3. METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 5 Peta daerah penangkapan ikan kurisi (Sumber: Dikutip dari Dinas Hidro Oseanografi 2004).

3. METODE PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan kembung perempuan (R. brachysoma)

3.3 Pengumpulan Data Primer

3. METODE PENELITIAN

3.3. Pr 3.3. P os r ed e u d r u r Pe P n e e n l e iltiitan

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta daerah penangkapan ikan kuniran di perairan Selat Sunda Sumber: Peta Hidro Oseanografi (2004)

Gambar 4. Peta lokasi pengambilan ikan contoh

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian

Lampiran 1. Sebaran frekuensi panjang ikan kuniran (Upeneus sulphureus) betina yang dianalisis dengan menggunakan metode NORMSEP (Normal Separation)

III. METODE PENELITIAN

2. TINJAUAN PUSTAKA Rajungan (Portunus pelagicus)

2. METODOLOGI PENELITIAN

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 5 berikut:

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

3. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Teknik Pengambilan Data Pengumpulan Data Vegetasi Mangrove Kepiting Bakau

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

5. PARAMETER-PARAMETER REPRODUKSI

Gambar 3 Peta Lokasi Penelitian

2. TINJAUAN PUSTAKA Ikan Terisi Menurut Richardson (1846) (2010) klasifikasi ikan terisi (Gambar 2) adalah sebagai berikut :

ASPEK REPRODUKSI IKAN LELAN (Osteochilus vittatus C.V) Di SUNGAI TALANG KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM

KAJIAN STOK SUMBER DAYA IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PERAIRAN SELAT SUNDA NUR LAILY HIDAYAT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PARAMETER POPULASI DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH

II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Penentuan Betina dan Jantan Identifikasi Kematangan Gonad

spesies yaitu ikan kembung lelaki atau banyar (Rastrelliger kanagurta) dan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma)(sujastani 1974).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN STOK IKAN KEMBUNG LELAKI (Rastrelliger kanagurta Cuvier 1817) DI PERAIRAN TELUK BANTEN YANG DIDARATKAN DI PPN KARANGANTU, BANTEN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Desember 2013 di Sungai

STATUS STOK SUMBERDAYA IKAN LEMURU (Sardinella lemuru) DI PERAIRAN SELAT SUNDA GAMA SATRIA NUGRAHA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI. Bawang, Provinsi Lampung selama 6 bulan dimulai dari bulan April 2013 hingga

STRUKTUR UKURAN DAN PARAMETER PERTUMBUHAN HIU MACAN (Galeocerdo cuvier Peron & Lesuer, 1822) DI PERAIRAN SELATAN NUSA TENGGARA BARAT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN DAN MORTALITAS IKAN TAWES (Barbonymus gonionotus) DI DANAU SIDENRENG KABUPATEN SIDRAP Nuraeni L. Rapi 1) dan Mesalina Tri Hidayani 2)

3. METODE PENELITIAN

Length-Weight based Stock Assesment Of Round Scad ( Decapterus russelli ) From Mapur Fishing Ground and Landed at Pelantar KUD Tanjungpinang

statistik menggunakan T-test (α=5%), baik pada perlakuan taurin dan tanpa diberi Hubungan kematangan gonad jantan tanpa perlakuan berdasarkan indeks

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Ikan tembang (S. fimbriata)

PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN TERI PEKTO (Stolephorus Waitei) DI PERAIRAN BELAWAN KOTA MEDAN SUMATERA UTARA

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Jenis dan Sumber Data

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

KAJIAN STOK DAN ANALISIS KETIDAKPASTIAN IKAN KUNIRAN

BAB III BAHAN DAN METODE

The study of Sardinella fimbriata stock based on weight length in Karas fishing ground landed at Pelantar KUD in Tanjungpinang

STATUS STOK SUMBERDAYA IKAN KEMBUNG LELAKI (Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1817) DI PERAIRAN SELAT SUNDA

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL

KAJIAN STOK IKAN SWANGGI (Priacanthus tayenus Richardson, 1846) DI PERAIRAN SELAT SUNDA YANG DIDARATKAN DI PPP LABUAN, BANTEN

3. METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan tembang (Sardinella fimbriata) Sumber : Dinas Hidro-Oseanografi (2004)

KAJIAN STOK SUMBERDAYA IKAN SELAR (Caranx leptolepis Cuvier, 1833) DI PERAIRAN TELUK JAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN SIDIK FREKUENSI PANJANG

2. TINJAUAN PUSTAKA. : Actinopterygii : Perciformes

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Octinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Osteochilus vittatus ( Valenciennes, 1842)

Abstrak. Kata Kunci : Ikan ekor Kuning, pertumbuhan, laju mortalitas, eksploitasi. Abstract

FAKTOR KONDISI DAN HUBUNGAN PANJANG BERAT IKAN SELIKUR (Scomber australasicus) DI LAUT NATUNA YANG DIDARATKAN DI PELANTAR KUD KOTA TANJUNGPINANG

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Kuniran Klasifikasi dan tata nama

structure Population of Indian Mackerel, Rastrelliger kanagurta Catch in Pancana Waters, Barru District

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Metode dan Desain Penelitian

Length-Weight based Stock Assessment Of Eastern Little Tuna (Euthynnus affinis ) Landed at Tarempa Fish Market Kepulauan Anambas

Hardiyansyah Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP, UMRAH,

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Spesifikasi Alat dan Bahan

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

POLA PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSI IKAN KUNIRAN Upeneus moluccensis (Bleeker, 1855) DI PERAIRAN LAMPUNG ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI. Gambar 2 Peta Selat Bali dan daerah penangkapan ikan lemuru.

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

3. METODE PENELITIAN

Study Programme of Management Aquatic Resource Faculty of Marine Science and Fisheries, University Maritime Raja Ali Haji

oaj STUDI PERTUMBUHAN DAN BEBERAPA ASPEK REPRODUKSI

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

5 BIOLOGI PERIKANAN IKAN CAKALANG

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian Sumber Dinas Hidro-Oseanografi (2004)

Parameter Populasi Hiu Lanjaman (Carcharhinus falciformis) di Perairan Indonesia

POTENSI UDANG DOGOL (Metapenaeus ensis) DI KABUPATEN KEBUMEN JAWA TENGAH. Abstrak

PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI UDANG KELONG (Penaeus merguiensis) DI PERAIRAN KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA

Yonvitner Isdradjat Setyobudiandi Zairion Ali Mashar Surya Gentha Akmal Biologi Perikanan

PENDUGAAN BEBERAPA PARAMETER DINAMIKA POPULASI IKAN LAYANG (Decapterus macrosoma, BLEEKER 1841) DI PERAIRAN TELUK BONE, SULAWESI SELATAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

15 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di TPI Cilincing, Jakarta Utara. Pengambilan data primer berupa pengukuran panjang dan bobot ikan contoh yang ditangkap di perairan Teluk Jakarta dan didaratkan di TPI Cilincing dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 sampai Desember 2010 dengan interval pengambilan contoh dua minggu (14 hari). Selanjutnya data sekunder diambil dari bulan Februari 2010 sampai Februari 2011 di TPI Cilincing. Berikut ini disajikan peta lokasi daerah penangkapan ikan terisi (Nemipterus balinensis) di perairan Teluk Jakarta yang didaratkan di TPI Cilincing (Gambar 5). Gambar 5. Peta lokasi penangkapan ikan terisi (Nemipterus balinensis)

16 3.2. Metode Kerja 3.2.1. Alat dan bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain timbangan digital, penggaris dengan ketelitian 1 mm, wadah, alat bedah, alat tulis dan alat dokumentasi. Sedangkan bahan yang digunakan adalah ikan terisi (Nemipterus balinensis) yang didaratkan di Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Cilincing. 3.2.2.Pengumpulan data Ikan terisi (Nemipterus balinensis) yang digunakan sebagai contoh diperoleh dari nelayan pengumpul ikan di TPI Cilincing. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengukuran panjang dan bobot ikan untuk mengetahui pola pertumbuhan individu dan pertumbuhan populasi ikan terisi. Proses pengambilan ikan contoh dilakukan secara acak dari kapal nelayan. Panjang ikan terisi yang diukur adalah panjang total dengan menggunakan penggaris. Panjang total adalah panjang yang diukur dari ujung terdepan bagian kepala sampai ujung terakhir bagian ekornya (Effendi 1979). Bobot ikan terisi yang diukur adalah bobot basah total dengan menggunakan timbangan digital. Menurut Busacker et al. (1990) in Syakila (2009), bobot basah total adalah bobot total jaringan tubuh ikan dan air yang terdapat di dalamnya. Untuk mengetahui jenis kelamin dan tingkat kematangan gonad ikan terisi, maka dilakukan pembedahan terhadap ikan. Jumlah ikan terisi yang diambil secara acak selama penelitian berjumlah 472 ekor. Pada pengambilan contoh I tanggal 23 Oktober 2010 jumlah ikan terisi yang diambil secara acak dari dua kapal nelayan dogol berjumlah 62 ekor. Pada pengambilan contoh ikan II (6 Nopember 2010) secara acak jumlah ikan yang diambil dari dua kapal nelayan dogol berjumlah 60 ekor. Pengambilan contoh III (20 Nopember 2010) jumlah ikan yang diambil secara acak dari tiga kapal nelayan dogol berjumlah 112 ekor. Pada pengambilan contoh (IV 4 Desember 2010) jumlah ikan yang diambil secara acak dari tiga kapal nelayan dogol berjumlah 108 ekor, dan pada pengambilan contoh V (18 Desember 2010) jumlah ikan terisi yang diambil secara acak dari tiga kapal nelayan berjumlah 130 ekor. Pada pengambilan contoh II

17 hingga V ikan terisi dibedakan berdasarkan jenis kelaminnya dan dilihat tingkat kematangan gonadnya (TKG). Pengambilan contoh ikan dilakukan dalam interval waktu 14 hari. Selain itu data primer juga diperoleh dari hasil wawancara dengan nelayan ikan terisi di TPI Cilincing. Informasi dari hasil wawancara terhadap nelayan tersebut antara lain unit penangkapan ikan terisi, kegiatan operasi penangkapan, daerah penangkapan, dan biaya penangkapan. Sedangkan data sekunder berupa data harga dan produksi hasil tangkapan ikan terisi. Data-data tersebut diperoleh dari dokumen TPI Cilincing. 3.3.Analisis Data 3.3.1. Sebaran frekuensi panjang Panjang total ikan terisi yang didaratkan di TPI Cilincing digunakan sebagai data dalam penentuan sebaran frekuensi panjang. Untuk menganalisis data frekuensi panjang ikan terisi dilakukan tahapan-tahapan (Walpole 1993) sebagai berikut: (a) Menentukan jumlah dan selang kelas Menentukan nilai maksimum dan nilai minimum dari data panjang total ikan terisi. (b) Menentukan nilai tengah kelas nilai tengah = batasbawah batasatas 2 (c) Menentukan kelas frekuensi dan memasukkan frekuensi masing-masing kelas dan panjang masing-masing ikan contoh pada selang kelas yang telah ditentukan. Setelah distribusi frekuensi panjang ditentukan maka selang kelas yang sama diplotkan dalam sebuah grafik. Dari grafik tersebut akan terlihat pergeseran sebaran kelas panjang setiap 14 hari. Pergeseran tersebut menggambarkan jumlah kelompok umur yang ada. Jika terjadi pergeseran modus sebaran frekuensi panjang maka terdapat lebih dari satu kelompok umur.

18 3.3.2. Plot Ford-Walford L, K dan t 0 Plot Ford-Walford merupakan salah satu metode yang paling sederhana untuk menduga parameter pertumbuhan L dan K dari persamaan von Bertalanffy dengan interval waktu pengambilan contoh yang tetap (King 1995). Berikut adalah persamaan Von Bertalanffy. atau, L t = L (1-e [-K(t-t0)] ) (1) (2) L t adalah Panjang ikan pada saat umur t (satuan waktu), L adalah Panjang maksimum secara teoritis (panjang asimtotik), K adalah koefisien pertumbuhan (per satuan waktu), t 0 adalah umur teoritis pada saat panjang sama dengan nol. Untuk t sama dengan t+1, persamaaan (3) menjadi: L t+1 = L (1-e [-K(t+1-t0)] ) (3) sehingga, = L e -K(t-t0) [1-e -K ] (4) dengan mendistribusikan persamaan (2) ke (4), di peroleh (5) atau, = L [1-e -K ] + L t e -K (6)

19 Persamaan (4) merupakan bentuk persamaan linear y = a + bx, dengan L t (sumbu x) diplotkan terhadap L t+1 (sumbu y) sehingga garis lurus yang terbentuk akan memilki kemiringan (slope) (b) sama dengan e (-K) dan intersep (a) sama dengan L (1-e [-K] ). Umur teoritis ikan pada saat panjang sama dengan nol dapat diduga secara terpisah menggunakan persamaan empiris Pauly (Pauly 1983) sebagai berikut. Log (-t 0 ) = -0,3922 0,2752 (Log L ) 1,0380 (Log K) 3.3.3. Hubungan panjang bobot Analisis pertumbuhan menggunakan parameter panjang dan bobot, dengan pendekatan regresi linier maka hubungan antara kedua parameter dapat dilihat dengan rumus. Korelasi parameter dari hubungan panjang dan bobot dapat dilihat dari nilai konstanta b. Analisis pola pertumbuhan ikan terisi menggunakan hubungan panjang bobot ikan dengan menggunakan persamaan (Efendie 2002) : W= al b Keterangan: W = Bobot ikan L = Panjang ikan a = Intersep (perpotongan kurva hubungan panjang bobot dengan sumbu y) b = Penduga pola pertumbuhan panjang bobot Analisa hubungan panjang bobot ikan bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan di alam. Dapat ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma dan diperoleh persamaan linier sebagai berikut: Log W= Log a + b Log L Untuk mendapatkan parameter a dan b, digunakan log W sebagai y dan log L sebagai x, maka diperoleh persamaan regresi : y = a + bx Untuk menguji nilai b = 3 atau b 3 dilakukan uji-t dengan hipotesis : H 0 : b = 3, hubungan panjang dengan bobot adalah isometrik

20 H 1 : b 3, hubungan panjang dengan bobot adalah allometrik, dimana: 1. b < 3 menunjukkan bahwa hubungan panjang dengan bobot adalah allometrik negatif (pertambahan panjang lebih dominan daripada pertambahan bobot) 2. b > 3 menunjukkan bahwa hubungan panjang dengan bobot adalah allometrik positif (Pertambahan bobot lebih dominan daripada pertambahan panjang) Keterangan : b 1 = Nilai b (dari hubungan panjang bobot) b = 3 Sb 1 = Galat baku koefisien b Nilai t hitung dibandingkan dengan nilai t tabel pada selang kepercayaan 95%. Untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan terisi, maka kaidah keputusan yang diambil adalah: t hitung >t tabel : tolak hipotesis nol (H 0 ) t hitung <t tabel : gagal tolak hipotesis nol 3.3.4. Mortalitas dan laju ekspoitasi Laju mortalitas total (Z) diduga dengan kurva tangkapan yang dilinierkan berdasarkan data komposisi panjang (Sparre & Venema 1999) dengan langkahlangkah sebagai berikut. Langkah 1 : Mengkonversikan data panjang ke data umur dengan menggunakan inverse persamaan von Bertalanffy t(l) = t 0 ( Langkah 2 : Menghitung waktu yang diperlukan oleh rata-rata ikan untuk tumbuh dari panjang L1 ke L2 ( t) t = t(l2) t(l1) =( Langkah 3 : Menghitung (t + t/2)

21 t = t 0 ( Langkah 4 : Menurunkan kurva hasil tangkapan (C) yang dilinierkan dan dikonversikan ke panjang ln = c Z * t Persamaan di atas adalah bentuk persamaan linear dengan kemiringan (b) = -Z Untuk laju mortalitas alami (M) diduga dengan menggunakan rumus empiris Pauly (1980) in Sparre & Venema (1999) sebagai berikut : Ln M = -0,0152-0,2790 * Ln L + 0,6543 * Ln k + 0,4630 * Ln T Keterangan : M : Mortalitas alami L : Panjang asimtotik pada persamaan pertumbuhan von Bertalanffy K : Koefisien pertumbuhan pada persamaan pertumbuhan von Bertalanffy : Rata-rata suhu permukaan air ( C) Laju mortalitas penangkapan (F) ditentukan dengan : F = Z M Laju eksploitasi ditentukan dengan membandingkan mortalitas penangkapan (F) terhadap mortalitas total (Z) (Pauly 1984): E = adalah: Laju mortalitas penangkapan (F) atau laju eksploitasi optimum (Pauly 1984) F optimum = M dan E optimum = 0,5 3.3.5. Nisbah kelamin Nisbah kelamin digunakan untuk melihat perbandingan ikan jantan dan ikan betina. Untuk mencari nisbah kelamin dapat menggunakan persamaan berikut:

22 Keterangan : P = Proporsi ikan (jantan atau betina) n = Jumlah jantan atau betina N = Jumlah total ikan (jantan dan betina) n P = 100% N 3.3.6. Faktor kondisi Faktor kondisi yaitu keadaan atau kemontokan ikan yang dinyatakan dalam angka-angka berdasarkan pada data panjang dan bobot. Sebelum ikan dianalisis, ikan dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin yang sama. Ikan yang mempunyai jenis kelamin sama dilihat koefisien pertumbuhannya (b). Setelah pola pertumbuhan panjang tesebut diketahui, maka dapat ditentukan faktor kondisi dari ikan tersebut yaitu (Effendie 2002) : a) Jika pertumbuhan ikan isometrik (b=3) maka digunakan persamaan berikut: K = W.10 2 / L 3 b) Jika pertumbuhan yang ditemukan adalah model pertumbuhan allometrik maka persamaan yang digunakan adalah : K = W / al b Faktor kondisi dapat naik atau turun. Keadaan ini merupakan indikasi dari musim pemijahan ikan, khususnya ikan betina. Faktor kondisi juga dipengaruhi oleh indeks relatif penting makanan dan pada ikan betina dipengaruhi oleh indeks kematangan gonad. Apabila ikan cenderung menggunakan cadangan lemaknya sebagai sumber tenaga selama proses pemijahan, maka ikan mengalami penurunan faktor produksi. 3.3.7. Tingkat kematangan gonad (TKG) Jenis kelamin diduga berdasarkan pengamatan gonad ikan contoh. Kemudian penentuan TKG menggunakan klasifikasi kematangan gonad yang telah ditentukan berdasarkan Tabel 2 (Effendie 1979). TKG ditentukan secara morfologi berdasarkan bentuk, warna, ukuran, berat gonad, serta perkembangan isi gonad.

23 Tabel 2. Penentuan TKG secara morfologi TKG Betina Jantan Ovari seperti benang, panjangnya I sampai ke depan rongga tubuh, serta permukaannya licin II III Ukuran ovari lebih besar. Warna ovari kekuning-kuningan, dan telur belum terlihat jelas Ovari berwarna kuning dan secara morfologi telur mulai terlihat Testes seperti benang,warna jernih, dan ujungnya terlihat di rongga tubuh Ukuran testes lebih besar pewarnaan seperti susu Permukaan testes tampak bergerigi, warna makin putih dan ukuran makin besar IV V Ovari makin besa, telur berwarna kuning, mudah dipisahkan. Butir minyak tidak tampak, mengisi 1/2-2/3 rongga perut Ovari berkerut, dinding tebal, butir telur sisa terdapat didekat pelepasan Dalam keadaan diawet mudah putus, testes semakin pejal Testes bagian belakang kempis dan dibagian dekat pelepasan masih berisi Sumber: Modifikasi Cassie in Effendie 1979 3.3.8. Analisis Ketidakpastian Analisis ketidakpastian dalam perikanan mengikuti hukum peluang dimana terdapat kemungkinan berhasil atau gagal dalam mengahasilkan tangkapan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya upaya serta harga (price) dari ikan hasil tangkapan. Analisis ketidakpastian dilakukan dengan menggunakan teorema Bayes yang menggunakan probabilitas bersyarat sebagai dasarnya. Teorema Bayes dijelaskan dalam Walpole (1993) yaitu : Jika kejadian-kejadian B 1, B 2,, B k merupakan kejadian yang saling terpisah antara gabungan ruang contoh S dengan P(B i ) 0 untuk i = 1, 2,, k, maka untuk sembarang kejadian A yang bersifat P(A) 0. Analisis ketidakpastian menggunakan alat bantu berupa program Crystal ball yang merupakan suatu program perangkat lunak analisis data statistik yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Aplikasi Crystal ball ini biasa digunakan dalam bidang bisnis, penjualan atau peramalan keuangan, model prediksi, simulasi Monte

24 Carlo, dan optimasi. Program Crystal ball dapat membantu menganalisis resiko dan ketidakpastian yang terkait dengan model spreadsheet suite. Program Crystal ball diharapkan dapat membuat keputusan-keputusan taktis yang tepat untuk mencapai tujuan dan mendapatkan keunggulan kompetitif pada kondisi pasar yang tidak pasti (Mayangsoka 2010).