BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu hal yang suci, karena itu selalu diusahakan agar dapat berjalan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. memahami wacana dengan baik dan tepat diperlukan bekal pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba sangat mengapresasi nilai-nilai budaya yang mereka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan tidak hanya penting bagi suku-suku bangsa tertentu tetapi

BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan Data.

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

WAWASAN BUDAYA NUSANTARA SUKU BATAK

BAB I PENDAHULUAN. mendiami daerah Simalungun begitu juga dengan yang lainnya. marga, dimana menghubungkan dua pihak yakni pihak parboru atau sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok

FUNGSI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DALAM PROSESI PERNIKAHAN ADAT BATAK DI KOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

UMPASA (RHYME) IN TRADITIONAL CEREMONIES MARRIAGE THE COMMUNITY BATAK TOBA IN DISTRICTS SILIMA PUNGGA-PUNGGA DISTRICT DAIRI.

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan antara sesama manusia berlangsung sebagai bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat Batak Simalungun. Soerbakti (2000:65) mengatakan,

Perkawinan Semarga dalam Masyarakat Batak Toba Di Kecamatan Sipahutar, Kab. Tapanuli Utara. Oleh: Sartika Simatupang

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

SHIFTING PROCEDURES FOR MARRIAGE IN THE TOBA COMMUNITY BATAK PERMAI PALM VILLAGE SUB DISTRICT DAYUN SIAK

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. menganggap bentuk kehidupan itu benar, baik dan berguna bagi mereka. Fenomena dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

I. PENDAHULUAN. mempunyai keinginan untuk hidup bersama dan membina rumah tangga yaitu. dengan melangsungkan pernikahan atau perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut menghasilkan berbagai macam tradisi dan budaya yang beragam disetiap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku.setiap suku memiliki

KOMUNIKASI INTRABUDAYA DALAM UPACARA PERNIKAHAN ADAT BATAK TOBA SAMOSIR DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI. Oleh Glimstan Sidabutar

I. PENDAHULUAN. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan

THE ROLE OF THE TOBA BATAK UNITS IN BEQUEATH TEMPLE OF TOBA COMMUNITY MARRIAGE IN THE DURI SEBANGA

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pembeda antara sub-etnis di atas adalah bahasa dan letak geografis.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk berbudaya dan secara biologis mengenal adanya

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya. Menurut Koenrtjaraningrat (1996:186), wujud kebudayaan dibedakan

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Sumatera dan Suku Mandailing adalah salah satu sub suku Batak

BAB V PENUTUP. Perkawinan campuran suku bangsa Jawa dengan suku bangsa Batak. Mandailing yang terjadi pada masyarakat di daerah Kelurahan Gedung Johor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Antara laki-laki dengan perempuan mempunyai rasa ketertarikan dan saling

BAB I PENDAHULUAN. Setiap suku di dunia pasti memiliki kebudayaan. Sebagai hasil cipta

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal atau hewan sosial

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki berbagai fungsi dalam penggunaannya. Salah satu di

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dalam bentuk Ijab dan Qabul. Dalam pernikahan yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya

Kajian Pakaian penghulu Minangkabau

BAB I PENDAHULUAN. hubungan biologis antara laki-laki dan perempuan untuk meneruskan keturunan. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepala desa merupakan pimpinan penyelenggara desa berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. proses dalam merencanakan keuangan pribadi untuk dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Adat Mahar telah menjadi suatu momok yang menakutkan bagi sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian Batak secara umum dibagi menjadi 2(dua) bagian yaitu Gondang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

P E N D A H U L U A N

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Besarnya jumlah mahar sangat mempengaruhi faktor hamil di luar nikah. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA. Oleh MIKAWATI INDRYANI HUTABARAT

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang. terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi masyarakat Batak Toba pesta perkawinan menurut adat sebenarnya adalah suatu hal yang suci, karena itu selalu diusahakan agar dapat berjalan menurut semestinya, artinya disini menyangkut kehendak untuk menjaga martabat. Menurut Koentrajaningrat (2007:102) menyebutkan Perkawinan pada orang Batak pada umumya, merupakan suatu pranata yang tidak hanya mengikat seorang laki-laki dengan seorang wanita, tetapi juga mengikat dalam suatu hubungan yang tertentu, kaum kerabat dari si laki-laki (paranak dalam bahasa Toba) dengan kaum kerabat si wanita (parboru dalam bahasa Toba). Pelaksanaan pesta perkawinan pada masyarakat Batak Toba dianggap sebagai suatu yang sakral, dimana perkawinan tidak dapat dilaksanakan dengan suka-suka, melainkan memiliki sebuah patron atau keturunan secara berjenjang dan membutuhkan waktu. Maka perkawinan yang begitu sakral, penting dan berat karena mempertemukan dua keluarga. Perkawinan bagi masyarakat Batak Toba secara filosofi yang mengadakan pesta adalah orang tua kedua mempelai. Calon kedua mempelai tidak memiliki tanggungjawab dalam pesta perkawinan, akan tetapi yang bertanggungjawab adalah kedua orang tua calon mempelai terutama orang tua calon mempelai laki-laki.

Perkawinan menurut hukum adat Batak Toba ada dua bentukyang sering tampak dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perkawinan dalam bentuk taruhon jual dan perkawinan dialap jual. Dalam hal ini yang lebih ditekankan adalah pelaksanaan perkawinan yang dilakukan dalam bentuk taruhon jual. Perkawinan taruhon jual adalah perkawinan yang mempelai perempuan diantar oleh pihak kaluarga besar orang tua perempuan ke rumah mempelai laki-laki. Tahapan-tahapan pelaksanaan pesta perkawinan masyarakat Batak Toba yang dilaksanakan dalam bentuk taruhon jual yakni dimulai dari marhori-hori dinding/marhusip, martumpol, marhata sinamot, sibuha-buhai, mangan juhut, paulak une, dan maningkir tangga. Namun pada saat sekarang ini sudah terjadi perubahan, banyak hal yang sudah dirubah melalui kesepakatan bersama. Penyebab dari perubahan ini yaitu karena adanya modernisasi. Dimana modernisasi adalah proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan kondisi masa kini. Pada saat sekarang ini begitu banyak ditemui pelaksanaan upacara perkawinan pada masyarakat Batak Toba tidak lagi sesuai dengan tahapantahapan perkawinan sebagaimana mestinya dilakukan pada jaman sebelumnya. Adapun tahapan dalam pesta perkawinan yang dapat dilihat atau dijumpai sekarang ini dalam masyarakat Batak Toba adalah yang dimulai dengan marhorihori dinding, martumpol, marhata sinamot, pamasu-masuon, mangan juhut. Perubahan itu bukan hanya terjadi pada tahapan-tahapan upacara perkawinan pesta Batak Toba, akan tetapi bisa juga terlihat dari pakaian

penganten laki-laki yang menggunakan jas yang merupakan pakaian dari Negara Barat. Dahulu sebelum ada modernisasi masyarakat hanya menggunakan pakaian ulos sebagai pakaian adat Batak Toba. Bentuk perkawinan dalam masyarakat Batak Toba yang dikenal dengan ditaruhon jual baru terjadi belakangan ini, karena dahulu cara yang demikian jelas dianggap penghinaan terhadap pihak parboru. Sudah sepantasnyalah pamulihon boru itu dengan cara dialap jual sehingga nyata benar kedudukan pihak hula-hula. Namun pada saat sekarang ini dengan mempertimbangkan berbagai hal, maka pesta dilaksanakan dengan taruhon jual. Karena pesta adat sekarang ini biasanya tidak lagi diadakan di halaman i, ataupun paranak, tetapi di Sopo Godang ataupun Wisma Adat, persoalan dialap jual ataupun ditaruhon jual tidak lagi begitu dipersoalkan. Modernisasi membawa pengaruh yang besar dalam pelaksanaan pesta perkawinan Batak Toba, karena modernisasi merupakan sesuatu yang pasti terjadi dan sulit untuk dikendalikan, terutama karena begitu cepatnya informasi yang masuk ke seluruh belahan dunia, membawa pengaruh bagi seluruh bangsa di dunia, termasuk masyarakat Batak Toba, dan itu semua diakibatkan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Dalam sehari-hari perkataan modernisasi sering diartikan sebagai suatu perubahan atau pembaharuan yang datangnya dari perkembangan jaman. Modernisasi mencakup proses yang luas sehingga tidak dapat ditetapkan batasannya secara mutlak, sebab meliputi berbagai bidang kehidupan yang mengalami banyak perubahan.

Dalam Setiadi (2007:59) menyatakan bahwa modernisasi merupakan salah satu model kehidupan yang ditandai dengan cirri-ciri 1. Kesiapan menerima pengalaman baru dan keterbukaan terhadap inovasi baru. 2. Kebutuhan materi menjadi ajang persaingan kebutuhan manusia. 3. Modernisasi banyak memberikan kemudahan bagi manusia. 4. Mekanisme masyarakat berubah menuju prinsip dan logika ekonomi serta orientasi kebendaan yang berlebihan. 5. Kehidupan seseorang perhatian religiusnya dicurahkan untuk bekerja dan menumpuk harta kekayaan. Dampaknya bagi masyarakat adalah 1. Kegotong-royongan, kebersamaan, tradisi lama akan goyah, sementara nilai-nilai baru belum mengkristal. 2. Kebutuhan material semakin meningkat, sementara kemampuan untuk mencapainya masih terbatas. Memang secara umum tahapan-tahapan acara adat yang dipersingkat ini jika dilihat dari segi waktu sangat menguntungkan karena memberikan masyarakat kesempatan untuk mengejar kebutuhan yang lain. Namun jika ditinjau dari segi pendidikan dan pengetahuan, hal tersebut merugikan generasi muda sekarang karena dengan dipersingkatnya tahap-tahap perkawinan yang disebabkan modernisasi menyebabkan generasi muda tidak lagi mengetahui bagaimana seharusnya tahapan-tahapan perkawinan tersebut yang sesuai dengan nilai-nilai budaya asli Batak Toba. Berdasarkan latar belakang masalah inilah yang mendorong penulis malakukan penelitian dengan mengambil judul : Pengaruh Modernisasi Dalam

Pelaksanaan Pesta Perkawinan pada Masyarakat Batak Toba di Desa Sipultak Rurajulu, Kecamatan Pagaran, Kabupaten Tapanuli Utara. B. Identifikasi Masalah Agar suatu penelitian lebih terarah dan jelas tujuannya maka perlu dijelaskan identifikasi masalah. Mardalis (2009:38) menyebutkan bahwa identifikasi diartikan dimana diharapkan peneliti menentukan dan menetapkan masalah yanmg akan diteliti. Dengan demikian berdasarkan judul dan latar belakang maka identifikasi masalah dalam hal ini adalah 1. Modernisasi terhadap pesta perkawinan Batak Toba. 2. Perkawinan pada masyarakat Batak Toba. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi modernisasi. 4. Pengaruh modernisasi dalam pelaksanaan pesta perkawinan Batak Toba mengenai tahapan-tahapan pelaksanaan perkawinan adat. C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah ini dimaksudkan agar peneliti membatasi ruang lingkup penelitiannya secara tegas dan jelas hingga dapat diketahui secara terperinci masalah yang akan diteliti, dan tidak akan menjadi sedemikian luas dan kabur, tapi akan menjadi jelas dan spesifik dan akan membantu peneliti mengarahkan sasaran kerjanya. Perumusan masalah mutlak dilakukan dalam setiap penelitian, agar peneliti terarah dan juga tidak terlalu luas. Dengan demikian, adapun pembatasan

masalah dalam penelitian ini adalah Pengaruh modernisasi dalam Pelaksanaan Pesta Perkawinan pada Masyarakat Batak Toba. D. Rumusan Masalah Untuk dapat memperjelas masalah yang akan diteliti serta memberikan arah dan pedoman dalam malakukan penelitian maka perlu membuat rumusan masalah. Maleong (2005:94) menyebutkan Perumusan masalah dilakukan dengan jalan mengumpulkan sejumlah pengetahuan yang memadai dan yang mengarah pada upaya-upaya untuk memahami atau menjelaskan faktor-faktor yang berkaitan dengan masalah tersebut. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Pengaruh Modernisasi dalam Pelaksanaan Pesta Perkawinan Pada Masyarakat Batak Toba di Desa Sipultak Rurajulu, Kecamatan Pagaran, Kabupaten Tapanuli Utara. E. Tujuan Penelitan Menetapkan tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting karena setiap penelitian yang dilakukan harus mempunyai tujuan tertentu, dengan berpedoman pada tujuannya akan lebih mudah mencapai sasaran yang diharapkan. Adapun tujuan penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui pengaruh modernisasi dalam upacara perkawinan pada masyarakat Batak Toba di Desa Sipultak Rurajulu, Kecamatan Pagaran, Kabupaten Tapanuli Utara.

2. Agar masyarakat Batak Toba dapat mempertahankan pelaksanaan pesta parkawinan sesuai dengan adat Batak Toba asli sehingga modernisai tidak merusak citra pernikahan masyarakat Batak Toba. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini akan lebih bermanfaat apabila tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Sesuai dengan tujuan penelitian ini maka diharapkan dapat bermanfaat untuk: a. Penulis Bagi penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan, penelitian ini sangat bermanfaat sekali. Disamping itu juga untuk menambah wawasan pengetahuan penulis dalam melakukan penelitian bidang kebudayaan adat istiadat masyarakat Batak Toba yang dipengaruhi oleh modernisasi. b. Perguruan Tinggi Dalam Perguruan Tinggi bermanfaat sebagai informasi, bahan kajian maupun dalam manambah literatur dalam kebudayaan adat istiadat masyarakat Batak Toba yang sudah dipengaruhi oleh modernisasi. c. Masyarakat Bagi masyarakat Batak Toba pada khususnya dan masyarakat luas pada umunya tulisan ini merupakan informasi ilmiah untuk dikaji lebih mendalam lagi demi kelestarian kebudayaan adat istiadat Batak Toba sehingga dapat dilestarikan di tengah-tengah jaman yang semakin maju. Disamping itu juga penelitian ini merupakan sebuah sumbangan pengetahuan bagi masyarakat,

khususnya masyarakat Batak Toba di Desa Sipultak Rurajulu, Kecamatan Pagaran, Kabupaten Tapanuli Utara dalam memahami masalah pengaruh modernisasi dalam pesta perkawinan pada masyarakat Batak Toba.