Tidi Dhalika, Atun Budiman, Budi Ayuningsih dan Mansyur Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

KANDUNGAN NUTRISI SILASE JERAMI JAGUNG MELALUI FERMENTASI POLLARD DAN MOLASES

KUALITAS NUTRISI SILASE LIMBAH PISANG (BATANG DAN BONGGOL) DAN LEVEL MOLASES YANG BERBEDA SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF TERNAK RUMINANSIA

pastura Vol. 2 No. 2 : ISSN : X

KANDUNGAN NUTRISI SILASE JERAMI JAGUNG MELALUI FERMENTASI POLLARD DAN MOLASES

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak penelitian yang digunakan adalah sapi perah FH pada periode

PENGARUH PENAMBAHAN MOLASES DAN ONGGOK TERHADAP KANDUNGAN ASAM LAKTAT DAN DERAJAT KEASAMAN PADA SILASE AMPAS TEH

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

PERUBAHAN MASSA PROTEN, LEMAK, SERAT DAN BETN SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI

KANDUNGAN LEMAK KASAR, BETN, KALSIUM DAN PHOSPOR FESES AYAM YANG DIFERMENTASI BAKTERI Lactobacillus sp

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2017, VOL. 17, NO. 2. Annisa Savitri Wijaya 1, Tidi Dhalika 2, dan Siti Nurachma 2 1

Raden Febrianto Christi, Abu Bakar Hakim, Lesha Inggriani, Atun Budiman Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran ABSTRAK

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

(THE EFFECT OF USED MOLASSES TO CASSAVA PEEL (Manihot esculenta) ENSILAGE ON DRY MATTER AND ORGANIC MATTER DIGESTIBILITY IN VITRO)

SKRIPSI KUALITAS NUTRISI SILASE LIMBAH PISANG (BATANG DAN BONGGOL) DAN LEVEL MOLASES YANG BERBEDA SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF TERNAK RUMINANSIA

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERUBAHAN TERHADAP KADAR AIR, BERAT SEGAR DAN BERAT KERING SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI

SUHU FERMENTOR TERHADAP NILAI GIZI PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PRODUK FERMENTASI BUNGKIL KELAPA SAWIT

SUPARJO Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Univ. Jambi PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

Jurnal Peternakan Indonesia, Februari 2015 Vol. 17 (1) ISSN

PENGARUH PENAMBAHAN NITROGEN DAN SULFUR PADA ENSILASE JERAMI UBI JALAR (Ipomea batatas L.) TERHADAP KONSENTRASI NH 3 DAN VFA (IN VITRO)

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

PENGARUH PENAMBAHAN DEDAK PADI DAN INOKULUM BAKTERI ASAM LAKTAT DARI CAIRAN RUMEN SAPI PERANAKAN ONGOLE TERHADAP KANDUNGAN NUTRISI SILASE RUMPUT GAJAH

Pengaruh Molases pada Silase Kulit Umbi Singkong...Fachmi Fathur R

Pengaruh Penambahan Nitrogen dan Sulfur Pada Ensilase Jerami Jagung Terhadap NH3 dan VFA Rumen Sapi Potong (In Vitro)

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Silase (In Vitro)... Ayu Sofiani

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

T. Dhalika, Endang Yuni Setyowati, Siti Nurachma dan Yuli Astuti Hidayati Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Bandung

Pengaruh Pemberian Silase Biomassa Jagung...Eman Sulaeman

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

TINJAUAN PUSTAKA. baik dalam bentuk segar maupun kering, pemanfaatan jerami jagung adalah sebagai

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

II. TINJAUAN PUSTAKA. penampilan barang dagangan berbentuk sayur mayur yang akan dipasarkan

KANDUNGAN PROTEIN DAN SERAT KASAR TONGKOL JAGUNG YANG DIINOKULASI Trichoderma sp. PADA LAMA INKUBASI YANG BERBEDA ABSTRACT ABSTRAK PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

PENGGUNAAN ONGGOK SEBAGAI ADITIF TERHADAP KANDUNGAN NUTRIEN SILASE CAMPURAN DAUN UBIKAYU DAN GAMAL

MEMBUAT SILASE PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

KANDUNGAN NUTRISI SILASE PELEPAH DAUN SAGU SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK RUMINANSIA DENGAN LAMA FERMENTASI DAN KOMPOSISI SUBSTRAT YANG BERBEDA

PENGARUH METODE PENGOLAHAN KULIT PISANG BATU (Musa brachyarpa) TERHADAP KANDUNGAN NDF, ADF, SELULOSA, HEMISELULOSA, LIGNIN DAN SILIKA SKRIPSI

PENAMPILAN DOMBA LOKAL YANG DIKANDANGKAN DENGAN PAKAN KOMBINASI TIGA MACAM RUMPUT (BRACHARIA HUMIDICOLA, BRACHARIA DECUMBENS DAN RUMPUT ALAM)

I. PENDAHULUAN. Pemenuhan kebutuhan pakan hijauan untuk ternak ruminansia, selama ini telah

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para

Pengaruh Pemberian Daun Lamtoro (Leucaena leocephala) terhadap Kualitas Silase Rumput Gajah (Pennisetum purpereum) yang Diberi Molasses

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Silase Ransum komplit

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Negara Indonesia memiliki banyak ragam tumbuhan hijauan,

Aneka Limbah Pisang. - Daun Pisang. Alternatif Bahan Pakan Ternak Ruminansia pada Musim Kemarau

GINA UMUL MUTI AH NPM.

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

SILASE DAN GROWTH PROMOTOR

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK TONGKOL JAGUNG (Zea mays) YANG DIFERMENTASI DENGAN Aspergillus niger SECARA IN VITRO

PENGARUH LAMA PEMERAMAN TERHADAP NILAI BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK DAN SERAT KASAR PAKAN KOMPLIT BERBASIS PUCUK TEBU TERFERMENTASI MENGGUNAKAN EM-4

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Produksi dan Kandungan Nutrien Fodder Jagung

MATERI DAN METODE. Materi

BAB I PENDAHULUAN. Limbah telah menjadi masalah utama di kota-kota besar Indonesia. Pada tahun

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

HIJAUAN GLIRICIDIA SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

EFEK SUPLEMENTASI BERBAGAI AKSELERATOR TERHADAP KUALITAS NUTRISI SILASE LIMBAH TANAMAN SINGKONG

KUALITAS FISIK SILASE BUAH SEMU JAMBU METE PADA BERBAGAI LEVEL TEPUNG GAPLEK DAN LAMA PEMERAMAN

POTENSI LIMBAH KULIT BUAH PISANG (Musa paradisiaca L.) DARI PEDAGANG GORENGAN DI KOTA MANOKWARI

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. ANALISIS PROKSIMAT (Proximate Analysis)

I. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al.

Pengembangan ternak ruminansia di negara-negara tropis seperti di. kemarau untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak ruminansia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi. Setiap ternak ruminansia membutuhkan makanan berupa hijauan karena

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang,

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 03 Pebruari :23 - Update Terakhir Selasa, 17 Pebruari :58

PEMANFAATAN Indigofera sp. DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA DOMBA JANTAN

PENGARUH TINGKAT PENAMBAHAN BAHAN PENGAWET TERHADAP KADAR BAHAN KERING DAN PERSENTASE KEBERHASILAN SILASE RUMPUT Panicum sarmentosum Robx

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Fermentasi Silase Beberapa Jenis Rumput

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

Syaeful Bahri*, Ujang Hidayat Tanuwiria**, Atun Budiman** Universitas Padjadjaran

ANALISIS KANDUNGAN SERAT SILASE RANSUM LENGKAP YANG DIFORMULASI DENGAN BAHAN UTAMA RUMPUT GAJAH DAN BIOMASSA MURBEI

Pengaruh Penambahan EM4 dan Gula Merah terhadap Kualitas Gizi Silase Rumput Gajah (Pennesetum purpereum)

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pisang nangka diperoleh dari Pasar Induk Caringin, Pasar Induk Gedebage, dan

KANDUNGAN NUTRIEN SILASE BUAH SEMU JAMBU METE SEBAGAI PAKAN PADA BERBAGAI LEVEL TEPUNG GAPLEK DAN LAMA PEMERAMAN

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

Transkripsi:

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2011, VOL. 11, NO. 1, 17 23 Nilai Nutrisi Batang Pisang dari Produk Bioproses (Ensilage) Sebagai Ransum Lengkap (Nutrition value of Banana Pseudostem from Bioprecces Produt (ensilage) as A Complete Ration) Tidi Dhalika, Atun Budiman, Budi Ayuningsih dan Mansyur Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Abstrak Penelitian bertujuan untuk evaluasi nilai nutrisi batang pisang produk bioproses (ensilage) campuran sebagai makanan lengkap untuk peningkatan produksi domba. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental menggunakan rancangan percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL), perlakuan yang diuji pada percobaan ini adalah pengaruh campuran batang pisang, umbi singkong dan biji jagung sebagai makanan lengkap terhadap nilai nutrisi produk bioproses, yaitu TA (campuran 70 % batang pisang, 15 % umbi singkong dan 15 % biji jagung), TB (campuran 60 % batang pisang, 20 % umbi singkong dan 20 % biji jagung), TC (campuran 50 % batang pisang, 25 % umbi singkong dan 25 % biji jagung), TD (campuran 40 % batang pisang, 30 % umbi singkong dan 30 % biji jagung), TE (campuran 30 % batang pisang, 35 % umbi singkong dan 35 % biji jagung), tiap perlakuan diulang sebanyak 4 (empat) kali. Peubah yang diamati meliputi nilai ph, kandungan air, bahan kering, abu, protein kasar, serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), dan lemak kasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bioproses (ensilage) campuran batang pisang, umbi singkong dan biji jagung sebagai makanan lengkap tidak menurunkan nilai nutrisi batang pisang, dan ada peningkatan kandungan bahan kering yang pada batang, pisang. Kombinasi campuran yang terbaik untuk batang pisang sebagai ransum lengkap adalah 30 % batang pisang, 35 % umbi singkong dan 35 % biji jagung. Kata Kunci : Bioproses (ensilage), batang pisang, pakan lengkap Abstract The aim of study was to find out of nutrition value of banana pseudostem of bioprocess products (ensilage) from banana pseudostem, cassava roots and corn mix as complete ration for developing sheep production. The study was arranged with an experimental research by Completely Randomized Design. The treatments in this research are mixing 70 % banana pseudostem, 15 % cassava roots, 15 % corn. (TA), 60 % banana pseudostem, 20 % cassava roots, 20 % corn (TB), 50 % banana pseudostem, 25 % cassava roots, 25 % corn (TC), 40 % banana pseudostem, 25 % cassava roots, 25 % corn (TD), and 30 % banana pseudostem, 35 % cassava roots, 35 % corn (TE) as a complete ration with 4 times replication. The parameter of this research is the nutrition value, i,e ; acidity (ph), water, dry matter, ash, crude protein, crude fiber, nitrogen free extract and ether extract concentration. The result of this research showed that the banana pseudostem of bioprocess products (ensilage) from banana pseudostem, cassava roots and corn mix as complete ration no decreased nutrient values of banana pseudostem; there were increased of dry matter content of banana pseudostem. The best combination for banan pseudostem as complete ration was reached at 30 % banana pseudostem, 35 % cassava roots, 35 % corn in mix. Key words : Bioprocess (ensilage), banana pseudostem, complete ration. Pendahuluan Upaya pengembangan domba pada kawasan yang terintegrasi dengan sistem pertanian tanaman pangan memberikan peluang yang sangat besar bagi produksi domba dalam memanfaatkan produk utama dan hasil samping (by-product) tanaman pangan, termasuk pemanfaatan lahan untuk budidaya hijauan unggul (rumput dan legume) diantara tanaman pokok dalam bentuk sistem pertanaman lorong ( alley 17

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2011, VOL. 11, NO. 1 cropping) (Mansyur dan Dhalika, 2005). Salah satunya integrasi pisang dengan rumput unggul dengan produktivitas cukuh tinggi (Mansyur, dkk., 2007). Tanaman pisang (Musa paradisiacal) merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang dapat dikembangkan dengan Sistem Integrasi Tanaman Ternak (SITT) karena didalam lorong diantara tanaman pisang dapat ditanam jenis hijauan unggul sehingga lahan pertanian terbentuk menjadi sistem pertanaman Pisangpastura, atau jenis tanaman pangan lain seperti singkong (Manihot esculenta Crantz) atau jagung ( Zea mays). Selain itu, selama proses budidaya tanaman pisang berlangsung dapat diperoleh hasil samping berupa batang, daun, buah afkir (undergrade) dan anakan tanaman hasil penjarangan yang potensinya cukup baik digunakan sebagai komponen ransum domba. Salah material organik yang dikeluarkan dari proses budidaya tanaman pisang dan memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai komponen ransum domba adalah batang pisang sisa panen. Kelemahan batang pisang sebagai bahan pakan untuk domba jika diberikan secara langsung dalam bentuk alami adalah nilai palatabilitas yang rendah, adanya tannin suatu senyawa phenol yang akan mengganggu kecernaan bahan organik, khususnya protein dengan terbentuknya ikatan kompleks tannin protein berlebihan yang sulit dicerna didalam sistem pencernaan domba, dan kandungan serat kasar yang tinggi. Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk mengatasi kendala pemanfaatan batang pisang sebagai komponen ransum domba adalah aplikasi teknologi bioproses dengan metode fermentasi anaerob ( ensilage) dengan hasil akhir berbentuk silase batang pisang. Produk hasil bioproses seperti silase dari bahan tunggal dengan kandungan serat kasar tinggi umumnya masih memiliki nilai nutrisi yang relatif belum mencukupi kebutuhan zat makanan untuk produksi domba yang maksimal, sehingga dalam proses fermentasinya harus dilakukan pengkayaan ( enrichment) zat makanan untuk meningkatkan nilai manfaatnya. Bahan pakan produk tanaman pangan yang dapat ditambahkan diantaranya adalah umbi singkong dan biji jagung. Kedua jenis bahan pakan ini memiliki nilai nutrisi yang cukup baik dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat untuk domba yang dipelihara untuk tujuan produksi daging karena kedua jenis bahan pakan ini mengandung tiga per empat bagian pati yang sangat dibutuhkan dalam ransum domba penggemukan (fattening). 18 Metode Bahan Penelitian Jenis tanaman pisang yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisang Ambon, bagian batang pisang diperoleh sebagai sisa panen buah, sebelum diolah lebih lanjut dilakukan pelayuan dengan cara diberdirikan dengan penopang selama 24 jam 48 jam untuk mengurangi kandungan air yang berlebihan. Umbi singkong diperoleh dari tanaman singkong yang telah berumur lebih dari 8 (delapan) bulan, umbi singkong dibersihkan dari tanah yang menempel menggunakan air, kemudian ditiriskan untuk menghilangkan air bekas cucian. Biji jagung diperoleh dari jagung hibrida NK 22, biji jagung telah mengalami pengeringan sehingga dicapai kondisi kering udara ( air dry) dengan kadar air sekitar 16 %. Molase yang digunakan sebagai bahan aditif diperoleh sebagai hasil samping industri gula tebu, diperoleh dari KSU Tandangsari Kecamatan Tanjungsari Sumedang Alat Penelitian Alat penelitian yang digunakan terdiri dari alat pencacah, digunakan untuk mencacah batang pisang dan umbi singkong, timbangan kapasitas 5 kg dengan tingkat ketelitian 10 g untuk menimbang molase, timbangan kapasitas 100 kg dengan tingkat ketelitian 100 g untuk menimbang cacahan batang pisang dan umbi singkong, silo yang terbuat dari tong plastik volume 60 liter dengan kapasitas tampung sekitar 40 kg substrat untuk proses ensilase dan sekop, digunakan untuk mengaduk dan memasukan campuran substrat kedalam silo Prosedur Fermentasi Batang pisang yang telah dilayukan dicacah dengan ukuran antara 3 5 cm, timbang sesuai kebutuhan berdasarkan perlakuan yang telah ditetapkan. Umbi singkong dicacah dengan ukuran antara 3 5 cm, timbang sesuai kebutuhan berdasarkan perlakuan yang telah ditetapkan. Biji jagung ditimbang sebanyak keperluan berdasarkan perlakuan yang telah ditetapkan. Molase sebagai bahan imbuhan (aditif) untuk mempercepat proses fermentasi ditimbang sesuai kebutuhan berdasarkan perlakuan yang telah ditetapkan. Hamparkan secara bertahap mulai dari cacahan batang pisang, umbi singkong dan biji jagung hasil penimbangan pada lantai tembok yang telah dibersihkan. Molase hasil penimbangan (4) ditebarkan secara merata diatas permukaan hamparan campuran bahan substrat fermentasi (5). Campuran bahan substrat fermentasi diaduk sampai merata. Campuran bahan substrat fermentasi dimasukan secara

Dhalika, dkk., Batang pisang hasil bioproses bertahap kedalam silo dan dipadatkan. Lakukan pengulangan pekerjaan tahap 8 sampai silo terisi penuh. Silo ditutup dengan penutup yang tersedia (bagian dari silo), dan disimpan. Pengambilan sampel produk fermentasi dilakukan setelah proses fermentasi berlangsung selama 3 minggu, selanjutnya sampel dianalisa secara kimia untuk mengetahui nilai nutrisinya. Peubah Nilai nutrisi yang diukur untuk melihat kualitas produk fermentasi campuran batang pisang, umbi singkong dan biji jagung, yaitu kandungan bahan kering, diukur menggunakan metode pengeringan dengan oven pada temperatur 105 o C selama 24 jam (Cullison, 1978; AOAC, 2000). Kandungan protein kasar, diukur menggunakan metode Kjeldahl (Cullison, 1978; AOAC, 2000). Kandungan karbohidrat, diukur berdasarkan kandungan serat kasar dengan analisis proksimate dengan metode pemasakan asam dan basa, sedangkan kandungan BETN diperoleh sebagai hasil perhitungan dari nilai yang diperoleh berdasarkan analisis proksimate (Cullison, 1978; AOAC, 2000). Nilai Derajat Keasaman (ph) diukur dengan cara sebanyak 5 g substrat dilarutkan dalam 40 ml aquadest, selanjutnya derajat keasaman larutan diukur menggunakan phmeter (Nahm, 1992). Rancangan Percobaan dan Analisis Statistik Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental menggunakan rancangan percobaan Rancangan Acak Lengkap RAL). Perlakuan pada penelitian ini adalah kombinasi campuran substrat fermentasi anaerob ( ensilage) terdiri dari batang pisang, umbi singkong dan biji jagung, kombinasinya adalah : TA = Batang Pisang 70 %+ Umbi Singkong 15 %+ Biji Jagung 15 % TB = Batang Pisang 60 % + Umbi Singkong 20 %+ Biji Jagung 20 % TC = Batang Pisang 50 % + Umbi Singkong 25% + Biji Jagung 25 % TD = Batang Pisang 40 % + Umbi Singkong TC 30 % + Biji Jagung 30 % = Batang Pisang 30 % + Umbi Singkong 35 % + Biji Jagung 35 % Tiap perlakuan diulang 4 (empat) kali, sehingga terdapat 20 satuan percobaan. Untuk mengetahui respon percobaan terhadap perlakuan yang diberikan dilakukan uji statistik menggunakan analisis ragam (Steel dan Torrie, 1980., Gaspersz, 1991). Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan diuji dengan menggunakan uji Jarak Berganda Duncan (Steel dan Torrie, 1 980., Gaspersz, 1991). Hasil dan Pembahasan Rataan nilai nutrisi batang pisang dari produk bioprses (ensilage) campuran batang pisang, umbi singkong dan biji jagung ditampilkan pada Tabel 1. pada proses fermentasi anaerob (ensilage), terhadap nilai ph dari batang pisang. Nilai ph batang pisang produk fermentasi anaerob (ensilage) dari campuran batang pisang, umbi singkong dan biji jagung berada pada kisaran nilai ph produk silase dengan kualitas sedang. Menurut Skerman dan Riveros (1990), kualitas silase berdasarkan derajat keasamannya dibagi menjadi tiga, yaitu silase dengan kategori baik memiliki nilai dearajat keasaman lebih kecil dari 4,20, kategori sedang antara 4,3 sampai dengan 4,5 dan kategori jelek lebih besar dari 4,5. Hal tersebut terjadi karena batang pisang merupakan material yang mengandung karbohidrat terutama bahan ekstrak tanpa nitrogen yang relatif kecil, tetapi memiliki kandungan serat kasar yang tinggi, sehingga kesempatan mikroba pembentuk asam laktat untuk berkembang relatif kecil. Menurut Yokota dkk (1995), rendahnya derajat keasaman yang dicapai oleh produk fermentasi anaerob (ensilage), diantaranya dipengaruhi oleh kandungan karbohidrat dalam bahan yang akan difermentasi. Apabila bahan yang difermentasi memiliki kandungan karbohidrat terlarut yang rendah perlu dilakukan penambahan bahan aditif yang banyak mengandung karbohidrat terlarut yang tinggi. Penambahan bahan aditif seperti ini akan mempercepat penurunan derajat keasaman karena karbohidrat merupakan sumber energi yang dibutuhkan oleh bagi bakteri pembentuk asam laktat. Menurut Elizabet Wina (2001), kandungan bahan ekstrak tanpa nitrogen batang pisang berkisar antara 31,60 53,00, sedangkan serat kasarnya berkisar antara 13,40 31,70, hasil penelitian Tidi Dhalika dkk (2009), menunjukkan bahwa kandungan BETN batang pisang adalah 47,21 % dengan kandungan serat kasar sebesar 36,33 % 19

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2011, VOL. 11, NO. 1,Tabel 1. Nilai Nutrisi Batang Pisang dari Produk Bioproses (Ensilage) Campuran Batang Pisang, Umbi Singkong dan Biji Jagung. Nilai Nutrisi 1. ph 2. Air, % 3. Bahan Kering, % 4. Abu, % 5. Protein Kasar, % 6. Serat Kasar, % 7. Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN), % 8. Lemak Kasar, % Perlakuan TA TB TC TD TE 4,96 a 4,68 a 4,67 a 5,04 a 5,14 a 89,59 a 89,75 b 88,89 b 86,36 c 83,82 c 10,40 a 10,24 a 11,10 ab 13,63 b 16,33 c 14,86 a 14,64 a 14,65 a 14,44 a 13,42 a 12,26 a 12,17 a 12,63 a 13,05 a 13,65 a 19,56 a 18,80 a 19,71 a 19,17 a 19,12 a 46,25 a 6,93 a 48,59 a 5,78 a 46,50 a 6,49 a Keterangan : hurup yang sama kearah baris menunjukkan berbeda tidak nyata 46,83 a 6,49 a 47,62 a 6,42 a Campuran batang pisang, umbi singkong dan biji jagung yang difermentasi secara anaerob (ensilage) sebagai ransum lengkap menunjukkan pengaruh berbeda nyata terhadap kandungan air batang pisang. Campuran 70 % batang pisang, 15 % umbi singkong dan 15 % biji jagung (TA) menunjukkan kandungan air batang pisang yang berbeda nyata dengan campuran 60 % batang pisang, 20 % umbi singkong dan 20 % biji jagung (TB), campuran 50 % batang pisang, 25 % umbi singkong dan 25 % biji jagung (TC), campuran 40 % batang pisang, 30 % umbi singkong dan 30 % biji jagung (TD), campuran 30 % batang pisang, 35 % umbi singkong dan 35 % biji jagung (TE). Diantara campuran 60 % batang pisang, 20 % umbi singkong dan 20 % biji jagung (TB) dengan campuran 50 % batang pisang, 25 % umbi singkong dan 25 % biji jagung (TC) menunjukkan pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap kandungan air batang pisang, demikian juga diantara campuran 40 % batang pisang, 30 % umbi singkong dan 30 % biji jagung (TD) dengan campuran 30 % batang pisang, 35 % umbi singkong dan 35 % biji jagung (TE). Sedangkan antara campuran 60 % batang pisang, 20 % umbi singkong dan 20 % biji jagung (TB) dan campuran 50 % batang pisang, 25 % umbi singkong dan 25 % biji jagung (TC) dengan campuran 40 % batang pisang, 30 % umbi singkong dan 30 % biji jagung (TD) dan campuran 30 % batang pisang, 35 % umbi singkong dan 35 % biji jagung (TE), menunjukkan pengaruh berbeda nyata terhadap kandungan air batang pisang produk fermentasinya. Semakin rendah persentase campuran batang pisang dalam produk fermentasi anaerob (ensilage) campuran batang pisang, umbi singkong dan biji jagung, memberikan pengaruh terhadap penurunan kandungan air batang pisang produk fermentasinya, hal ini terjadi karena perbedaan kandungan air batang pisang, umbi singkong dan biji jagung dalam campuran makanan lengkap yang difermentasi. Kandungan air batang pisang berkisar antara 90,20 sampai 96,40 % (Hartadi dkk, 1990 dan Elizabet Wina, 2001), sedangkan kandungan air umbi singkong segar dan biji jagung masing-masing adalah 30 % dan 86 % (Hartadi dkk, 1990). Campuran batang pisang, umbi singkong dan biji jagung yang difermentasi secara anaerob (ensilage) sebagai ransum lengkap menunjukkan pengaruh berbeda nyata terhadap kandungan bahan kering batang pisang produk fermentasinya. Campuran 70 % batang pisang, 15 % umbi singkong dan 15 % biji jagung (TA) menunjukkan kandungan bahan kering batang pisang berbeda tidak nyata dengan campuran 60 % batang pisang, 20 % umbi singkong dan 20 % biji jagung (TB). Diantara campuran 50 % batang pisang, 25 % umbi singkong dan 25 % biji jagung (TC) dengan campuran 40 % batang pisang, 30 % umbi singkong dan 30 % biji jagung (TD) tidak menunjukkan pengaruh berbeda nyata terhadap kandungan bahan kering batang pisang produk fermentasinya, tetapi kedua campuran ini menunjukkan pengaruh terhadap kandungan bahan kering yang berbeda nyata dengan campuran 30 % batang pisang, 35 % umbi singkong dan 35 % biji jagung (TE). Hal ini terjadi karena perbedaan kandungan bahan kering pada tiap bahan pakan yang digunakan sebagai material yang difermentasi. 20

Dhalika, dkk., Batang pisang hasil bioproses pada proses fermentasi anaerob (ensilage), terhadap kandungan abu dari batang pisang. Kandungan abu batang pisang produk fermentasi anaerob (ensilage) dari campuran batang pisang, umbi singkong dan biji jagung sebagai makanan lengkap berkisar antara 13,42 % sampai 14,86 %. Menurut Elizabet Wina (2001) kandungan abu batang pisang berkisar antara 18,24 % sampai 24,70 %, dan menurut Tidi Dhalika dkk (2009), kandungan abu batang pisang adalah 8,59 %. Menurut Elizabet Wina (2001), kandungan abu yang tinggi pada batang pisang mencerminkan kandungan mineral yang tinggi dalam bagian tanaman pisang. Menurut Nitis (1998) yang dikutip Elizabet Wina (2001), melaporkan dari 15 jenis tanaman pisang yang ada di Bali, kandungan mineral tertinggi dalam batang pisang adalah kalium (K), sedangkan unsur mikromineral tertinggi adalah Fe diikuti oleh Zn. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa perbedaan campuran antara batang pisang, umbi singkong dan biji jagung pada proses fermentasi anaerob (ensilage), memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap kandungan protein dari batang pisang. Kandungan protein batang pisang 12,17 % sampai 13,65%. Menurut Elizabet Wina (2001) kandungan protein kasar batang pisang berkisar antara 2,40 % sampai 8,30 % dan menurut Hartadi dkk (1990), kandungan protein kasar batang pisang adalah 3,90 %. Menurut Tidi Dhalika dkk (2009), kandungan protein kasar batang pisang adalah 4,07 %. Kisaran kandungan protein kasar batang pisang produk fermentasi anaerob dari campuran relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan protein kasar batang pisang segar, hal ini diduga karena ada sebagian protein terlarut dari umbi singkong dan biji jagung yang terperangkap didalam batang pisang, juga adanya pertumbuhan mikroba pembentuk asam laktat sebagai protein mikrobial. pada proses fermentasi anaerob (ensila ge), terhadap kandungan serat kasar dari batang pisang. Kandungan serat kasar batang pisang 18,80 % sampai 19,71 %. Menurut Elizabet Wina (2001) kandungan serat kasar batang pisang berkisar antara 13,40 % sampai 31,70 % dan menurut Hartadi dkk (1990), kandungan serat kasar batang pisang adalah 24,00 %. Tidi Dhalika dkk (2009), melapor kan bahwa kandungan serat kasar batang pisang adalah 36,33 %. Kandungan serat kasar batang pisang produk fermentasi anaerob dari campuran batang pisang, umbi singkong dan biji jagung relatif lebih rendah dibandingkan dengan kandungan protein kasar batang pisang segar, hal ini diduga karena ada sebagian fraksi serat dari batang pisang mengalami degradasi menjadi komponen karbohidrat yang lebih sederhana akibat adanya pertumbuhan mikroba pembentuk asam laktat. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa perbedaan campuran antara batang pisang, umbi singkong dan biji jagung pada proses fermentasi anaerob (ensilage), memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap kandungan bahan ekstrak tanpa nitrogen dari batang pisang. Kandungan bahan ekstrak tanpa nitrogen batang pisang 46,25 % sampai 48,59 %. Menurut Elizabet Wina (2001) kandungan bahan ekstrak tanpa nitrogen batang pisang berkisar antara 31,60 % sampai 53,00 %, dan menurut Tidi Dhalika dkk (2009), kandungan bahan ekstrak tanpa nitrogen batang pisang adalah 47,21 %. Kisaran kandungan bahan ekstrak tanpa nitrogen batang pisang produk fermentasi anaerob dari campuran batang pisang, umbi singkong dan biji jagung berada dalam kisaran kandungan bahan ekstrak tanpa nitrogen batang pisang segar, hal ini menunjukkan adanya proses pengawetan yang terjadi pada proses fermentasi anaerob (ensilage), artinya proses fermentasi anaerob (ensilage) dapat berjalan dengan baik, karena beberapa persyaratan proses fermentasinya dapat dipenuhi, yaitu adanya penggunaan umbi singkong dan penambahan bahan aditif molasses sebagai bahan yang memiliki jumlah karbohidrat terlarut cukup banyak. Menurut Bolsen ( 1993), keberhasilan proses fermentasi anaerob (ensilage), diantaranya dipengaruhi oleh kandungan karbohidrat terlarut dan pengembangan kecocokan seperti penambahan bahan aditif, diantaranya kelompok gula, yaitu molasses. 21

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2011, VOL. 11, NO. 1 pada proses fermentasi anaerob (ensilage), terhadap kandungan lemak kasar dari batang pisang. Kandungan lemak kasar batang pisang 5,78 % sampai 6,93 %. Menurut Elizabet Wina (2001) kandungan lemak kasar batang pisang berkisar antara 3,20 % sampai 8,10 % dan menurut Hartadi dkk (1990), kandungan lemak kasar batang pisang adalah 2,00 %. Tidi Dhalika dkk (2009), melaporkan bahwa kandungan lemak kasar batang pisang adalah 3,80 %. Kandungan serat kasar batang pisang produk fermentasi anaerob dari campuran batang pisang, umbi singkong dan biji jagung masih berada pada kisaran kandungan lemak kasar batang pisang segar, artinya proses fermentasi anaerob yang terjadi dapat mempertahankan kandungan lemak kasar batang pisang dari proses perusakan zat makanan, khususnya lemak kasar. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa bioproses (ensilage) campuran batang pisang, umbi singkong dan biji jagung sebagai makanan lengkap tidak menunjukkan adanya penurunan nilai nutrisi pada produk fermentasinya, dan komposisi campuran batang, pisang, umbi singkong dan biji jagung pada bioproses (ensilage) yang dapat digunakan dan menghasilkan nilai nutrisi yang baik sebagai makanan lengkap adalah 30 % batang pisang, 35 % umbi singkong dan 35 % biji jagung. Produk bioproses (ensilage) campuran sebagai makanan lengkap perlu diuji lebih lanjut dengan metode percobaan makanan (feeding trial) untuk mengetahui nilai manfaatnya sebagai pakan lengkap dalam upaya peningkatan produksi domba dalam sistem integrasi domba pada ekosistem Pisangpastura. Ucapan Terima Kasih Ucapan terimakasih disampaikan kepada Rektor, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Dekan dan Kepala Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminan dan Kimia Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, atas segala perhatian dan bantuannya sehingga penelitian ini dapat 22 dilaksanakan dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh rekan kerja di Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminan dan Kimia Makanan Ternak Fakultas Peternakan dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Padjadjaran yang telah membantu dalam proses penyediaan alat dan bahan serta penyelesaian administrasi bagi kepentingan kelancaran penelitian ini. Daftar Pustaka AOAC, 2000. Official methods of analisys, 11 th ed. Association of official chemistry. Washington DC. Bolsen K.K. 1993. The use of aids to fermentation in silage productions. In Mc Cullogh ME (rd) Fermentation of Silage A Review, National Feed Ingredients Association, Iowa. Cullison, A.E, 1978. Feeds and Feeding Animal Nutrition. Prentice Hall of India. Private Limited, New Delhi Elizabeth Wina, 2001. Tananam pisang sebagai pakan ternak ruminansia. Wartazoa Vol 11 No 1. 20 27. Ensminger M.E. 1992. The Stockman s Hanbooks. Sevent Editin, Interstate Publisher, Inc. Danville. Pp. 489-514 Gaspersz V. 1991. Analisa dalam Penelitian Percobaan. Edisi Pertama. Penerbit Tarsito. Bandung. Hartadi H., R. Reksohadiprodjo., dan A.D. Tillman. 1990. Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Cetakan Kedua. Gadjah Mada University Press, Yogyakrata Mansyur dan Tidi Dhalika, 2005. Analisis vegetasi hijauan kebun pisang. Jurnal Ilmu Ternak. 5 (2) Juli 2005. Hal 22 27. Mansyur, Tidi Dhalika dan A. R. Tarmidi, 2007. Produktifitas rumput Bede ( Brachiaria decumbens) dibawah naungan perkebunan Pisang. Jurnal Ilmiah Ilmu Ilmu Peternakan. X (2). Mei 2007. Hal 70 76. Nahm K.H. 1992. Practical Giude To Feed, Forage, and Water Analysis. Yoo Han Publishing, Inc. Seoul. Skerman P.J., and F Riveros. 1990. Tropical Grasses. FAO Plant Production Series (23). Food and Agriculture of The United Nation, Rome. Steel R.G.D., dan J.H. Torrie. 1980. Prinsip dan Prosedur Analisis Suatu Pendekatan Biometrika. Edisi Kedua. Penerbit PT Gramedia.

Dhalika, dkk., Batang pisang hasil bioproses Tidi Dhalika, Mansyur, Atun Budiman, dan Ana R. Tarmidi. 2009. Integrasi domba pada sistem pertanaman pisang ( Musa sapientum) sebagai upaya peningkatan produktifitas dan konservasi lahan kering di Jawa Barat. Proseding Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman Ternak, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Yokota, H., M. Ahshima., K.J. Huang and T Okajima. 1995. Lactic acid production in Napier grass (Pennisetum purpureum. Schum) silage. J. Japan Grassland Sci. 41, pp 207 211. 23