BAB I PENDAHULUAN. Pada 1895, para investor di Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis dalam waktu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan bagi mereka untuk melepaskan penat dan kejenuhan dengan mencari

STUDIO PRODUKSI FILM DI JAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MORPHOSIS

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya bagi mereka yang tinggal di kota besar seperti Bandung,

Menonton TV Favorit via

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat perkotaan saat ini adalah hiburan perfilman.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Film merupakan usaha merekam pertunjukan sandiwara. Dalam sandiwara (panggung) manusia menonton manusia, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini, Indonesia mengalami krisis moneter yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi-teknologi baru yang muncul semakin pesat belakangan ini

TUGAS AKHIR BIOSKOP DI SINGARAJA KABUPATEN BULELENG-BALI STUDI AKUSTIK RUANG PERTUNJUKAN FILM BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pada E-CINEMA yang saat ini berpotensi cukup baik dalam perkembangan Cinema. Eresto, Ecinema, Elounge, 7 KTV dan Banquet Service.

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dengan adanya perkembangan globalisasi dan semakin ketatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat setiap bisnis film di bioskop tetap eksis dan mulai mampu bersaing

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. atau yang sering disebut dengan CG (Computer Graphics) untuk membuat efek film

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam hal produksi ataupun dalam hal berakting. Film itu sendiri dapat juga

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN. khusus dengan menyalurkan sumber sumber sebuah organisasi untuk

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan dewasa ini telah masuk dalam era baru, dimana menonton

BAB I PENDAHULUAN. dari rutinitas yang mereka lakukan. Untuk menghilangkan ketegangan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia usaha saat ini telah membawa para pelaku dunia

BAB V PENUTUP. kesimpulan untuk menjawab tujuan pembelajaran studi kasus ini, yaitu :

BAB 1 PENDAHULUAN. tajam antar perusahaan. Dengan adanya kemajuan teknologi yang juga terus

BAB 1 PENDAHULUAN. bencana bagi perekonomian global khususnya melanda negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. dari banyaknya judul film yang muncul di bioskop bioskop di Indonesia saat ini.

PERANCANGAN MEDIA KOMUNIKASI VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PENGUNJUNG PADA CV.INDIES DI TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia kuliner di beberapa tahun belakangan ini seperti

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Sumber data dan informasi yang digunakan untuk mendukung promosi program

BAB I PENDAHULUAN. Pada Bab Pendahuluan ini akan dijabarkan poin-poin dasar yang melandasi

BAB I PENDAHULUAN. Era modernisasi dalam hal teknologi dan komunikasi mendominasi gaya berbisnis

BAB I PENDAHULUAN. strategi yang tepat, agar dapat menjual produk dan produk tersebut disukai

BAB 1 PENDAHULUAN. Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang digemari oleh. dapat menarik banyak orang untuk menontonnya.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kepuasan pada pelanggan melalui penyampaian produk dan jasa serta

ANALISIS BAURAN PEMASARAN PENGARUHNYA DALAM UPAYA MENCIPTAKAN LOYALITAS PELANGGAN PADA TOSERBA LARIS KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. bidang videography dan cinematography. Videography dan Cinematography ini

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jasanya dengan merangsang unsur unsur emosi konsumen yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Cinema and Film Library di Yogyakarta. I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian atau definisi hotel secara umum adalah suatu bentuk bangunan,

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Tabel 1.1 Daftar Jumlah Penonton Bioskop BlitzMegaplex PVJ Bandung Tahun Jumlah Penonton

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang nomor 19 Tahun 2002 tentang hak cipta, ciptaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis pada zaman sekarang semakin ketat, semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum Objek Penelitian Gambaran Singkat Blitzmegaplex Cabang Miko Mall

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) REDESAIN GEDUNG BIOSKOP MENJADI CINEPLEX DI WONOSOBO

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Penelitian Terdahulu. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi Fajar

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang. budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. multimedia) turut mengalami kemajuan yang juga berkembang dengan cukup cepat. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran umum dan sejarah TV LED merek Sharp di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. maupun global dan kondisi ketidakpastian memaksa perusahaan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk menjalankan segala aktivitas atau kegiatan sehari-hari. Contoh dari

Untuk menarik minat konsumen, perusahaan melakukan publik presentasi produk ke khalayak. Frequency Percent Valid Percent

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan besar maupun perusahaan kecil, bersama-sama berjuang

Minggu-4. Product Knowledge and Price Concepts. Pengembangan Produk Baru (new product development) By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM

BAB V ANALISA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SOLO MOVIES AREA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kunci utama dalam memenangkan persaingan. harus mengkaji sikap konsumen terhadap produk yang dihasilkan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Bahkan iklan memegang peran untuk menyampaikan pesan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan)

01 Meninjau Narasi 1.1. Analisa bentuk narasi untuk menghasilkan narasi yang siap untuk penulisan bagian berikutnya.

BAB I PENDAHULUAN. memuaskan dibanding jasa pelayanan yang ditawarkan pesaing. Kinerja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan kemajuan teknologi, semakin banyaknya produk yang

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. cara yang ditempuh untuk dapat berkomunikasi seperti melalui media massa,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. harus mampu untuk bersaing dengan perusahaan lain dalam bidang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini ketatnya persaingan industri elektronik di Indonesia sangat kompleks dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menuntut setiap perusahaan untuk menciptakan keunggulan kompetitif bisnis agar

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Teguh Karya : Harus Berani Koreksi Diri

BAB I PENDAHULUAN. berusaha mencapai tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan. kelangsungan hidup perusahaan sangat tergantung pada perilaku

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada titik berjaya di sekitar tahun Pada saat itu layar tancap

PERKEMBANGAN BIOSKOP DI KOTA BANDA ACEH ( )

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni media rekam atau film merupakan cabang kesenian yang bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. barang dan jasa melalui sistem elektronik seperti internet, dapat melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tantangan utama yang dihadapi perusahaan saat ini adalah bagaimana

MEDIA PEREKAMAN DALAM SEJARAH

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia pertelevisian di Indonesia mulai marak sejak

BAB I PENDAHULUAN. bertahan dipasaran. Dalam pemasaran, loyalitas tercipta diawali saat konsumen

Mata Kuliah - Media Planning & Buying

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

7. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2002 tentang Ketentuan Umum Pajak Daerah; 8. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2003 tentang Pajak Hiburan;

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Berdasarkan hasil penelitian mengenai produksi program Fun With

BAB I PENDAHULUAN. tetapi efektif karena pelatihan ini tidak sarat dengan dengan teori teori melainkan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. akan infomasi yang mudah diakses oleh masyarakat. Smartphone merupakan

MASA PRA-GAMBAR BERGERAK

BAB I PENDAHULUAN. memiliki teknologi yang bagus. Jenis mainan di bedakan menjadi 2 yaitu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I. Latar belakang Pada 1895, para investor di Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis dalam waktu yang hampir bersamaan berhasil menemukan dan mendemonstrasikan alat yang bisa memproyeksikan gambar-gambar yang bisa bergerak ke atas latar. Penemu Inggris Robert Paul mendemonstrasikannya di London, Lumiere bersaudara di Paris, dan Thomas Alva Edison di pameran kapas, Atlanta, Amerika Serikat. Lima tahun kemudian, tepatnya 5 Desember 1900, film mulai diperkenalkan, dan sistem bioskop baik yang di dalam ruangan atau model layer tancap mulai dipraktekkan di Indonesia. Berawal pada 30 November 1900 di harian Bintang Betawi, memuat pengumuman dari perusahaan Nederlandsche Bioskop Maatschappij, bahwa sedikit hari lagi mereka akan memperlihatkan tontonan amat bagus, yaitu gambargambar idoep tentang kejadian-kejadian di Erioa dan Africa Selatan saat itu masih dokumenter. Diantaranya gambar Sri Baginda Maharatu Belanda bersama Yang Mulia Hertog Hendrik saat memasuki Den Haag. Pertunjukan ini berlangsung di sebuah rumah di sebelah toko mobil Maatschappij Fuchs di Tanah Abang. Inilah iklan pertama tentang film Indonesia. Pertunjukan itu dimulai pada 5 Desember 1900. menurut iklan dalam Bintang Betawi tanggal itu, pertunjukan itu adalah pertoenjoekan besar jang pertama dan beralamat di Tanah Abang Kebon jae (Anege) mulai jam tujuh malam. Ada pun 1

karcisnya terdiri dari tiga peringkat, kelas satu f 2 (dua gulden), kelas dua f 1, dan kelas tiga f 0.50.(Ekky Imanjaya : http://www.filmalternatif.org) Namun dalam perkembangannya kini, Perkembangan Bioskop di Indonesia menghadapi banyak tantangan dari dalam berbagai segi aspek, dari semakin banyaknya muncul berbagai macam jenis hiburan yang baru.digital video game, permainan simulasi (paintball dll) adalah sebagian kecil dari berbagai macam contoh hiburan lainnya yang secara tidak langsung mempengaruhi konsumen dalam memilih hiburan yang ada. Dari kemajuan teknologi sendiri, Perkembangan Bioskop ini menghadapi tantangan yang langsung bisa mempengaruhi seseorang individu dalam mengambil keputusannya dalam akan menonton film, dimana telah menjamurnya televisi berlangganan di Indonesia dan disertai dengan beredar luasnya VCD dan DVD baik original maupun bajakan disertai mudahnya untuk melakukan Download dari dunia maya. Selain itu, perusahaan-perusahaan elektronik juga mengembangkan produk-produk yang bersifat bring theater to your home, seperti Home theater, TV plasma, Audio system dll. Oleh karena ini, perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam ini harus memiliki kiat-kiat khusus agar bisa bertahan sehingga menawarkan suatu experience kepada para penontonnya sehingga penonton tersebut puas dan bisa kembali menonton (repeat) bioskop tersebut. Blitzmegaplex, yang belum lama ini berdiri, sudah memiliki 4 bioskop di Indonesia, mencoba menawarkan suatu experience berbeda dalam menonton film di bioskop. Dari cara membeli tiket, informasi film, pilihan film, promosi, pengaturan 2

jadwal film, konsep ruang tunggu, makanan dan minuman, merchandise hingga suasana dalam studio. II. Perumusan Masalah Sebagaimana telah dijabarkan diparagraf sebelumnya, Blitzmegaplex sebagai Pemain baru, mencoba mencoba menawarkan suatu experience berbeda dalam menonton film di bioskop. Dalam penelitian ini, perumusan masalah yang coba untuk dikembangkan adalah : 1. Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen menonton di bioskop. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen dalam memilih tempat menonton bioskop 3. Mengidentifikasi diferensiasi apa saja yang terdapat pada Blitzmegaplex dan Bioskop-bioskop yang ada di Indonesia. 4. Mengklarifikasi faktor-faktor apa saja yang menjadi kelebihan dan kekurangan dari fasiltas-fasilitas Blitzmegaplex menurut sudut pandang konsumen. 5. Mengidentifikasi apakah dengan faktor-faktor yang menjadi kelebihan dari Blitzmegaplex dapat membuat konsumen menjadi loyal. Dari proses pengembangan faktor-faktor diatas, maka dapat diidentifikasi, hal-hal apa sajakah yang menjadi bagian elemen penting yang menjadi sebuah experience dalam menonton film di bioskop. Namun dalam pertimbangan setiap individu tidak selalu sama, maka diperlukan suatu studi analisa mengenai perilaku konsumen dari sudut pandang experiential marketing sehingga teridentifikasi elemen-elemen apa saja pada 3

Blitzmegaplex sehingga dapat mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusannya dalam menonton film di bioskop. III. Ruang Lingkup Dikarenakan kompleksitas dalam penelitian dari konsep Experiential Marketing, Peneliti perlu mendalami sudut pandang konsumen dari saat merencanakan untuk menonton (planning), pertimbangan untuk memilih bioskop (choosing), hasil dari menonton film tersebut (experience), kembali menonton di bioskop tersebut (repeat). Dari hal-hal tersebut dimaksud agar penelitian mendapatkan hasil yang relevan dan akurat. Dari Model penelitian ini, peneliti akan dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut : 1. Penelitian hanya dilakukan kepada konsumen di Blitzmegaplex sebagai opini. 2. Pengambilan data dilakukan dibliztmegaplex. 3. Pengambilan data dilakukan dengan cara penyebaran kuisioner 4. Ruang lingkup penelitian hanya pada aspek perilaku konsumen berdasarkan penerapan Strategy Experience Modules (SEMs) IV. Tujuan Penelitian Dalam tujuan penelitian ini, secara garis besar adalah sebagai berikut : 1. Faktor apa yang mendorong seorang individu menonton di bioskop. 2. Faktor apa saja yang menjadi pertimbangan dari konsumen memilih bioskop. 3. Faktor apa yang membuat konsumen tersebut kembali menonton di bioskop tersebut atau tidak. 4

4. Faktor apa saja yang dialami oleh konsumen pada saat sesudah menonton di Blitzmegaplex dibandingkan dengan menonton di bioskop lainnya. 5. Mengidentifikasi diferensiasi apa yang diberikan pada Blitzmegaplex dibandingkan dengan bioskop-bioskop lainnya dan mengklarifikasinya menjadi sebuah kelebihan /kekurangan dari Blitzmegaplex. 5