkatkan konsumsi masyarakat terhadap tahu Sumedang ini kualitasnya harus tetap dijaga. 3. Tahu Sebagai Andalan Industri Pangan di Kabupaten Sumedang Walaupun industri tahu bukan merupakan industri utama di Kabupaten Sumedang namun di lihat dari jenis industri pangan, perusahaan tahu cukup banyak menyerap tenaga kerja, mulai dari pengusaha, buruh dan para pedagang tahu yang memasarkan langsung kepada para konsumen, karena itu pembuatan tahu menjadi industri yang banyak menyerap tenaga kerja dalam bidang ekonomi non formal di Kabupaten Sumedang. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan Investasi di Kabupaten Sumedang pada tahun 2007 tercatat ada 81 industri tahu. Jumlah industri tahu yang sebenarnya diperkirakan lebih dari 100 buah, terutama karena banyaknya pembuatan tahu sebagai industri rumah tangga (home industry ) yang tidak terdaftar di Dinas Perindustrian. Tabel Jumlah Industri Tahu Di Kabupaten Sumedang Tahun 2007 NO. Kecamatan Jumlah Unit Usaha 1 Sumedang Selatan 18

2 Sumedang Utara 32 3 Tanjung Sari 10 4 Ganeas 1 5 Pamulihan 1 6 Situraja 3 7 Cisarua 1 8 Cimalaka 1 9 Darmaraja 4 10 Cimanggung 2 11 Conggeang 3 12 Jatinangor 3 13 Cibugel 1 14 Paseh 1 Jumlah 81 Sumber : Disperindag dan Investasi Kabupaten Sumedang Dari tabel di atas dapat kita lihat dari 14 Kecamatan yang ada di Kab. Sumedang memiliki usaha di bidang industri tahu dan yang paling banyak jumlah industri tahu ini terdapat di 3 kecamatan yaitu Sumedang Utara (32 Unit), Sumedang Selatan (18 Unit) dan Tanjung Sari (10 Unit). Ketiga kecamatan ini lokasinya paling ekonomis untuk daerah pemasaran tahu karena berada pada jalur lalu lintas Bandung Cirebon yang padat dengan mobilitas penduduk dan kendaraan bermotor. 4. Penutup Tahu merupakan makanan rakyat yang relatif murah namun memiliki nilai gizi yang tinggi karena kandungan proteinnya lebih dari 40 %. Harga tahu Sumedang dewasa ini berkisar antara Rp. 250 sampai Rp. 300 per potong, hal ini bergantung pada ukurannya yang berkisar antara 3 x 3 Cm sampai 4 x 4 Cm. Bahkan ada juga yang berukuran 5 x 5 Cm dengan harga Rp. 500 per potong. Harga ini masih terjangkau oleh pembeli.

Selera masyarakat akan tahu Sumedang hingga sekarang tidak berubah bahkan konsumennya bertambah, karena setiap wisatawan yang berkunjung ke Sumedang atau orang yang melewati wilayah Sumedang umumnya singgah untuk menyempatkan diri membeli tahu sebagai oleh oleh. Karena itu agar makanan tahu ini tetap menjadi andalan industri pangan dan industri pariwisata perlu dijaga kualitasnya agar tetap memiliki rasa lezat dan gurih sebab belakangan ini para pedagang tahu Sumedang mulai bermunculan di luar wilayah Sumedang seperti di Cileunyi, Cipacing dan Cicalengka, ternyata rasa tahu di daerah ini tidak selezat tahu Sumedang asli, hal ini dapat menurunkan minat konsumen kepada tahu Sumedang yang sudah disukai masyarakat. Daftar Pustaka Balai Pusat Statistik. 2006. Kabupaten Sumedang Dalam Angka. Sumedang: BPS. Balai Pusat Statistik. 2006. Sensus Sosial Ekonomi Daerah Kabupaten Sumedang. Sumedang: BPS Kabupaten Sumedang. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Investasi Kabupaten Sumedang. 2006. Data Produsen Tahu dan Mie Basah di Kabupaten Sumedang. Djamari. 1979. Aplikasi Prinsip-prinsip Geografi Untuk Orientasi Macam- macam Indistri. Bandung:Ikatan Geografi Indonesia. Tati Sumiati. 2007. Kondisi Sosial Ekonomi Pengrajin Tahu di Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang. Bandung: UPI. Supriatna, Dadang.(2005).Membuat Tahu Sumedang. Jakarta: Penebar Swadaya.