BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
Pembelajaran IPA Terintegrasi di SMP A. Pendahuluan

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN IPA TERPAD U TIPE INTEGRATED TERHAD AP PENGUASAAN KONSEP D AN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP PAD A TOPIK TEKANAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

Standards for Science Teacher Preparation

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

PELATIHAN SEBUAH SOLUSI DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU BAGI DOSEN IPA DI LINGKUNGAN PRODI PGMI. Budiyono Saputro

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Hayyah Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran IPA terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum 2013 dimana pembelajaran ini dikemas

BAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam

PEMBELAJARAN IPA SMP MENURUT KURIKULUM 2013

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERPADU PADA TEMA UDARA BERBASIS NILAI RELIGIUS MENGGUNAKAN 4 STEPS TEACHING MATERIAL DEVELOPMENT

BAB I PENDAHULUAN. pemecahan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuliani Susilawati,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan seumur hidup ( long life education) akan terwujut jika

2016 PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE CONNECTED BERBASIS GUIDED INQUIRY

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

JURUSAN PENDIDIKAN IPA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains sangat berkaitan erat dengan cara

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Integrated Science Worksheet Pembelajaran IPA SMP Dalam Kurikulum 2013

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu

BAB I PENDAHULUAN. memaknai pembelajaran dengan baik (Fauzan, 2012). pengembangan aspek sensori-motorik, afektif, dan nilai-nilai (value).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA SMP PADA TEMA ENERGI DALAM TUBUH MENGGUNAKAN METODE 4S TMD

MODEL KETERPADUAN PEMBELAJARAN SAINS DALAM KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam (Holil, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dini Herdiani, 2014 Pembelajran Terpadu dalam Kurikulum 2013 di Kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan ilmu yang sangat dekat dengan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan kurikulum KTSP (2006) saat ini siswa dituntut untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang. segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan pembelajaran seperti

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL. Oleh. Etik Khoirun Nisa NIM

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafal.

TUJUAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2006

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2015 PENGEMBANGAN ASSESMEN KINERJA UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA PADA KONSEP EKOSISTEM

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran.

Melihat Lebih Jauh Manfaat Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Shared

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang tersebut, tugas utama guru adalah mendidik, mengajar,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ranah pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. pembenahan di segala bidang termasuk bidang pendidikan. Hal ini juga dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Nurhada,2013

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI STRATEGI INQUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP

Penerapan Model Pembelajaran Terpadu untuk Mengukur Hasil Belajar Siswa SMP Negeri 3 Palu

BAB I PENDAHULUAN. IPA (sains) pada hakekatnya terdiri atas tiga komponen, yaitu produk,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era globalisasi seperti saat ini memungkinkan terjadinya arus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MODEL CONNECTED (MODEL 2: HOW TO INTEGRATE THE CURRICULA) Muktar Panjaitan Universitas HKBP Nommensen

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan siswa

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu peristiwa yang diamati yang kemudian diuji kebenarannya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan fakta dan konsep (Yuniastuti, 2013). 2009). Dengan melakukan hands on activity dan minds on activity berbasis proses

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di Indonesia dewasa ini kurang berhasil meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar apabila dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku dan tidak tahu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PENEMUAN TERHAD AP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA SMP KELAS VIII PAD A POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dimana objeknya adalah benda benda alam. Ilmu pengetahuan

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu. lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

BAB I PENDAHULUAN. proses penemuan (Depdiknas, 2003(a)). Oleh karena itu, tuntutan untuk terus. melakukan aktivitas ilmiah (Hidayat, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. yaitu krisis terhadap masalah, sehingga peserta didik (mahasiswa) mampu merasakan

PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENDEKATAN LINGKUNGAN DALAM PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fatia Indrianti,2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang ada pada manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Elly Hafsah, 2013

Transkripsi:

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Ilmu Pengetahuan Alam dapat dilihat sebagai bangunan ilmu (body of knowledge), cara berpikir (way of thinking), cara penyelidikan (way of investigation). Sebagai bangunan ilmu pengetahuan, IPA terdiri dari fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori. Bangunan ilmu ini bersifat satu kesatuan dan saling mendukung. Pola bangunan keilmuan dari fakta sampai dengan teori ini akan melahirkan arahan pola berpikir baik induktif maupun deduktif. Serangkaian tahap atau cara berproses ilmiah dalam sains melahirkan cara penyelidikan (Susilowati, 2010). Pada dasarnya terdapat tiga hal penting dalam pembelajaran, yaitu: (i) penyampaian pengetahuan, (ii) mengombinasikan berbagai teknik mengajar dengan mempertimbangkan berbagai macam tipe dan kondisi siswa, serta minat dan bakat mereka, serta (iii) memfasilitasi siswa untuk mencari dan menemukan makna dan pemahaman sendiri (Biggs, 1998 dalam Martutik et al, 2012). Dari pemahaman tersebut dapat disimpulkan bahwa pengintegrasian pembelajaran antar mata pelajaran adalah sebagai berikut: 1. Setiap proses kehidupan yang kita alami selama hidup saling berkaitan, sehingga perlu dilakukan pengkoneksian agar siswa dapat lebih mengerti dan memaknai pembelajaran. 2. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (seperti mata pelajaran Biologi, Fisika, dan Kimia) dalam kenyataannya memiliki hubungan yang erat satu sama lain, sehingga sedapat mungkin sebagai pendidik kita harus dapat menemukan hubungan tersebut dan mengintegrasikannya terhadap siswa agar pembelajaran IPA dalam lebih dimaknai (Trianto, 2010). Agar suatu pembelajaran dapat lebih termaknai oleh siswa, maka perlu adanya inovasi dalam proses pembelajaran. Inovasi tersebut dapat terjadi melalui peran guru dalam memilih strategi mengajar di dalam kelas, terutama untuk mengajar IPA. Menurut Rustaman et al. (2003), strategi mengajar berkaitan dengan pendekatan dan metode yang digunakan. Selain itu, menurut Ruhimat 1

2 (2009), pendekatan pembelajaran merupakan suatu upaya menghampiri makna upaya pembelajaran melalui suatu cara pandang dan pandangan tertentu dalam memahami makna pembelajaran. Saat ini, pembelajaran IPA tingkat SMP berbeda dengan tingkat SMA. Untuk tingkat SMP digunakan IPA Terpadu yang terdiri dari mata pelajaran Fisika, Kimia, dan Biologi. Pembelajaran IPA Terpadu ini dimaksudkan agar peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih menunjukkan keterkaitan unsur unsur konseptual yang berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman belajar. Diharapkan dengan keterkaitan konseptual yang dipelajari dari unsur-unsur dalam bidang studi IPA yang relevan akan membuat peserta didik memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan, serta keutuhan pandangan tentang kehidupan,dunia nyata dan fenomena alam (Martutik et al, 2012). Untuk tingkat SMA, IPA tidak lagi menggunakan istilah IPA Terpadu. Ilmu Pengetahuan Alam tingkat SMA terdiri dari Fisika, Kimia, dan Biologi yang berdiri sendiri. Menurut Amrosy (2008), Di jenjang SMA, siswa dipandang sudah dapat mempelajari sesuatu yang lebih abstrak dengan pemikiran tingkat tinggi disertai analisis yang tajam, sehingga tidak diberlakukan IPA Terpadu pada jenjang SMA. Ilmu Pengetahuan Alam diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana untuk menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan. Pada tingkat SMP diharapkan ada penekanan pembelajaran SALINGTEMAS (Sains, Lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara terpadu yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana (BSNP, 2006). Mata Pelajaran IPA adalah sarana untuk memahami alam dan melatihkan pola pikir siswa dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang berkaitan dengan objek IPA. Amanah kurikulum menghendaki IPA dibelajarkan secara terpadu sesuai dengan namanya yaitu IPA Terpadu. Namun demikian, konten materi

3 dalam kurikulum IPA masih terpisah. Keterpaduan baru sekedar dilihat dari perspektif penggabungan secara berlapis materi fisika, kimia dan biologi. Perspektif dalam memadukan secara holistik belum disentuhkan. Hal ini sesuai dengan sains yang mempelajari objek dari gejala dan fenomena secara holistik. Gejala dan fenomena IPA pada objek permasalahan IPA merupakan kumpulan konsep yang utuh bukan terpisah. Itulah sebabnya IPA perlu dibelajarkan secara holistik dalam bentuk IPA terpadu. Hal ini bertujuan untuk membentuk pola pikir peserta didik yang holistik. Pola pikir peserta didik yang holistik ini akan digunakan sebagai life skill dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan (Susilowati, 2010). Menurut Masriyah (2009), pembelajaran IPA hendaknya disajikan dalam bentuk utuh dan tidak parsial, karena pembelajaran yang disajikan terpisah-pisah memungkinkan adanya tumpang tindih dan pengulangan, sehingga membutuhkan waktu dan energi yang lebih banyak, serta membosankan bagi peserta didik. Bila konsep yang tumpang tindih tersebut dapat dipadukan maka pembelajaran akan lebih efisien dan efektif serta ketercapaian pembelajaran bermakna untuk siswa dapat tercapai. Dengan latar belakang pengetahuan siswa yang berbeda-beda, perlu adanya pemanduan pelajaran yang kolaboratif untuk menyamakan pandangan mengenai suatu materi dan menghubungkan/mengintegrasikan antar konsep pada materi tersebut (Watkins et al, 2004). Kebiasaan pembelajaran yang terkotakkotak dapat membuat setiap pembelajaran seperti memiliki pembatas, padahal setiap materi pembelajaran satu sama lain memiliki keterkaitan yang penting untuk diketahui dalam proses-proses kehidupan sehari-hari. Menurut Rahmat (2011), pengajaran dan pembelajaran (Biologi) yang hanya difokuskan pada pemahaman informasi dapat menyebabkan kesulitan beberapa siswa, khususnya dalam mengingat terminologi oleh karena itu akan lebih baik mengintegrasikan konsep bermakna untuk konsep baru atau situasi yang baru. Pembelajaran terpadu adalah suatu pembelajaran yang mengintegrasikan/mengkaitkan tema-tema yang over lapping untuk dikemas menjadi satu tema besar kemudian dibahas dalam suatu pembelajaran. Pendekatan

4 pembelajaran terpadu juga menekankan integrasi berbagai aktivitas untuk mengeksplorasi objek, topik, atau tema yang merupakan kejadian-kejadian, fakta, dan peristiwa yang otentik. Pelaksanaan pendekatan terpadu pada dasarnya agar kurikulum itu bermakna bagi peserta didik. Hal ini dimaksudkan agar bahan ajar tidak digunakan secara terpisah-pisah, tetapi merupakan suatu kesatuan bahan yang utuh dan cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan peserta didik (Nopheda, 2012). Menurut Amrosy (2008), Pembelajaran terpadu dapat diterapkan dijenjang SMP dengan landasan bahwa psikologi anak jenjang SMP tidak lagi berpikir secara konkrit saja melainkan sudah semi abstrak, sehingga keterpaduan mata pelajaran dapat dijadikan mereka mengolah informasi secara konkrit dengan pemikiran semi abstrak konstruktif. Menurut Trefil (2007) dalam Susilowati (2010) juga menjelaskan bahwa pembelajaran terintegrasi (An integrated approach) melibatkan proses ilmiah, mengorganisasikan prinsip, mengorganisasikan integrasi alam dari pengetahuan ilmiah dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, dalam an integrated approach ini juga siswa diharapkan mampu mengkaitkan dalam bidang lain meliputi fisika, astronomi, kimia, geologi, biologi, teknologi, lingkungan, dan kesehatan keselamatan. Menurut Watkins et al (2004), dalam usaha meningkatkan pembelajaran IPA, terdapat beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan agar pembelajaran IPA dapat lebih termaknai. Salah satu contohnya adalah dengan pembelajaran terintegrasi atau terpadu. Di dalam pembelajaran terintegrasi, terdapat pendekatan yang dapat digunakan untuk membuat suatu pembelajaran dapat saling terhubung dengan pembelajaran yang lain dan membuat pembelajaran tidak saling tumpang tindih dengan mata pelajaran lain, yaitu pendekatan terhubung (connected teaching). Pembelajaran terhubung (connected teaching) merupakan suatu pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh, sehingga

5 pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna di sini memberikan arti bahwa pada pembelajaran terhubung siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran (Wintervina, 2012). Pendekatan menggunakan connected teaching memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan semua siswa (Richards & Shea, 2006). Menurut Caine (1991) dalam Richard & Shea (2006), siswa belajar dengan baik ketika mereka sepenuhnya tenggelam dalam pengalaman pendidikan dan dapat mempertimbangkan beberapa pandangan dan koneksi dari seluruh subyek. Meskipun kebijakan kurikulum menghendaki pembelajaran untuk tingkat SMP dilakukan dengan pembelajaran terpadu namun kenyataan di lapangan tidak demikian. Pembelajaran yang terjadi pada sekolah-sekolah menengah pertama hanya pembelajaran biasa dan tidak ada unsur keterpaduan seperti yang dianjurkan kurikulum (Susilowati, 2010). Ilmu lingkungan adalah ilmu interdisipliner untuk mengukur dan menilai perubahan dan dampak kegiatan manusia terhadap ekosistem, agar manusia dapat mengelola ekosistem tersebut demi ketahanan hidupnya sendiri (Choesin, 2004). Interdisipliner disini berarti mentautkan dua atau lebih bidang ilmu yang serumpun (Trianto, 2010). Oleh karena pencemaran termasuk ke dalam ilmu lingkungan, maka digunakan konsep pencemaran lingkungan dalam penelitian ini. Setelah dilakukan survey pada sekolah yang akan diteliti, pembelajaran terpadu yang seharusnya ada pada sekolah jenjang SMP, tidak berlaku pada sekolah ini. Selain itu, untuk konsep pencemaran lingkungan juga tidak pernah dilakukan pendekatan connected teaching dalam proses pembelajarannya, padahal materi pencemaran lingkungan memiliki banyak konsep yang berhubungan dengan mata pelajaran kimia. Pembelajaran pada materi pencemaran lingkungan cenderung hanya terfokus pada materi biologi saja dan pada proses pembelajarannya hanya menggunakan pembelajaran diskusi. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukanlah penelitian ini menggunakan pembelajaran terhubung (connected teaching) sebagai pendekatan

6 dalam pembelajarannya dan konsep pencemaran lingkungan sebagai materi yang akan disampaikan karena materi tersebut dirasakan paling cocok untuk dilakukan connected teaching sebab karakter materi yang mengandung pelajaran biologi dan kimia yang dapat dihubungkan/dikoneksikan. Pembelajaran terhubung dalam membelajarkan IPA merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih dalam rangka meningkatkan pemahaman siswa (Nurlaela, 2006). Hal tersebut membuat peneliti ingin mengukur hasil pembelajaran pada tingkat pemahaman siswa, sehingga tolak ukur keberhasilan pembelajaran terhubung pada penelitian ini adalah pemahaman siswa. Perlu ditekankan bahwa connected teaching yang digunakan merupakan suatu pendekatan, bukan model karena tidak terdapat sintaks yang harus dilakukan pada penelitian ini. Tema yang dipilih adalah yang akan dihubungkan (connected) dengan mata pelajaran Kimia. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui pemahaman siswa SMP pada pembelajaran terhubung (connected teaching) untuk konsep pencemaran lingkungan. B. Rumusan Masalah Bagaimana pemahaman siswa SMP pada pembelajaran konsep pencemaran lingkungan menggunakan connected teaching? Rumusan masalah di atas dapat dikembangkan menjadi tiga pertanyaan penelitian, yaitu: 1. Bagaimana pemahaman siswa pada setiap indikator dan pemahaman siswa pada setiap subkonsep sebelum pembelajaran connected teaching dilakukan? 2. Bagaimana pemahaman siswa pada setiap indikator dan pemahaman siswa pada setiap subkonsep setelah pembelajaran connected teaching dilakukan? 3. Bagaimana peningkatan pemahaman siswa setelah mengikuti pembelajaran connected teaching?

7 C. Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah dan untuk menghindari masalah agar tidak terlalu meluas, maka permasalahan harus dibatasi sebagai berikut: 1. Pemahaman yang diukur, dilihat dari indikator dan dari setiap subkonsep yang diberikan kepada siswa melalui soal pretest dan posttest. 2. Indikator pemahaman pada penelitian ini dibatasi pada jenjang konseptual menurut tiga tipe pemahaman Bloom yaitu translasi (kemampuan menerjemahkan), interpretasi (kemampuan menafsirkan), dan ekstrapolasi (kemampuan meramalkan). 3. Pada penelitian ini digunakan metode ceramah, dan diskusi serta tanya jawab. 4. Pengkoneksian hanya dilakukan dengan mata pelajaran kimia. D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pemahaman siswa SMP pada pembelajaran terhubung/connected teaching untuk konsep pencemaran lingkungan. 2. Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas pembelajaran konsep pencemaran lingkungan yang disajikan dengan connected teaching terhadap pemahaman siswa. E. Manfaat Penelitian 1. Untuk Guru a. Dapat digunakan sebagai masukan dalam menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. b. Memberikan alternatif strategi pembelajaran biologi dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa khususnya untuk pendekatan connected teaching 2. Untuk Siswa a. Diharapkan siswa dapat lebih mudah mengerti dan memahami materi.

8 b. Diharapkan siswa dapat meningkatkan pemahaman dan mampu mengintegrasikan konsep baru dari materi biologi yang disajikan dengan connected teaching. 3. Bagi peneliti a. Memberikan gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran connected teaching, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan ketika akan melakukan penelitian yang relevan.