IMPLEMENTASI MODEL STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN APRESIASI HAM PADA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP 1

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

BAB III METODE PENELITIAN. classroom action research Wardhani, dkk.( 2007: 1.3). Dalam setiap siklus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

DATAR MELALUI METODE STAD. Winarni

Arie Suci Margasari Universitas Muhammadiyah Purworejo

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 003 KOTO PERAMBAHAN

PROSIDING ISBN :

17 Media Bina Ilmiah ISSN No

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGHITUNG ARITMATIKA SOSIAL MELALUI PENERAPAN MODEL STAD. Kasurip

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran.

PENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS

Penelitian Tindakan Kelas Rumpun Bidang Fisika, Biologi, Kimia dan IPA

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

Key Word : Students Math Achievement, Realistic Mathematics Education, Cooperative Learning Model of STAD, Classroom Action Research.

Reni Rasyita Sari Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S 1. Diajukan Oleh: TUMIYATUN A.54A100051

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika 2 Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Potensi Utama

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

BAB III METODE PENELITIAN. (PTK). Penelitian Tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

BAB III ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH. Observasi diadakan di kelas VIIA MTsN Bangkalan tahun pelajaran. 2009/2010 pada bulan Nopember Desember 2009.

Agusnoto. SD Negeri Ketitangkidul, Kab. Pekalongan, Jawa Tengah

BAB I. PENDAHULUAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Model Kooperatif Learning Tipe STAD di Kelas 3 SD Inpres 1 Siney

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

JEMBER TAHUN PELAJARAN

MENINGKATKAN KARAKTER DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

PENERAPAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DISERTAI AUTHENTIC ASSESSMENT

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Keberhasilan proses pembelajaran biologi dapat diukur dari

BAB III METODE PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar SITI ROSIDAH NIM. A.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD BAGI SISWA KELAS VIID SMP NEGERI 2 CILONGOK SEMESTER II TAHUN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya tujuan pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak SD. sampai SMA bahkan perguruan tinggi.

Pio Prayogi Universitas Negeri Malang

Dosen Program Pendidikan Geografi PIPS, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

ISSN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI 1 PENEBEL

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI TUMBUHAN HIJAU. Etmini

Akhmad Suyono *) Dosen FKIP Universitas Islam Riau

UPAYA PENINGKATAN MINAT BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN (PKn) STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR FIQH DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD DI MADRASAH

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII.1 SMPN 7 Kubung dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkapura ini menggunakan model cooperative learning Tipe TSTS dengan

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Melalui Tipe Jigsaw Siswa Kelas V

BAB V PEMBAHASAN. A. Terdapat Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe. STAD (Student Team Achievement Divisions) Terhadap Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB III METODE PENELITIAN. kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS

BAB III METODE PENELITIAN

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Kemampuan Berpendapat

Dyah Muawiyah, Budi Utami *, dan Bakti Mulyani. Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembentukan

Oleh: Via Vandella*, Yulia Haryono**, Alfi Yunita**

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tipe Team Games Tournament (TGT). Pada siswa kelas VIII SMP Islam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN METODE STAD PADA MATERI AJAR PENGGUNAAN ATURAN SINUS, COSINUS, DAN RUMUS LUAS SEGITIGA. Tino Santigiarti

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. perbaikan dalam berbagai aspek. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Annie Resmisari, 2013

PROSIDING ISBN :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS V SDN JEJANGKIT MUARA 2

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER

JURNAL. Oleh: SUYATI NPM Dibimbing oleh : 1. Dra. Budhi Utami, M.Pd. 2. Dra. Dwi Ari Budiretnani, M.Pd.

INOVASI KOOPERATIF MODEL STAD MATERI POKOK MEMAHAMI KEPUTUSAN BERSAMA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB III METODE PENELITIAN. memperbaiki layanan kependidikan yang harus diselenggarakan dalam

Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Lensa Vol. 2 No. 2, ISSN

I. PENDAHULUAN. (Langeveld, dalam Hasbullah, 2009: 2). Menurut Undang-Undang Republik. Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Riwa Giyantra *) Armis, Putri Yuanita **) Kampus UR Jl. Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru

Transkripsi:

Implementasi Model Stad... IMPLEMENTASI MODEL STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN APRESIASI HAM PADA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP 1 Nanik Pudjowati 2 Abstrak Kesulitan yang dialami peserta didik dalam pencapaian kompetensi dasar mendeskripsikan kasus pelanggaran dan upaya penegakan HAM serta tuntutan profesional guru untuk melaksanakan pembelajaran bermutu merupakan latar belakang dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran yang pada akhirnya akan meningkatkan pula hasil belajar peserta didik pada materi HAM. Hasil belajar yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) aspek pengetahuan mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu semula hanya 25 orang peserta didik (62,5%) yang mencapai ketuntasan pada pembelajaran sebelum implementasi STAD (kondisi awal), menjadi 31 orang (75,6%) pada siklus I dan 38 orang (92,7%) pada siklus II, (2) pada aspek psikomotor dan afektif, yang dinilai berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas peserta didik selama proses tindakan, juga mengalami peningkatan yaitu dari 30 orang peserta didik (73,2%) yang tuntas pada pembelajaran siklus I menjadi 38 orang peserta didik (92,70%) setelah pembelajaran siklus II. Hal ini dapat diartikan bahwa ada perubahan sikap positif dan penghargaan peserta didik terhadap orang lain selama berlangsungnya kerjasama tim. Hasil refleksi pembelajaran yang dilakukan penulis bersama kolaborator dan wawancara dengan beberapa peserta didik dapat disimpulkan bahwa implementasi pembelajaran cooperative learning model STAD dapat memotivasi peserta didik untuk meraih kemajuan dalam belajar, membangun harga diri dan menumbuh kembangkan sikap kesediaan menerima orang lain (teman) apa adanya sebagai wujud apresiasi terhadap hak-hak asasi manusia. Kata kunci: model STAD, apresiasi, dan HAM A. Pendahuluan Standar Isi kurikulum mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada jenjang SMP/MTs yang mengacu pada pencapaian kompetensi-kompetensi; (1) pengetahuan kewarganegaraan, (2) keterampilan kewarganegaraan dan (3) memiliki 1 Ringkasan Hasil Penelitian Tahun 2008 2 Guru Mata Pelajaran PKN SMPN 6 Semarang 83

JURNAL LEMLIT, Volume 3 Nomer 2 Desember 2009 karakter atau watak kewarganegaraan (ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif) memerlukan pengembangan strategi dan berbagai macam model pembelajaran. Berdasarkan pengalaman penulis dalam membelajarkan materi pokok hak asasi manusia di kelas VII SMP semester dua, dilihat dari hasil tes tertulis, pengamatan dan wawancara dengan beberapa peserta didik menunjukkan kecenderungan bahwa mayoritas (75%) peserta didik mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi dan mendeskrispsikan kasus pelanggaran HAM (SK/KD:3.2). Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi kasus pelanggaran HAM dan mendeskripsikan kasus pelanggaran HAM akan berpengaruh terhadap apresiasi peserta didik dalam upaya perlindungan dan penegakan HAM khususnya dalam lingkungan kehidupan sehari-hari peserta didik baik di sekolah maupun di masyarakat. Masalah ini penting untuk segera diatasi agar peserta didik mampu mencapai kompetensi yang diharapkan yaitu: Menghargai upaya perlindungan HAM dan upaya penegakan HAM (SK/KD: 3.3 dan 3.4). Dari hasil pengamatan, refleksi dan wawancara dengan sebagian peserta didik penulis menyimpulkan bahwa faktor penyebab masalah antara lain adalah penggunaan strategi dan model pembelajaran yang tidak kontekstual bahkan cenderung terlalu tinggi untuk peserta didik kelas VII SMP sehingga sulit dimengerti dan tidak efektif. Hal ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan pembelajaran cooperative learning model STAD (Student Teams Achievement Divisions) yang dikembangkan oleh Robert E. Slavin. Cooperative learning merupakan suatu pendekatan pengajaran (metodologi) yang menggunakan berbagai macam teknik pengajaran. Guru dapat juga melakukan presentasi untuk memberikan suatu permasalahan (http://www.cals.ncsu.edu/agexed/leap/aee535/cooperative) Gagasan utama model pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD) yang dikemukakan oleh Slavin adalah untuk memotivasi peserta didik agar dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kompetensi tertentu yang diharapkan. Jika peserta didik ingin agar timnya mendapatkan pengahargaan tim maka mereka harus membantu teman satu tim untuk mempelajari materinya. Peserta didik dalam tim harus saling mendukung, saling membantu agar dapat melakukan yang terbaik bagi diri sendiri maupun bagi tim. STAD yang dikembangkan Slavin (2008: 143) terdiri dari lima komponen utama yaitu; (1) presentasi kelas, (2) kerja tim, (3) kuis, (4) skor kemajuan individual dan (5) rekognisi tim. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran yang pada akhirnya akan meningkatkan pula hasil belajar peserta didik pada materi HAM. Manfaat penelitian tindakan kelas ini bagi peserta didik selain meningkatkan penguasaan konsep pada materi HAM, juga untuk membangun hubungan antar sesama peserta didik dalam kelompok (moral tim dalam belajar), meningkatkan rasa harga diri, motivasi berprestasi, serta sikap penerimaan terhadap teman yang secara akademis berkemampuan relatif kurang, sebagai wujud pengakuan dan apresiasi HAM. Pengalaman belajar ini juga bermanfaat untuk mendorong peserta didik bersikap positif terhadap upaya perlindungan dan penegakan HAM dalam kehidupan 84

Implementasi Model Stad... sehari-hari. Bagi guru, penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, efektif dan menyenangkan melalui kegiatan eksplorasi, elaborasi serta konfirmasi. Penelitian ini juga bermanfaat bagi sekolah yaitu terciptanya suasana belajar yang aktif, kreatif, kompetitif, menyenangkan, dan memberi dampak positif bagi guru PKn atau guru mata pelajaran lain untuk mengembangkan strategi pembelajaran yang kreatif dan inovatif. B. Metode Penelitian 1. Setting Penelitian Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah peserta didik kelas VII SMP Negeri 6 Semarang tahun pelajaran 2007/2008 semester genap sejumlah 41 orang. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dapat digambarkan sebagai berikut. Perencanaan Refleksi SIKLUS I Pengamatan Perencanaan Pelaksanaan Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan Pengamatan Gambar 1. Siklus Penelitian 2. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian tindakan yang dilakukan meliputi tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi atau pengamatan, dan evaluasi-refleksi sebagai berikut: a. Perencanaan dilakukan dengan menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) lengkap dengan instrumen penilaian, baik untuk penilaian proses maupun penilaian hasil belajar, serta panduan kegiatan peserta didik, setelah mengkaji standar kompetensi (SK/KD) pada standar isi. b. Pelaksanaan tindakan mengacu pada RPP yang telah disusun yaitu 4 (empat) kali pertemuan pada siklus I dan 3 (tiga) kali pertemuan pada siklus II. Pelaksanaan tindakan pada siklus I menggunakan model pembelajaran STAD dengan kelompok besar yaitu kelas dibagi menjadi 5 (lima) kelompok yang 85

JURNAL LEMLIT, Volume 3 Nomer 2 Desember 2009 masing-masing beranggotakan 8 s.d. 9 orang. Berdasarkan evaluasi terhadap hasil pembelajaran pada siklus I, pelaksanaan tindakan pada siklus II yang merupakan perbaikan dari siklus sebelumnya, dengan jumlah anggota kelompok yang lebih kecil yaitu masing-masing beranggotakan 4 s.d.5 orang. Implementasi model STAD dalam pembelajaran materi HAM ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Presentasi kelas yaitu guru melaksanakan pembelajaran langsung untuk menyampaikan materi; (2) Kerja tim, peserta didik bersama kelompok masing-masing bertanyajawab untuk mempelajari bahan ajar yang telah disampaikan guru; (3) Setelah kerja tim, guru memberikan kuis (ulangan harian) dalam bentuk tes tertulis yang harus dikerjakan secara individual; (4) Guru dan peserta didik bersama-sama menghitung skor kemajuan belajar individual yaitu menghitung skor masingmasing individu anggota kelompok dan dibandingkan dengan skor awal yang dimiliki setiap peserta didik; (5) Rekognisi Tim yaitu penghitungan skor tim berdasarkan skor kemajuan belajar individual anggota tim serta menghitung kemajuan belajar yang berhasil dicapai oleh tim; (6) Pemberian penghargaan kepada tim yang sangat baik atau tim super yang memenuhi kriteria tertentu sesuai kesepakatan. c. Pengamatan dan penilaian dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan dan terhadap hasil belajar peserta didik. Pengamatan selama proses tindakan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi, sedangkan penilaian terhadap hasil belajar peserta didik dilakukan dengan menggunakan instrumen penilaian berupa soal tes yang telah di cek atau dinilai oleh kolaborator serta berdasarkan penilaian ahli yaitu dosen perguruan tinggi jurusan PKn yang menjadi konsultan penulis dalam penelitian ini. d. Refleksi terhadap pelaksanaan tindakan disamping dilakukan oleh guru/penulis juga dilakukan dengan meminta pendapat peserta didik mengenai kegiatan pembelajaran yang telah dilakasanakan. Peserta didik diminta mengemukakan pendapatnya tentang; (1) apakah manfaat yang telah diperoleh dari kegiatan belajar dengan model STAD, (2) hal-hal apa yang telah dipelajari dalam tim selama proses pembelajaran, (3) kekurangan, kelemahan atau hal-hal yang tidak disukai peserta didik selama pembelajaran, dan (4) kesediaan peserta didik menerima orang lain tanpa membeda-bedakan/diskriminasi sebagai wujud apresiasi HAM. 3. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian tindakan ini dilakukan melalui empat cara atau teknik yaitu: a) Teknik dokumentasi, dengan mencermati dokumen daftar nilai hasil belajar peserta didik pada kondisi awal sebelum penelitian dilakukan, b) Teknik observasi, untuk mengamati aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran dalam pencapaian kompetensi pada ranah afektif dan psikomotorik, c) Teknik tes, untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar peserta didik pada ranah kognitif, d) Teknik wawancara, untuk mengetahui respon peserta didik terhadap proses dan hasil belajar tentang materi HAM di lingkungan kehidupan sehari-hari. 86

Implementasi Model Stad... 4. Analisis Data Data dalam penelitian tindakan kelas ini dianalisis secara deskriptifkualitatif. 5. Indikator Kinerja Keberhasilan penelitian tindakan kelas ini disamping dapat dilihat dari indikator peningkatan prestasi hasil belajar peserta didik, juga dapat dilihat dari indikator meningkatnya kemampuan bekerjasama dalam tim, kepercayaan diri, serta kesediaan menerima orang lain sebagai wujud apresiasi terhadap HAM dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil pembelajaran pada siklus pertama dalam penelitian ini adalah diketahuinya pencapaian kompetensi peserta didik baik aspek kognitif (pengetahuan kewarganegaraan) maupun aspek psikomotorik (keterampilan kewarganegaraan). Pencapaian kompetensi pada aspek pengetahuan diperoleh dari hasil tes tertulis (ulangan harian) berbentuk pilihan ganda dan uraian. Sedangkan pencapaian kompetensi pada aspek keterampilan kewarganegaraan dan/atau aspek sikap (karakter kewarganegaraan) diperoleh dari hasil pengamatan terhadap kegiatan peserta didik selama belajar bersama dan berdiskusi di dalam tim. Secara lengkap hasil pembelajaran siklus I disajikan dalam tabel-tabel berikut ini. Tabel 1. Hasil Tes Tertulis Siklus I No Nilai Jumlah % Keterangan 1 90 100 8 19,5% Sangat Baik 2 80 89 19 46,3% Baik 3 70 79 4 9,8% Cukup 4 60 69 6 14,6% Kurang 5 59 4 9,8% Sangat Kurang Jumlah 41 100 % Berdasarkan data tersebut di atas hasil pembelajaran siklus I pada aspek pengetahuan (kognitif) dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) 70%, jumlah peserta didik yang telah menuntaskan pembelajaran SK/KD 3.2 materi HAM adalah 31 orang (75,6%). Kategori pencapaian kompetensi peserta didik tersebut adalah 8 orang peserta didik (19,5%) masuk kategori sangat baik, 19 orang peserta didik (46,3%) masuk kategori baik dan 4 orang peserta didik (9,8%) berkategori cukup. Sedangkan peserta didik yang belum mencapai batas tuntas minimal atau kategori kurang dan sangat kurang ada 10 (sepuluh) orang (24,4%). Penilaian pada aspek psikomotorik dan afektif (sikap), dilakukan berdasarkan hasil pengamatan selama proses belajar bersama dalam tim. 87

JURNAL LEMLIT, Volume 3 Nomer 2 Desember 2009 Tabel 2. Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Siklus I No Nilai Jumlah % Keterangan 1 90 100 0 0% Sangat Baik 2 80 89 3 7,3% Baik 3 70 79 27 65,9 % Cukup 4 60 69 11 26,8% Kurang 5 59 0 0% Sangat Kurang Jumlah 41 100 % Aspek-aspek yang diamati dan dinilai adalah; (1) keterampilan peserta didik dalam bekerjasama dengan tim, (2) sikap kepercayaan diri (harga diri) peserta didik dalam tim, (3) sikap penerimaan terhadap orang lain dalam tim, dan (4) kesediaan menghargai hak-hak orang lain. Hasil pengamatan terhadap peserta didik selama proses pembelajaran siklus I disajikan dalam tabel berikut ini. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa meskipun mayoritas peserta didik yaitu 30 orang (73,2%) telah menunjukkan keterampilan dan sikap yang baik dalam bekerjasama dengan tim, namun belum optimal karena 11 orang peserta didik (26,8%) masih belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) 70%. Hal ini menunjukkan bahwa proses maupun hasil pembelajaran PKn pada materi HAM, SK/KD.3.2 dalam siklus I cenderung belum optimal sehingga kurang memuaskan dan perlu diperbaiki pada siklus berikutnya. Hasil pembelajaran pada siklus kedua disajikan dalam tabel-tabel berikut ini. Tabel 3. Hasil Tes Tertulis Siklus II No Nilai Jumlah % Keterangan 1 90 100 18 43,9% Sangat Baik 2 80 89 15 36,6% Baik 3 70 79 5 12,2% Cukup 4 60 69 2 4,9% Kurang 5 59 1 2,4% Sangat Kurang Jumlah 41 100% Dari data di hasil belajar di atas dapat diketahui bahwa peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar adalah 38 orang peserta didik (92,7%) masing-masing 18 orang (43,9%) termasuk kategori sangat baik, 15 orang (36,6%) dalam kategori baik, dan 5 orang (12,2%) dalam kategori cukup. Sedangkan peserta didik yang belum berhasil mencapai ketuntasan minimal sejumlah 3 orang (7,3%). Penilaian terhadap proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan rubrik atau lembar pengamatan yang sama dengan rubrik penilaian pada pembelajaran siklus pertama. Hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran siklus II disajikan dalam tabel di bawah ini. 88

Implementasi Model Stad... Tabel 4. Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Siklus II No Nilai Jumlah % Keterangan 1 90 100 0 0% Sangat Baik 2 80 89 13 31,7% Baik 3 70 79 25 61 % Cukup 4 60 69 3 7,3% Kurang 5 59 0 0% Sangat Kurang Jumlah 41 100 % Hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran tersebut di atas menunjukkan bahwa 13 orang peserta didik (31,7%) mencapai ketuntasan belajar dalam kategori baik, 25 (dua puluh lima) orang peserta didik (61%) mencapai ketuntasan belajar dalam kategori cukup, dan 3 (tiga) orang peserta didik (7,3%) belum berhasil mencapai batas ketuntasan minimal sehingga memerlukan bimbingan khusus. Analisis terhadap proses dan hasil pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan mengukur kemajuan belajar peserta didik sebelum dan sesudah implementasi STAD. Hasil pembelajaran pada aspek pengetahuan kewarganegaraan (kognitif) disajikan pada tabel berikut ini. Tabel 5. Hasil Pembelajaran Sebelum dan Sesudah Implementasi STAD No Nilai Sebelum Siklus I Siklus II Keterangan STAD 1 90 100 4 8 18 Sangat Baik 2 80 89 12 19 15 Baik 3 70 79 9 4 5 Cukup 4 60 69 12 6 2 Kurang 5 59 4 4 1 Sangat Kurang Jumlah Peserta 41 41 41 Didik Tuntas Belajar 25 31 38 Persentase 62,5% 75,6% 92,7% Data prestasi hasil belajar sebelum dan sesudah implementasi STAD tersebut menunjukkan bahwa hasil pembelajaran siklus I pada aspek pengetahuan kewarganegaraan (kognitif) mengalami peningkatan walaupun tidak begitu signifikan yaitu sebesar 13,1%. Dari 25 orang peserta didik (62,5%) yang mencapai ketuntasan pada pembelajaran kondisi awal, menjadi 31 orang (75,6%) pada pembelajaran siklus I. Selanjutnya pada siklus II prestasi hasil belajar peserta didik juga meningkat, yaitu jumlah peserta didik yang mencapai ketuntasan menjadi 38 orang (92,7%). Peningkatan hasil belajar atau kemajuan belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah implementasi STAD tersebut dapat digambarkan dalam grafik di bawah ini. 89

JURNAL LEMLIT, Volume 3 Nomer 2 Desember 2009 Gambar 1. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Aspek Pengetahuan Berdasarkan pengamatan penulis dan kolaborator faktor pendukung peningkatan hasil belajar tersebut diantaranya adalah timbulnya dorongan atau motivasi pada diri setiap peserta didik untuk berprestasi lebih baik dari sebelumnya. Peserta didik berusaha meraih point kemajuan belajar untuk kepentingan peningkatan hasil belajarnya sendiri maupun demi keberhasilan kelompok dalam kompetisi antar tim di kelas. Faktor lain yang sangat mendukung peningkatan hasil belajar peserta didik adalah proses belajar bersama (cooperative learning) di dalam tim. Dalam proses belajar bersama, anggota tim secara berpasangan melakukan tanya jawab menggunakan panduan yang telah dibagikan penulis. Selama proses belajar (kerja tim) suasana kelas menjadi ramai namun konstruktif karena peserta didik bersama pasangan belajar masing-masing dalam tim bertanya jawab dengan suara yang relatif keras dan kadang-kadang diselingi canda, celetukan yang mengundang tawa, saling mengolok, keluhan bahkan ada pekik sebagai ungkapan kekecewaan karena menjawab salah, disisi lain ada yang secara ekspresif mengungkapkan kegembiraannya dengan meneriakkan kata: yes, yes, yes! karena dapat menjawab semua pertanyaan pasangannya dengan benar. Setelah evaluasi dan hasilnya dibagikan kepada peserta didik, dengan dipandu oleh penulis/guru, masing-masing tim melakukan rekognisi yaitu penghitungan skor kemajuan belajar individual maupun skor tim berdasarkan kriteria tertentu yang telah disepakati. Skor kemajuan belajar individual maupun skor tim ditayangkan melalui LCD sehingga seluruh peserta didik dapat melihat skor kemajuan belajar dari tim yang lain. Proses belajar dalam tim, pemberian point kemajuan belajar, penghargaan berupa sertifikat bagi tim kategori baik dan sangat baik, serta hadiah yang disediakan penulis, terbukti cukup efektif untuk meningkatkan semangat dan hasil belajar khususnya pada materi hak asasi manusia di kelas VII semeter dua. Hasil pembelajaran pada aspek psikomotor dan afektif (keterampilan dan watak kewarganegaraan) dalam pembelajaran hak asasi manusia dengan model STAD 90

Implementasi Model Stad... ini diukur berdasarkan hasil pengamatan penulis dan kolaborator selama proses pembelajaran khususnya proses kerja tim yang merupakan inti dari cooperative learning. Aspek-aspek yang diamati selama proses kerja tim adalah; kerjasama, kepercayaan diri, penerimaan terhadap anggota tim, dan sikap menghargai hak orang lain (seperti hak berpendapat, hak untuk diperlakukan sama dan lain-lain). Hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran dalam bentuk kerja tim pada siklus I dan II sebagaimana terangkum dalam tabel di bawah ini. Tabel 6. Hasil Pembelajaran Aspek Psikomotor dan Afektif No Nilai Siklus I Siklus II Keterangan 1 90 100 0 0 Sangat Baik 2 80 89 3 13 Baik 3 70 79 27 25 Cukup 4 60 69 11 3 Kurang 5 59 0 0 Sangat Kurang Jumlah Peserta Didik 41 41 Tuntas Belajar 30 38 Meningkat Persentase 73,2% 92,7% 19,50 % Berdasarkan hasil penilaian proses yang dilakukan melalui pengamatan tersebut secara umum menunjukkan bahwa ada peningkatan kualitas proses pembelajaran sebesar 19,50%, yaitu dari 30 orang peserta didik (73,2%) yang mencapai ketuntasan belajar menjadi 38 orang (92,70%). Hal ini dapat diartikan bahwa ada perubahan sikap positif dan penghargaan peserta didik terhadap orang lain selama berlangsungnya kerja tim. Pada siklus I penulis dan kolaborator menemukan mayoritas peserta didik menunjukkan antusiasme yang tinggi dalam belajar untuk menguasai konsep-konsep didalam panduan. Namun demikian sebagian dari anggota dalam tim belajar menunjukkan kecenderung kurang harmonis karena masing-masing lebih suka belajar sendiri-sendiri, ada peserta didik yang asyik memainkan kuku jari jemarinya, ada pula peserta didik nampak termenung ditengah hiruk pikuk kelas yang sedang bertanyajawab. Hal tersebut menjadi perhatian khusus bagi penulis dan kolaborator untuk mengetahui penyebabnya. Dalam wawancara dengan penulis, peserta didik terlihat belajar sendiri, maupun yang hanya termenung (tidak beraktivitas belajar) mengaku tidak cocok dengan timnya dan sebagian yang lain merasa tidak diterima oleh tim karena itu lebih suka belajar sendiri. Sementara dalam wawancara terpisah anggota satu timnya menyatakan temannya tidak enak diajak bekerjasama namun tidak dapat memberikan penjelasan lebih lanjut tentang alasannya. Berdasarkan pengamatan, hasil wawancara dengan peserta didik, serta konfirmasi dengan wali kelas dan guru bimbingan konseling, diketahui bahwa 91

JURNAL LEMLIT, Volume 3 Nomer 2 Desember 2009 beberapa peserta didik mengalami kesulitan bekerjasama di dalam tim karena merasa kurang percaya diri. Hal inilah yang mendorong penulis untuk memperbaiki proses pembelajaran pada siklus kedua walaupun hasil belajar pada aspek kognitif sudah relatif baik. Pada siklus kedua jumlah anggota anggota kelompok/tim diperkecil. Jika pada siklus I setiap tim beranggotakan 8-9 orang, pada siklus II setiap tim beranggotakan 4-5 orang. Kerjasama tim juga bukan hanya dalam bentuk tanyajawab berpasangan, melainkan juga berbentuk diskusi pendalaman konsep dan pembuatan laporan analisis kasus pelanggaran hak asasi manusia. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas berlajar bersama, dan diskusi kelompok/tim selama proses tindakan pada siklus II dapat diketahui bahwa dengan kelompok yang lebih kecil kerjasama dalam tim lebih efektif dan hasil belajar juga lebih baik. Peningkatan hasil pembelajaran dalam aspek psikomotor dan afektif pada siklus II dapat dilihat sebagaimana dalam grafik berikut ini. Gambar 2. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Aspek afektif Meskipun tidak terlalu signifikan namun hasil pembelajaran dalam ranah psikomotor dan afektif pada siklus kedua menunjukkan adanya peningkatan. Peserta didik yang semula enggan bekerjasama, pasif karena kurang percaya diri, atau cenderung menolak teman satu tim yang dipandang berbeda, setelah menerima pembinaan khusus melalui wawancara dan perbincangan dari hati ke hati dengan guru di luar jam pelajaran, pada siklus kedua menunjukkan adanya perubahan sikap yang positif. Peserta didik yang semula enggan bekerjasama, pasif dan cenderung menolak teman dalam tim telah menunjukkan sikap yang lebih bersahabat selama proses diskusi dan berusaha memberikan kontribusi bagi tim. Walaupun demikian dalam pengamatan penulis dan kolaborator, beberapa peserta didik lain yang sejak semula pasif dan cenderung menarik diri, pada siklus kedua pun masih menunjukkan sikap yang relatif sama. Hal ini disadari penulis karena perubahan sikap dan perilaku peserta didik memang tidak dapat serta merta 92

Implementasi Model Stad... terjadi, melainkan perlu proses yang panjang dan berkesinambungan. Setidaknya hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi pembelajaran cooperative learning model STAD pada pembelajaran hak asasi manusia di kelas VII SMP Negeri 6 Semarang semester genap pada tahun pelajaran 2007/2008 dapat membantu peserta didik meningkatkan keterampilan bekerjasama dalam sebuah tim, menumbuhkan kepercayaan diri, mengembangkan kesediaan menerima orang lain apa adanya serta melatih peserta didik untuk menghargai hak-hak asasi orang lain. D. Simpulan dan Saran 1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pembahasannya dapat diambil simpulan bahwa implementasi pembelajaran cooperative learning model STAD; (1) efektif untuk meningkatkan hasil belajar pada ranah kognitif khususnya dalam penelitian ini adalah peningkatan konsep dasar tentang pelanggaran, upaya perlindungan, dan penegakan HAM, (2) cukup efektif untuk mengembangkan keterampilan bekerjasama dalam tim, (3) dapat meningkatkan harga diri, (4) memfasilitasi pengembangan sikap positif (apresiasi) peserta didik terhadap upaya perlindungan dan penegakan HAM. 2. Saran Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang disimpulkan sebagaimana tersebut di atas dapat disarankan; (1) bagi para guru mata pelajaran PKn yang dituntut melaksanakan proses pembelajaran bermutu dan efektif pembelajaran cooperative learning model STAD dapat menjadi pilihan. Implementasi model pembelajaran ini mampu menumbuhkan motivasi peserta didik untuk meningkatkan prestasi dan sikap kompetitif dalam belajar, (2) sebelum implementasi STAD kriteria penentuan skor dan point kemajuan belajar hendaknya dipersiapkan dengan matang dan disampaikan secara jelas kepada peserta didik, (3) untuk memerintahkan peserta didik menghitung sendiri skor kemajuan belajarnya, serta (4) guru yang melakukan pembagian kelompok berdasarkan keragaman karakteristik peserta didik. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. Suhardjono dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PN.Bumi Aksara. Irawan, Prasetya. Suciati dan Wardani. 1996. Pekerti, Teori Belajar, Motivasi dan Keterampilan Mengajar. Jakarta:Universitas Terbuka. Madya, Suwarsih 1994. Panduan Penelitian Tindakan. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta 93

JURNAL LEMLIT, Volume 3 Nomer 2 Desember 2009 Mahkamah Konstitusi. 2007. Pendidikan Kesadaran Berkonstitusi. Jakarta: PN. Sekjen dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI Priyono, Andreas. 2000. Pedoman Praktis Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Based Action Research). Proyek Perluasan dan Peningkatan Mutu SLTP Kantor Wilayah Depdiknas Provinsi Jawa Tengah. Slavin, Robert, E. 2008. Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktik. Bandung: PN. Nusa Media. Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: PT Alfabeta. Saripudin, Udin 1996. Pekerti, Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PN.Universitas Terbuka. Depdikbud (http://www.cals.ncsu.edu/agexed/leap/aee535/cooperativelearningmodels.htm) (http://www.innovative learning.com/educational _prsychology) Student Teams Achievement Divisions (STAD) 94